LATAR BELAKANG
Teori menua (aging theories) yang dikemukakan oleh Miller, 1995, menyatakan
bahwa secara biologis lansia mengalami penurunan fungsi organ-organ tubuh seperti
kardiovaskular, sensori, kulit, pola tidur, dan seksualitas. Miller, 1995 mengatakan
bahwa secara sosial karakteristik dari individu lansia adalah setiap individu yang
Lansia yang terdapat di ruang wisma cempaka atas sesuai dengan pengkajian
kelompok didapatkan data bahwa lansia rata-rata berusia 60 tahun keatas. Kondisi lansia
di wisma cempaka atas tampak bersih namun fasilitas tempat tidur seperti sprei, tampak
kotor dan jarang diganti. Beberapa klien malas berganti pakaian dengan alasan
mencuci pakaiannya.
kamar, dimana setiap kamar terdiri 2-3 klien. Setiap kamar memiliki 4 jendela dan 1
kamar mandi.kondisi kamar mandi secara umum tampak kurang bersih dan terlalu
banyak alat mandi yang tidak terpakai, namun setiap kamar mandi sudah dilengkapi
Hasil pengkajian didapatkan data 31% dari kelompok lansia Cempaka Atas
mengalami masalah keperawatan defisit perawatan diri. Kebersihan personal lansia pada
umumnya kurang baik dan masih perlu dimotivasi untuk melakukan perawatan diri.
Pakaian lansia jarang diganti, mulut dan gigi kotor, kuku hitam dan panjang. 23% lansia
1
menghabiskan waktunya di kamar untuk menyendiri dan tidur, beberapa lansia masih
tampak labil dalam mengontrol emosinya, seperti merasa putus asa, tidak berdaya
sehingga perilaku yang muncul adalah menarik diri. Kelompok lansia di wisma
Cempaka Atas 10% mengalami gangguan mobilitas fisik, hal tersebut dibuktikan
dengan adanya lansia yang mengalami atrofi dan kelemahan pada kedua ekstremitas
bawahnya
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Proses menua adalah proses yang tidak dapat dihentikan dan tidak dapat
Kemunduran fungsi tubuh pada pasien usia lanjut akan mengakibatkan perlambatan
kulit, gigi,mulut, kuku, rambut, mandi, dan cara berpakaian. Perubahan yang terjadi
maupun bantuan orang lain. Untuk dapat mempertahankan status kesehatan usia lanjut,
A. Pengkajian fisik
B. Pengkajian Psikologik
3
2. Pergerakan menjadi lamban sehingga pasien merasa tidak berdaya untuk
berarti kehidupannya.
C. Pengkajian Sosial
1. Membatasi diri berinteraksi dengan orang lain: tidak mau mengikuti kegiatan
sosial, misalnya arisan, pengajian, dll. Perlu pula dikaji alasan pasien tidak
perawat
4
e. Membantu pasien memandikan dua kali sehari dan mengganti pakaian
sehabis mandi
mulut, berpakaian, dan berdandan: mandi dua kali sehari, sikat gigi
berdandan
f. Memberikan penghargaan
5
1. Kamar mandi tidak licin
10. Kran-wastafel
2. Pasien dapat memenuhi kebuthan mandi, kebersihan mulut dan gigi, pakaian
Data subjektif:
6
Data Objektif:
Badan bau karena sudah beberapa hari tidak mandi dan baju tidak diganti
Tindakan keperawatan
pasien
7
BAB III
PENGKAJIAN KELOMPOK
mahasiswa FIK UI terhadap kelompok lansia di Panti Werdha Budi Mulya Budi Mulya
3 Ciracas Jakarta Timur pada tanggal 20, 21, dan 22 Juni 2005.
Ciracas Jak-Tim
Fasilitas Ruangan : 7 kamar untuk 2-3 lansia dengan kamar mandi pada
A. DIMENSI BIOLOGIS
Usia Jumlah
60-70 tahun 11 orang
71-81 tahun 3 orang
> 80 tahun 5 orang
Total 19 orang
Suku Jumlah
Jawa 6 orang
8
Sunda 3 orang
Batak 2 orang
Melayu 2 orang
Minang 3 orang
Tionghoa 3 orang
Total 19 orang
2. Keadaan Kesehatan
sehat, artinya tidak ada lansia yang harus berbaring di tempat tidur karena suatu
penyakit. Namun ada satu orang klien yang berinisial Bpk. D yang masih
sehari-hari dan hampir semua lansia selalu mengikuti pertemuan, baik yang
Waktu Kegiatan
……. – 05.00 Bangun pagi, mandi, ibadah/sholat shubuh
06.00 – 08.00 Olah raga/ jalan-jalan pagi, menonton TV
08.00 – 09.00 Sarapan pagi
09.00 –10.00 Kegiatan individu/ kelompok, pengajian/kebaktian
12.00 - 14.00 Makan siang, ibadah/sholat dzuhur, tidur siang
14.00 – 16.00 Menonton TV, Hobi, makan snack, bincang-bincang,
dsb
16.00 – 17.00 Mandi, ibadah/ sholat ashar
17.00 – 18.00 Makan Sore, menonton TV, jalan-jalan sore
18.00 – 20.00 Ibadah/sholat magrib + Isya, kegiatan individu
20.00 - … Tidur
a. Kebersihan perorangan
9
Kebersihan personal pada kelompok lansia di wisma Opa atas umumnya
kurang baik, diantaranya banyak lansia yang masih harus dimotivasi untuk
melakukan perawatan diri, pakaian jarang diganti, mulut dan gigi bau dan kotor,
integritas kulit.
c. Imunisasi
imunisasi karena lansia banyak yang tidak mengerti dan tidak ingat mengenai
10
Pada umumnya lansia memiliki kesadaran diri bahwa dirinya adalah
hari seperti menagangkat beban berat, malakukan pekerjaaan rumah tangga, dsb.
2. Keterampilan koping
perasaannya tanpa terbawa emosi, namun ada juga dari beberapa lansia yang
masih labil emosinya karena merasa putus asa, tidak berdaya, sehingga menarik
halusinasi dengar, gangguan rasa nyaman 14%, dan menarik diri 23%.
2. Kondisi Lingkungan
Penerangan
11
Penerangan di wisma Cempaka Opa atas cukup baik, dengan
Kamar dan koridor yang terdapat di wisma Cempaka cukup bersih dan
hari. Bau pesing tidak terlalu tercium, hanya saja sprei tempat tidur klien
Sirkulasi udara
Sirkulasi udara dalam kamar lansia baik. Setiap kamar terdapat empat
Jamban
tersebut
Sumber air minum berasal dari air kran yang dimasak terlebih dahulu
12
Pembuangan limbah/ air kotor
Pembuangan limbah/ air kotor dilakukan melalui saluran air yang telah
dibuat sedemikian rupa disekitar wisma. Saluran air bersih dari sampah
Pembuangan sampah
3. Perumahan
dan lansia laki-laki. Di Wisma Cempaka sendiri terbagi atas dua lantai,
biasa disebut dengan Oap Atas dan Opa Bawah. Dalam satu lantai
terdapat tujuh kamar untuk 2-3 lansia, dan satu kamar untuk ruang serba
guna.
13
2. Status social/ tingkat ekonomi dan pekerjaan
besar dari mereka (89,47%) tidak memiliki pekerjaan tetap, misalnya sopir,
poloklinik dengan fasilitas gedung yang nyaman bagi lansia, panti juga
4. Transportasi
angkutan kota dan ojek) yang dapat digunakan penghuni panti apabila ingin
karena mereka memiliki kamar pribadi sehingga urusan privasi yang dapat
bersenda-gurau. Saat makan sedikit saja dari lansia di wisma Opa atas yang
14
tidak bisa makan bersama karena keterbasan fisik misal kelemahan pada
kurang baik. Dari observasi kelompok mahasiswa penghuni opa atas sedikit
sekali yang mampu berinteraksi dengan penghuni di wisma lain. Uniknya, ada
dengan lawan jenis, dan mereka dapat melakukan interaksi dengan orang yang
disukainya.
Keluarga dapat mengunjungi lansia kapan saja, sesuai kebutuhan keluarga dan
lansia. Namun yang paling sering terjadi adalah keluarga jarang sekali
mengunjungi lansia, karena banyak juga dari mereka yang masuk panti akibat
ditelantarkan keluarga.
V. DIMENSI PERILAKU
1. Pola Makan
Pola makan dan minum kelompok lansia secara umum sudah teratur,
yaitu makan tiga kali dalam sehari ditambah kudapan di sela-sela makan pagi
dan makan siang. Makan pagi pukul 06.30, makan siang 12.00, dan makan sore
pukul 17.00. jika lansia ingin makan makananan yang lain, lansia diizinkan
15
untuk membelinya di luar panti. Pola minum di wisma Cempaka Opa atas cukup
beragam, ada yang satu liter perhari, ada yang sampai 3 liter pehari, dan ada
2. Merokok
panti banyak dari mereka yang menghentikan kebiasaan merokok dengan alasan
berbeda-beda pada tiap individu, ada yang karena biaya untuk membeli rokok
3. Olah raga
Kegiatan olah raga rutin diadakan pihak panti setiap hari Selasa dan
Jum’at pagi. Senam dipandu oleh instruktur senam , kecuali lansia dengan
gangguan mobilitas fisik, hampir semua lansia mengikuti senam pagi. Di luar
jadwal senam bersama, tak jarang para lansia melakukan olah raga setiap
4. Rekreasi
16
Pelayanan kesehatan yang dibuthkan lansia adalah poliklinik denga
fasilitas yang dapat menunjang kesehatan lansia, serta pemantauan dan observasi
ANALISA DATA
NO DATA DIAGNOSA
1. - Terdapat 31% lansia dari kelompok yang - Resiko terjadinya penyakit
17
di kamar untuk menyendiri/ tidur-tiduran persepsi pada kelompok
kekuatan
BAB IV
PEMBAHASAN
adalah setiap individu yang berusia 65 tahun keatas. Sedangkan di Indonesia, menurut
Departemen Sosial Republik Indonesia, seseorang dikatakan lansia jika telah berumur
18
Proses menua adalah proses yang tidak dapat dihentikan dan tidak dapat ditunda,
dimana terjadi perubahan dari aspek fisik, psikologis, dan social. Kemunduran fungsi
tubuh pada pasien usia lanjut akan mengakibatkan perlambatan dalam memenuhi
kehidupan sehari-hari, misalnya : pemenuhan kebersihan diri, gigi, mulut, kuku, rambut,
Keadaan ini mempermudah terjadinya penyakit kulit dan infeksi pada pasien.
baik secara mandiri maupun bantuan orang lain. Untuk dapat mempertahankan status
asuhan keperawatan.
Setelah dilakukan pengkajian terhadap lansia di wisma cempaka OPA atas, Panti
Sosial Bina Mulya Ciracas, pda tanggal 20-22 Juni 2005 diperoleh data bahwa beberapa
lansia mengalami masalah gangguan mobilitas fisik, gangguan integritas kulit, kurang
Secara umum, kondisi lingkungan fisik diruang OPA atas didapatkan data
terdapat 7 kamar dan setiap kamar dihuni oleh 2-3 klien lansia. Didalam kamar terdapat
satu kamar mandi dan 4 jendela, 2 jendela menghadap keluar dan 2 jendela lagi
menghadap selasar wisma. Kondisi kamar mandi secara umum tampak kurang bersih,
Kondisi kamar tampak bersih, namun fasilitas tempat tidur seperti sprei tampak
kotor dan jarang diganti. Beberapa klien malas untuk mengganti pakaiannya dengan
mencuci baju. Apabila diserahkan untuk dicucikan dijasa pencucian baju, klien
19
Perawatan diri adalah kegiatan dalam merawat diri. Tanda-tanda tubuh yang
bersih antara lain badan tidak bau, rambut rapi, bersih dan tidak bau; gigi bersih dan
mulut tidak bau: baju rapi dan tidak kotor; kuku pendek dan bersih. Ada beberapa hal
yang dapat terjadi jika seseorang tidak melakukan perawatan dirinya, antara lain dapat
terjadi penyakit kulit seperti gatal-gatal, badan berbau, serta penampilan tidak rapi.
wisma cempaka OPA atas dengan masalah defisit perawatan diri (resiko terjadi penyakit
kulit), disepakati bersama bahwa masalah pada kelompok lansia tersebut perlu untuk
ditangani. Oleh sebab itu, kelompok berencana melakukan penyuluhan (penkes) tentang
menghindari interaksi dengan orang lain. Menarik diri merupakan salah satu respons
sosial yang maladaptif. Perilaku yang tampak pada individu yang menarik diri antara
Kelompok lansia di wisma Cempaka OPA atas, terobservasi jarang/ tidak pernah
berinteraksi satu dengan yang lain. Lansia tampak sering menyendiri di kamar masing-
masing atau duduk sendirian di luar kamar. Jika lansia duduk bersama, misalnya
melakukan terapi modalitas pada kelompok lansia di wisma Cempaka OPA Atas. Terapi
modalitas dalam bentuk terapi aktivitas kelompok (TAK) dilakukan sebagai salah satu
20
Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam memberikan asuhan keperawatan
baik di institusi pelayanan maupun di masyarakat, yang bermanfaat bagi lansia dan
berdampak terapeutik. Beberapa terapi modalitas yang dapat dilakukan pada lansia
adalah psikoanalisa, terapi kognitif dan tingkah laku, psikofarmaka, terapi keluarga,
BAB V
PENUTUP
Lansia yang terdapat di ruang Wisma Cempaka Atas sesuai dengan pengkajian
kelompok didapatkan data bahwa lansia rata-rata berusia 60 tahun keatas. Kondisi lansia
di wisma Cempaka Atas tampak bersih namun fasilitas tempat tidur seperti seprei,
tampak kotor dan jarang diganti. Beberapa klien malas berganti pakaian dengan alasan
mencuci pakaiannya.
Hasil pengkajian didapatkan data 31% dari kelompok lansia cempaka atas
mengalami masalah keperawatan defisit perawatan diri. Kebersihan personal lansia pada
21
umumnya kurang baik dan masih perlu dimotivasi untuk melkukan perawatan diri.
Pakaian lansia jarang diganti, mulut dan gigi kotor, kuku hitam dan panjang. 23% lansia
menghabiskan wktunya di kamar untuk menyendiri dan tidur, beberapa lansia masih
tampak labil dalam mengontrol emosinya, seperti merasa putus asa, tidak berdaya
sehingga perilaku yang muncul adalah menarik diri. Kelompok lansia di wisma
Cempaka Atas 10% mengalami gangguan mobilitas fisik, hal tersebut dibuktikan
dengan adanya lansia yang mengalami atrofi dan kelemahan pada kedua ekstremitas
bawahnya
didapatkan hasil evaluasi bahwa setelah 3x30 menit pertemuan 80% dapat menyebutkan
pengertian kebersihan diri, kelompok lansia dapat menyebutkan 3 dari tanda tanda
Kelompok lansia dapat menyebutkan 3 cara perawatan diri, 50% Kelompok lansia dapat
22
DAFTAR PUSTAKA
Luechennotte, A.G. (1996). Gerontologic nursing. USA: Mosby Year Book, Inc
Lumbantobing, S. M. (1997). Kecerdasan pada usia lanjut dan demensia. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI
Mc. Connel, E.S & Matteson, M. A. (1998). Gerontological nursing: concept and
practice. USA: W.B Sounders Company
Miller, C. A. (1995). Nursing care of older adults: theory and practice. (2nd ed).
Philadelphia: Lippincott
Departemen Kesehatan RI. (1995). Asuhan keperawatan kesehatan jiwa usia lanjut.
Jakarta: Direktorat jendral pelayanan medik
23
24