Menganalisis Sistem Pemerintahan Di Berb
Menganalisis Sistem Pemerintahan Di Berb
Istilah system pemerintahan berasal dari gabungan dua kata system dan pemerintahan. Kata
system merupakan terjemahan dari kata system (bahasa Inggris) yang berarti susunan, tatanan,
jaringan, atau cara. Sedangkan Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, dan yang berasal
dari kata perintah. Dan dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata-kata itu berarti:
Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh
badan-badan legislative, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara dalam rangka mencapai
tujuan penyelenggaraan negara. Dalam arti yang sempit, pemerintaha adalah perbuatan
memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif beserta jajarannya dalam rangka mencapai
tujuan penyelenggaraan negara. Sistem pemerintaha diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang
terdiri atas berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan
memengaruhi dalam mencapaian tujuan dan fungsi pemerintahan. Kekuasaan dalam suatu
Negara menurut Montesquieu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu Kekuasaan Eksekutif yang
berarti kekuasaan menjalankan undang-undang atau kekuasaan menjalankan pemerintahan;
Kekuasaan Legislatif yang berate kekuasaan membentuk undang-undang; Dan Kekuasaan
Yudiskatif yang berate kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas undang-undang.
Komponen-komponen tersebut secara garis besar meliputi lembaga eksekutif, legislative dan
yudikatif. Jadi, system pemerintaha negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara,
hubungan antarlembaga negara, dan bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan
pemerintahan negara yang bersangkutan.
Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara.
Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan social. Lembaga-lembaga yang berada dalam satu system pemerintahan Indonesia
bekerja secara bersama dan saling menunjang untuk terwujudnya tujuan dari pemerintahan di
negara Indonesia.
Dalam suatu negara yang bentuk pemerintahannya republik, presiden adalah kepala negaranya
dan berkewajiban membentuk departemen-departemen yang akan melaksakan kekuasaan
eksekutif dan melaksakan undang-undang. Setiap departemen akan dipimpin oleh seorang
menteri. Apabile semua menteri yang ada tersebut dikoordinir oleh seorang perdana menteri
maka dapat disebut dewan menteri/cabinet. Kabinet dapat berbentuk presidensial, dan kabinet
ministrial.
Kesimpulan
Pembagian sistem pemerintahan negara secara modern terbagi dua, yaitu presidensial dan
ministerial (parlemen). Pembagian sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
didasarkan pada hubungan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Dalam sistem
parlementer, badan eksekutif mendapat pengwasan langsung dari legislatif. Sebaliknya, apabila
badan eksekutif berada diluar pengawasan legislatif maka sistem pemerintahannya adalah
presidensial.
Dalam sistem pemerintahan negara republik, lebaga-lembaga negara itu berjalan sesuai dengan
mekanisme demokratis, sedangkan dalam sistem pemerintahan negara monarki, lembaga itu
bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip yang berbeda.
Sistem pemerintahan suatu negara berbeda dengan sistem pemerintahan yang dijalankan di
negara lain. Namun, terdapat juga beberapa persamaan antarsistem pemerintahan negara itu.
Misalnya, dua negara memiliki sistem pemerintahan yang sama.
Perubahan pemerintah di negara terjadi pada masa genting, yaitu saat perpindahan kekuasaan
atau kepemimpinan dalam negara. Perubahan pemerintahan di Indonesia terjadi antara tahun
1997 sampai 1999. Hal itu bermula dari adanya krisis moneter dan krisis ekonomi.
Ciri umum pemerintahan parlementer sebagaimana dijelaskan S.L Witman dan J.J Wuest,
yakni:[6]
Selain itu Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa dalam sistem parlementer dapat dikemukakan
enam ciri, yaitu: (i) Kabinet dibentuk dan bertanggung jawab kepada parlement. (ii) Kabinet
dibentuk sebagai satu kesatuan dengan tanggung jawab kolektif dibawah Perdana Menteri. (iii)
Kabinet mempunyai hak konstitusional untuk membubarkan parlemen sebelum periode
bekerjanya berakhir. (iv) Setiap anggota kabinet adalah anggota parlement yang terpilih. (v)
Kepala pemerintahan (Perdana Menteri) tidak dipilih langsung oleh rakyat, melainkan hanya
dipilih menjadi salah seorang anggota parlement. (vi) Adanya pemisahan yang tegas antara
kepala negara dengan kepala pemerintahan.[7]
Berdasarkan ciri-ciri sistem pemerintahan tersebut. Pada hakekatnya kedua pendapat tersebut
tidaklah berbeda, keduanya memiliki persamaan. Dalam kaitannya dengan kedudukan Presiden
berdasarkan apa yang dijabarkan dalam ciri tersebut, kedudukan Presiden hanya ditemukan
pada sistem parlementer yang berbentuk negara republik. Menurut S.L Witman dan J.J Wuest
pada ciri yang keempat dan Jimly Asshiddiqie Pada ciri yang keenam, kedudukan Presiden
hanyalah sebagai kepala negara sedangkan kepala pemerintahan diemban oleh Perdana
Menteri.
Pada sistem parlementer kedudukan Presiden hanya sebagai kepala negara dimaksud bahwa
Presiden hanya memiliki kedudukan simbolik sebagai pemimpin yang mewakili segenap
bangsa dan negara. Di beberapa negara, kepala negara juga memiliki kedudukan seremonial
tertentu seperti pengukuhan, melantik dan mengambil sumpah Perdana Menteri beserta para
anggota kabinet, dan para pejabat tinggi lainnya, mengesahkan undang-undang, mengangkat
duta dan konsul, menerima duta besar dan perwakilan negara-negara asing, memberikan grasi,
amnesti, abolisi dan rehalibitasi. Selain itu pada negara-negara yang menganut sistem multi
partai kepala negara dapat mempengaruhi pemilihan calon Perdana Menteri.[8]
Sebagai mana dijelaskan di atas pada sistem pemerintahan parlementer terdapat pemisahan
antara kepala negara dengan kepala pemerintahan. Hampir seluruh negara yang menganut
sistem ini dapat dipastikan seorang kepala pemerintahan dipilih dari keanggotaan parlemen.
Bagaimanakah cara pengisian jabatan kepala negara pada sistem ini? Pada negara monarchi
dapat dipastikan kepala negaranya seorang raja menurut Duguit berdasarkan keturunan.
Sedangkan pada negara yang bebebentuk republik dimana kepala negaranya diemban oleh
Presiden pada setiap negara memiliki mekanisme yang berbeda-beda dan Presiden memiliki
masa jabata yang telah ditentukan. Pengisian jabatan Presiden pada negara republik pada
sistem parlementer di sebagian negara diatur di dalam konstitusi mereka. Beberapa negara
memilih secara langsung Presiden mereka, dipilih oleh parlement atau oleh suatu badan
pemilihan.[10] Sedangkan untuk masa jabatan Presiden sekitar 5 (lima) sampai 7 (tujuh) tahun.
Dalam pemerintahan Presidensial tidak ada pemisahan antara fungsi kepala negara dan fungsi
kepala pemerintahan, kedua fungsi tersebut dijalankan oleh Presiden.[11] Presiden pada
sistem Presidensil dipilih secara langsung oleh rakyat atau melalui badan pemilihan dan
memiliki masa jabatan yang ditentukan oleh konstitusi.[12] Menurut von Mettenheim dan
Rockman sebagaimana dikutip Rod hague dan Martin Harrop sistem Presidensil memiliki
beberapa ciri yakni :[13]
1. popular elections of the Presiden who directs the goverenment and makes appointments to
it.
2. fixed terms of offices for the Presiden and the assembly, neither or which can be brought
down by the other (to forestall arbitrary use of powers).
3. no overlaping in membership between the executive and the legislature.
Dalam keadaan normal, kepala pemerintahan dalam sistem Presidensial tidak dapat dipaksa
untuk mengundurkan diri oleh badan legislatif (meskipun terdapat kemungkinan untuk
memecat seorang Presiden dengan proses pendakwaan luar biasa). Jika pada sistem
parlementer memiliki pemerintah/eksekutif kolektif atau kolegial maka pada sistem
Presidensial memiliki eksekutif nonkolegial (satu orang), para anggota kabinet Presidensial
hanya merupakan penasehat dan bawahan Presiden.
Menurut Duchacck perbedaan utama antara sistem Presidensil dan parlementer pada pokoknya
menyangkut empat hal, yaitu: terpisah tidaknya kekuasaan seremonial dan politik (fusion of
ceremonial and political powers), terpisah tidaknya personalia legislatif dan eksekutif
(separation of legislatif and eksekutif personels), tinggi redahnya corak kolektif dalam sistem
pertanggungjawbannya (lack of collective responsibility), dan pasti tidaknya jabatan Kepala
Negara dan Kepala Pemerintahan (fixed term of office).[14]
Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala negara.
Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih
langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan memberhentikan
menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.
Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif (bukan kepada
kekuasaan legislatif).
Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.
Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan kepala
negara dikepalai oleh presiden/raja.
Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi berdasarkan
undang-undang.
Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.
Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.
Kepala negara adalah raja, ratu sifatnya simbolis tidak dapat diganggu gugat.
UU dalam penyekenggaraan negara berrsifat konvensi.
Kekuasaan pemerintah ada di tangan Perdana Menteri.
Kabinet yang tidak memperoleh kepercayaan dari badan legislatif harus
meletakkan jabatannya.
Perdana Menteri sewaktu-waktu dapat mengadakan pemilu.
Hanya ada 2partai besar yaitu konservatif dan partai buruh.
3. India
Badan eksekutif adalah presiden sebagai kepala negara dan perdana menteri
yang dipimpin oleh Perdana Menteri.
Presiden dipolih oleh lembaga legislatif baik dipusat maupun didaerah.
Pemerintah dapat menyatakan keadaan darurat dan pembatasan kegiatan bagi
para pelaku politik agar tidak mengganggu usaha pembangunan.
Kanada diakui secara resmi oleh Inggris melalui parlemennya sebagai sebuah
negara yang sederajat dengan Inggris dalam persemakmuran.
Kekuasaan konstitusional penuh diserahkan dari Inggris oleh Ratu Elizabeth II
pada tahun 1982. Di bawah ini terdapat bagan bentuk pemerintahan negara
Kanada.
Badan pemerintahan utama:
6. Jepang
Konstitusi tahun 1946 menganggap kaisar hanya sebagai simbol kepala negara
dan melimpahkan kekuasaannya di tangan Badan Legislatif (Diet).
Kepala pemerintahan Jepang adalah Perdana Menteri dan bertanggung jawab
kepada Diet.
Perdana Menteri membentuk kabinet yang anggotanya adalah anggota Diet.
Sistem peradilan di negara Jepang meniru sistem peradilan di negara Perancis,
Jerman, dan Inggris, yaitu dengan sedikit hakim. Karena pada setiap
penyelesaian perselisihan dilakukan menurut kebiasaan lama, yaitu meminta
orang tua untuk menyelesaikannya sebelum ke pengadilan.
Mahkamah Agung merupakan peradilan terakhir untuk perkara banding.
Sejak tahun 1945, Partai Demokrat Liberal berperan sangat besar dalam
pembuatan undang-undang karena selalu menang secara mayoritas di setiap
pemilihan. Usahawan dan petani sangat mendukung partai ini.
7. Belanda
8. Australia
9. Malaysia
Bentuk negara adalah kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas dengan 35
provinsi termasuk daerah istimewa.
Bentuk pemerintahan adalah republik dengan sistem presidensial.
Pemegang kekuasaan eksekutif adalah presiden sebagai kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan.
Kabinet atau menteri diangkat dan diberhentikan serta bertanggungjawab
kepada presiden.
Parlemen pemegang kekuasaan Eksekutif yang terdiri dari 2 kamar yaitu DPR
dan DPD yang merupakan sekaligus anggota MPR. Anggota DPR dipilih rakyat
melalui pemilu dengan sitem proporsional terbuka, DPD dipilih rakyat secara
langsung melalui pemilu yang berasal dari masing-masing provinsi sejumlah 4
orang setiap provinsi dengan sistem pemilihan distrik perwakilan banyak.
Kekuasaan Yudikatif dijalankan oleh mahkamah agung dan badan peradilan di
bawahnya.
3. Swiss
Swiss menerapkan sistem pemerintahan lokal atau swapraja, yaitu setiap warga
negara dapat mencurahkan perhatian secara aktif, mengikuti setiap bentuk
rapat, dan berpartisipasi dalam membuat keputusan-keputusan yang secara
langsung memengaruhinya. Bahkan, beberapa daerah swapraja, rapat dilakukan
di alun-alun atau secara terbuka, sedangkan pengambilan suara berdasarkan one
man one vote atau dengan cara mengangkat tangan.
Undang-undang yang diadopsi oleh Dewan Federal hanya dapat dipengaruhi jika
selama 90 hari tidak ada petisi yang diajukan untuk melawannya.
4. Cina
Negara Cina pernah memiliki 4 konstitusi yang diberlakukan pada tahun 1954,
1975, 1978, dan 1982.
Menurut konstitusi 1982, semua kekuasaan negara berada di tangan rakyat yang
menjalankan kekuasaannya melalui Kongres Rakyat Nasional dan berbagai
Kongres Rakyat Daerah.
Kongres Rakyat Nasional adalah badan legislatif unikameral (satu kamar).
Anggotanya dipilih dari wakil kongres rakyat provinsi dan kotapraja untuk masa
jabatan 5 tahun terdapat jatah khusus untuk wakil-wakil minoritas nasional
seperti angkatan bersenjata atau Cina perantauan.
Kongres Rakyat Nasional memiliki wewenang resmi atas masalah penting yang
dapat memengaruhi bangsa.
Dalam konstitusi 1954 dinyatakan bahwa kepala negara adalah ketua Republik
Rakyat Cina yang dipilih oleh Kongres Rakyat Nasional. Akan tetapi, konstitusi
1975 menghapuskan kedudukan itu dan dipulihkan lagi pada konstitusi 1982.
Ketua Republik mewakili Cina dalam hubungan luar negeri, menjalankan
undang-undang, dan dekrit, serta menunjuk pejabat tinggi negara. Pada
praktiknya,
Yang berkuasa adalah para pemimpin partai komunis.
Dewan Negara adalah badan tertinggi pemerintah negara yang terdiri dari
Perdana Menteri, dua Wakil Perdana Menteri, Menteri dari setiap departemen,
ketua komisi, dan sekretaris jenderal.
Dewan Negara merupakan badan administrasi, bukan pembuat kebijakan.
Fungsinya adalah sebagai penasihat agung yang merumuskan berbagai usulan
kepada Kongres Rakyat Nasional atau kepada Komite Tetap.
Pada tingkat pemerintah daerah, terdapat Kongres Rakyat Daerah dan Dewan
Rakyat Daerah. Masing-masing kongres terdiri dari utusan yang dipilih langsung
oleh rakyat (komune rakyat).
5. Filipina
7. Argentina
Menurut R.Mac Iver :(Pemerintahan adalah sebagai suatu organisasi dari orang-
orang yang mempunyai kekuasaan...bagaimana manusia itu dapat diperintah).
Menurut W.Sayre:(Pemerintah dalam definisi terbaiknya adalah sebagai
organisasi negara,yang memperlihatkan dan menjalankan kekuasaannya).
Menurut C.F.Strong :Pemerintahan dalam arti luas memiliki kewenangan untuk
memelihara kedamaian dan keamanan negara,ke dalam dan ke luar.
Menurut Kamus besar bahasa Indonesia :Pemerintahan adalah
proses,cara,perbuatan memerintah atau segala sesuatu untuk mensejahterakan
rakyat.
Menurut Penulis :Pemerintahan adalah cara pemerintah memegang wewenang
ekonomi,politik,administrasi guna mengelola urusan-urusan negara untuk
kesejahteraan masyarakat.
Pengertian pemerintahan sebagai sistem menurut M.Ryad Rasyid :
o Aturan main (konstitusi,hukum,etika)dimana masyarakat dan pemerintah harus
taat.
o Lembaga-lembaga (yang berwenang atau memiliki otoritas melaksanakan
aturan main seperti eksekutif,legislatif dan yudikatif).
o Pelaku (orang atau aparat khususnya pemimpin yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan kewenangan yang melekat).
3. Asas-Asas Pemerintahan Yang Dinilai Sebagai Pemerintah yang Baik, Dilihat Dari
Segi Hukum!
Asas-asas umum pemerintahan adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan,
kepatutan dan aturan hukum. Beberapa istilah untuk menyebut asas pemerintahan yang baik
ini bermacam-macam, misalnya di Belanda dikenal dengan “Algemene Beginselen van
Behoorllijke Bestuur” (ABBB), di Inggris dikenal “The Principal of Natural Justice” , di Perancis
diistilahkan “Les Principaux Generaux du Darioit Coutumier Publique”, di Belgia disebut
“Aglemene Rechtsbeginselen”, di Jerman dinamakan “Verfassung Sprinzipien” dan di Indonesia
dikatakan sebagai “Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik”.
Pengertian asas-asas umum pemerintahan yang baik menurut Jazim Hamidi, merupakan
nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang dalam lingkungan HAN. Asas-asas umum
pemerintahan yang baik berfungsi sebagai pegangan bagi pejabat administrasi negara dalam
menjalankan fungsinya, merupakan alat uji bagi hakim administrasi dalam menilai tindakan
administrasi negara (yang berwujud beschikking), dan sebagai dasar pengajuan gugatan bagi
penggugat. Sebagian besar asas-asas umum pemerintahan yang baik, masih merupakan asas-
asas yang tidak tertulis, abstrak, dan dapat digali dalam praktik kehidupan masyarakat.
Sebagian asas yang lain sudah menjadi kaidah Hukum tertulis dan terpencar dalam berbagai
peraturan Hukum positif.
Arti penting dan fungsi asas-asas umum pemerintahan yang baik bagi administrasi
negara adalah sebagai pedoman dalam penafsirkan dan penerapan terhadap ketentuan
perundang-undangan yang sumir, samar atau tidak jelas, juga untuk membatasi dan
menghindari kemungkinan administrasi negara mempergunakan freies ermessen yang jauh
menyimpang dari ketentuan Undang-Undang. Administrasi negara dapat terhindar dari
perbuatan onrechtmatige daad, detournement de pouvoir, dan ultra vires.
Di Indonesia sejak tahun 1992 mahkamah agung telah mengakui bahwa asas-asas
pemerintahan yang baik dapat dijadikan dasar pengujian untuk pembatalan suatu keputusan
yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat administrasi Negara. Meskipun dalam
perkembangannya asas-asas ini baru dimasukkan dalam uu no. 9 tahun 2004 tentang
perubahan atas uu no. 5 tahun 1986 tentang peradilan tata usaha Negara.
Asas-asas ini dimasukkan pada pasal alasan-alasan gugatan, yaitu pasal 53 ayat 2 huruf
b yang berbunyi “keputusan tata usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas
umum permerintahan yang baik”.
Dalam penjelasannya mengenai asas-asas ini dikatakan “ yang dimaksud dengan asas-asas
pemerintahan yang baik adalah meliputi asas:
1. Kepastian hokum
2. Keterbukaan
3. Proporsionalitas
4. Profesionalitas
5. Akuntabilitas
Sebenarnya asas-asas ini telah dimasukkan terlebih dahulu dalam uu no 28 tahun 1999 tentang
penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, dimana
dalam pasal 3 dikatakan bahwa asas-asas umum penyelenggaraan Negara meliputi:
1. Asas Kepastian Hukum;
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara;
3. Asas Kepentingan Umum;
4. Asas Keterbukaan;
5. Asas Proporsionalitas;
6. Asas Profesionalitas; dan
7. Asas Akuntabilitas.
Sedangkan menurut Kuntjoro Purbopranoto Asas-asas umum pemerintahan yang baik di
Indonesia meliputi Asas kepastian hukum, Asas keseimbangan: penjatuhan hukuman yang
wajar terhadap pegawai, Asas kesamaan, Asas bertindak cermat, Asas motivasi, Asas jangan
mencampuradukkan kewenangan, Asas permainan yang layak: pemerintah memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar
dan adil, Asas keadilan atau kewajaran, Asas menanggapi pengharapan yang wajar, Asas
meniadakan suatu akibat keputusan-keputusan yang batal: jika akibat pembatalan keputusan
ada kerugian, maka putusan hukum yang dirugikan harus diberi ganti rugi dan rehabilitasi,
Asas perlindungan pandangan hidup pribadi: setiap PNS diberi kebebasan dan hak untuk
mengatur hidup pribadinya dengan batas Pancasila, Asas kebijaksanaan: Pemerintah berhak
untuk membuat kebijaksanaan demi kepentingan umum, dan Asas pelaksanaan kepentingan
umum.
1. Pengaruh Suatu Sistem Pemerintahan yang Dianut Suatu Negara terhadap Negara Lain
Sistem pemerintahan suatu negara berguna bagi negara lain. Salah satu keguanaan penting
sistem pemerintahan suatu negara adalah menjadi bahan perbandingan bagi negara lain. Jadi,
negara-negara lainpun dapat mencari dan menemukan beberapa persamaan dan perbedaan
antara sistem pemerintahannya. Tujuan selanjutnya adalah negara dapat mengembangkan
suatu sistem pemerintahan yang dianggap lebih baik dari sebelumnya setelah melakukan
perbandingan tadi. Mereka bisa pula mengadopsi sistem pemerintahan negara lain sebagai
sistem pemerintahan negara yang bersangkutan. Sistem pemerintahan negara-negara di dunia
ini berbeda-beda sesuai dengan kondisi sosial budaya dan politik yang berkembang di negara
yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, sistem pemerintahan presidensial
dan parlementer merupakan dua model sistem pemerintahan yang dijadikan acuan oleh banyak
negara. Amerika Serikat dan Inggris-lah yang masing-masing dianggap pelopornya. Contoh
negara yang menggunakan sistem pemerintahan presidensial antara lain ; Amerika Serikat,
Filipina, Brazil, Mesir, Indonesia dan Argentina. Sedangkan yang menganut sistem
pemerintahan parlementer, antara lain ; Inggris, India, Jepang, Malaysia dan Australia.
Meskipun sama-sama menggunakan sistem presidensial atau parlementer, terdapat variasi
yang disesuaikan dengan perkembangan ketatanegaraan negara. Misalnya, Indonesia yang
menganut sistem presidensial tidak akan benar-benar sama dengan pemerintahan Amerika
Serikat. Bahkan negara-negara tertentu memakai sistem campuran antara presidensial dan
parlementer (mixed parliamentary presidential system). Contohnya, negara Perancis sekarang
ini. Negara ini memiliki presiden sebagai kepala negara yang memiliki kekuasaan besar, tapi
juga terdapat perdana menteri yang diangkat oleh presiden untuk menjalankan pemerintahan
sehari-hari.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pemerintahan suatu negara dapat
diuraikan sebagai berikut :
• Faktor Sejarah
Dari perjalanan sejarah dunia kita dapat mencermati bahwa terdapat beberapa sebab
kemunculan suatu negara baru. Seperti terjadinya revolusi, intervensi, dan penaklukan, dapat
menjadi sebab-sebab timbulnya suatu negara baru. Berikut ini contoh proses terbentuknya
suatu negara :
Cessie (Penyerahan) atau Mandat, bahwa terjadinya negara ketika suatu wilayah diserahkan
kepada salah satu negara yang kalah pada Perang Dunia I berdasarkan suatu perjanjian
tertentu. Contoh: Negara Kamerun bekas jajahan Jerman menjadi mandat Perancis.
Anexatie/Kolonial (Pencaplokan/Penguasaan), bahwa terjadinya suatu negara ketika berada di
suatu wilayah yang dikuasai oleh bangsa lain tanpa reaksi berarti. Contoh: sejak abad ke 15
Inggris telah melakukan penguasaan wilayah atas Afrika Selatan, Australia, India, Selandia Baru,
Kanada dan sebagainya.
Separatise (Pemisahan), bahwa terjadinya suatu negara ketika ada suatu wilayah negara yang
memisahkan diri dari negara yang semula menguasainya, kemudian menyatakan
kemerdekaannya. Contoh: pada tahun 1948, Pakistan memisahkan diri dari India dan
menyatakan kemerdekaannya.
• Faktor Ideologi
Dalam pandangan alam pemikiran Hegel, bahwa ideologi bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri
lepas dari kenyataan hidup masyarakat. Ideologi adalah produk kebudayaan suatu masyarakat
dan karena itu dalam arti tertentu merupakan manifestasi kenyataan sosial juga. Sebagai
produk kebudayaan, ideologi merupakan satu pilihan yang jelas dalam membawa komitmen
untuk mewujudkannya. Salah satu fungsi ideologi adalah sebagai kekuatan yang mampu
menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
Berdasarkan pandangan para ahli, bahwa pengaruh sistem pemerintahan satu negara dengan
negara-negara lain sangat dimungkinkan dalam hubungan ideologis baik secara sukarela
diterima maupun dengan keterpaksaan). Dalam sejarah perkembangan ideologi suatu negara
dan pengaruhnya terhadap sistem pemerintahan di negara lain, adalah sebagai berikut :
a. Fasisme
Berasal dai kata fascio yang berarti kelompok . Kelompok ini menamakan dirinya Fascio de
Combattimento artinya Barisan-barisan Tempur. Tujuan negara dalam sistem pemerintahan
fasis adalah “Imperium Dunia”, yaitu mempersatukan seluruh bangsa di dunia menjadi satu
tenaga atau kekuatan bersama. Contoh negara fasis adalah Italia semasa Benito Mussolini,
Jerman semasa Adolf Hitler, dan Jepang semasa Tenno Heika (PD II).
b. Individualisme/ Liberalisme
Dalam arti luas, individualisme atau liberalisme dapat dikatakan sebagai usaha perjuangan
menuju kebebasan. Tujuan negara dalam sistem pemerintahan ini yaitu menjaga keamanan dan
ketertiban individu serta menjamin kebebasan seluas-luasnya dalam memperjuangkan
hidupnya atau sebagai “Penjaga Malam” (Nachtwakerstaat ). Dalam bidang politik, liberalisme
melahirkan demokrasi dengan sistem parlementer atau atau presidensial. Contoh negara yang
menjalankannya adalah Amerika Serikat dan di sebagian besar negara-negara Eropa.
c. Komunisme
Aliran politik komunisme berdasarkan Historis Materialisme ialah bahwa sejarah manusia
semenjak dunia terkembang, merupakan perjuangan kelas melawan kelas. Sejarah yang
terakhir adalah perjuangan kelas antara kaum borjuis melawan kelas proletariat (kaum
melarat) yang dimenangkan oleh kaum proletariat. Diterapkan oleh negara-negara Eropa
Timur, terutama Uni Soviet.
Berdasarkan faktor ideologi yang diyakininya seperti fasisme, individualisme dan sosialisme/
komunisme, tentu saja akan berpengaruh dalam penerapan sistem pemerintahnnya. Pasca
perang dunia kedua, fasisme hancur dan muncul perseteruan ideologi besar untuk saling
memperebutkan pengaruhnya. Ideologi liberal di bawah pimpinan Amerika (sekutu) dengan
anggotanya mayoritas Eropa Barat dan bekas koloninya. Sedangkan idelologi komunis di bawah
pimpinan Uni Soviet (Rusia) dengan anggotanya mayoritas Eropa Timur dan beberapa negara di
Asia.
Di negara-negara yang berideologi liberal, pada umumnya menerapkan sistem pemerintahan
demokrasi konstitusional dengan presidensial kabinet maupun parlementer dan lebih dari satu
partai politik. Untuk negara-negara yang berideologi komunis, pada umumnya menerapkan
sistem pemerintahan demokrasi rakyat (diktator proletariat)dengan sistem presidensial yang
hanya terdiri satu partai politik (partai tunggal komunis)
Untuk pertama kalinya pemilu tahun 2004 akan memilih 3 kelompok, yaitu:
1. Memilih presiden dan wakjil presiden dalam satu paket
2. Memilih anggota DPR dan DPRD
3. Memilih anggota DPD.
Setelah terbentuk badan eksekutif dan legislatif, badan-badan tersebut akan melaksanakan
tugas, kewenangan dan fungsinya masing-masing sesuai dengan UUD 1945. Presiden sebagai
kepala pemerintahan membentuk kabinet yang menjalankan pemerintahan sehari-hari. Masa
jabatan lembaga-lembaga negara tadi adalah 5 tahun dan sesudah itu dimulai kembali
pemerintahan yang baru.
Sistem pemerintahan baru menurut UUD ’45 hasil amandemen ini pada dasarnya untuk
menghilangkan kelemahan-kelemahan dari sistem pemerintahan yang lama. Sistem baru ini
tetap menggunakan sistem presidensial, tapi telah diadakan perubahan dan pembaharuan agar
kesalahan dalam pelaksanaan sistem pemerintahan di masa lalu tak terulang lagi.
Untuk mewujudkan sistem pemerintahan demokratis perlu mendasarkan pada UUD yang
demokratis pula. Dengan demikian, amandemen terhadap UUD ’45 yang telah dilakukan bangsa
Indonesia merupakan langkah yang sangat penting bagi keseluruhan penyelenggaraan
pemerintahan di Indonesia. Jadi, masyarakat patut berbangga dan mendukung sistem
pemerintahan ini karena sistem pemerintahan Indonesia dimaksudkan untuk mewujudkan
sistem pemerintahan demokratis.
Dengan demikian hal-hal yang harus dilakukan warga negara sebagai sikap peduli terhadap
penyelenggaraan negara adalah :