Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kulit merupakan salah satu organ yang paling sering menjadi target reaksi
simpang obat. Manifestasi klinis erupsi kulit akibat obat sangat beragam, dari gejala
yang ringan hingga mengancam jiwa. Insidensi dan prevalensi erupsi kulit akibat
obat hingga saat ini masih sangat bervariasi. Data epidemiologi erupsi kulit akibat
obat di Indonesia umumnya, dan di Propinsi Jawa Timur, khususnya masih sangat
terbatas. Variasi manifestasi klinis dan temuan laboratorium menyebabkan
pelaporan menjadi tidak akurat . Erupsi kulit akibat obat merupakan suatu bentuk
reaksi pada kulit atau jaringan mukokutan akibat pemberian obat sistemik atau
metabolitnya.Obat yang dimaksud menurut diagnostik, terapeutik, atau obat yang
digunakan untuk memodifikasi fungsi biologis tubuh. Sebagian besar erupsi kulit
akibat obat diperantarai oleh satu atau beberapa mekanisme imunologis. Pada
suatu penelitian didapatkan angka kejadian erupsi kulit akibat obat sebesar 2,15%
dari seluruh pasien di bagian kulit. Angka kejadian erupsi kulit akibat obat dibagian
rawat inap menunjukkan adanya variasi dengan kisaran 1-3% hingga 10-15%
(Purwanti dan Taufiq, 2016).
Obat semakin lama makin banyak digunakan oleh masyarakat, sehingga
reaksi terhadap obat juga meningkat yaitu reaksi simpang obat (adverse drug
reaction) atau RSO. Salah satu bentuk RSO adalah reaksi obat alergik (ROA).
Manifestasi reaksi obat pada kulit disebut erupsi obat alergik (EOA) (Rahmawati T.,
2013).
Konsekuensi dari penggunaan obat-obatan tersebut adalah peningkatan
morbiditas dan mortalitas secara signifikan. Satu macam obat dapat menyebabkan
lebih dari satu jenis erupsi, sedangkan satu jenis erupsi dapat disebabkan oleh
bermacam-macam obat (Rahmawati T., 2013).
Exanthematous Drug Eruption disebut juga morbilliform atau maculopapular.
Exanthematous Drug Eruption merupakan penyakit kulit yang diinduksi obat dengan
karakteristik makula eritem dan papul yang menyebar cepat dan konfluens serta
biasanya muncul pertama dari batang tubuh. Waktu timbul reaksi berbeda-beda,
sebagian besar kasus mulai muncul bintik beberapa hari setelah minum obat
penyebab, tetapi dapat juga timbul segera, atau timbul sesudah beberapa minggu
(Rahmanisa dan Hani, 2017).
Erupsi Obat dapat berkisar antara erupsi ringan sampai erupsi berat yang
mengancam jiwa manusia. Reaksi obat dapat terjadi hanya pada kulit ataupun pada
kelainan sistemik, seperti Sindrom Hipersensitivitas Obat (Drug Hypersensitivity
Syndrome) atau Toxic Epidermal Necrolysis (Rahmawati T., 2013).

B. Tujuan
BAB II

Pembahasan

Analisis Epidemiologis : Exanthematous Drug Eruption

A. Epidemiologi Deskriptif

Anda mungkin juga menyukai