Anda di halaman 1dari 10

Ia Mencurahkan Hatinya kepada Allah dalam Doa

1, 2. (a) Mengapa Hana tidak senang ketika sedang bersiap-siap untuk


perjalanan ke Syilo? (b) Pelajaran apa yang bisa kita tarik dari kisah
Hana?
HANA menyibukkan diri dengan bersiap-siap untuk perjalanan ke
Syilo agar tidak terus memikirkan masalahnya. Seharusnya, itu adalah
saat yang membahagiakan; suaminya, Elkana, membawa seluruh
keluarganya ke tabernakel di Syilo setiap tahun untuk beribadat.
Yehuwa ingin agar perayaan semacam ini membahagiakan. (Baca
Ulangan 16:15.) Dan tidak diragukan, sejak kecil Hana pasti senang
menghadiri perayaan ini. Tetapi, keadaannya telah berubah dalam
tahun-tahun belakangan ini.
2
Ia diberkati karena memiliki suami yang mencintainya. Tetapi,
Elkana mempunyai istri lain. Namanya Penina, dan ia sepertinya
sengaja membuat hidup Hana sengsara. Penina bahkan telah
menemukan cara agar perayaan tahunan ini menjadi sesuatu yang
menyakitkan bagi Hana. Bagaimana? Tetapi yang lebih penting,
bagaimana iman Hana kepada Yehuwa bisa membantunya tetap
bertahan walaupun situasinya tampak mustahil ia hadapi? Apabila
menghadapi masalah yang menggerogoti sukacita dalam kehidupan,
Saudara akan melihat bahwa kisah Hana ini benar-benar menguatkan.
”Mengapa Sedih Hatimu?”
3, 4. Dua masalah besar apa yang Hana hadapi, dan mengapa
keduanya sangat berat?
3
Alkitab menyingkapkan dua masalah besar dalam kehidupan Hana.
Masalah pertama sangat sulit diatasi dan masalah kedua tidak bisa
diatasi sama sekali. Pertama, ia berada dalam pernikahan poligami,
dan istri yang satunya membenci dia. Kedua, ia mandul. Keadaan itu
menyusahkan bagi istri manapun yang sangat menginginkan anak;
tetapi dalam kebudayaan dan zaman Hana, itu merupakan kepedihan
yang luar biasa. Setiap keluarga mengandalkan keturunan untuk
meneruskan nama keluarga. Kemandulan dipandang sebagai sesuatu
yang membawa cela dan aib.
4
Hana mungkin bisa menanggung bebannya jika masalahnya bukan
karena Penina. Memang, poligami tidak pernah membawa manfaat.
Persaingan, percekcokan, dan sakit hati sering terjadi. Hal itu jauh
dari standar monogami yang Allah tetapkan di Taman Eden. (Kej.
2:24) Jadi, Alkitab menggambarkan poligami sebagai lukisan yang
suram. Dan, gambaran menyedihkan tentang kehidupan rumah tangga
Elkana adalah salah satu goresan kuas dalam lukisan itu.
5. Mengapa Penina ingin agar Hana menderita, dan bagaimana ia
menyakiti hati Hana?
5
Elkana lebih mencintai Hana. Menurut kisah turun-temurun Yahudi,
ia pertama-tama menikahi Hana, lalu beberapa tahun kemudian
Penina. Entah kisah itu benar atau tidak, Penina, yang sangat cemburu
terhadap Hana, menemukan banyak cara untuk membuat saingannya
ini menderita. Yang membuat Penina lebih unggul daripada Hana
adalah ia bisa punya anak. Seiring bertambah banyaknya anak yang ia
lahirkan, semakin sombonglah ia. Bukannya merasa kasihan dan
menghiburnya, Penina malah memanfaatkan kekurangan Hana
tersebut. Alkitab mengatakan bahwa Penina sangat mengesalkan hati
Hana ”dengan maksud membuatnya merasa kalut”. (1 Sam. 1:6)
Penina sengaja melakukan ini semua. Ia berniat menyakiti hati Hana,
dan ia berhasil
Hana sangat sedih karena kemandulannya, dan Penina melakukan
segala upaya untuk membuat Hana merasa lebih sedih
6, 7. (a) Walau Elkana berusaha menghibur Hana, mengapa Hana
tidak menceritakan seluruh permasalahannya? (b) Apakah
kemandulan Hana menunjukkan bahwa Yehuwa tidak berkenan
kepadanya? Jelaskan. (Lihat catatan kaki.)
6
Tampaknya, saat favorit Penina untuk menyakiti hati Hana adalah
saat perayaan tahunan di Syilo. Untuk setiap anak Penina—”semua
putra-putri Penina”—Elkana memberikan bagian dari korban yang
dipersembahkan kepada Yehuwa. Tetapi, Hana yang ia cintai
mendapat bagiannya yang istimewa. Ini membuat Penina cemburu.
Jadi, ia menyombongkan fakta bahwa dirinya mempunyai banyak
anak dan mengingatkan Hana akan kemandulannya sampai-sampai
wanita malang itu menangis dan kehilangan selera makan. Elkana
pasti melihat bahwa Hana, istri tercintanya, sedang bersusah hati dan
tidak makan, jadi ia berusaha menghiburnya. ”Hana,” ia bertanya,
”mengapa engkau menangis, dan mengapa engkau tidak makan, dan
mengapa sedih hatimu? Bukankah bagimu aku lebih baik daripada
sepuluh putra?”—1 Sam. 1:4-8.
7
Patut dipuji, Elkana memahami bahwa Hana bersusah hati karena
kemandulannya. Dan, Hana pasti menghargai pernyataan cinta
Elkana. * Tetapi, Elkana tidak menyinggung perbuatan jahat Penina;
dan Alkitab juga tidak menyiratkan bahwa Hana menceritakan
tindakan Penina. Mungkin Hana merasa bahwa jika ia menceritakan
tindakan jahat Penina, keadaannya malah akan memburuk. Apakah
Elkana akan bertindak? Bukankah kebencian Penina kepadanya malah
akan bertambah, dan tidakkah anak-anak dan para pelayan wanita itu
akan ikut membencinya? Hana justru akan merasa makin dikucilkan
dalam rumah tangganya sendiri.
Sewaktu menghadapi perlakuan yang tidak pengasih di rumah, Hana
mencari penghiburan dengan berpaling kepada Yehuwa
8. Ketika Saudara menghadapi perlakuan tidak adil atau jahat yang
tampaknya sepele, mengapa kita terhibur jika ingat bahwa Yehuwa
adalah Allah keadilan?
8
Entah Elkana tahu atau tidak seluruh tindakan jahat Penina, Allah
Yehuwa melihat semuanya. Firman-Nya menyingkapkan hal itu,
sehingga menjadi peringatan keras bagi siapa pun yang melakukan
tindakan kecemburuan dan kebencian yang tampaknya sepele. Di
pihak lain, orang-orang yang tidak bersalah dan suka damai, seperti
Hana, bisa mendapat penghiburan karena tahu bahwa Allah keadilan
akan meluruskan segala perkara dalam waktu dan cara yang Ia
tetapkan. (Baca Ulangan 32:4.) Mungkin Hana juga tahu hal itu
karena kepada Yehuwa-lah ia meminta bantuan.
”Tidak Lagi Menunjukkan Kecemasan”
9. Pelajaran apa yang bisa kita dapatkan dari kerelaan Hana untuk
pergi ke Syilo walaupun ia mengetahui tindakan saingannya nanti?
9
Pagi itu, keluarga tersebut sangat sibuk. Semuanya bersiap-siap
untuk pergi, bahkan anak-anak juga ikut sibuk. Keluarga besar itu
akan melakukan perjalanan ke Syilo yang jaraknya lebih dari
30 kilometer dengan melewati daerah Efraim yang berbukit. *
Perjalanan itu akan memakan waktu satu atau dua hari jika ditempuh
dengan berjalan kaki. Hana tahu bagaimana saingannya akan
bertindak. Tetapi, Hana tidak tetap tinggal di rumah. Dengan begitu,
ia meninggalkan teladan yang luar biasa bagi para penyembah
Yehuwa dewasa ini. Tidaklah bijaksana untuk membiarkan perilaku
buruk orang lain mengganggu ibadat kita kepada Yehuwa. Apabila
kita melakukannya, kita akan kehilangan berkat dan kekuatan yang
sebenarnya kita butuhkan untuk menanggung hal tersebut.
10, 11. (a) Saat ada kesempatan, mengapa Hana segera pergi ke
tabernakel? (b) Bagaimana Hana mencurahkan seluruh isi hatinya
kepada Bapak surgawinya dalam doa?
10
Setelah seharian berjalan di jalanan gunung yang berkelok-kelok,
keluarga besar itu akhirnya mendekati Syilo. Kota itu terletak di atas
bukit yang hampir seluruhnya dikelilingi bukit-bukit lainnya yang
lebih tinggi. Ketika mereka kian mendekat, Hana mungkin
memikirkan dalam-dalam apa yang ingin ia katakan kepada Yehuwa
dalam doa. Sesampainya di sana, keluarga itu makan bersama. Saat
ada kesempatan, Hana segera meninggalkan rombongannya untuk
pergi ke tabernakel Yehuwa. Imam Besar Eli ada di sana, sedang
duduk dekat tiang pintu. Tetapi, perhatian Hana tertuju kepada
Allahnya. Di tabernakel, ia merasa yakin akan didengar. Jika tidak
ada orang lain yang bisa mengerti penderitaannya, Bapaknya yang di
surga pasti bisa. Kesedihan mulai melanda hatinya, dan ia mulai
menangis.
11
Seraya seluruh tubuhnya gemetar karena isak tangisnya, Hana
berbicara kepada Yehuwa dalam hatinya. Bibirnya bergerak-gerak
ketika ia memikirkan kata-kata untuk menyatakan kepedihan hatinya.
Dan, ia berdoa lama sekali, mencurahkan isi hatinya kepada
Bapaknya. Tetapi, ia tidak sekadar meminta Allah mengabulkan
keinginannya yang sangat kuat untuk mempunyai anak. Hana tidak
hanya ingin menerima berkat dari Allah tetapi juga ingin memberi-
Nya apa yang sanggup ia berikan. Jadi ia membuat ikrar, menyatakan
bahwa jika ia mendapatkan seorang putra, ia akan membaktikan
kehidupan anak itu untuk melayani Yehuwa.—1 Sam. 1:9-11.
12. Seperti yang ditunjukkan oleh teladan Hana, pengingat apa yang
harus kita pikirkan saat berdoa?
12
Jadi, Hana meninggalkan teladan dalam hal berdoa bagi semua
hamba Allah. Yehuwa mengundang semua umat-Nya untuk berbicara
dengan leluasa, tanpa ragu-ragu, mencurahkan kekhawatiran mereka
kepada-Nya seperti anak yang percaya kepada orang tuanya yang
pengasih. (Baca Mazmur 62:8; 1 Tesalonika 5:17.) Rasul Petrus
diilhami untuk menulis kata-kata yang menghibur ini tentang doa
kepada Yehuwa, ’Lemparkanlah semua kekhawatiranmu kepadanya,
karena ia memerhatikan kamu.’—1 Ptr. 5:7.
13, 14. (a) Apa yang cepat-cepat Eli simpulkan tentang Hana?
(b) Bagaimana tanggapan Hana kepada Eli menjadi teladan iman yang
luar biasa?
13
Tetapi, pengertian dan empati manusia tidak seperti Yehuwa.
Seraya Hana menangis dan berdoa, ia dikejutkan oleh suatu suara. Itu
adalah suara Imam Besar Eli yang sejak tadi memerhatikan dia. Ia
mengatakan, ”Berapa lama lagi engkau akan berperilaku seperti orang
mabuk? Singkirkan anggurmu dari dirimu.” Eli sebelumnya melihat
bibir Hana yang bergerak-gerak, isak tangisnya, dan pembawaan
emosinya. Bukannya bertanya, ia malah menarik kesimpulan bahwa
Hana sedang mabuk.—1 Sam. 1:12-14.
14
Betapa sakitnya Hana, karena saat dilanda kegetiran, ia menghadapi
tuduhan yang tidak berdasar—dan itu diucapkan oleh pria yang
kedudukannya sangat terhormat! Tetapi, ia lagi-lagi memberikan
teladan iman yang luar biasa. Ia tidak membiarkan
ketidaksempurnaan seorang pria menghalangi ibadatnya kepada
Yehuwa. Ia menjawab Eli dengan penuh respek dan menjelaskan
masalahnya. Eli menanggapi, kemungkinan dengan nada suara yang
lebih halus dan lembut, ”Pergilah dengan damai, dan semoga Allah
Israel mengabulkan permintaanmu yang sungguh-sungguh yang
kauajukan kepadanya.”—1 Sam. 1:15-17.
15, 16. (a) Apa pengaruhnya bagi Hana setelah ia membuka hatinya
kepada Yehuwa dan beribadat kepada-Nya di tabernakel?
(b) Bagaimana kita bisa meniru teladan Hana ketika bergulat dengan
perasaan sedih?
15
Apa pengaruhnya bagi Hana setelah ia mencurahkan hatinya
kepada Yehuwa dan beribadat kepada-Nya di tabernakel? Kisahnya
mengatakan, ”Wanita itu pergi dan makan, dan mukanya tidak lagi
menunjukkan kecemasan.” (1 Sam. 1:18) Alkitab Terjemahan Baru
mengatakan, ”Mukanya tidak muram lagi.” Hana merasa lega. Ia
seolah-olah sudah memindahkan beban emosinya ke pundak Bapak
surgawinya yang jauh lebih besar dan lebih kuat. (Baca Mazmur
55:22.) Apakah ada masalah yang terlalu berat bagi-Nya? Tidak—
dulu tidak, sekarang tidak, di masa depan pun tidak!
16
Saat kita merasa susah, kewalahan, atau diliputi kesedihan, kita
hendaknya mengikuti teladan Hana dan berbicara dengan leluasa
kepada Pribadi yang Alkitab sebut ”Pendengar doa”. (Mz. 65:2)
Apabila kita melakukan itu dengan iman, kita juga bisa merasakan
bahwa kesedihan kita digantikan dengan ”kedamaian dari Allah, yang
lebih unggul daripada segala akal”.—Flp. 4:6, 7.
”Tidak Ada Gunung Batu Seperti Allah Kami”
17, 18. (a) Apa buktinya Elkana mendukung ikrar Hana? (b) Tindakan
Penina apa yang tidak lagi berpengaruh pada Hana?
17
Pagi berikutnya, Hana kembali ke tabernakel dengan Elkana.
Kemungkinan, ia telah menceritakan kepada Elkana tentang
permohonan dan ikrarnya, mengingat Hukum Musa mengatakan
bahwa seorang suami memiliki hak untuk membatalkan ikrar yang
dibuat istrinya tanpa persetujuan dia. (Bil. 30:10-15) Tetapi, pria
beriman itu tidak membatalkannya. Malahan, ia dan Hana bersama-
sama beribadat kepada Yehuwa di tabernakel sebelum pulang ke
rumah.
18
Kapan Penina sadar ejekannya tidak berpengaruh lagi terhadap
Hana? Kisahnya tidak menceritakan itu, tetapi kata-kata ”tidak lagi
menunjukkan kecemasan” menunjukkan bahwa sejak saat itu Hana
sudah lebih bahagia dan tidak lagi khawatir. Yang pasti, Penina
segera sadar bahwa tingkah laku buruknya tidak lagi memengaruhi
Hana. Alkitab tidak pernah menyebut namanya lagi.
19. Berkat apa yang Hana terima, dan bagaimana ia menunjukkan
bahwa ia menghargai sumber berkat tersebut?
19
Seraya bulan-bulan berlalu, kedamaian pikiran Hana berubah
menjadi kesenangan luar biasa. Ia hamil! Dalam suasana
menggembirakan ini, Hana tidak pernah sedetik pun melupakan
sumber berkat ini. Ketika putranya lahir, ia menamainya Samuel,
yang berarti ”Nama Allah” dan pastilah memaksudkan berseru kepada
nama ilahi, seperti yang telah Hana lakukan. Pada tahun itu, ia tidak
ikut Elkana dan keluarganya pergi ke Syilo. Ia tetap di rumah bersama
putranya selama tiga tahun, sampai dia disapih. Kemudian, ia
menguatkan diri untuk menghadapi hari di mana ia akan berpisah
dengan putranya yang tercinta.
20. Bagaimana Hana dan Elkana memenuhi ikrar mereka kepada
Yehuwa?
20
Perpisahan itu pastilah tidak mudah. Tentu, Hana tahu bahwa
Samuel akan diurus dengan baik di Syilo, mungkin oleh para wanita
yang melayani di tabernakel. Tetapi, Samuel masih sangat kecil, dan
Ibu mana pun pasti akan merasa sangat berat untuk berpisah dengan
anaknya. Walaupun demikian, Hana dan Elkana membawa anak itu,
tidak dengan berat hati, tetapi dengan rasa syukur. Mereka
mempersembahkan korban di rumah Allah, dan kemudian
memberikan Samuel kepada Eli, sambil mengingatkannya tentang
ikrar Hana tiga tahun sebelumnya.

Hana terbukti menjadi berkat bagi Samuel putranya


21. Bagaimana doa Hana kepada Yehuwa menunjukkan betapa dalam
iman Hana? (Lihat juga kotak ” Dua Doa yang Mengesankan”.)
21
Hana kemudian memanjatkan doa yang Allah anggap layak dicatat
dalam Firman-Nya yang terilham. Ketika membaca kata-katanya yang
dicatat di 1 Samuel 2:1-10, Saudara akan melihat betapa dalam iman
Hana di tiap-tiap kalimatnya. Ia memuji Yehuwa karena
menggunakan kuasa-Nya dengan menakjubkan—kemampuan-Nya
yang tiada tanding untuk merendahkan yang angkuh, memberkati
yang tertindas, dan untuk mengakhiri kehidupan atau bahkan
menyelamatkan nyawa dari kematian. Hana memuji Bapaknya karena
kekudusan, keadilan, dan keloyalan-Nya yang unik. Dengan
demikian, Hana bisa berkata, ”Tidak ada gunung batu seperti Allah
kami.” Yehuwa benar-benar dapat diandalkan, dan tidak berubah, Ia
adalah tempat perlindungan bagi semua yang tertekan dan tertindas
yang berpaling kepada-Nya untuk mencari bantuan.
22, 23. (a) Bagaimana kita bisa yakin bahwa seraya Samuel
bertumbuh dewasa, ia tahu orang tuanya mengasihi dia? (b) Berkat-
berkat apa lagi yang Yehuwa berikan kepada Hana?
22
Benar-benar hak istimewa bagi Samuel kecil karena memiliki
seorang ibu yang sangat beriman kepada Yehuwa. Walaupun Samuel
tentu merindukannya seraya ia bertumbuh dewasa, ia tidak pernah
merasa dilupakan. Tahun demi tahun, Hana kembali ke Syilo,
membawa mantel tak berlengan untuk Samuel gunakan dalam
pelayanannya di tabernakel. Setiap jahitan di mantel itu membuktikan
kasih dan kepeduliannya kepada putranya ini. (Baca 1 Samuel 2:19.)
Kita bisa bayangkan Hana memakaikan mantel baru itu kepada
Samuel, meluruskannya, dan menatap Samuel dengan penuh kasih
sayang sambil menguatkannya dengan kata-kata yang lembut. Samuel
benar-benar diberkati karena memiliki ibu seperti itu, dan ketika ia
besar, ia menjadi berkat bagi orang tuanya dan bagi seluruh Israel.
23
Mengenai Hana, ia juga tidak dilupakan. Yehuwa memberkatinya
dengan kesuburan, dan ia melahirkan lima anak lagi bagi Elkana.
(1 Sam. 2:21) Tetapi, berkat terbesar yang Hana terima kemungkinan
adalah ikatan yang ia miliki dengan Bapaknya, Yehuwa, yang terus
bertambah kuat dari tahun ke tahun. Semoga hal yang sama juga
terjadi atas diri Saudara, seraya Saudara meniru iman Hana.
Dua Doa yang Mengesankan
Dua doa Hana, yang dicatat di 1 Samuel 1:11 dan 2:1-10, berisi
beberapa hal yang sangat mengagumkan. Perhatikan beberapa di
antaranya:
 Hana menyampaikan doanya yang pertama kepada ”Yehuwa
yang berbala tentara”. Hana adalah orang pertama dalam catatan
Alkitab yang menggunakan gelar ini untuk Yehuwa. Gelar ini
digunakan sebanyak 285 kali dalam Alkitab dan memaksudkan
kuasa Allah atas banyak sekali putra rohani-Nya.
 Perhatikan bahwa Hana menyampaikan doa yang kedua, bukan
pada saat anaknya lahir, melainkan pada saat dia dan Elkana
membaktikan Samuel untuk melayani Allah di Syilo. Jadi, Hana
merasakan sukacita yang besar, bukan karena ia
bisa membungkam saingannya, Penina, melainkan karena berkat
yang ia terima dari Yehuwa.
 Ketika Hana mengatakan, ”Tandukku benar-benar ditinggikan
oleh Yehuwa”, ia mungkin membayangkan sapi jantan, binatang
beban perkasa yang menggunakan tanduknya yang sangat kuat.
Hana sebenarnya mengatakan, ’Yehuwa, Engkau membuatku
kuat.’—1 Sam. 2:1.
 Perkataan Hana tentang ”orang yang diurapinya” dianggap
sebagai nubuat. Ungkapan ini bisa juga memaksudkan ”mesias”,
dan Hana adalah orang pertama dalam catatan Alkitab yang
menggunakan ungkapan ini untuk memaksudkan raja yang
diurapi di masa depan.—1 Sam. 2:10.
 Sekitar 1.000 tahun kemudian, Maria, ibu Yesus, memuji
Yehuwa dengan menggunakan beberapa ungkapan doa Hana.—
Luk. 1:46-55. (Lihat Pasal 17.)

3 RAHASIA DOA - 1 SAMUEL 1:1-28



Hari ini kita perlu belajar mengetahui bahwa apapun
pergumulan dan masalah yang sedang kita hadapi baik
secara pribadi maupun bersama sama dalam jemaat dan
termasuk menyangkut bangsa dan negara kita tercinta,
pasti ada jalan keluarnya. Karena itu saya perlu sampaikan
kepada saudara pembaca renungan anggur baru ini bahwa,
Doa adalah Jawaban atas setiap masalah hidup kita (Fil.
4:6).


Dalam bacaan kita hari ini menceritakan tentang Hana
seorang ibu rumah tangga yang cukup lama menderita dari
hari ke- hari. Persoalannya adalah dia ia merasa terhina
sekali karena tidak punya anak disebabkan Tuhan telah
menutup kandungannya. Ketahuilah bahwa apa yang telah
ditutup Tuhan tidak dapat dibuka oleh siapapun.


Namun saya mau sampaikan bahwa Doa mampu
menghadirkan Mujizat Tuhan. Karena itu mungkin hari ini
saudara sedang menghadapi masalah yang besar dan
membuat seolah-olah pintu sudah tertutup dan tidak ada
jalan keluar, saya mengajak saudara untuk naikan doa dan
permohonan kepada Tuhan karena hanya Tuhanlah
penolong dan pembuat mukjizat.


Hana membawa persoalannya kepada Tuhan dalam doa
yang tidak berkeputusan dan Tuhan memberikan
kepadanya apa yang ia minta kepada-Nya.Belajar dari
kisah Hana ini kita menemukan minimal ada 3 Rahasia
Doa yang menghadirkan mujizat Allah sebagai berikut :
Pertama, Doa yang menghadirkan mukjizat Allah
adalah Doa orang benar (Yak. 5:16). Kita semua orang
berdosa, tetapi sudah dibenarkan oleh darah Kristus yang
tertumpah di golgota. Jika kita terus hidup di dalam
kebenaran maka pasti doa kita punya kuasa.


Beberapa ciri orang benar adalah takut Tuhan, selalu
berdoa dan membawa masalahnya hanya kepada Tuhan
dan bukan kepada hakim dunia. Perhatikan cara Hana
menyelesaikan masalahnya, itu adalah cara orang benar.


Kedua, Doa yang menghadirkan mukjizat Allah adalah
doa orang yang rendah hati (ay. 11). Hana memulai
kalimat doa dan nazarnya dengan kata- kata: “TUHAN
semesta alam....” ini adalah ungkapan hati yang
mencirikan seorang yang rendah hati. Ketahuilah bahwa
Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani
orang yang rendah hati (1 Pet. 5:16b).


Kesombonganlah yang telah menghambat banyak orang
untuk mengalami kasih dan mukjizat dari Tuhan. Marilah
kita merendahkan diri dihadapan Tuhan supaya Tuhan
semakin mencurahkan belas kasihannya kepada kita.


Ketiga, Doa yang menghadirkan mujizat Allah adalah
doa untuk kemulian Allah (ay. 11). Tujuan doa Hana
adalah untuk kemulian Allah semata-mata. Karena itu
dalam ayat 11 kita perhatikan permintaannya kepada
Tuhan bahwa jiwa ia diberikan seorang anak laki-laki
maka anak itu akan diserahkan kembali kepada Tuhan.
Luar biasa doanya.


Apa yang ia mintakan dari Tuhan bukan untuk
kepentingan dirinya sendiri tetapi untuk kemuliaan Tuhan,
karena itu Hana mendapat mujizat berlipat-lipat. Bukan
doublel Grace atau doublel miracle tetapi lima kali lipat,
artinya Tuhan memberikan kepadanya lagi 3 anak laki-laki
dan 2 anak perempuan. Saya ajak saudara untuk
merenungkan Firman Tuhan di dalam Yakobus 4:1-3.


Tuhan menghendaki agar apa yang kita doakan itu
tujuannya hanya untuk kemuliaannya. Semua masalah
pasti ada jalan keluarnya, dan jalan keluar untuk
menyelesaikan semua pergumulan hidup kita adalah
DOA.“Berdoalah sebagi orang benar yang rendah hati dan
memuliakan Tuhan maka pasti Allah akan menghadirkan
mujizat bagi kita”. [Sumber: R.A.B - Pdt. Ferry Haurissa,
MTh].


“Untuk mendapat anak inilah aku berdoa,dan TUHAN
telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta daripada-
Nya” (1 Samuel 1:27).

Anda mungkin juga menyukai