Anda di halaman 1dari 13

PERAN INTERNAL AUDIT TERHADAP KUALITAS SUSTAINABILITY REPORT DAN

SOCIAL PERFORMANCE

Study Kasus Pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI Tahun 2014 - 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan berkembangnya zaman pengungkapan CSR merupakan suatu hal yang sangat
urgent, dimana perusahaan saling mengungkapkan apa yang menjadi icon perusahaan untuk
mendapatkan citra perusahaan yang baik. Pemerintah, aktivis, dan media sudah kompeten dalam
memegang perusahaan untuk memperhitungkan konsekuensi sosial dari kegiatan mereka. Di
berbagai organisasi, peringkat perusahaan berada pada kinerja tanggung jawab sosial perusahaan
(CSR), peringkat ini menarik publisitas yang cukup besar. Akibatnya, CSR telah muncul sebagai
prioritas yang tak terhindarkan bagi para pemimpin bisnis di setiap Negara. Namun dalam hal ini
pengungkapan yang telah diungkap perusahaan hanya kegiatan yang bersifat positif, kendala dan
masalah tidak diungkap dalam pelaporan CSR, dari sini kepercayaan kepada perusahaan tersebut
bisa berkurang, sedikit kemungkinan jika dalam perusahaan tidak terdapat masalah sedikitpun,
Banyak penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan mengungkapkan CSR
mendukung penerbitan berita baik dan mencoba mengalihkan perhatian pembaca dari perusahaan
yang tidak bertanggung jawab. Literatur memberikan beberapa wawasan yang menyoroti
pentingnya presepsi CSR yang menguntungkan, seperti dampak positifnya terhadap reputasi
perusahaan dan kinerja karyawan. Misalkan perusahaan mengungkapkan hal negative seperti
keraguan konsumen mengenai manfaat lingkungan dari suatu perusahaan, secara negative akan
mempengaruhi niat konsumen untuk beli. Dengan demikian pentingnya menghidari hal yang
buruk untuk mempertahankan presepsi CSR Positif sering ditekankan. Namun informasi yang
terlalu positif juga bukan tanpa resiko melainkan menunjukan kumunafikan perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Johannes Jahn and Rolf Burhl ingin
mengungkapkan bahwa kegiatan yang negative sebaiknya juga diungkapkan dalam laporan CSR
agar kepercayaan para stakeholder lebih kuat sehingga kredibilitas perusahaan semakin tinggi.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh teory Atribusy yang memprediksi bahwa perusahaan yang
secara sukarela mengungkapkan informasi negative berkaitan dengan kejujuran perusahaan,
karena selama ini sebagian besar perusahaan selalu menampilkan tanggung jawab sosial
perusahan yang terlalu menampilkan hal-hal positif dan optimis, namun hal negetif seperti
kegagalan dan kesalahan ditahan dan tidak di ekspos, hal ini sejalan dengan penelitian Hutton,
Miller. & Skinner ,2003; Williams, 1996) berpendapat bahwa kabar baik sering berhubungan
dengan insentif dari perusahaan karena nyajikan produk, prestasi dan kemampuan perusahaan
secara positif. Sedangkan berita buruk bertentangan dengan insentif perusahaan karena iu
menyoroti kegagalan perusahaan akibatnya manajemen kurang memberikan insentif kepada
karyawan. efek peningkatan kepercayaan ini didorong oleh insentif perusahaan dalam
meningkatkan kredibilitas perusahaan semakin tinggi proporsi informatisi negative, semakin
besar pula kontradiksi dengan insentif perusahaan, dalam hal ini akan menghasilkan kepercayaan
yang lebih tinggi kepada perusahaan sehingga teory atribusi diterima.
Teori lain yang melandasi penelitian ini yaitu teori legitimasi dan teori stakeholder juga
berperan penting dalam pengungkapan CSR, aturan yang dipakai oleh perusahaan harus
berdasarkan norma dan hukum yang berlaku sehingga para stakeholder dapat menerima
informasi tersebut sehingga kelangsungan hidup perusahaan bisa menjadi lebih baik, semakin
powerfull stakeholder dalam mendukung perusahaan maka semakin kuat perusahaan untuk
beradaptasi, karena pengungkapan CSR dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan
dengan stakeholdernya.
Penelitian ini berupaya mengatasi dua kesenjangan penelitian terdahulu. Pertama
sementara teori atribusi mengusulkan peningkatan linier dalam meningkatkan kredibilitas untuk
proporsi informasi yang negative lebih tinggi (Crowley & Hoyer, 1994), Eisend (2006)
menemukan dalam meta-analisisnya bahwa bukti untuk hubungan tersebut lemah. Marcer (2004)
yang mengemukaan bahwa pengungkapan negative dalam laporan CSR itu tidak masuk akal,
karena perusahaan normal akan mempublikasikan hanya informasi positif, sedangkan informasi
negative akan mempengaruhi investor yang akan menanamkan saham mereka. Dan perusahaan
yang mengungkapkan informasi negative dianggap unik dalam berkomunikasi.
Kedua Chan dan Milne (1999) menunjukkan bahwa pengungkapan informasi negative
yang merugikan mempengaruhi keputusan investasi, sedangkan Reimsbach dan Hahn (2015)
mengungkapkan tidak menemukan reaksi yang merugikan dari efek pengungkapan informasi
negative. Perbedaan ini mungkin dijelaskan bahwa peneliti pertama hanya mengungkapkan
informasi negative sedangkan penelitian terahir menggunakan pengungkapan dua sisi, namun
seiring dengan itu proporsi informasi negative dan efektivitas dua sisi tergantung pada beberapa
karakteristik pesan dan kejelasan kalimat mengenai maksud dan tujuan.
Pengungkapan yang mengandung informasi positif maupun negative sering disebut pesan
dua sisi. Sedangkan sarjana pemasaran sering merujuk pada produk positif dan negative. Peneliti
berusaha untuk menyelidiki efek pengungkapan CSR dua sisi yaitu pengungkapan yang
menyebutkan aspek positif dan negative dari kinerja sosial perusahaan. Dengan demikian dalam
pengaturan CSR rintangan untuk mengungkapkan infromasi negative mungkin lebih tinggi.
Agar tidak terjadi ambiguitas atas kedua kesenjangan penelitian terdahulu tersebut peran
internal audit sangat penting dalam pengungkapan Sustainability Report, Sustainability Report
yang berkualitas otomatis akan meningkatkan kinerja social perusahaan. Dalam pelaksanaan
pengendalian dapat dilakukan secara langsung oleh anggota perusahaan dan dapat pula
dilakukan oleh suatu departemen internal audit. Pihak manajemen dapat membentuk suatu
departemen audit intern yang diberi wewenang untuk melalukan pengawasan dan penilaian
terhadap pengendalian intern perusahaan. Struktur pengendalian intern dimaksudkan untuk
melindungi harta milik perusahaan, menilai kecermatan dan keandalan data akuntansi,
meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah
digariskan. Internal audit modern menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan
penilaian kontrol, kinerja, resiko, dan tata kelola (governance) social perusahaan.
Peran internal audit akan semakin dapat diandalkan dalam mengembangkan dan
menjaga efektivitas sistem pengendalian internal, pengelolaan resiko dan Good Corporate
Governance guna menopang terwujudnya suatu perusahaan yang sehat. Suatu mekanisme dalam
sistem pengendalian internal merupakan salah satu sarana utama untuk dapat memastikan bahwa
pengelolaan perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance. Internal Audit harus dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan mampu
memberikan manfaat bagi manajemen senior dan pemangku kepentingan lainnya dengan
melakukan kegiatan penjaminan dan konsultasi yang membantu organisasi mencapai tujuan
kepatuhan, keuangan, operasional, dan strategisnya. dari sini diharapkan Internal Audit dapat
memberikan Nilai tambah bagi perusahaan, nilai tambah disini juga bisa disebut sebagai veriabel
control dari Internal Audit yaitu dapat di lihat dari Kualitas Audit dan Ukuran Komite Audit.
Perusahaan tambang dikenal sebagai perusahaan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu
perusahaan tambang harus menerapkan program tanggung jawab sosial berupa program yang
dapat mengurangi dampak kerusakan lingkungan dari kegiatan usaha pertambangan yang mereka
lakukan. CSR pada pertambangan berbeda dengan CSR pada industry lainnya, seperti perbankan,
telekomunikasi dan lain sebagainya, karena CSR pertambangan harus sesuai dengan Analisis
Masalah dan Dampak Lingkungan (AMDAL) masing-masing perusahaan tambang yang sudah
disetujui oleh pemerintah. Oleh sebab itu peneliti memilih perusahaan pada sector pertambangan
yang ada di BEI yang sudah mengungkap Sustainability Report pada tahun 2014 – 2018.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian, guna mengetahui peran Internal Audit dalam Pengungkapan Sustainability
Report sehingga dapat meningkatkan Social Performance Perusahaan pada sector pertambangan
yang terdaftar di BEI dengan mengambil judul penelitian “Peran Internal Audit terhadap
Kualitas Sustainability Report dan Social Performance” .

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu ruang lingkup untuk mempermudah
pembahasan, dalam penelitian ini dapat kita ambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah Internal Audit berpengaruh terhadap Kualitas Sustainability Report?
2. Apakah Internal Audit berpengaruh dalam meningkatkan Social Performance?
3. Apakah Kualitas Sustainability Report berpengaruh terhadap peningkatan Social
Performance?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengaruh Internal Audit terhadap Kualitas Sustainability Report?
2 Untuk mengetahui pengaruh Internal Audit dalam meningkatkan Social Performance?
3 Untuk mengetahui pengaruh Kualitas Sustainability Report terhadap peningkatan Social
Performance?

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi kepada para
pengguna Sustainability Report bahwasanya peran internal audit sangat penting untuk
menyusun dan mengevaluasi Sustainability Report tersebut dan dapat menentukan standart
pengungkapan yang baik sehingga tidak terjadi ambiguitas oleh perusahaan dalam pengungkapan
Sustainability Report.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Audit
a. Pengertian Audit
Istilah audit sering disebut juga auditing, Listianto (2015:13) menjelaskan bahwa:
Auditing merupakan salah satu atestasi. Atestasi secara umum, merupakan suatu
komunikasi dari seorang expert mengenai kesimpulan tentang realibilitas dan pernyataan
seseorang. Sedangkan atestasi secara sempit merupakan komunikasi tertulis yang
menjelaskan suatu kesimpulan mengenai realibilitas dari asersi tertulis yang merupakan
tanggung jawab dari pihak lainnya.
Agoes (2008:3) mengemukakan pengertian auditing sebagai berikut : Auditing
adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang
independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta
catatan-catatan pembukuan dari bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Sedangkan
pengertian Audit menurut Mulyadi (2008:9) adalah: Proses sistematik untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan
dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyampaikan
hasilhasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Dari definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa audit adalah suatu pemeriksaan
yang dilakukan oleh orang yang kompeten dalam suatu bidang yang akan diaudit dimana
seorang auditor bertujuan untuk membantu manajemen dalam pengelolaan perusahaan
untuk mencapai tujuan perusahaan.

b. Jenis – Jenis Audit


Audit dapat dibedakan menurut jenis-jenis audit. Menurut Agoes (2008:912) jenis-jenis
audit ditinjau dari luas dan jenis pemeriksaannya. Untuk luas pemeriksaannya audit
dibedakan atas “General Audit (Pemerikasaan Umum) dan Special Audit (Pemeriksaan
khusus)”. Sedangkan jika ditinjau dari jenis pemeriksaannya, audit dapat dibedakan atas:
a) Management Audit (Operational Audit)
b) Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan)
c) Internal Audit (Pemeriksaan Intern)
d) Computer Audit.

c. Audit sosial
Audit sosial dapat disebut juga dengan Audit pertanggungjawaban sosial
merupakan suatu proses dimana organisasi dapat menentukan kewajaran kinerja sosial
mereka, melaporkan dan mengembangkan kinerjanya. Audit pertanggungjawaban sosial
mengukur dampak sosial dan perilaku relasi perusahaan. Audit pertanggungjawaban
sosial diharapkan dapat dipergunakan untuk menilai dampak sosial dari kegiatan
perusahaan, mengukur efektifitas program perusahaan yang bersifat sosial dan
melaporkan sampai seberapa jauh perusahaan memenuhi tanggung jawab sosialnya.
Suatu informasi internal dan eksternal memungkinkan penilaian menyeluruh terhadap
sumber sumber daya dan dampaknya (baik sosial maupun ekonomi), oleh karena itu pada
prinsipnya audit pertanggungjawaban sosial timbul dalam upaya memenuhi ketentuan
informasi bagi pihak – pihak yang membutuhkan. Ide dasar audit sosial adalah keinginan
untuk membuat bisnis semakin bertanggung jawab kepada masyarakat dan untuk
meyakinkan bahwa dampak penting dan tidak penting dari suatu bisnis dapat dipahami.
Dari beberapa definisi tentang audit sosial diatas sebenarnya audit pertanggungjawaban
sosial didefinisikan menjadi dua hal besar. Yang pertama audit pertanggungjawaban
sosial disamakan dengan akuntansi pertanggung jawaban sosial. Hal ini sesuai dengan
yang dikatakan oleh Gray et al. (1997) dan Day et al. (1995) bahwa audit
pertanggungjawaban sosial kadangkala disamakan dengan akuntansi pertanggungjawaban
sosial. Sedangkan yang kedua, audit pertanggungjawaban sosial diartikan sebagai suatu
proses pembuktian kewajaran atas akuntansi pertanggungjawaban sosial. Dalam
penelitian ini audit pertanggungjawaban sosial diartikan sebagai pembuktian kewajaran
atas akuntansi pertanggungjawaban sosial. Audit pertanggungjawaban sosial telah
berkembang karena sudah merupakan suatu kebutuhan bagi stakeholder. Audit
pertanggungjawaban sosial telah dilakukan di berbagai negara contohnya adalah Kanada,
Australia, Amerika dan Inggris. Di Kanada, audit atas pertanggungjawaban sosial
perusahaan telah dilakukan oleh The Investment Committee of The United Church of
Canada tahun 1974. Dari hasil audit ini ditemukan bahwa audit pertanggungjawaban
sosial bermanfaat untuk memberikan ukuran yang lebih akurat untuk kinerja non-
eksekutif, memprediksi kinerja sosial di masa mendatang, melakukan perbandingan antar
perusahaan, intra perusahaan dan inter industri.

d. Kualitas Internal Audit pertanggungjawaban sosial


Kualitas audit merujuk pada IAI KAP (1994) adalah pelaksanaan audit oleh
auditor yang memenuhi ketentuan atau standar auditing, mencakup mutu professional,
independensi, pertimbangan (judgment) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan
penyusunan laporan auditor.
Laporan keuangan tahunan yang sudah diperiksa oleh akuntan publik dapat
menjadi dasar yang berguna bagi pengambilan keputusan yang ekonomis. Auditor
memainkan peran yang penting dalam meningkatkan strategi pelaporan perusahaan
secara keseluruhan. Perusahaan yang diaudit oleh KAP yang berukuran besar akan
menyajikan laporan pertanggungjawaban sosial yang lebih berkualitas berdasarkan
regulasi yang telah ditentukan, karena memiliki kualitas, reputasi, dan kredibilitas
dibanding KAP ukuran kecil. Oleh karena itu, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 1: Kualitas Internal audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengungkapan Sustainability Report

e. Komite Audit
Komite audit beranggotakan komisaris independen dan terlepas dari kegiatan
manajemen sehari-hari serta mempunyai tanggung jawab utama untuk membantu dewan
komisaris dalam menjalankan tanggung jawabnya terutama dalam masalah yang
berhubungan dengan kebijakan akuntansi perusahaan, pengawasan internal, dan system
pelaporan keuangan (www.cicfcgi.org). Komite audit harus terdiri atas individu -
individu yang mandiri dan tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dari manajemen yang
mengelola perusahaan, serta memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi
pengawasan secara efektif. Salah satu dari beberapa alasan utama kemandirian ini adalah
untuk memelihara integritas serta pandangan yang objektif dalam laporan serta
penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh komite audit, karena individu yang mandiri
cenderung lebih adil dan tidak memihak serta obyektif dalam menangani suatu
permasalahan.
Oleh karena itu, komisaris independen, komite audit dan kualitas audit dapat
meningkatkan rating CSR. Oleh karena itu, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 2: Ukuran komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengungkapan Sustainability Report

2.2 Corporate Sosial Responsibility


a. Definisi Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility (CSR) atau dikenal dengan tanggung jawab sosial
perusahaan mulai berkembang pada tahun 1960 dalam upaya menjadikan persoalan
kemiskinan dan keterbelakangan mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai
kalangan. Di wilayah Asia, konsep CSR berkembang sejak tahun 1998, tetapi pada
waktu tersebut belum terdapat suatu pengertian maupun pemahaman yang baik tentang
konsep CSR. Sementara itu, di Indonesia konsep CSR mulai menjadi isu yang hangat
sejak tahun 2001, dimana banyak perusahaan maupun instansi-instansi yang kemudian
mulai melirik CSR sebagai suatu konsep pemberdayaan masyarakat. Para pakar
memberikan definisi yang beragam mengenai CSR, begitupula definisi yang dikeluarkan
oleh institusi terkait. World Bussiness Council for Sustainable Development (WBCSD)
mendefinisikan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai : Kelanjutan oleh suatu
entitas bisnis untuk bertindak secara etis dan berperan untuk membangun ekonomi
dengan meningkatkan kualitas hidup ditempat kerja dan terhadap keluarga mereka,
seperti masyarakat lokal dan masyarakat yang lebih luas (Suharto 2007: ) Untung
(2014:3) mendefinisikan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan
“suatu komitmen berkelanjutan dari dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan
konstribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat
luas”. Corporate Social Responsibility (CSR) semakin berkembang dari masa ke masa,
terobosan terbesar dalam konteks CSR ini adalah dengan diberlakukannya teori The triple
bottom line success of a company yang diperkenalkan oleh Jhon Elkington pada tahun
1997. Tiga prinsip dasar (3P) dalam triple bottom line dalam Suharto (2007:107) adalah
- Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang
memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
- People. Perusahaan harus mempunyai kepedulian terhadap kesejahteraan manusia.
- Planet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keberagaman
hayati.
BABA III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Sumber dan Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Kuantitatif, data yang di pakai menggunakan
data sekunder yang diambil dari publikasi Laporan Berkelanjutan Perusahaan Pertambangan
yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2014 – 2018.

3.2 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel


Populasi dalam penelitian yaitu semua Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI
selama periode tahun 2014 – 2018. Sedangkan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan purpose sampling untuk mempermudah mendapatkan data. Sampel dalam
penelitian ini yaitu perusahaan yang memiliki laporan berkelanjutan selama periode terdebut.
Karena data yang diambil adalah data dari pengungkapan laporan berkelanjutan yang dimiliki
oleh perusahaan.

3.3 Definisi Operasional Variabel dan Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis sejauh mana perusahaan menunjukkan
tanggung jawabnya terhadap kepentingan sosial dengan memberikan informasi sosial serta
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial
di dalam laporan berkelanjutan pada perusahaan pertambahan di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan variable Internal Audit sebagai variable independen dan Social
Performance sebagai variable dependen dan Kualitas Sustainability Report sebagai variable
moderasi. Adapun definisi operasional dari variabel-variabel tersebut adalah:
3.3.1 Variabel Independen : Internal Audit
Pada penelitian ini pengukuran variable independent Internal Audit di dukung oleh
variable control yaitu :
- Kualitas Audit
Kualitas audit diukur dengan menggunakan kategori the big four di Indonesia
yaitu: APB ( Accounting Principle Board) Statement No. 4.
KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Drs. Hadi
Sutanto & Rekan, Haryanto Sahari & Rekan.
KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP
Sidharta- Sidharta & Widjaja.
KAP Ernest & Young (E & Y), bekerjasama dengan KAP Prasetio, Sarwoko, &
Sanjadja.
KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerjasama dengan KAP Hans
Tuanakotta & Mustofa, Osman Ramli Satrio &Rekan.
Kualitas auditor mengacu pada apakah KAP yang mengaudit termasuk dalam
kelompok the big four (nilai dummy 0) atau non big four (nilai dummy 1).
- Ukuran Komite Audit
Ukuran Komite Audit diukur dengan menghitung jumlah total anggota komite audit
yang dimuat dalam laporan berkelanjutan yang dimiliki perusahaan.

3.3.2 Variabel Moderasi : Sustainability Report


Pengukuran variabel ini dengan mengukur pengungkapan sosial laporan tahunan yang
dilakukan dengan pengamatan mengenai ada tidaknya suatu item informasi yang ditentukan
dalam laporan tahunan sesuai dengan Index GRI Standart, apabila item informasi tidak ada
dalam laporan keuangan maka diberi skor 0, dan jika item informasi yang ditentukan ada dalam
laporan tahunan maka diberi skor 1. Metode ini sering dinamakan checklist data.

3.3.3 Variabel dependen : Social Performance


Kinerja Sosial diukur menggunakan prosentase pengungkapan dalam laporan
berkelanjutan yang sesuai dengan hasil pengukuran variable moderasi.

3.4 Teknik Analisis Data


SEM adalah suatu teknik modeling statistik yang bersifat sangat cross-sectional, linear
dan umum. Termasuk dalam SEM ini ialah analisis faktor (factor analysis), analisis jalur (path
analysis) dan regresi (regression).
Definisi lain menyebutkan structural equation modeling (SEM) adalah teknik analisis
multivariat yang umum dan sangat bermanfaat yang meliputi versi-versi khusus dalam jumlah
metode analisis lainnya sebagai kasus-kasus khusus.
Definisi berikutnya mengatakan bahwa Structural equation modeling (SEM) merupakan
teknik statistik yang digunakan untuk membangun dan menguji model statistik yang biasanya
dalam bentuk model-model sebab akibat. SEM sebenarnya merupakan teknik hibrida yang
meliputi aspek-aspek penegasan (confirmatory) dari analisis faktor, analisis jalur dan regresi
yang dapat dianggap sebagai kasus khusus dalam SEM.
Dari data yang diperoleh yang sesuai dengan nilai variabel yang telah ditetapkan
selajutnya akan dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan
menggunakan paket program AMOS (Analysis of Moment Stucture) 4.01, SPSS (Statistical
Product and Service Solution) Dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM)
memungkinkan
dilakukannya analisis terhadap serangkaian hubungan secara simultan sehiingga memberikan
efisiensi secara statistik (Hair etal., 1995 : 65).

Anda mungkin juga menyukai