Anda di halaman 1dari 24

BAB I

LATAR BELAKANG

Teori menua (aging theories) yang dikemukakan oleh Miller, 1995, menyatakan

bahwa secara biologis lansia mengalami penurunan fungsi organ-organ tubuh seperti

kardiovaskular, sensori, kulit, pola tidur, dan seksualitas. Miller, 1995 mengatakan

bahwa secara sosial karakteristik dari individu lansia adalah setiap individu yang

berusia 65 tahun keatas. Sedangkan di Indonesia, menurut Departemen Sosial RI,

seseorang dikatakan lansia jika telah berumur 60 tahun atau lebih.

Lansia yang terdapat di ruang wisma cempaka atas sesuai dengan pengkajian

kelompok didapatkan data bahwa lansia rata-rata berusia 60 tahun keatas. Kondisi lansia

di wisma cempaka atas tampak bersih namun fasilitas tempat tidur seperti sprei, tampak

kotor dan jarang diganti. Beberapa klien malas berganti pakaian dengan alasan

keterbatasan tersedianya pakaian bersih karena ketidakmampuan kelompok lansia

mencuci pakaiannya.

Kondisi lingkungan fisik di ruang Cempaka Atas didapatkan data terdapat 7

kamar, dimana setiap kamar terdiri 2-3 klien. Setiap kamar memiliki 4 jendela dan 1

kamar mandi.kondisi kamar mandi secara umum tampak kurang bersih dan terlalu

banyak alat mandi yang tidak terpakai, namun setiap kamar mandi sudah dilengkapi

dengan pengaman berupa besi pegangan di dindingnya.

Hasil pengkajian didapatkan data 31% dari kelompok lansia Cempaka Atas

mengalami masalah keperawatan defisit perawatan diri. Kebersihan personal lansia pada

umumnya kurang baik dan masih perlu dimotivasi untuk melakukan perawatan diri.

Pakaian lansia jarang diganti, mulut dan gigi kotor, kuku hitam dan panjang. 23% lansia

1
menghabiskan waktunya di kamar untuk menyendiri dan tidur, beberapa lansia masih

tampak labil dalam mengontrol emosinya, seperti merasa putus asa, tidak berdaya

sehingga perilaku yang muncul adalah menarik diri. Kelompok lansia di wisma

Cempaka Atas 10% mengalami gangguan mobilitas fisik, hal tersebut dibuktikan

dengan adanya lansia yang mengalami atrofi dan kelemahan pada kedua ekstremitas

bawahnya

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Proses menua adalah proses yang tidak dapat dihentikan dan tidak dapat

ditunda-tuinda, dimana terjadi perubahan aspek fisik, psikologis, dan sosial.

Kemunduran fungsi tubuh pada pasien usia lanjut akan mengakibatkan perlambatan

dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari, misalnya: pemenuhan kebersihan

kulit, gigi,mulut, kuku, rambut, mandi, dan cara berpakaian. Perubahan yang terjadi

dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan kebersihan diri, baik secara mandiri

maupun bantuan orang lain. Untuk dapat mempertahankan status kesehatan usia lanjut,

khususnya pemeliharaan kebersihan diri, pasien memerlukan asuhan keperawatan. yang

dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kebersihan diri adalah aspek fisik,

psikologis, dan sosial.

A. Pengkajian fisik

1. Kulit: kulit kering, keriput, menipis, dan tidak elastis

2. Peredaran darah: hiperpigmentasi, kulit berwarna coklat, ekimosis

3. Rambut: berubah menjadi putih, dan rontok

4. Gigi geligi: banyak yang tangg

5. Kuku: kuku cepat panjang dan keras

6. Penyimpanan panas pada tubuh berkurang

B. Pengkajian Psikologik

1. Daya ingat menurun

3
2. Pergerakan menjadi lamban sehingga pasien merasa tidak berdaya untuk

melakukan aktivitas akibatnya: pasien malu, sedih, dan merasa bersalah

3. Kemampuan untuk menyelasaikan masalah menurun dan merasa tidak

berarti kehidupannya.

C. Pengkajian Sosial

1. Membatasi diri berinteraksi dengan orang lain: tidak mau mengikuti kegiatan

sosial, misalnya arisan, pengajian, dll. Perlu pula dikaji alasan pasien tidak

ikut kegiatan sosial yang biasanya karena kurangnya kemampuan motorik.

2. Penampilan diri yang tidak menarik

3. Kemampuan komunikasi yang menurun

Untuk mempertahankan kebersihan diri klien usia lanjut perlu dipertimbangkan

tindakan keperawatan dengan meningkatkan kemampuan pasien untuk mandi,

kebersihan pakaian, mulut, gigi, kuku, dan rambut:

1. Tindakan pada pasien yang memerlukan bantuan

a. Membertahu dan mengenalkan untuk mandi, kebersihan mulut, dan gigi,

berpakaian dan berdandan

b. Mendiskusikan dengan pasien secara sederhana, pentingnya mandi,

kebersihan mulut, dan gigi, berpakaian, dan berdandan.

c. Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi, kebersihan

mulut, pakaian, dan dandanan

d. Menjelaskan dengan cara sderhana agar dapat bekerja sama dengan

perawat

4
e. Membantu pasien memandikan dua kali sehari dan mengganti pakaian

sehabis mandi

f. Memberikan penghargaan atas kerjasama pasien

2. Tindakan pada pasien yang memerlukan bantuan minimal

a. Menegenalkan pada pasien secara singkat perlengkapan mandi,

kebersihan mulut, dan berpakaian

b. Mendiskusikan dengan pasien mengenai pentingnya mandi, kebrsihan

mulut, berpakaian, dan berdandan: mandi dua kali sehari, sikat gigi

setiap bangun tidur, mengganti pakaian setiap selesai mandi

c. Mengingatkan dan membantu pasien menyiapkan perlengkapan mandi,

menjelaskan pada pasien untuk menggunakan peralatan yang disiapkan

d. Melatih pasien untuk mandi, kebersihan mulut, berpakaian, dan

berdandan

e. Membimbing pasien untuk perawatan diri

f. Memberikan penghargaan

D. Tindakan pasien yang mendiri

1. Menegenalkan peralatan mandi

2. Mendiskusikan pentingnya manfaat perawatan diri

3. Memotivasi pasien menyiapkan alat-alat perawatan diri

4. Memberi reinforcement positif terhadap kemampuan

Fasilitas untuk perawatan diri:

5
1. Kamar mandi tidak licin

2. Air hangat sesuai dengan kebutuhan

3. Pakaian yang bersih dari bahan yang menyerap keringat

4. Handuk yang bersih

5. Sabun mandi yang lunak

6. Sikat gigi yang lembut

7. Odol sesuai dengan kebiasaan pasien

8. Washlap, waskom sesuai dengan kebutuhan

9. Bedak sesuai dengan kebutuhsn pasien

10. Kran-wastafel

11. Kaca muka

Evaluasi pada perawatan diri mencangkup :

1. Kebutuhan kebersihan diri pasien, mandi, kebersihan mulut dan gigi,

pakaian dan berdandan, kulit, rambut dapat terpenuhi

2. Pasien dapat memenuhi kebuthan mandi, kebersihan mulut dan gigi, pakaian

dan berdandan, kulit rambut drngan bantuan maksimal

3. Pasien dapat melakukan secara mandiri aktivitas perawatan diri

Penerapan proses keperawtan dengan masalah kebrsihan diri: Ketidakmampuan

mengurus diri: mandi berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai:

Data subjektif:

Pasien mengeluh badan lemas, tenaga kurang

Sudah beberapa hari tidak mandi, badan gatal-gatal

6
Data Objektif:

Pasien lemah, usia sudah 70 tahun, kulit kering dan keriput

Badan bau karena sudah beberapa hari tidak mandi dan baju tidak diganti

Tujuan jangka panjang pemenuhan kebersihan diridapat teratasi dan pasien

merasa segar bugar

Tujuan jangka pendek: Pasien dapat:

Mengenal alat-alat untuk mandi

Mengerti tentang tujuan mandi

Pasien bekerja sama dengan perawat dalam aktivitas perawatan diri

Tindakan keperawatan

1. memelihara ketenangan lingkungan pasien

2. Menjelaskan secara singkat perlengkapan perawtaan diri

3. Mendiskudikan dengan pasien pentingnya perawatan diri

4. Menyiapkan alat-alat perawtan diri

5. Memandikan pasien, perhatikan respon verbal dan nonverbal serta kondisi

pasien

6. Menganjurkan pasien untuk dapat bekerja sama dalam perawatan diri

7. Memberikan pelembab pada kulit

8. Mengganti pakaian pasien

9. Memberikan penghargaan dengan keikitsertaan pasien

7
BAB III

PENGKAJIAN KELOMPOK

Di bawah ini akan diuraikan hasil pengkajian yang dilakukan kelompok 2

mahasiswa FIK UI terhadap kelompok lansia di Panti Werdha Budi Mulya Budi Mulya

3 Ciracas Jakarta Timur pada tanggal 20, 21, dan 22 Juni 2005.

Nama Kelompok : Lansia laki-laki (Opa atas)

Alamat : Wisma Cempaka (Opa atas) Panti Sosial Tresna Werdha

Ciracas Jak-Tim

Fasilitas Ruangan : 7 kamar untuk 2-3 lansia dengan kamar mandi pada

masing- masing kamar, 1 ruangan serba guna

Jumlah Anggota Kelompok : 19 orang

A. DIMENSI BIOLOGIS

1. Usia, dan suku

Tabel 1. Distribusi berdasarkan usia

Usia Jumlah
60-70 tahun 11 orang
71-81 tahun 3 orang
> 80 tahun 5 orang
Total 19 orang

Tabel 2. Distribusi berdasarkan suku

Suku Jumlah
Jawa 6 orang

8
Sunda 3 orang
Batak 2 orang
Melayu 2 orang
Minang 3 orang
Tionghoa 3 orang
Total 19 orang

2. Keadaan Kesehatan

Keadaan kesehatan kelompok lansia pada umumnya baik dan relatif

sehat, artinya tidak ada lansia yang harus berbaring di tempat tidur karena suatu

penyakit. Namun ada satu orang klien yang berinisial Bpk. D yang masih

membutuhkan bantuan perawatan total karena kondisi fisiknya yang tidak

memungkinkan, yaitu atropi dan kelemahan pada kedua ekstremitas bawah.

Sebagian besar lansia dalam kelompok mampu melakukan aktivitas

sehari-hari dan hampir semua lansia selalu mengikuti pertemuan, baik yang

diadakan oleh mahasiswa ataupun oleh panti.

Tabel 3. Distribusi jadwal kegiatan individu sehari-hari

Waktu Kegiatan
……. – 05.00 Bangun pagi, mandi, ibadah/sholat shubuh
06.00 – 08.00 Olah raga/ jalan-jalan pagi, menonton TV
08.00 – 09.00 Sarapan pagi
09.00 –10.00 Kegiatan individu/ kelompok, pengajian/kebaktian
12.00 - 14.00 Makan siang, ibadah/sholat dzuhur, tidur siang
14.00 – 16.00 Menonton TV, Hobi, makan snack, bincang-bincang,

dsb
16.00 – 17.00 Mandi, ibadah/ sholat ashar
17.00 – 18.00 Makan Sore, menonton TV, jalan-jalan sore
18.00 – 20.00 Ibadah/sholat magrib + Isya, kegiatan individu
20.00 - … Tidur

a. Kebersihan perorangan

9
Kebersihan personal pada kelompok lansia di wisma Opa atas umumnya

kurang baik, diantaranya banyak lansia yang masih harus dimotivasi untuk

melakukan perawatan diri, pakaian jarang diganti, mulut dan gigi bau dan kotor,

kulit kepala dan rambut kotor, kuku panjang dan kotor.

b. Penyakit yang banyak diderita

Persentase penyakit yang banyak diderita lansia adalah sebagai

berikut: 10% lansia mengalami hipertensi, gangguan pernafasan, gangguan

mobilitas fisik , 5% lansia mengalami gangguan pola tidur, reumatik, dan

inkontinensia, 14% mengalami nyeri, dan 32% mengalami resiko gangguan

integritas kulit.

c. Imunisasi

Kelompok mahasiswa tidak dapat melakukan pengkajian terhadap

imunisasi karena lansia banyak yang tidak mengerti dan tidak ingat mengenai

imunisasi terhadap dirinya.

d. Penyakit kronis atau menular

Kelompok lansia tidak sedikit yang mengalami penyakit kronis seperti

hipertensi dan reumatik.

II. DIMENSI PSIKOLOGIS

1. Gambaran diri kelompok

10
Pada umumnya lansia memiliki kesadaran diri bahwa dirinya adalah

seseorang yang sudah mengalami penurunan dalam melakukan aktivitas sehari-

hari seperti menagangkat beban berat, malakukan pekerjaaan rumah tangga, dsb.

2. Keterampilan koping

Keadaan emosi kelompok lansia umumnya baik, lansia bisa menahan

emosi terutama saat interaksi, masing-masing lansia dapat mengungkapkan

perasaannya tanpa terbawa emosi, namun ada juga dari beberapa lansia yang

masih labil emosinya karena merasa putus asa, tidak berdaya, sehingga menarik

diri. Pernah ada juga yang sampai membuat onar—dengan marah-marah—

ketika mengalami emosi.

3. Insiden dan prevalensi masalah psikologis

Dari 19 orang lansia, mahasiswa menemukan sekitar 18% lansia mengalami

halusinasi dengar, gangguan rasa nyaman 14%, dan menarik diri 23%.

III. DIMENSI FISIK

1. Lokasi, tempat target group

Kelompok lansia berada di Wisma Cempaka (Opa Atas) Panti Werdha

Budi Mulya 3 Jakarta Timur.

2. Kondisi Lingkungan

 Penerangan

11
Penerangan di wisma Cempaka Opa atas cukup baik, dengan

menggunakan lampu neon di setiap kamar tidur, kamar mandi, dan

koridor, cahaya dapat menerangi seluruh ruangan

 Kebersihan dan kerapihan

Kamar dan koridor yang terdapat di wisma Cempaka cukup bersih dan

rapi. Petugas kebersihan membantu menyapu dan mengepel wisma setiap

hari. Bau pesing tidak terlalu tercium, hanya saja sprei tempat tidur klien

sudah banyak yang kotor

 Sirkulasi udara

Sirkulasi udara dalam kamar lansia baik. Setiap kamar terdapat empat

buah jendela berukutan 3 x 2 meter yang dapat dibuka, sehingga

memudahkan udara keluar-masuk.

 Jamban

Di setiap kamar terdapat fasilitas toileting yang masih berfungsi, masing-

masing penghuni kamar bertanggung jawab terhadap kebersihan jamban

tersebut

 Sumber air minum

Sumber air minum berasal dari air kran yang dimasak terlebih dahulu

oleh petugas di dapur umum panti, sehingga setiap lansia dapat

memenuhi kebutuhan minumnya dengan mengambil air masak di dapur

12
 Pembuangan limbah/ air kotor

Pembuangan limbah/ air kotor dilakukan melalui saluran air yang telah

dibuat sedemikian rupa disekitar wisma. Saluran air bersih dari sampah

(lancar) dan tertutup jeruji besi

 Pembuangan sampah

Tempat pembuangan sampah disediakan oleh pihak panti di setiap sudut

koridor ruangan. Tempat sampah tertutup rapat dan diangkut oleh

petugas panti setiap hari.

3. Perumahan

Dalam panti terdapat wisma-wisma yang terpisah antara lansia wanita

dan lansia laki-laki. Di Wisma Cempaka sendiri terbagi atas dua lantai,

biasa disebut dengan Oap Atas dan Opa Bawah. Dalam satu lantai

terdapat tujuh kamar untuk 2-3 lansia, dan satu kamar untuk ruang serba

guna.

IV. DIMENSI LINGKUNGAN SOSIAL

1. Sikap komunitas terhadap target

Komunitas di sekitar Wisma Cempaka Opa atas tampak kurang terlihat

nuansa kebersamaan diantara sesama lansia, sebagian besar lansia

menghabiskan waktunya di kamar saja; menyendiri (melamun), tidur, menonton

TV, mengobrol dengan teman tentang aktivitas mereka.

13
2. Status social/ tingkat ekonomi dan pekerjaan

Keadaan ekonomi lansia rata-rata adalah menengah ke bawah. Sebagian

besar dari mereka (89,47%) tidak memiliki pekerjaan tetap, misalnya sopir,

penjaga toko, petani, pedagang, dsb.

3. Pelayanan kesehatan yang bersifat proteksi

Pelayanan kesehatan pada lansia disediakan oleh institusi panti berupa

poloklinik dengan fasilitas gedung yang nyaman bagi lansia, panti juga

menyediakan mobil ambulans yang digunakan untuk membawa lansia yang

memerlukan penanganan medis lebih lanjut.

4. Transportasi

Di panti terdapat mobil dinas dari pemerintah yang digunakan untuk

keperluan panti. Di sekitar panti terdapat alat transportasi umum (mobil

angkutan kota dan ojek) yang dapat digunakan penghuni panti apabila ingin

bepergian keluar panti.

5. Hubungan antar anggota kelompok

Di dalam kelompok lansia jarang sekali terjadi konflik antar lansia,

karena mereka memiliki kamar pribadi sehingga urusan privasi yang dapat

menyebabkan konflik bisa dihindari. Beberapa lansia juga tampak saling

bersenda-gurau. Saat makan sedikit saja dari lansia di wisma Opa atas yang

14
tidak bisa makan bersama karena keterbasan fisik misal kelemahan pada

ekstremitas, dan psikologis misal mengurung diri/menarik diri.

6. Hubungan di luar kelompok lansia

Hubungan dengan anggota kelompok di luar wisma Opa atas tampak

kurang baik. Dari observasi kelompok mahasiswa penghuni opa atas sedikit

sekali yang mampu berinteraksi dengan penghuni di wisma lain. Uniknya, ada

beberapa lansia yang bersikap sebagaimana remaja, yaitu memiliki ketertarikan

dengan lawan jenis, dan mereka dapat melakukan interaksi dengan orang yang

disukainya.

7. Hubungan dengan anggota keluaraga

Di panti tidak disediakan waktu khusus untuk kunjungan keluarga.

Keluarga dapat mengunjungi lansia kapan saja, sesuai kebutuhan keluarga dan

lansia. Namun yang paling sering terjadi adalah keluarga jarang sekali

mengunjungi lansia, karena banyak juga dari mereka yang masuk panti akibat

ditelantarkan keluarga.

V. DIMENSI PERILAKU

1. Pola Makan

Pola makan dan minum kelompok lansia secara umum sudah teratur,

yaitu makan tiga kali dalam sehari ditambah kudapan di sela-sela makan pagi

dan makan siang. Makan pagi pukul 06.30, makan siang 12.00, dan makan sore

pukul 17.00. jika lansia ingin makan makananan yang lain, lansia diizinkan

15
untuk membelinya di luar panti. Pola minum di wisma Cempaka Opa atas cukup

beragam, ada yang satu liter perhari, ada yang sampai 3 liter pehari, dan ada

yang hanya 4-5 gelas belimbing (300 ml) perhari.

2. Merokok

Umumnya lansia pernah punya riwayat merokok, namun saat tinggal di

panti banyak dari mereka yang menghentikan kebiasaan merokok dengan alasan

berbeda-beda pada tiap individu, ada yang karena biaya untuk membeli rokok

tidak ada, ada juga yang mengatakan demi menjaga kesehatan.

3. Olah raga

Kegiatan olah raga rutin diadakan pihak panti setiap hari Selasa dan

Jum’at pagi. Senam dipandu oleh instruktur senam , kecuali lansia dengan

gangguan mobilitas fisik, hampir semua lansia mengikuti senam pagi. Di luar

jadwal senam bersama, tak jarang para lansia melakukan olah raga setiap

harinya secara mandiri dengan jalan-jalan pagi sekitar wisma.

4. Rekreasi

Selain mengikuti rekreasi yang telah diprogramkan pihak panti, beberapa

lansia mengatakan dengan melakukan hobi mereka di panti sudah merupakan

rekreasi bagi lansia.

VI. DIMENSI KESEHATAN

1. Pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

16
Pelayanan kesehatan yang dibuthkan lansia adalah poliklinik denga

fasilitas yang dapat menunjang kesehatan lansia, serta pemantauan dan observasi

petugas kesehatan terhadap kondisi kesehatan tiap individu penghuni.

2. Sikap lansia terhadap kesehatan dan petugas kesehatan

Jika kelompok lansia mengalami keluhan kesehatan, lansia tak segan-

segan melaporkan masalah kesehatannya kepada petugas pantinuntuk

mendapatkan tindak lanjut dari keluhan klien.

2. Jaminan pemeliharaan kesehatan

Lansia tidak cukup mengetahui apakah diri mereka mendapat hak-

haknya untuk mendapat jaminan pemeliharaan kesehatan.

ANALISA DATA

NO DATA DIAGNOSA
1. - Terdapat 31% lansia dari kelompok yang - Resiko terjadinya penyakit

mengalami masalah keperawatan defisit kulit pada kelompok lansia

perawatan diri cempaka atas berhubungan

- Kebersihan personal lansia pada umumnya dengan penurunan

kurang baik dan masih dimotivasi untuk kemampuan dan motivasi

melakukan perawatan diri dalam merawat diri.

- Pakaian lansia jarang diganti, mulut dan

gigi kotor, kuku hitam dan panjang


2. - 23% lansia menghabiskan waktunya Resiko perubahan sensori

17
di kamar untuk menyendiri/ tidur-tiduran persepsi pada kelompok

- Beberapa lansia tampak masih labil dalam lansia di wisma cempaka

mengontrol emosinya, seperti merasa putus atas berhubungan dengan

asa, tidak berdaya, sehingga perilaku yang menarik diri.

muncul adalah menarik diri


3. - 10% lansia mengalami gangguan - Gangguan mobilitas fisik

mobilias fisik pada kelompok lansia di

- Terdapat lansia yang mengalami wisma cempaka atas

atropi dan kelemahan pada kedua berhubungan dengan

ekstremitas bawah penurunan kemampuan dan

kekuatan

BAB IV

PEMBAHASAN

Miller,1995, mengatakan bahwa secara social karakteristik dari individu lansia

adalah setiap individu yang berusia 65 tahun keatas. Sedangkan di Indonesia, menurut

Departemen Sosial Republik Indonesia, seseorang dikatakan lansia jika telah berumur

60 tahun atau lebih.

Teori menua (aging theories) yang juga dikemukakan oleh Miller,1995,

menyatakan bahwa secara biologis lansia mengalami penurunan fungsi organ-organ

tubuh seperti kardiovaskuler, pernafasan, pencernaan, perkemihan, mobilisasi, kognitf,

sensori, kulit, pola tidur, dan seksualitas.

18
Proses menua adalah proses yang tidak dapat dihentikan dan tidak dapat ditunda,

dimana terjadi perubahan dari aspek fisik, psikologis, dan social. Kemunduran fungsi

tubuh pada pasien usia lanjut akan mengakibatkan perlambatan dalam memenuhi

kehidupan sehari-hari, misalnya : pemenuhan kebersihan diri, gigi, mulut, kuku, rambut,

mandi dan cara berpakaian.

Keadaan ini mempermudah terjadinya penyakit kulit dan infeksi pada pasien.

Perubahan yang terjadi dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan keberhasilan diri

baik secara mandiri maupun bantuan orang lain. Untuk dapat mempertahankan status

kesehatan usia lanjut khususnya pemeliharaan kebersihan diri pasien memerlukan

asuhan keperawatan.

Setelah dilakukan pengkajian terhadap lansia di wisma cempaka OPA atas, Panti

Sosial Bina Mulya Ciracas, pda tanggal 20-22 Juni 2005 diperoleh data bahwa beberapa

lansia mengalami masalah gangguan mobilitas fisik, gangguan integritas kulit, kurang

pengetahuan, dan mayoritas ditemukan mengalami masalah deficit perawatan diri.

Secara umum, kondisi lingkungan fisik diruang OPA atas didapatkan data

terdapat 7 kamar dan setiap kamar dihuni oleh 2-3 klien lansia. Didalam kamar terdapat

satu kamar mandi dan 4 jendela, 2 jendela menghadap keluar dan 2 jendela lagi

menghadap selasar wisma. Kondisi kamar mandi secara umum tampak kurang bersih,

namun sudah dilengkapi dengan pegangan besi pada dindingnya.

Kondisi kamar tampak bersih, namun fasilitas tempat tidur seperti sprei tampak

kotor dan jarang diganti. Beberapa klien malas untuk mengganti pakaiannya dengan

alasan keterbatasan persediaan pakaian bersih karena ketidakmampuan klien untuk

mencuci baju. Apabila diserahkan untuk dicucikan dijasa pencucian baju, klien

mengatakan pakaiannya sering hilang.

19
Perawatan diri adalah kegiatan dalam merawat diri. Tanda-tanda tubuh yang

bersih antara lain badan tidak bau, rambut rapi, bersih dan tidak bau; gigi bersih dan

mulut tidak bau: baju rapi dan tidak kotor; kuku pendek dan bersih. Ada beberapa hal

yang dapat terjadi jika seseorang tidak melakukan perawatan dirinya, antara lain dapat

terjadi penyakit kulit seperti gatal-gatal, badan berbau, serta penampilan tidak rapi.

Setelah dilakukan FGD (Fokus Group Discussion) bersama 7 orang lansia di

wisma cempaka OPA atas dengan masalah defisit perawatan diri (resiko terjadi penyakit

kulit), disepakati bersama bahwa masalah pada kelompok lansia tersebut perlu untuk

ditangani. Oleh sebab itu, kelompok berencana melakukan penyuluhan (penkes) tentang

perawatan diri terhadap kelompok lansia di wisma cempaka OPA atas.

Rawlin,1993, mengatakan bahwa perilaku menarik diri adalah percobaan

menghindari interaksi dengan orang lain. Menarik diri merupakan salah satu respons

sosial yang maladaptif. Perilaku yang tampak pada individu yang menarik diri antara

lain menyendiri, komunikasi verbal terbatas/tidak ada, menolak berhubungan dengan

orang lain, apatis terhadap lingkungan sekitar, muncul halusinasi, dll.

Kelompok lansia di wisma Cempaka OPA atas, terobservasi jarang/ tidak pernah

berinteraksi satu dengan yang lain. Lansia tampak sering menyendiri di kamar masing-

masing atau duduk sendirian di luar kamar. Jika lansia duduk bersama, misalnya

menonton televisi, tidak ada interaksi antar lansia tersebut.

Berdasarkan hasil observasi tersebut, mahasiswa merencanakan untuk

melakukan terapi modalitas pada kelompok lansia di wisma Cempaka OPA Atas. Terapi

modalitas dalam bentuk terapi aktivitas kelompok (TAK) dilakukan sebagai salah satu

intervensi keperawatan terhadap masalah menarik diri.

20
Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam memberikan asuhan keperawatan

baik di institusi pelayanan maupun di masyarakat, yang bermanfaat bagi lansia dan

berdampak terapeutik. Beberapa terapi modalitas yang dapat dilakukan pada lansia

adalah psikoanalisa, terapi kognitif dan tingkah laku, psikofarmaka, terapi keluarga,

terapi rehabilitasi dan psikodrama.

BAB V

PENUTUP

Lansia yang terdapat di ruang Wisma Cempaka Atas sesuai dengan pengkajian

kelompok didapatkan data bahwa lansia rata-rata berusia 60 tahun keatas. Kondisi lansia

di wisma Cempaka Atas tampak bersih namun fasilitas tempat tidur seperti seprei,

tampak kotor dan jarang diganti. Beberapa klien malas berganti pakaian dengan alasan

keterbatasan tersedianya pakaian bersih karena ketidakmampuan kelompok lansia

mencuci pakaiannya.

Hasil pengkajian didapatkan data 31% dari kelompok lansia cempaka atas

mengalami masalah keperawatan defisit perawatan diri. Kebersihan personal lansia pada

21
umumnya kurang baik dan masih perlu dimotivasi untuk melkukan perawatan diri.

Pakaian lansia jarang diganti, mulut dan gigi kotor, kuku hitam dan panjang. 23% lansia

menghabiskan wktunya di kamar untuk menyendiri dan tidur, beberapa lansia masih

tampak labil dalam mengontrol emosinya, seperti merasa putus asa, tidak berdaya

sehingga perilaku yang muncul adalah menarik diri. Kelompok lansia di wisma

Cempaka Atas 10% mengalami gangguan mobilitas fisik, hal tersebut dibuktikan

dengan adanya lansia yang mengalami atrofi dan kelemahan pada kedua ekstremitas

bawahnya

Masalah defisit perawatan diri yang telah diintervensi oleh kelompok 2

didapatkan hasil evaluasi bahwa setelah 3x30 menit pertemuan 80% dapat menyebutkan

pengertian kebersihan diri, kelompok lansia dapat menyebutkan 3 dari tanda tanda

kebersihan diri, kelompok lansia dapat menyebutkan 2 manfaat kebersihan diri,

Kelompok lansia dapat menyebutkan 3 cara perawatan diri, 50% Kelompok lansia dapat

menjaga kebersihan diri dengan mandiri.

22
DAFTAR PUSTAKA

Luechennotte, A.G. (1996). Gerontologic nursing. USA: Mosby Year Book, Inc

Lumbantobing, S. M. (1997). Kecerdasan pada usia lanjut dan demensia. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI

Mc. Connel, E.S & Matteson, M. A. (1998). Gerontological nursing: concept and
practice. USA: W.B Sounders Company

Miller, C. A. (1995). Nursing care of older adults: theory and practice. (2nd ed).
Philadelphia: Lippincott

Departemen Kesehatan RI. (1995). Asuhan keperawatan kesehatan jiwa usia lanjut.
Jakarta: Direktorat jendral pelayanan medik

23
24

Anda mungkin juga menyukai