SOCIAL PERFORMANCE
Study Kasus Pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI Tahun 2014 - 2018
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Audit
a. Pengertian Audit
Istilah audit sering disebut juga auditing, Listianto (2015:13) menjelaskan bahwa:
Auditing merupakan salah satu atestasi. Atestasi secara umum, merupakan suatu
komunikasi dari seorang expert mengenai kesimpulan tentang realibilitas dan pernyataan
seseorang. Sedangkan atestasi secara sempit merupakan komunikasi tertulis yang
menjelaskan suatu kesimpulan mengenai realibilitas dari asersi tertulis yang merupakan
tanggung jawab dari pihak lainnya.
Agoes (2008:3) mengemukakan pengertian auditing sebagai berikut : Auditing
adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang
independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta
catatan-catatan pembukuan dari bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Sedangkan
pengertian Audit menurut Mulyadi (2008:9) adalah: Proses sistematik untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan
dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyampaikan
hasilhasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Dari definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa audit adalah suatu pemeriksaan
yang dilakukan oleh orang yang kompeten dalam suatu bidang yang akan diaudit dimana
seorang auditor bertujuan untuk membantu manajemen dalam pengelolaan perusahaan
untuk mencapai tujuan perusahaan.
c. Audit sosial
Audit sosial dapat disebut juga dengan Audit pertanggungjawaban sosial
merupakan suatu proses dimana organisasi dapat menentukan kewajaran kinerja sosial
mereka, melaporkan dan mengembangkan kinerjanya. Audit pertanggungjawaban sosial
mengukur dampak sosial dan perilaku relasi perusahaan. Audit pertanggungjawaban
sosial diharapkan dapat dipergunakan untuk menilai dampak sosial dari kegiatan
perusahaan, mengukur efektifitas program perusahaan yang bersifat sosial dan
melaporkan sampai seberapa jauh perusahaan memenuhi tanggung jawab sosialnya.
Suatu informasi internal dan eksternal memungkinkan penilaian menyeluruh terhadap
sumber sumber daya dan dampaknya (baik sosial maupun ekonomi), oleh karena itu pada
prinsipnya audit pertanggungjawaban sosial timbul dalam upaya memenuhi ketentuan
informasi bagi pihak – pihak yang membutuhkan. Ide dasar audit sosial adalah keinginan
untuk membuat bisnis semakin bertanggung jawab kepada masyarakat dan untuk
meyakinkan bahwa dampak penting dan tidak penting dari suatu bisnis dapat dipahami.
Dari beberapa definisi tentang audit sosial diatas sebenarnya audit pertanggungjawaban
sosial didefinisikan menjadi dua hal besar. Yang pertama audit pertanggungjawaban
sosial disamakan dengan akuntansi pertanggung jawaban sosial. Hal ini sesuai dengan
yang dikatakan oleh Gray et al. (1997) dan Day et al. (1995) bahwa audit
pertanggungjawaban sosial kadangkala disamakan dengan akuntansi pertanggungjawaban
sosial. Sedangkan yang kedua, audit pertanggungjawaban sosial diartikan sebagai suatu
proses pembuktian kewajaran atas akuntansi pertanggungjawaban sosial. Dalam
penelitian ini audit pertanggungjawaban sosial diartikan sebagai pembuktian kewajaran
atas akuntansi pertanggungjawaban sosial. Audit pertanggungjawaban sosial telah
berkembang karena sudah merupakan suatu kebutuhan bagi stakeholder. Audit
pertanggungjawaban sosial telah dilakukan di berbagai negara contohnya adalah Kanada,
Australia, Amerika dan Inggris. Di Kanada, audit atas pertanggungjawaban sosial
perusahaan telah dilakukan oleh The Investment Committee of The United Church of
Canada tahun 1974. Dari hasil audit ini ditemukan bahwa audit pertanggungjawaban
sosial bermanfaat untuk memberikan ukuran yang lebih akurat untuk kinerja non-
eksekutif, memprediksi kinerja sosial di masa mendatang, melakukan perbandingan antar
perusahaan, intra perusahaan dan inter industri.
e. Komite Audit
Komite audit beranggotakan komisaris independen dan terlepas dari kegiatan
manajemen sehari-hari serta mempunyai tanggung jawab utama untuk membantu dewan
komisaris dalam menjalankan tanggung jawabnya terutama dalam masalah yang
berhubungan dengan kebijakan akuntansi perusahaan, pengawasan internal, dan system
pelaporan keuangan (www.cicfcgi.org). Komite audit harus terdiri atas individu -
individu yang mandiri dan tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dari manajemen yang
mengelola perusahaan, serta memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi
pengawasan secara efektif. Salah satu dari beberapa alasan utama kemandirian ini adalah
untuk memelihara integritas serta pandangan yang objektif dalam laporan serta
penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh komite audit, karena individu yang mandiri
cenderung lebih adil dan tidak memihak serta obyektif dalam menangani suatu
permasalahan.
Oleh karena itu, komisaris independen, komite audit dan kualitas audit dapat
meningkatkan rating CSR. Oleh karena itu, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 2: Ukuran komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengungkapan Sustainability Report