Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

POST STOKE

Di Susun untuk Memenuhi Tugas


Stase Keperawatan Gerontik

Di Susun Oleh :

SITI NUR ISTIQOMAH


J230181079

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH SURAKARTA
2019
A. KONSEP DASAR LANSIA
1. Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut selalu diartikan sebagai kelompok rentan yang selalu
ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga,
masyarakat dan negara (Mujahidullah, 2012).
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2) (3) (4) UU no 13
tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk,2008).
Usia lanjut diartikan sebagai perubahan biasa yang muncul pada
pematangan genetic yang mewakili kondisi-kondisi lingkungan ketika
bertambah biologisnya. Jadi, usia lanjut adalah mereka yang mengalami
perubahan-perubahan fisik secara wajar, antara lain : kulit sudah tidak
kencang lagi, otot-otot sudah mengendor, dan organ-organ tubuh kurang
berfungsi dengan baik. (Kushariyadi, 2010).
Manusia lanjut usia adalah orang yang usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan social. Perubahan ini akan
berpengaruh terhadap aspek kehidupannya termasuk kesehatannya. Oleh
karena itu, kesehatan lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dan
tetap terpelihara serta ditingkatkan agar selama kemampuannya dapat ikut
serta berperan aktif dalam pembangunan. (Harsono, 2006). Masa tua
(lansia) dimulai dari setelah pensiun, biasanya usia 65-75 tahun (Potter and
perry 2009).
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia secara
perlahan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini
dapat mempengaruhi kemamdirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk
kehidupan seksualnya (Nugroho, 2008).

2
2. Pembagian Lanjut Usia
Menurut Nugroho (2008), lanjut usia dibagi menjadi :
a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), yakni :
1) Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun)
2) Lanjut usia (elderly) (60-74 tahun)
3) Lanjut usia tua (old) (75-90 tahun)
4) Usia sangat tua (very old) (di atas 90 tahun)
b. Menurut Depkes RI
1) Kelompok usia dini (55-64 tahun)
2) Kelompok lansia pertengahan (65 tahun ke atas)
3) Kelompok lansia dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas)
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia. Pada Bab.1 Pasal 1 Ayat 2, yang disebut dengan
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik
pria maupun wanita. (Nugroho, 2008)

3. Teori-Teori Proses Penuaan


Menurut Nugroho (2008), teori-teori proses penuaan antara lain
sebagai berikut :
a. Teori Biologis
1) Teori genetik
a) Teori genetic clock
Teori ini merupakan teori intrinsic yang menjelaskan bahwa di
dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan
menentukan proses penuaan.
b) Teori mutasi somatic
Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi
somatic akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi
kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam
proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi

3
terus-menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi
organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit.
2) Teori non genetic
a) Teori penurunan system imun tubuh (auto-immune theory)
Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkuragnya
kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self
recognition). Jika mutasi yang merusak membrane sel, akan
menyebabkan system imun tidak mengenalinya sehingga
merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit
auto-imun pada lanjut usia.
b) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory)
Teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam
tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses
pernafasan di dalam mitokondria.
c) Teori menua akibat metabolisme
Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan, bahwa
penguranga asupan kalori ternyata bisa menghambat
pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan
asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat
memperpendek umur.
d) Teori rantai silang (cross link theory)
Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak,
protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen)
bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi
jaringan yang menyebabkan perubahan pada membrane
plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku,
kurang elastic, dan hilangnya fungsi pada proses menua.
e) Teori fisiologis
Teori ini merupakan teori intrinsik dan ektrinsik. Terdiri atas
teori oksidasi stress, dan teori dipakai-aus (wear and tear
theory). Di sini terjadi kelebihan usaha dan stress

4
menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal).
b. Teori Sosiologis
1) Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai
masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi
social merupakan kunci mepertahankan status sosialnya
berdasarkan kemampuannya bersosialisasi.
2) Teori aktivitas atau kegiatan
a) Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial.
b) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama
mungkin.
c) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
lanjut usia.
d) Mempertahankan hubungan antara system sosial dan individu
agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.
3) Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang
lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang
dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan
dalam siklus kehidupan lanjut usia. Dengan demikian, pengalaman
hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak
pada saat ia menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya
hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah,
walaupun ia telah lanjut usia.
4) Teori pembebasan/penarikan diri (disengagement theory)
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat atau kemunduran individu dengan individu lainnya.

5
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menuru,
baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering lanjut usia
mengalami kehilangan ganda (triple loss) :
a) Kehilangan peran (loss of role).
b) Hambatan kontak sosial (restriction of contact and
relationship).
c) Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores
and values).

4. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia


Menurut Azizah (2011), perubahan yang terjadi pada lanjut usia
adalah :
a. Perubahan fisik dan fungsi
1) Sel
a) Lebih sedikit jumlahnya
b) Lebih besar ukuranya
c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler
d) Menurunnya proporsi protein di otak, otot ginjal darah, dan
hati
e) Jumlah sel otak menurun
f) Terganggunya mekanisme perbaikan sel
g) Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5 – 10%
h) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar
2) System persarafan
a) Berat otak menurun 10 – 20% (setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya)
b) Cepatnya menurun hubungan persyarafan
c) Lambat dalam responden waktu untuk bereaksi, khususnya
dengan stress
d) Mengecilnya syaraf panca indra

6
e) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin)
f) Kurang sensitive terhadap sentuhan
g) Defisit memori
3) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)
a) Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam
terutama terhadap bunyi suara atau nada–nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata–kata, 50% terjadi
pada usia diatas umur 65 tahun
b) Membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan otot seklerosis
c) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin
d) Ppendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan jiwa atau stres
e) Tinitus
f) Vertigo
4) System penglihatan
a) Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar
b) Kornea lebih terbentuk sferis (bola)
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak
menyebabkan gangguan penglihatan
d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam
cahaya gelap
e) Hilangnya daya akomodasi
f) Menurunnya lapang pandang (berkurang luas pandang)
g) Menurunya daya membedakan warna biru atau hijau pada
skala
5) System kardiovaskuler

7
a) Elastisitas dinding aorta menurun
b) Katup jatung menebal dan menjadi kaku
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebkan
menurunnnya kontraksi dan volumenya
d) Curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun).
e) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi
dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan
pusing mendadak)
f) Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan
perdarahan
g) Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah
perifer meningkat. Systole normal ± 170 mmHg, diastole ± 95
mmHg)
6) System pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran
terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
a) Sebagai akibat sering ditemui temperatur tubuh menurun
(hipotermia) secara fisiologik ± 35°C ini akibat metabolisme
yang menurun
b) Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat
pula menggigil, pucat, dan gelisah
c) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot
7) System respirasi
a) Otot–otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
b) Menurunya aktifitas dari sillia

8
c) Paru–paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun, dan kedalaman bernafas menurun
d) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya
berkurang
e) Berkurangnya elastisitas bronkus
f) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg
g) CO² pada arteri tidak terganti
h) Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang
i) Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun
j) Sering terjadi emfisema senilis
k) Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan
akan menurun seiring dengan pertambahan usia
8) System gastrointestinal
a) Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal diase
yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain
meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk
b) Indera pengecap menurun adanya iritasi yang kronis dari
selaput lendir, atropi indra pengecap (±80%) hilangnya
sensitifitas dari saraf pengecap dilidah terutama rasa manis dan
asin, hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap tentang rasa
asin, asam dan pahit
c) Esofagus melebar
d) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun
e) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
f) Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu)
g) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah
9) System reproduksi
Wanita :

9
a) Vagina mengalami kontraktur dan mengecil
b) Menciutnya ovari dan uterus atrofi
c) Atrofi payudara
d) Atrofi vulva
e) Selaput lender vagina menurun, permukaan menjadi halus,
sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi
perubahan warna
Pria :
a) Pada laki–laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur–angsur
b) Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal
kondisi kesehatan baik), yaitu :
(1) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut
usia
(2) Hubungan seksual secara teratur membantu
mempertahankan kemampuan seksual
(3) Tidak perlu cemas karena prosesnya alamiah
(4) Sebanyak 75% pria usia di atas 65 tahun mengalami
pembesaran prostat
10) System gastourinaria
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa
metabolisme tubuh, melalui urine darah ke ginjal, disaring oleh
satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glomerulus), kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus akibatnya
berkurannya kemampuan mengkonsentrasikan urin, berat jenis urin
menurun proteinuria (biasanya +1), BUN (Blood Urea Nitrogen)
meningkatkan sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat.
Vesika urinaria (kandung kemih) ototnya menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi

10
buang air seni meningkat, vesika urinaria sudah dikosongkan pada
pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatkan retensi urin.
Pembesaran prostat ±75 % dialami oleh pria usia di atas 65
tahun, atrovi vulva dan vagina, orang–orang yang makin menua
sexual intercourse cenderung secara bertahap tiap tahun tetapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai
tua.
11) System endokrin
a) Produksi dari hampir semua hormon menurun
b) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
c) Pertumbuhan hormone ada tetapi tidak rendah dan hanya ada
didalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH,
TSH, FSH, dan LH
d) Menurunya aktifitas tiroid, menurunnya BMR (basal
metabolic rate), dan menurunnya daya pertukaran zat
e) Menurunnya produksi aldosteron
f) Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron,
estrogen, dan testeron
12) Sistem kulit (integumentary system)
a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak
b) Permukaan kulit cenderung kusam, kasar dan bersisik (karena
kehilangan proses kratinasi serta perubahan ukuran dan
bentuk–bentuk sel epidermis)
c) Timbul bercak pigmentasi
d) Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata
e) Menurunya respon terhadap trauma
f) Mekanisme proteksi kulit menurun, yaitu :
(1) Produksi serum menurun
(2) Produksi vitamin D menurun
(3) Gangguan pegmentasi kulit
g) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu

11
h) Rambut dalam hidung dan telingga menebal
i) Bekurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan
vaskularisasi
j) Pertumbuhan kuku lebih lambat
k) Kuku jari menjadi lebih keras dan rapuh
l) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya
m) Kuku kaki bertumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
n) Jumlah dan fungsinya kelenjar keringat berkurang
13) System muskuloskeletal (musculoskeletal system)
Dewasa lansia yang melakukan aktifitas secara teratur tidak
kehilangan massa atau tonus otot dan tulang sebanyak lansia yang
tidak aktif. Serat otot berkurang ukuranya. Dan kekuatan otot
berkurang sebanding penurunan massa otot.
Penurunan massa dan kekuatan otot, demeneralisasi
tulang,pemendekan fosa akibat penyempitan rongga intravertebral,
penurunan mobilitas sendi, tonjolan tulang lebih meninggi
(terlihat). Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh,
kifosis pinggang, pergerakan lutut dan jari–jari pergelangan
terbatas, discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek
(tingginya berkurang), persendian membesar dan menjadi rapuh,
tendon mengerut dan mengalami sclerosis, atrofin serabut otot
sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot–otot kram
menjadi tremor, otot–otot polos tidak begitu berpengaruh.
b. Perubahan mental
Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu
perubahan fisik khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat
pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan.
1) Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang (berjam–
jam sampai berhari–hari yang lalu mencakup beberapa
perubahan),dan kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit,
kenangan buruk).

12
2) I.Q. (Intellegentian Quantion ) tidak berubah dengan informasi
matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan,
persepsi dan ketrampilan psikomotor (terjadinya perubahan pada
daya membayangkan karena tekanan–teanan dari faktor waktu).
Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan
struktural dan fisiologis, begitu juga otak. Perubahan ini
disebabkan karena fungsi neuron di otak secara progresif.
Kehilangan fungsi ini akibat menurunnya aliran darah ke otak,
lapisan otak terlihat berkabut dan metabolisme di otak lambat.
Selanjutnya sangat sedikit yang di ketahui tentang pengaruhnya
terhadap perubahan fungsi kognitif pada lanjut usia. Perubahan
kognitif yang di alami lanjut usia adalah demensia, dan delirium.
c. Perubahan psikologis
Lanjut usia akan mengalami perubahan–perubahan psikososial seperti :
pensiun, nilai seseorang sering diukur produktifitasnya, identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Lansia yang mengalami
pensiun akan mengalami rangkaian kehilangan, yaitu:
1) Finansial (income berkurang).
2) Status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap
dengan segala faselitasnya).
3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi, dan pekerjaan atau kegiatan,
meliputi :
a) Merasakan atau sadar akan kematian (sence of awareness of
mortality).
b) Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan,
bergerak lebih sempit.
c) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic
derivation) meningkatkan biaya hidup pada penghasilan yang
sulit, bertambahnya biaya pengobatan.
d) Penyakit kronis dan ketidak mampuan.
e) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social.

13
f) Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.
g) Gangguan gizi akibat kehilangan penghasila atau jabatan.
h) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan
teman teman dan famili serta pasangan.
i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri.

5. Masalah dan Penyakit pada Lanjut Usia


a. Masalah yang sering dihadapi oleh lanjut usia
Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda
dengan pada dewasa muda, karena penyakit pada lansia merupakan
gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan
proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita.
Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada
lansia berbeda dari orang dewasa, yang menurut Harsono (2009) sering
disebut dengan istilah 14 I, yaitu:
1) Immobility (kurang bergerak); gangguan fisik, jiwa, dan faktor
lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Penyebab
yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot,
gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
2) Instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh);
penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal
yang berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses
menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal
dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan.
3) Incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar); beser
buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering

14
didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam
jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah
kesehatan atau social
4) Intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia);
merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi
intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan
terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.
5) Infection (infeksi); merupakan salah satu masalah kesehatan yang
penting pada lansia, karena selain sering didapati, juga gejala tidak
khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan di
dalam diagnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal
meningkat pula.
6) Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication,
convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi,
penyembuhan, dan kulit); akibat prosesd menua semua pancaindera
berkurang fungsinya, demikian juga gangguan pada otak, saraf dan
otot-otot yang digunakan untuk berbicara.
7) Impaction (sulit buang air besar); : beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya konstipasi, seperti kurangnya gerakan
fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang
minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain.
8) Isolation (depresi); perubahan status sosial, bertambahnya penyakit
dan berkurangnya kemandirian sosial serta perubahan-perubahan
akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi
pada lansia.
9) Inanition (kurang gizi); kekurangan gizi pada lansia dapat
disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan.
10) Impecunity (tidak punya uang).
11) Iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan).
12) Insomnia (gangguan tidur).
13) Immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun).

15
14) Impotence (impotensi)
Menurut Nugroho (2008), masalah fisik sehari-hari yang sering
ditemukan pada lansia, yaitu :
1) Mudah jatuh
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita
atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan
seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang
lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka
(Ruben, 1996).
Jatuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya :
a) Faktor intrinsik : gangguan gaya berjalan, kelemahan otot
ekstremitas bawah, kekuatan sendi dan sinkope-dizziness.
b) Faktor ekstrinsik : lantai yang licin dan tidak rata, tersandung
oleh benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya yang
kurang terang dan sebagainya.
2) Mudah lelah, disebabkan oleh :
a) Faktor psikologis : perasaan bosan, keletihan, depresi.
b) Gangguan organis : anemia, kurang vitamin, osteomalasia, dan
lain-lain.
c) Pengaruh obat : sedasi, hipnotik.
3) Gangguan kardiovaskuler
a) Nyeri dada karena PJK, aneurisme aorta, perikarditis, emboli
paru, dan sebagainya.
b) Sesak nafas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena
kelemahan jantung, gangguan sistem respiratorius, overweight,
anemia.
c) Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis,
psikologis.
d) Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi,
gagal jantung, kurang vitamin B1, penyakit hati, penyakit
ginjal, kelumpuhan, dan sebagainya.

16
4) Nyeri atau ketidaknyamanan
a) Nyeri pinggang atau punggung karena osteomalasia,
osteoporosis, osteoartritis, batu ginjal, dan sebagainya.
b) Nyeri sendi pinggul karena artritis, osteoporosis,
fraktur/dislokasi, saraf terjepit.
c) Keluhan pusing-pusing karena migren, glaukoma, sinusitis,
sakit gigi, dan sebagainya.
d) Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota badan karena
gangguan sirkulasi darah lokal, gangguan syaraf umum dan
lokal.
5) Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan
saluran cerna, faktor sosio-ekonomi.
6) Gangguan eliminasi
a) Sukar menahan BAK karena obat-obatan, radang kandung
kemih, saluran kemih, kelainan syaraf, faktor psikologis.
b) Sukar menahan BAB karena obat-obatan, diare, kelainan usus
besar, kelainan rectum.
7) Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, refleksi lensa
berkurang, katarak, glaukoma, infeksi mata.
8) Gangguan pendengaran karena otosklerosis, ketulian menyebabkan
kekacauan mental.
9) Gangguan tidur karena lingkungan kurang tenang, organik dan
psikogenik (depresi, irritabilitas). Mudah gatal-gatal karena kulit
kering, eksema kulit, DM, gagal ginjal, hepatitis kronis, alergi.
10) Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alkohol,
penyakit metabolisme, dehidrasi, dan sebagainya.
b. Penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia
Menurut Soenarto (2007) menyebutkan tujuh penyakit kronik
degeratif yang kerap dialami para lanjut usia, yaitu:
1) Osteo Artritis (OA)

17
OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik
dan biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak
stabilnya sendi, dan perkapuran. OA merupakan penyebab utama
ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi risikonya
karena trauma, penggunaan sendi berulang dan obesitas.
2) Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana
masa atau kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis
osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan kehilangan tulang
selama dua dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe II
adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya
produksi vitamin D.
3) Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama
atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi
dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri
pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu
terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis),
serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal.
4) Diabetes Mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa
dimana gula darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi
puasa. Kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes melitus,
dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200
mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl.
Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut
mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia
berusia 75 tahun menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering
haus dan lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus
berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh.
5) Dimensia

18
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan
fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga
mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer
merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia
lanjut. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit
vaskular/pembuluh darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi),
trauma kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia.
Demensia juga kerap terjadi pada wanita dan individu dengan
pendidikan rendah.
6) Penyakit jantung koroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah
menuju jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri
dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.
7) Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi
sebuah sel mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel
lainnya yang masih sehat. Sel yang berubah ini mengalami mutasi
karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi
normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa
tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari
keadaan awal (kanker). Kanker merupakan penyebab kematian
nomor dua setelah penyakit jantung. Faktor resiko yang paling
utama adalah usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas usia 65
tahun. Mulai usia 40 tahun resiko untuk timbul kanker meningkat.
Karakteristik penyakit lansia di Indonesia menurut Kushariyadi
(2010), yaitu meliputi :
1) Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis,
osteoarthritis.
2) Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia,
angina, cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, PJK.
3) Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum.

19
4) Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal
Ginjal Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia.
5) Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus,
obesitas.
6) Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru.
7) Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker.
8) Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer,
parkinson, dan sebagainya.
B. KONSEP DASAR PENYAKIT STROKE
1. Konsep Dasar Medis
a. Definisi
Stroke, cerebrovascular accident, CVA) adalah suatu kondisi yang
terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu.
Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian
reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di
otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi
yang dikendalikan oleh jaringan itu. Stroke adalah penyebab kematian
yang ketiga di Amerika Serikat dan banyak negara industri di Eropa
(Muttaqin, 2008).
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan
oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan
menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang
terganggu. Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius
karena ditandai dengan tingginya morbiditas dan mortalitasnya. Selain
itu, tampak adanya kecenderungan peningkatan insidennya (Bustan,
2007)
b. Etiologi/Faktor Resiko
Menurut Stanley, Mickey (2006), penyebab dari stroke yaitu :
1) Hypertensi, faktor resiko utama
2) Penyakit kardiovaskuler
3) Kadar hematokrit tinggi

20
4) DM (peningkatan anterogenesis)
5) Pemakaian kontrasepsi oral
6) Penurunan tekanan darah berlebihan dalam jangka panjang
7) Obesitas, perokok, alkoholisme
8) Kadar esterogen yang tinggi
9) Usia > 35 tahun
10) Penyalahgunaan obat
11) Gangguan aliran darah otak sepintas
12) Hyperkolesterolemia
13) Infeksi
14) Kelainan pembuluh darahh otak (karena genetik, infeksi dan
ruda paksa)
15) Lansia
16) Penyakit paru menahun (asma bronkhial)
17) Asam urat
c. Manifestasi Klinis
Menurut Kushariyadi (2010), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita stroke yaitu :
1) Defisit Motorik
a) Hemiparese, hemiplegia
b) Distria (kerusakan otot-otot bicara)
c) Disfagia (kerusakn otot-otot menelan)
2) Defisit Sensori
a) Defisit visual (umum karena jaras visual terpotong sebagian
besar pada hemisfer serebri)
1. Hemianopsia homonimosa (kehilangan pandangan pada
setengah bidang pandang pada sisi yang sama)
2. Diplopia (penglihatan ganda)
3. Penurunan ketajaman penglihatan
b) Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap sensasi
superfisial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin)

21
c) Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap
proprioresepsi (pengetahuan tentang posisi bagian tubuh)
3) Defisit Perseptual (Gangguan dalam merasakan dengan tepat dan
menginterpretasi diri dan/atau lingkungan)
a) Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal
terhadap ekstremitas yang mengalami paralise; kelainan
unilateral)
b) Disorientasi (waktu, tempat, orang)
c) Apraksia (kehilangan kemampuan untuk menggunakan obyek-
obyek dengan tepat)
d) Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan
melalui indera)
e) Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruang,
memperkirakan ukurannya dan menilai jauhnya
f) Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau
tempat
g) Disorientasi kanan kiri
4) Defisit Bahasa/Komunikasi
a) Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi
pola-pola bicara yang dapat difahami) - dapat berbicara dengan
menggunakan respons satu kata
b) Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan -
mampu untuk berbicara, tetapi menggunakan kata-kata dengan
tidak tepat dan tidak sadar tentang kesalahan ini)
c) Afasia global (kombinasi afasia ekspresif dan reseptif) – tidak
mampu berkomunikasi pada setiap tingkat
d) Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang
dituliskan)
e) Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide
dalam tulisan)

22
5) Defisit Intelektual
a) Kehilangan memori
b) Rentang perhatian singkat
c) Peningkatan distraktibilitas (mudah buyar)
d) Penilaian buruk
e) Ketidakmampuan untuk mentransfer pembelajaran dari satu
situasi ke situasi yang lain
f) Ketidakmampuan untuk menghitung, memberi alasan atau
berpikir secara abstrak
6) Disfungsi Aktivitas Mental dan Psikologis
a) Labilitas emosional (menunjukkan reaksi dengan mudah atau
tidak tepat)
b) Kehilangan kontrol diri dan hambatan sosial
c) Penurunan toleransi terhadap stres
d) Ketakutan, permusuhan, frustasi, marah
e) Kekacauan mental dan keputusasaan
f) Menarik diri, isolasi
g) Depresi
7) Gangguan Eliminasi (Kandung kemih dan usus)
a) Lesi unilateral karena stroke mengakibatkans sensasi dan
kontrol partial kandung kemin, sehingga klien sering
mengalami berkemih, dorongan dan inkontinensia urine.
b) Jika lesi stroke ada pada batang otak, maka akan terjadi
kerusakan lateral yang mengakibatkan neuron motorik bagian
atas kandung kemih dengan kehilangan semua kontrol miksi
c) Kemungkinan untuk memulihkan fungsi normal kandung
kemih sangat baik
d) Kerusakan fungsi usus akibat dari penurunan tingkat
kesadaran, dehidrasi dan imobilitas
e) Konstipasi dann pengerasan feses

23
d. Patofisiologi
Trombosis (penyakit trombo - oklusif) merupakan penyebab stroke
yang paling sering. Arteriosclerosis selebral dan perlambatan
sirkulasi selebral adalah penyebab utama trombosis selebral, yang
adalah penyebab umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis selebral
bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa
pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan
beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis selebral
tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara,
hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului
awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari.
Trombosis terjadi biasanya ada kaitannya dengan kerusakan local
dinding pembuluh darah akibat atrosklerosis. Proses aterosklerosis
ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima arteria besar.
Bagian intima arteria sereberi menjadi tipis dan berserabut ,
sedangkan sel – sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna
robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh
materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada
percabangan atau tempat – tempat yang melengkung. Trombi juga
dikaitkan dengan tempat – tempat khusus tersebut. Pembuluh –
pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin
jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis
bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat
jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang
terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar.
Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin difosfat yang
mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat
terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat
dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.
Embolisme : embolisme sereberi termasuk urutan kedua dari
berbagai penyebab utama stroke. Penderita embolisme biasanya

24
lebih muda dibanding dengan penderita trombosis. Kebanyakan
emboli sereberi berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga
masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit
jantung. Meskipun lebih jarang terjadi, embolus juga mungkin
berasal dari plak ateromatosa sinus karotikus atau arteria karotis
interna. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi
embolus biasanya embolus akan menyumbat bagian – bagian yang
sempit.. tempat yang paling sering terserang embolus sereberi adalah
arteria sereberi media, terutama bagian atas.
Perdarahan serebri : perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari
semua penyebab utama kasus GPDO (Gangguan Pembuluh Darah
Otak) dan merupakan sepersepuluh dari semua kasus penyakit ini.
Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri
serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan /atau
subaraknoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan
tergeser dan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak,
sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteria di sekitar
perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisper otak
dan sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak menyerupai
selai merah akhirnya akan larut dan mengecil. Dipandang dari sudut
histologis otak yang terletak di sekitar tempat bekuan dapat
membengkak dan mengalami nekrosis. Karena kerja enzim – enzim
akan terjadi proses pencairan, sehingga terbentuk suatu rongga.
Sesudah beberapa bulan semua jaringan nekrotik akan terganti oleh
astrosit dan kapiler – kapiler baru sehingga terbentuk jalinan di
sekitar rongga tadi. Akhirnya rongga terisi oleh serabut – serabut
astroglia yang mengalami proliferasi. Perdarahan subaraknoid sering
dikaitkan dengan pecahnya suatu aneurisme. Kebanyakan aneurisme
mengenai sirkulus wilisi. Hipertensi atau gangguan perdarahan
mempermudah kemungkinan ruptur. Sering terdapat lebih dari satu
aneurisme.

25
e. Komplikasi
Menurut Boedhi Darmojo dan Hadi (2006), komplikasi stroke adalah :
1) Hipoksia Serebral
2) Penurunan darah serebral
3) Luasnya area cedera
f. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kushariyadi (2010), pemeriksaan penunjng stroke yaitu
sebagai berikut :
1) Angiografi, dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dan letak
gangguan. Suatu kateter dimasukkan dengan tuntunan fluoroskopi
dari arteria femoralis di daerah inguinal menuju arterial, yang
sesuai kemudian zat warna disuntikkan
2) CT-Scan, dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan
perdarahan.
3) EEG (Elektro Encephalogram), dapat menunjukkan lokasi
perdarahan, gelombang delta lebih lambat di daerah yang
mengalami gangguan.
4) Pungsi Lumbal, menunjukan adanya tekanan normal, tekanan
meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan.
5) MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
6) Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
7) Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal.

g. Penatalaksanaan
Menurut Kushariyadi (2010), prinsip pengelolaan penyakit stroke
adalah :
1) Perawatan umum stroke
2) Hiperglikemia atau hipoglikemia harus dikoreksi. Keadaan
hiperglikemia dapat dijumpai pada fase akut stroke, disebabkan oleh
stres dan peningkatan kadar katekholamin di dalam serum.

26
3) Suhu tubuh harus dipertahankan normal. Suhu yang meningkat
harus dicegah, misalnya dengan obat antipiretik atau kompres.
4) Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi
menelan baik, bila terdapat gangguan menelan atau penderita
dengan kesadaran menurun, dianjurkan melalui pipa nasogastrik.
5) Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan. Pemberian
cairan intravena berupa cairan kristaloid atau koloid, hindari yang
mengandung glukosa murni atau hipotonik.
6) Terapi farmakologi yang dapat diberikan pada pasien stroke :
a) Antikoagulasi dapat diberikan pada stroke non haemoragic,
diberikan sdalam 24 jam sejak serangan gejala-gejala dan
diberikan secara intravena.
b) Obat antipletelet, obat ini untuk mengurangi pelekatan platelet.
Obat ini kontraindikasi pada stroke haemorhagic.
c) Bloker kalsium untuk mengobati vasospasme serebral, obat ini
merilekskan otot polos pembuluh darah.
d) Trental dapat digunakan untuk meningkatkan aliran darah
kapiler mikrosirkulasi, sehingga meningkatkan perfusi dan
oksigenasi ke jaringan otak yang mengalami iskemik.
7) Kebutuhan psikososial, gangguan emosional, terutama ansietas,
frustasi dan depresi merupakan masalah umum yang dijumpai pada
penderita pasca stroke. Korban stroke dapat memperlihatkan
masalah-masalah emosional dan perilakunya mungkin berbeda dari
keadaan sebelum mengalami stroke. Emosinya dapat labil, misalnya
pasien mungkin akan menangis namun pada saat berikutnya
tertawa, tanpa sebab yang jelas. Untuk itu, peran perawat adalah
untuk memberikan pemahaman kepada keluarga tentang perubahan
tersebut.

27
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, status perkaiwinan, alamat, agaman
pekerjaan, penangung jawab. Data dasar pengkajian pasien tergantung
pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya
jantung, paru-paru, dan ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut
atau remisi.
1) Riwayat Kesehatan
2) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing isi
(bilateral), amati warna klit, ukuranlembut tidaknya kulit, dan
pembengkakakn.
b) Lakukan pengukuran vital sign.
c) Catat bila terjadi nyeri saat di gerakkan.
d) Lakukan inspeksi dan palpasi secara bilateral.
e) Catat bila ada atrofi, tonus yang berkurang.
f) Ukur kekuatan otot.
g) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya.
3) Kaji aktivitas sehari-hari :
a) Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda: Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
b)Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner / katup dan penyakit cerebravaskuler, episode
palpitasi, perspirasi
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, frekuensi / irama
takikardi, berbagai disritmia, mumur stenosis valvular.
c) Integritas ego

28
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria atau marah kronik, faktor-faktor multiple.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu
perhatian, tangisan yang meledak dan Gerak badan empati,
otot muka tegang, gerakan fisik cepat, peningkatan pola bicara
d)Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini / yang lalu.
e) Makanan / cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang mencakup makanan
tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol dan mual muntah,
perubahan berat badan, Riwayat penggunaan diuretic.
Tanda : BB naik atau obesitas
f) Neurosensori
Gejala : Keluhan pening / pusing, berdenyut, sakit kepala
suboksipital, kelemahan pada satu sisi tubuh, episode
epistaksis
Tanda :
 Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, memori
 Respon motorik : penurunan kekuatan gangguan tangan.

g)Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : Angin, Nyeri hilang timbul pada tungkai, Sakit kepala
oksipital berat, Nyeri abdomen / massa.
h)Pernafasan
Gejala :
 Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas / kerja
 Takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksimal
 Riwayat merokok
Tanda :
 Distres respirasi
 Bunyi nafas tambahan
29
 Sianosis
i) Kelemahan
Gejala:
 Gangguan koordinasi / cara berjalan
 Espisode parestesia unilateral transient
 Hipotensi pastural.

2) Diagnosa Keperawatan
a) Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah :
penyakit oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral,
edema serebral
b) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk,
ketidakmampuan mengatasi lendir
c) Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat
pernapasan
3) Intervensi Keperawatan
a) Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah :
penyakit oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral,
edema serebral
Tujuan Pasien / criteria evaluasi ;

- Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan


fungsi sensori / motor
- Menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK
- Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran /
kekambuhan
Intervensi :

- Tentukan factor factor yang berhubungan dengan situasi


individu/ penyebab koma / penurunan perfusi serebral dan
potensial PTIK
- Monitor dan catat status neurologist secara teratur

30
- Monitor tanda tanda vital
- Evaluasi pupil (ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap
cahaya )
- Bantu untuk mengubah pandangan , misalnay pandangan
kabur, perubahan lapang pandang / persepsi lapang pandang
- Bantu meningkatakan fungsi, termasuk bicara jika pasien
mengalami gangguan fungsi
- Kepala dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral .
- Pertahankan tirah baring , sediakan lingkungan yang tenang ,
atur kunjungan sesuai indikasi
- berikan suplemen oksigen sesuai indikasi
- berikan medikasi sesuai indikasi
b) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk,
ketidakmampuan mengatasi lendir

Kriteria hasil:

- Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas


- Ekspansi dada simetris
- Bunyi napas bersih saat auskultasi
- Tidak terdapat tanda distress pernapasan
- GDA dan tanda vital dalam batas normal
Intervensi:

- Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi


- Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan
napas dan memberikan pengeluaran sekresi yang optimal
- Penghisapan sekresi
- Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap
4 jam
- Berikan oksigenasi sesuai advis
- Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi

31
c) Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat
pernapasan
Tujuan dan kriteria hasil :

- RR 18-20 x permenit
- Ekspansi dada normal
Intervensi :

- Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.


- Auskultasi bunyi nafas.
- Pantau penurunan bunyi nafas.
- Pastikan kepatenan O2 binasal
- Berikan posisi yang nyaman : semi fowler
- Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam
- Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan

32
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, lilik ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi Pertama. Yogyakarta
:Graha Ilmu
Boedhi Darmojo & Hadi. 2006. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit UI.
Harsono. 2006. Buku Ajar Neurologis Klinis. Yogyakarta : Gajah Madah University
Press.
Kushariyadi.2010. Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia. Jakarta : Salemba
Medika
Maryam, S dkk, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya .Salemba
Medika:Jakarta.
Mujahidullah, Khalid.2012. Keperawatan Gerontik : merawat lansia dengan kasih
sayang.Yogyakarta :Pustaka Pelajar.
Nugroho, W. 2008.Gerontik dan Geriatik. EGC: Jakarta
Soenarto. 2007. Buku ajar usia lanjut (ilmu kesehatan usia lanjut). Jakarta : Balai
penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Stanley M, Patricia GB.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta:
EGC
Tamher,s,noorkasiani.2009.kesehatan usia lanjut dengan pendekatan
asuhan keperawatan.Jakarta:salemba medika

33

Anda mungkin juga menyukai