Anda di halaman 1dari 6

ANAMNESIS

Tujuan dilakukan anamnesis pada pasien dengan demam yaitu untuk :


1. Mengetahui apakah infeksi mempunyai lokalisasi organ atau tidak. Gejala penyakit
demam dapat dibagi menjadi
a. Konstitusi gejala yang terdiri dari kelelahan, mialgia, kehilangan nafsu makan,
mual,
sakit kepala, dll
b. Gejala sesuai keterlibatan organ tertentu :
 Tonsillo-faring : sakit tenggorokan, batuk, dan sakit saat menelan
 Maksilaris / Frontal sinus : rhinitis, hidung tersumbat, sakit kepala.
 Otak dan meninges : sakit kepala, muntah.
 Paru-paru dan pleura : batuk, produksi sputum, hemoptisis, sesak napas,
dan nyeri dada
 Myopericardium : nyeri dada, sesak napas, dan palpitasi
 Hati : muntah, nyeri epigastrium atau hypochondrial kanan, ikterus
 Kandung empedu dan saluran empedu : sakit perut dan muntah
 Appendix : nyeri perut kanan bawah, muntah, dan / atau konstipasi atau
diare.
 Saluran kemih : nyeri saat berkemih dan nyeri pinggang
 Sendi : sendi nyeri dan pembengkakan.
 Jaringan lunak : Pembengkakkan, perubahan warna, kemerahan dan
sakit pada jaringan lunak
 Kelenjar getah bening perifer : Pembengkakan ekstremitas
Bila pada anamnesis tidak didapatkan focus organ infeksi, maka Berikut ini adalah
beberapa gejala khusus yang mungkin mengindikasikan diagnosis demam singkat tanpa
gejala lokalisasi yang disebabkan oleh beberapa penyakit yaitu :
1) Demam berdarah : kulit petechiae dan perdarahan gingiva, nyeri sendi.
2) Malaria : demam dengan menggigil dan penurunan suhu normal spontan setelah
demam tinggi, jaundice, penurunan jumlah urin dan kejang.
3) Demam tifoid : adanya perubahan pola defekasi (awalnya diare selanjutnya bisa
terjadi konstipasi), nyeri perut.
4) Leptospirosis : myalgia, penurunan produksi urin, jaundice
5) Awal presentasi TB dan penyebab lain demam berkepanjangan
2. Jika pasien memiliki gejala yang mengkhawatirkan yang perlu masuk atau dirawat
segera
3. Untuk mengidentifikasi kondisi komorbiditas terkait, seperti :
1) Usia lanjut
2) Diabetes
3) Penyakit hati kronis atau penyakit ginjal
4) Gagal jantung
5) Terapi imunosupresif
6) Penyakit paru-paru kronis
7) Baru dirawat di rumah sakit
Poin yang perlu diingat dalam anamnesis yaitu pada pasien yang demam kita harus
mengidentifikasi apakah demam disebabkan oleh infeksi local atau tidak. Jika demam non
lokalisasi kita harus mencari gejala yang mungkin mengindikasikan infeksi sistemik tertentu.
Kita juga harus mengidentifikasi gejala yang mengkhawatirkan karena pasien membutuhkan
evaluasi dan pemantauan yang lebih rinci. Identifikasi kondisi komorbiditas yang signifikan
adalah sama pentingnya karena pasien ini mungkin memiliki toleransi yang buruk dan sering
perlu pendekatan agresif dalam manajemen klinis.

PEMERIKSAAN FISIK
Gejala harus memandu kita dalam melakukan pemeriksaan fisik. Sebagai contoh: volume
nadi dan tekanan darah harus dinilai pertama pada pasien yang mengalami riwayat perdarahan
atau episode muntah berulang. Pemeriksaan fisik dilakukan mulai dari pemeriksaan tanda -
tanda vital yang mencakup tekanan darah, nadi, laju pernapasan, serta suhu; keadaan umum;
dan pemeriksaan generalis yang dimulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berikut ini
pemeriksaan yang terkait dengan pasien dengan demam
 Orientasi, kewaspadaan,
 Mata : Conjungtiva anemis, sclera ikterus, perdarahan sub-conjuctival berdarah,
 Hidung : Kelembutan sinus
 Mulut : Pembesaran tonsil, faring hiperemis,
 Leher : Pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran kelenjar tiroid, kaku kuduk.
 Jantung : bunyi jantung, regurgitasi murmur
 Paru-paru : suara nafas, wheezing dan ronchi, efusi pleura
 Abdomen : nyeri perut, organomegali (hepatomegaly, spleenomegali), nyeri ketuk
CVA, nyeri tekan McBurney, bising usus, nyeri tekan suprapubik, asites, pembesaran
ginjal (ballottement),
 Pemeriksaan genital bila dicurigai infeksi genitalia
 Ekstremitas : edema tungkai, petechiae, ruam.
Penemuan hepato-splenomegali pada pemeriksaan fisik pada pasien dengan demam sering
disalah tafsirkan. Hepatomegali dan / atau splenomegali pada pasien demam menunjukkan
bahwa dia menderita infeksi signifikan dan tidak lebih dari itu

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis pada
pasien demam antara lain :
1. Hematologi rutin : Dapat mendeteksi adanya infeksi dan penyakit darah termasuk
leukemia. Pemeriksaan hematologi rutin mencakup :
1) Hemoglobin (Hb)
Interpretasi Hasil :
Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab
lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia
leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-
obatan: obat antikanker, asam asetil salisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid.
Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL.
Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD
(bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia
vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan:
metildopa dan gentamisin.
2) Hematokrit
Interpretasi Hasil :
Ht tinggi (> 55 %) dapat ditemukan pada berbagai kasus yang menyebabkan
kenaikan Hb; antara lain penyakit DBD, penyakit Addison, luka bakar, dehidrasi /
diare, diabetes melitus, dan polisitemia. Ambang bahaya adalah Ht >60%.
Ht rendah (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal jantung,
perlemakan hati, hemolisis, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht
<15%.
3) Leukosit (Hitung total)
Interpretasi Hasil
Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus,
parasit, dan sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu:
 Anemia hemolitik
 Sirosis hati dengan nekrosis
 Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)
 Keracunan berbagai macam zat
 Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan
sulfonamid.
Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis,
anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue),
keracunan kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain
antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi
leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.
4) Leukosit (hitung jenis)
Merupakan pemeriksaan terpenting untuk mendeteksi infeksi. Penilaian hitung jenis
tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali untuk penyakit alergi di mana
eosinofil sering ditemukan meningkat.
Interpretasi Hasil
 Neutrofil berfungsi melawan infeksi bakteri. Biasa jumlahnya adalah 55-70%
dari leukosit. Jika neutrofil kita rendah (disebut neutropenia), kita lebih mudah
terkena infeksi bakteri. Penyakit HIV lanjut dapat menyebabkan neutropenia.
Begitu juga, beberapa jenis obat yang dipakai oleh Odha (misalnya gansiklovir
untuk mengatasi virus sitomegalo) dan AZT (semacam ARV).
 Ada dua jenis utama limfosit: sel-T yang menyerang dan membunuh kuman,
serta membantu mengatur sistem kekebalan tubuh; dan sel-B yang membuat
antibodi, protein khusus yang menyerang kuman. Jumlah limfosit umumnya 20-
40% dari leukosit. Salah satu jenis sel-T adalah sel CD4, yang tertular dan
dibunuh oleh HIV. Hitung darah lengkap tidak termasuk tes CD4. Tes CD4 ini
harus diminta sebagai tambahan. Hasil hitung darah lengkap tetap dibutuhkan
untuk menghitung jumlah CD4, sehingga dua tes ini umumnya dilakukan
sekaligus.
 Monosit atau makrofag mencakup 2-8% dari leukosit. Sel ini melawan infeksi
dengan ‘memakan’ kuman dan memberi tahu sistem kekebalan tubuh mengenai
kuman apa yang ditemukan. Monosit beredar dalam darah. Monosit yang berada
di berbagai jaringan tubuh disebut makrofag. Jumlah monosit yang tinggi
umumnya menunjukkan adanya infeksi bakteri.
 Eosinofil biasanya 1-3% dari leukosit. Sel ini terlibat dengan alergi dan
tanggapan terhadap parasit. Kadang kala penyakit HIV dapat menyebabkan
jumlah eosinofil yang tinggi. Jumlah yang tinggi, terutama jika kita diare, kentut,
atau perut kembung, mungkin menandai keberadaan parasit.
 Fungsi basofil tidak jelas dipahami, namun sel ini terlibat dalam reaksi alergi
jangka panjang, misalnya asma atau alergi kulit. Sel ini jumlahnya kurang dari
1% leukosit.
 Persentase limfosit mengukur lima jenis sel darah putih: neutrofil, limfosit,
monosit, eosinofil dan basofil, dalam bentuk persentase leukosit. Untuk
memperoleh limfosit total, nilai ini dikalikan dengan leukosit. Misalnya, bila
limfosit 30,2% dan leukosit 8.770, limfosit totalnya adalah 0,302 x 8.770 =
2.648.
 shift to the left. Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen)
relatif dibanding limfosit dan monosit dikenal juga dengan sebutan shift to the
left. Infeksi yang disertai shift to the left biasanya merupakan infeksi bakteri dan
malaria. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the left antara lain
asma dan penyakit-penyakit alergi lainnya, luka bakar, anemia perniciosa,
keracunan merkuri (raksa), dan polisitemia vera.
 Shift to the right. Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif
dibanding netrofil disebut shift to the right. Infeksi yang disertai shift to the right
biasanya merupakan infeksi virus. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan
shift to the right antara lain keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.
5) Trombosit
Interpretasi Hasil
 Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam berdarah
dengue, anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang bahaya pada
<30.000 sel/mm3.
 Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit
keganasan, sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit
imunologis, pemakaian kontrasepsi oral, dan penyakit jantung. Biasanya
trombositosis tidak berbahaya, kecuali jika >1.000.000 sel/mm3.
6) Laju endap darah
Interpretasi Hasil
 LED yang meningkat menandakan adanya infeksi atau inflamasi, penyakit
imunologis, gangguan nyeri, anemia hemolitik, dan penyakit keganasan.
 LED yang sangat rendah menandakan gagal jantung dan poikilositosis.
7) Hitung eritrosit
Interpretasi Hasil
 Peningkatan jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat, diare, luka
bakar, perdarahan berat, setelah beraktivitas berat, polisitemia, anemia
sickle cell.
 Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia,
kehamilan, penurunan fungsi sumsum tulang, malaria, mieloma multipel,
lupus, konsumsi obat (kloramfenikol, parasetamol, metildopa, tetrasiklin,
INH, asam mefenamat)

2. Pemeriksaan Sero-Imunologi

Pemeriksaan serologis dapat bermanfaat pada seorang pasien “demam belum


terdiagnosis”. Biasanya diperlukan dua spesimen darah untuk pemeriksaan ini. Hal ini
berguna untuk interpretasi titer serologik. Suatu kenaikan titer sebesar 4 kali atau lebih
mempunyai arti yang sangat besar untuk dapat menentukan kemungkinan penyebab
penyakit. Untuk mengatasi frustasi dalam mencari penyebab demam yang tidak mau
turun, pengujian ini sangat bermanfaat.

Daftar Uji Virologis


No. Virus Penyebab Jenis Uji Penyakit
1. Dengue NS-1, (IHA, untuk penelitian)
Demam dengue atau
demam berdarah D
2. Cytomegalovirus Anti-CMV IgM Elisa, aviditas Infeksi
(CMV) CMV Cytomegalovirus
Anti-CMV IgG Elisa
3. Epstein – Barr Virus Paul Bunner Mononukleosis
(EBV) Anti EBV infeksiosa
4. Hepatitis A-E Anti Virus A-E Hepatitis akut
5. Coxiella burnetti IFA Demam Q
6. HIV Anti HIV-Elisa HIV/AIDS
Viral load HIV
Daftar Uji Bakterio-parasitologis
No. Penyakit Infeksi Jenis Uji Penyakit
1. Salmonella typhi Widal, Typhidot PCR Demam tifoid
2. S.paratyphi A/B/C Widal Demam paratiroid
3. Streptokokus ASTO Demam reumatik
4. Mikrobakteria Myco Dot TB PAP Anti TB TBC Pulmonal dan TBC
ekstrapulmonal
5. Leptospira spp M A T, IgM lepto Leptospirosis
6. Brucella spp Aglutinasi Brusellosis
7. Rickettsia spp Well Felix Ricketsiosis
8. Mycoplasma pneum IF Mycoplasmosis
9. Legionella IF Legionellosis
10. Toxoplasma Gondhi Elisa IgG/IgM, aviditas Toksoplasmosis
11. E. histolitica IDT Amubiasis
12. Filaria spp IFAT Filariasis
13. Candida spp Mikrosop cahaya KOH/NACL, Candidiasis
Chromagar
14. Histoplasma IDT Histoplasmosis
capsulatum

3. Kimia darah
Pemeriksan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan kreatinin harus
dilakukan. Tes faal hepar biasanya dikerjakan penyebab demam tidak menunjukkan
kemungkinan organ lain. Pemeriksaan kimia tambahan (kreatin poskokinase dll).Dapat
ditambahkan dengan berlanjutnya penelitian pada pasien.

4. Mikrobiologi
Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks dan vagina harus
dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum (pengecatan Gram, BTA, Kultur)
diperlukan untuk setiap pasien yang menderita demam dan batuk-batuk. Pemeriksaan
kultur darah dan kultur cairan abnormal serta urine diperlukan kalau keadaan demam
tersebut lebih dari penyakit virus yang terjadi tanpa komplikasi. Cairan cerebrospinal
harus diperiksa dan dikultur bila terdapat meningismus, nyeri kepala berat atau
perubahan status mental.

5. Radiologi
Pembuatan foto thoraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan untuk
setiap penyakit demam yang signifikan. Pada sebagian besar pasien yang menderita
demam, anamnesis riwayat medis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
untuk skrening pendahuluan akan menghasilkan diagnosis atau pasien sembuh spontan
pada kasus yang terakhir ini, penyakit virus biasanya dipertimbangkan sebagai sumber
infeksi yang menyebabkan demam.
Kalau demam berlanjut selama 2-3 minggu sementara pemeriksaan fisik dan
penunjang yang diulang selama waktu itu tidak memberikan hasil apapun, pasien dapat
didiagnosis sementara sebagai kasus observasi demam yang penyebabnya tidak
diketahui ( FUO; fever of unknown origin).

Anda mungkin juga menyukai