Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

PERSALINAN NORMAL

Disusun oleh:

Luh Dindi Ayu Surya Kanti 1902611095


A. Agung Ayu Kaivalya Kirthi 1902611097

Pembimbing:
dr. I Gusti Ngurah Yuliastina, Sp.OG

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DEPARTEMEN/KSM OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RSUP SANGLAH/RSU BANGLI
2019
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya laporan kasus ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu prasyarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Madya (KKM) di Departemen/KSM Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSU Bangli. Penulis juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran
penyusunan laporan kasus ini, antara lain:
1. dr. I Gusti Ngurah Yuliastina, Sp.OG selaku pembimbing atas waktu dan
kesediannya mengarahkan kami dalam pembuatan laporan kasus ini.
2. Dr. dr. I G.N. Harry Wijaya Surya, Sp.OG, selaku penanggung jawab
pendidikan profesi dokter Departemen/KSM Obstetri dan Ginekologi FK
UNUD/RSUP Sanglah atas bimbingan secara moral dan materiil yang
diberikan.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dalam
rangka penyempurnaan laporan kasus ini. Akhir kata, semoga laporan kasus ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bangli, 27 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ............................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................ i
Daftar isi .......................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... i
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... i
2.1 Definisi ............................................................................................. i
2.1 Definisi ............................................................................................. i
2.1 Definisi ............................................................................................. i
2.1 Definisi ............................................................................................. i
2.1 Definisi ............................................................................................. i
BAB III LAPORAN KASUS .......................................................................... i
3.1 Identitas Pasien ................................................................................. I
3.2 Anamnesis ......................................................................................... I
3.3 Pemeriksaan Fisik ............................................................................. I
3.4 Pemeriksaan Penunjang .................................................................... I
3.5 Diagnosis ........................................................................................... I
3.6 Penatalaksanaan ................................................................................ I
3.7 Perkembangan Kesehatan Pasien ...................................................... I
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... i
BAB V SIMPULAN ....................................................................................... i
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... i
BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan merupakan suatu hasil dari proses fertilisasi atau penyatuan


(konsepsi) antara spermatozoa dan ovum lalu dilanjutkan dengan implantasi.
Selama masa kehamilan, hasil konsepsi akan bertumbuh dan berkembang hingga
cukup bulan hingga kemudian siap dilahirkan.1
Persalinan adalah suatu proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu.2 Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada usia
cukup bulan (lebih dari 37 minggu) tanpa disertai dengan penyulit.3
Menurut American College of Obstreticians and Gynecologist kelahiran
dapat diklasifikasikan berdasarkan usia kehamilan menjadi kehamilan early term:
37 minggu 0 hari hingga 38 minggu 6 hari, Full term: 39 minggu 0 hari hingga 40
minggu 6 hari, late term : 41 minggu 0 hari hingga 41 minggu 6 hari, dan
Postterm : 42 minggu 0 hari dan seterusnya.4
Keberhasilan suatu proses persalinan dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti kondisi fisik ibu dan bayi, kondisi psikis, dan juga penolong yang
membantu proses persalinan. Bila salah satu faktor tersebut ada yang tidak sesuai,
maka dapat terjadi masalah dalam persalinan baik terhadap ibu maupun bayinya.
Hal ini sangat penting, mengingat beberapa kasus kematian ibu dan bayi
diakibatkan oleh tidak terdeteksinya secara dini masalah dari salah satu faktor
tersebut, sehingga dapat terjadi keterlambatan dalam penanganan.
Oleh karena masalah kehamilan dan persalinan adalah masalah yang
sangat kompleks, untuk itu penulis tertarik membuat laporan kasus yang
memaparkan hal-hal yang terjadi dan berpengaruh terhadap kehamilan dan
persalinan.
Laporan kasus ini akan memaparkan mengenai tinjauan kepustakaan dari
persalinan normal, laporan kasus pasien, serta pembahasan dari kasus tadi
berdasarkan tinjauan teoritis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Persalinan


Persalinan adalah suatu proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan normal adalah ketika bayi lahir melalui vagina
dengan letak belakang kepala atau ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat atau
pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi, dan umumnya
berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.2
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada usia cukup bulan
(lebih dari 37 minggu) tanpa disertai dengan penyulit.3 Persalinan normal dapat
didefinisikan sebagai suatu proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam tanpa adanya komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin. Persalinan dimulai dengan sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap.5
2.2. Faktor Persalinan
a. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat
melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus
normal. Passage terdiri dari:
1). Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
a). Os. Coxae
- Os illium
- Os. Ischium
- Os. Pubis
b). Os. Sacrum = promotorium
c). Os. Coccygis

2). Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen


Pintu Panggul
a) Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh
promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis.
b) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica,
disebut midlet.
c) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus
pubis, disebut outlet.
d) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara
inlet dan outlet.
Bidang-bidang:
a) Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan
bagian atas symphisis dan promontorium.
b) Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir
bawah symphisis.
c) Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina
ischiadika kanan dan kiri.
d) Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os
coccygis
b. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his
atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga
primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi
otot-otot rahim.
Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari:
1) His (kontraksi otot uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot
– otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih
pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin
dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum
rotundum.
Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat:
1) Kontraksi simetris
2) Fundus dominan
3) Relaksasi
4) Involuntir : terjadi di luar kehendak
5) Intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling).
6) Terasa sakit
7) Terkoordinasi
8) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan
psikis
Perubahan-perubahan akibat his:
1) Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras/padat karena
kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan
intrauterin naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar
(effacement) dan terbuka (dilatasi).
2) Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim.
Juga ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
3) Pada janin Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter
kurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin
melambat (bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya
iskemia fisiologis.
Dalam melakukan observasi pada ibu – ibu bersalin hal – hal yang
harus diperhatikan dari his:
1) Frekuensi his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya
permenit atau persepuluh menit.
2) Intensitas his Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas
dan frekuensi kontraksi uterus bervariasi selama persalinan,
semakin meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah
diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah besar jika wanita
tersebut berjalan – jalan sewaktu persalinan masih dini.
3) Durasi atau lama his Lamanya setiap his berlangsung diukur
dengan detik, misalnya selama 40 detik.
4) Datangnya his Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
5) Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya
his datang tiap 2 sampe 3 menit.
6) Aktivitas his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit
Montevideo.

His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus,
kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu timbul
beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan. His palsu dapat
merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga pada waktu persalinan
sungguhan mulai pasien berada dalam kondisi yang jelek, baik fisik maupun
mental.

Kelainan kontraksi Otot Rahim


a) Inertia Uteri
1) His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang
normal yang terbagi menjadi: Inertia uteri primer: apabila
sejak semula kekuatannya sudah lemah.
2) Inertia uteri sekunder: His pernah cukup kuat tapi kemudian
melemah. Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi
pada pembukaan, bagian terendah terdapat kaput dan
mungkin ketuban telah pecah. His yang lemah dapat
menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin sehingga
memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke rumah
sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.
b) Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak
terdapat kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri
dapat terjadi :
1) Persalinan Presipitatus
2) Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat
mungkin fatal
3) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
- Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan
dalam persalinan.
- Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan
perdarahan inversion uteri.
- Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai
kematian janin dalam Rahim.
c) Inkoordinasi otot Rahim
Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat
menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat
meningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari dalam
rahim. Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah:
1) Faktor usia penderita elative tua
2) Pimpinan persalinan
3) Karena induksi persalinan dengan oksitosin
4) Rasa takut dan cemas

c. Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasentaa. Janin merupakan passangge
utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang
paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala
dapat mempengaruhi jalan persalinan.
Kelainan – kelainan yang sering menghambat dari pihak passangger
adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun
anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan
kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.
2.3. Tanda - Tanda Impartu
Tanda- tanda dimulainya persalinan (impartu) meliputi 3,6,7:
1. Timbul rasa nyeri oleh karena adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan
teratur. Kontraksi uterus yang adekuat ini akan mengakibatkan perubahan
pada serviks (frekuensi minimal yaitu 2x dalam 10 menit).
2. Pada pemeriksaan dalam atau Vaginal Touche (VT) didapatkan penipisan dan
pendataran serviks. Terdapat perbedaan penipisan dan dilatasi serviks antara
nulipara dan multipara, yaitu sebagai berikut:
a. Nulipara
Biasanya sebelum persalinan, serviks menipis sekitar 50-60% dan
pembukaan sampai 1 cm; dan dengan dimulainya persalinan, biasanya ibu
nulipara mengalami penipisan serviks 50-100%, kemudian terjadi
pembukaan.
b. Multipara
Pada multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal persalinan,
tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada multipara serviks akan
membuka, kemudian diteruskan dengan penipisan.
3. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) dari vagina. Lendir berasal dari
sekresi servikal dari proliferasi kelenjar mukosa servikal pada awal kehamilan.
Lendir ini berperan sebagai barier protektif dan menutup servikal selama
kehamilan. Keluarnya lendir bercampur darah diakibatkan oleh terdorongnya
lendir keluar oleh kontraksi yang membuka mulut lahir, ini menandakan
bahwa serviks telah menjadi lunak dan terbuka. Lendir inilah yang dimaksud
dengan bloody slym.
4. Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pecahnya membrane ketuban
yang normal terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi pada 12% wanita,
dan lebih dari 80% wanita akan memulai persalinan secara spontan dalam 24
jam.

2.4. Pemantauan Persalinan Dengan Partograf WHO


Partograf WHO adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari
penggunaan partograf adalah untuk8 :
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui periksa dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
persalinan lama.
3. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau
tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status
atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu
penolong persalinan untuk 8:
1. Mencatat kemajuan persalinan
2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya
3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan
5. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang
sesuai dan tepat waktu.
Partograf harus digunakan kepada semua ibu bersalin dalam fase aktif kala I
dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan
untuk semua persalinan baik normal maupun patologis. Partograf sangat
membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat
keputusan klinik baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai
dengan penyulit. Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu
dan bayi mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu derta
membantu mencegah terjadinya penyulit yang mengancam keselamatan ibu
maupun bayi.8
2.5.1. Pencatatan Temuan Pada Partograf
a. Informasi Tentang Ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan
persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: ‘jam atau pukul’ pada
partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten. Catat
waktu pecahnya selaput ketuban.8
b. Kondisi Janin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin
(DJJ), air ketuban dan penyusupan kepala janin.8
 Denyut Jantung Janin
- Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering
jika ada tanda-tanda gawat janin).
- Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit.
- Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ
- Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan
angka yang menunjukkan DJJ.
- Hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan
bersambung
- Penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau
diatas 160.

 Warna dan adanya air ketuban


- Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai
warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.
- Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ.
- Gunakan lambang-lambang berikut ini:
U : selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir
lagi (kering)
 Penyusupan (molase) tulang kepala janin
- Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi
dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras panggul ibu
- Semakin bear derajat penyusupan atau tumpang-tindih antar tulamg
kepala semakin menunjukkan risiko disproporsi kepala-panggul (CPD)
- Gunakan lambang-lambang berikut ini :
0 :Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat di
palpasi
1 :Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 :Tulang-tulang kepala janin saling tumpang-tindih tetapi masih dapat di
pisahkan
3 :Tulang-tulang kepala janin saling tumpang-tindih dan tidak dapat di
pisahkan
c. Kemajuan Persalinan
 Pembukaan Serviks
Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika
ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat
pada partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda ‘’ harus
dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan
serviks. Hubungkan tanda ‘’ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh
(tidak terputus).8
 Penurunan Bagian Terbawah Janin
Setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika
ditemukan tanda-tanda penyulit). Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan
kepala (perlimaan) yang menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin
telah memasuki rongga panggul. Pada persalinan normal, kemajuan
pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin.
Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah
pembukaan serviks mencapai 7 cm. Tulisan “Turunnya kepala” dan garis
tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan
serviks. Berikan tanda ‘O’ yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi kepala di atas simfisi pubis
adalah 4/5 maka tuliskan tanda “O” di garis angka 4. Hubungkan tanda ‘O’
dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.8
 Garis Waspada dan Garis Bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada
titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan
adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai
di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis
waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus
dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase aktif yang memanjang,
serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik, dan lain-lain). Garis bertindak
tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika
pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis
bertindak maka hal ini menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk
menyelesaikan persalinan.8
d. Kontraksi Uterus
- Periksa frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap jam selama fase laten dan
setiap 30 menit selama fase aktif.
- Nilai frekuensi dan lama kontraksi yang terjadi dalam 10 menit observasi.
- Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang sesuai:

 20 detik 20–40 detik  40 detik


- Catat temuan-temuan di kotak yang sesuai dengan waktu penilaian.
e. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk
mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV.8
 Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit
jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam
satuan tetesan per menit.
 Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam
kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
f. Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak
atau ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama
persalinan.8
 Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan
tekanan darah ibu.
- Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan
(lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda titik () pada
kolom waktu yang sesuai.
- Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit. Beri tanda panah
pada partograf pada kolom waktu yang sesuai: 
- Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi
peningkatan mendadak atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan
catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.
 Volume urin, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali
ibu berkemih). Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan
pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.
2.5.2. Pencatatan Pada Lembar Belakang Partograf.
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut8 :
a. Data atau informasi umum - data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat
persalinan, alamat tempat persalinan, catatan dan alasan merujuk, tempat
rujukan dan pendamping pada saat merujuk.
b. Kala I - terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati
garis waspada, masalah-masalah lain yang timbul, penatalaksanaannya, dan
hasil penatalaksanaan tersebut.
c. Kala II - terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia
bahu, masalah lain, penatalaksanaan masalah dan hasilnya.
d. Kala III - terdiri dari lamanya kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali
pusat terkendali, rangsangan pada fundus, kelengkapan plasenta saat
dilahirkan, retensio plasenta yang > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah
pendarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya.
e. Bayi baru lahir - informasi yang perlu di peroleh dari bagian bayi baru lahir
adalah berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir,
pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya.
f. Kala IV – terdiri dari data tentang tekanan darah, nadi, temperatur, tinggi
fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan pendarahan. Pemantauan pada
kala IV ini sangat penting, terutama untuk menilai deteksi dini risiko atau
kesiapan penolong mengantisipasi komplikasi pendarahan pasca persalinan.
Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit dalam 1 jam pertama setelah
melahirkan dan setiap 30 menit pasa 1 jam berikutnya.
2.5. Kala Persalinan
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
a. Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir
bercampur darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal
dari pecahnya pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase:
a) Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan
berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.
b) Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase:
a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4
cm.
b) Periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan
berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.
c) Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm.
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik
dan vagina menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur,
kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik untuk setiap
kontraksi, kepala janin turun ke pelvis.

b. Kala II (pengeluaran janin)


His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali,
kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan
rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB
dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his
mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan
janin. Kala II pada primi 1.5-2 jam, pada multi 0.5 jam.
Mekanisme persalinan:
Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir
sekitar 95 % dari semua kehamilan.Presentasi janin paling umum
dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum
atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher).
Pada kebanyakan kasus, presentasi belakang kepala masuk dalampintu
atas panggul dengan sutura sagitalis melintang. Oleh karena itu kita
uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi belakang kepala
dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior.
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan
ukuran-ukuran kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan
ukuran dalam panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan
diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul, ke bidang
tengah panggul dan pada pintu bawah panggul, supaya anak dapat
lahir. Misalnya saja jika sutura sagitalis dalam arah muka belakang
pada pintu atas panggul, maka hal ini akan mempersulit persalinan,
karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu
atas panggul. Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura sagitalis
dalam jurusan muka belakang yang menguntungkan karena ukuran
terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero posterior.
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah:
1) Penurunan kepala.
2) descene
3) Fleksi.
4) Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
5) Ekstensi.
6) Ekspulsi.
7) Rotasi luar ( putaran paksi luar)
Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan, akan
tetapi untuk lebih jelasnya akan dibicarakan gerakan itu satu persatu.
1) Engagement
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas
panggul biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari
kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada
permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP,
biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi
yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul
(PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura
sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara
simpisis dan promontorium.
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama
tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati
simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium, maka
dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus, ada 2 jenis
asinklitismus yaitu:
- Asinklitismus posterior: Bila sutura sagitalis mendekati
simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os
parietal depan.
- Asinklitismus anterior: Bila sutura sagitalis mendekati
promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari
os parietal belakang.
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan
normal, tetapi kalau berat gerakan ini dapat menimbulkan
disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran
normal sekalipun.
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II
persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan
retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan
langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang
bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim, sehingga
terjadi penipisan dan dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan
bayi terdorong ke dalam jalan lahir. Penurunan kepala ini juga
disebabkan karena tekanan cairan intra uterine, kekuatan
mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan
melurusnya badan anak.
- Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di
antara simpisis dan promontorium.
- Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal
belakang lebih rendah dari os parietal depan.
- Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os
parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang
2) Descens
Hal ini merupakan syarat utama kelahiran bayi. Pada wanita
nulipara, engagement dapat terjadi sebelum awitan persalinan
dan desensus lebih lanjut mungkin belum terjadi sampai
dimulainya persalinan kala dua. Pada wanita multipara,
desensus biasanya mulai bersamaan dengan engagement
3) Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi
yang ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga
bertambah. Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah
dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-
ubun besar hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari
dinding seviks, dinding pelvis dan lantai pelvis. Dengan adanya
fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan
diameter suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar panggul,
biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.
4) Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
janin memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada presentasi
belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun
kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan kearah
simpisis. Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan,
karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan
posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah
dan pintu bawah panggul.
5) Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-
ubun kecil berada di bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi
dari kepala janin. Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir
pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas
sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya.
Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar
panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan
pada perineum dan dapat menembusnya.
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan
menjadi pusat pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah
berturut-turut pada pinggir atas perineum: ubun-ubun besar,
dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
6) Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi
yaitu kepala bayi memutar kembali ke arah punggung anak
untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan
miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri
dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar
panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran
dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial)
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu
bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga
melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan
tuber ischiadikum sepihak.
7) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah
simpisis dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu
belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir, selanjutnya seluruh
badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.
Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat,
dan janin dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput
yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah
mencapai dasar panggul, dan persalinan tidak begitu bertambah
panjang. Tetapi pada kira-kira 5-10 % kasus, keadaan yang
menguntungkan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi
yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya, rotasi
mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama
sekali, khususnya kalau janin besar.

c. Kala III (pengeluaran plasenta)


Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus
teraba keras dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi
tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu
5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan
akan lahir secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas
simpisis/fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah
bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah
kira-kira 100-200 cc.

d. Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir,
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post
partum. Dengan menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang
kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-
obat oksitosin.
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien


Nama : PMS
Usia : 26 tahun
Tanggal lahir : 16 Mei 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Alamat : Banjar Pande
Kebangsaan : Indonesia
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
No CM : 286621
Tanggal MRS : 25 Mei 2019 (pukul 23.30 WITA)
3.2. Anamnesis
1. Keluhan Utama: Keluar cairan pervaginam
2.Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang dalam keadaan sadar dengan diantar oleh suaminya


ke VK Ponek RSU Bangli pada tanggal 25 Mei 2019 pukul 23.30 WITA
dengan keluhan utama keluar air perpaginam sejak tadi pukul 23.00
WITA. Keluhan nyeri dirasakan mulai pukul 07.00 WITA pada tanggal
26 Mei 2019. Keluhan dirasakan hilang timbul. Nyeri terasa tajam dan
semakin lama semakin dirasakan nyeri. Keluhan lain seperti riwayat
trauma dan tindakan medis sebelumnya disangkal oleh pasien, riwayat
berhubungan seksual dalam waktu 1 minggu terakhir disangkal. Gerak
Janin (+) baik.

3. Riwayat penyakit terdahulu


Pasien memiliki riwayat hipertensi dan sekarang sudah terkontrol.
Riwayat diabetes mellitus, asma dan penyakit jantung disangkal. Pasien
tidak memiliki riwayat alergi obat ataupun makanan.
4. Riwayat Menstruasi

Pasien mendapatkan haid pertama (menarche) pada usia 15 tahun


dengan siklus teratur setiap 28 hari. Durasi haid dalam 1 periode adalah
sekitar 7 hari dengan frekuensi ± 50 ml. Keluhan pada saat haid disangkal
oleh pasien. Hari pertama haid terakhir (HPHT) dikatakan tanggal 12
September 2018. Taksiran persalinan berdasarkan HPHT adalah 19 Juni
2019.
5. Riwayat Obstetri

I. Hamil ini.
6. Riwayat Kontrasepsi

Pasien belum pernah menggunakan kontrasepsi


7. Riwayat Ante Natal Care

Selama kehamilan pasien telah mengontrol kehamilannya di


dokter kandungan sebanyak lebih dari 3 kali. Pasien belum pernah vaksin
Tetanus Toksoid selama kehamilan.
8. Riwayat Pernikahan

Pasien telah menikah sebanyak 1 kali.


9. Riwayat Sosial dan Keluarga

Pasien bekerja sebagai wiraswasta, pakonsumsi alkohol dan


merokok disangkalDikeluarga pasien memiliki riwayat penyakit sistemik
yaitu hipertensi. Pasien menyangkal riiwayat penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus, riwayat alergi, terhadap obat maupun makanan, asma,
dan penyakit jantung pada keluarga pasien.

3.3. Pemeriksaan Fisik


Status Present
Keadaan umum : Baik
GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu aksila : 36,7 0C
Berat badan : 52 kg
Tinggi badan : 165 cm
IMT : 19,1 kg/m2

Status General
Kepala : normochepali
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-
THT : kesan tenang
Leher : pembesaran KGB (-)
Thoraks :
Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : suara nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Mamae : bentuk simetris, puting susu menonjol, pengeluaran (-),
kebersihan cukup
Abdomen : sesuai status obstetri
Ekstremitas : akral hangat ++/++, edema --/--

Status Obstetri
Abdomen
- Inspeksi : tampak perut membesar dengan striae gravidarum, tidak
tampak jaringan parut atau luka bekas operasi
- Auskultasi : bising usus (+) 12 x/menit, , DJJ (+) 135 x/menit
- Palpasi : TFU 3 jari di bawah prosesus xiphoideus, MCD: 28 cm,
TBJ: 2635 gram, HIS (+) 1x10’~15-20”
Pemeriksaan Leopold
Leopold I : teraba bulat, lunak, susah digerakkan (kesan bokong)
Leopold II : teraba bagian memanjang di sebelah kanan ibu (kesan
punggung) dan teraba bagian kecil di sebelah kiri ibu
(kesan ekstremitas)
Leopold III : teraba bulat, keras (kesan kepala)
Leopold IV : bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul
(PAP)
Vagina
- Inspeksi : Blood slym (-), ketuban (-), perineum utuh, jahitan tidak
ada
- Vaginal toucher (VT) (pukul 23.25 WITA) :
Keadaan vulva vagina normal, pembukaan serviks 1 cm, portio teraba
lunak, effacement 10 %, ketuban (-) jernih, teraba kepala, penurunan
kepala Hodge I, blood slym (-)

3.4. Pemeriksaan Penunjang


Darah lengkap (25-05-2019 pukul 23:38 WITA)
Parameter Hasil Unit Nilai Keterangan
Rujukan
WBC 6,9 x109/µL 3,5 – 10,0 Normal

LYM 31,8 % 20,0 – 50,0 Normal

RBC 4,12 x1012/µL 3,50 – 5,50 Normal

HGB 11,5 g/dl 11,5 – 16,5 Normal

HCT 33,2 % 35,0 – 55,0 Rendah

PLT 191 x109/µL 150 – 440 Normal

3.5. Diagnosis
G1P0000 UK 37-38 minggu T/H + Preskep U Puka + RKA
3.6. Penatalaksanaan
Rencana Terapi
- IVFD RL 20 tpm
- Cefotaxime 3x1 gr
Rencana Monitoring
Observasi CHPB ()
Rencana Edukasi
Menjelaskan kepada pasien mengenai proses persalinan seperti jangan
mengedan terlebih dahulu, pasien diminta berbaring ke arah kiri untuk
menjaga sirkulasi uteroplasenta yang baik.
3.7. Perjalanan persalinan pasien

25 Mei 2019 (23.15 WITA)

S : Pasien mengeluh keluar air pervaginam

O: HIS (+) 1 x / 10 menit 10-15 detik DJJ (+) 133x/menit

Vagina:Vaginal Toucher (VT):

Vulva dan vagina normal, portio lunak, pembukaan serviks (1 cm),


ketuban (-) jernih, teraba kepala, effacament 10%, penurunan hodge
I, Blood slyme (-)

A : G1P0000 UK 38-39 minggu T/H intrauterine presentasi kepala


dengan Persalinan Kala I fase laten + RKA

P : IUFD RL 20 tetes per menit

Cefotaxime 3x1 gram

Observasi CHPB

26 Mei 2019 (07.00 WITA)


S : Ibu mengeluhkan nyeri perut semakin sering

O : Keadaan umum baik, tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 80


kali/menit, Respirasi rate 20 kali/menit, temperatur 36,6 oC, DJJ (+)
146-153 kali/menit, HIS (+) 2-3 x / 10 menit ~ 20-25 detik, VT :
vulva normal, porsio lunak, pembukaan serviks (2 cm), ketuban (-),
teraba kepala, effacament 10%, penurunan hodge I,
A : G1P0000 UK 38-39 minggu T/H intrauterine presentasi
kepala PUKA dengan Persalinan Kala I fase laten + RKA

P : Observasi CHPB

26 Mei 2019 (10. 45 WITA)


S : Mules semakin sering, ibu ingin meneran
O : HIS (+) 4 x / 10 menit ~ 45 detik, VT : vulva normal,
porsio tidak teraba, pembukaan serviks lengkap,
ketuban (+), teraba kepala, penurunan hodge III, ttbk/tp

A : G1P0000 UK 38-39 minggu T/H intrauterine


presentasi kepala dengan Persalinan Kala II

P : Menganjurkan suami/keluarga untuk mendampingi

Melakukan amniotomi (-)

Memimpin persalinan

Bayi lahir spontan belakang kepala, segera menangis, A5


7/8, jenis kelamin laki-laki pukul 10.55, berat bayi lahir
2600 gram, panjang badan 50 cm, LK/LD: 32 cm/33
cm

Melakukan IMD

26 Mei 2019 (10. 55 WITA)

S : Ibu merasa lelah, perut dirasakan mules

O :Kondisi umum : baik, Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi


80 kali/menit, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi (+)
baik

A : P1001+ PsptB +PK III

P : Menyuntikkan oksitosin 1 ampul/IM


26 Mei 2019 (11. 00 WITA)

S : ibu merasa lelah

O : Kondisi umum : baik, Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi


80 kali/menit, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi (+)
baik

A :P1001 psptB + PK IV Robekan perineum grade II

P : inform consent ibu untuk dilakukan hecting

Memberikan terapi oral :


amoxicillin 3 x 500mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Methylergometrin 3 x 0.125 mg
SF 2 x 1 tab
Laktafit 2 x 1 tab
Evaluasi 2 jam post partum
Jam Waktu TD Nadi Suhu TFU Kontraksi Kandung Perdarahan
Ke- Uterus Kemih
1 11.15 110/70 82 36,5 2 jari Baik - ±30cc
mmHg bpst
11.30 110/70 80 2 jari Baik - ±20cc
mmHg bpst
11.45 110/70 76 2 jari Baik - -
mmHg bpst
12.00 110/70 80 2 jari Baik - -
mmHg bpst
2 13.00 110/70 80 36,5 2 jari Baik - ±5cc
mmHg bpst

3.8 Follow Up Perkembangan Pasien


26 Mei 2019 (14.30 WITA)
S : Pasien masih mengeluhkan lemas sedikit.

O : Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : E4V5M6 (CM)
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu tubuh : 36,5 °C
Status General

Mata : Anemis -/-, ikterik -/-

Thoraks

Jantung : S1S2 normal, reguler, murmur (-)

Paru : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen : ~ status obstetri

Ekstremitas :

Akral hangat : Ekstremitas atas +/+

Ekstremitas bawah +/+

Oedema : Ekstremitas atas -/-

Ekstremitas bawah -/-

Status Obstetri

Abdomen:- TFU: 2 jari dibawah pusat kontraksi uterus


(+) baik,
Vagina : perdarahan aktif (-), lochea rubra (+)

A : P1001 post partum + Nifas hari 1

P : - Asam mefenamat 3 x 500 mg PO


- Amoxicilin 3 x 500 mg PO
- Tablet tambah darah 2 x 1 tab PO
- Methylergometrine 3 x 0.125 mg PO

27 ei 2019 (08.30WITA)

P : menyusui normal, BAK (+), BAB normal, sudah biasa mobilisasi

O : Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : E4V5M6 (CM)
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 18 kali/menit
Suhu tubuh : 36,5 °C
Status General

Mata : Anemis -/-, ikterik -/-


Thoraks
Jantung : S1S2 normal, reguler, murmur (-)
Paru : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : ~ status obstetri
Ekstremitas :
Akral hangat : Ekstremitas atas +/+
Ekstremitas bawah +/+
Oedema : Ekstremitas atas -/-
Ekstremitas bawah -/-
Status Obstetri
Abdomen:- TFU: 2 jari dibawah pusat kontraksi uterus (+) baik.
Vagina : perdarahan aktif (-), lochea rubra (+)
A : P2002 post partum + Nifas hari 1.
P : - Asam mefenamat 3 x 500 mg PO
- Amoxicilin 3 x 500 mg PO
- Tablet tambah darah 2 x 1 tab PO
- Methylergometrine 3 x 0.125 mg PO
I : Pasien dapat dirawat jalan (BPL)
BAB IV
PEMBAHASAN

Ibu PMS datang ke VK PONEK RSU Bangli pada tanggal 25 mei 2019,
pukul 23.30 WITA. Ibu PMS datang dengan keluhan utama keluar air pervaginam
sejak pukul 23.00 WITA. Pada pemeriksaan lakmus, kertas lakmus yang berwana
merah berubah menjadi biru sehingga dicurigai bahwa cairan tersebut adalah
ketuban. Pecahnya ketuban ini dapat disebabkan oleh melemahnya kekuatan
selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada persalinan aterm merupakan suatu hal
yang fisiologis, hal tersebut dapat dihubungkan dengan pembesaran uterus,
kontraksi rahim, gerakan janin, dan juga terjadinya perubahan kimia pada selaput
ketuban.

Berdasarkan hasil anamnesis diperoleh bahwa ibu memiliki riwayat


hipertensi dan sedang mengkonsumsi obat hipertensi. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum baik, tanda vital dan status general dalam batas
normal. Pada pemeriksaan abdomen diketahui pembesaran perut sesuai dengan
usia kehamilan dan tidak ada luka operasi. Pada auskultasi menggunakan doppler
didapatkan frekuensi denyut jantung janin dalam batas normal yaitu 135 kali per
menit. Berdasarkan TFU MCD 28 cm dengan TBBJ 2635 gram. Pada
pemeriksaan leopold ditemukan letak fundus 3 jari bawah prosesus xiphoideus,
punggung sebelah kanan, presentasi kepala dengan bagian bawah belum masuk
pintu atas panggul. Pada pemeriksaan dalam didapatkan kondisi vulva vagina
normal, portio teraba lunak, pembukaan serviks 1 cm, effacement 10 %, ketuban
(-) jernih, teraba kepala dengan penurunan kepala Hodge I dan blood slym (-).

Berdasarkan evaluasi pasien pada tanggal 26 mei 2019 pukul 07.00 WITA
didapatkan bahwa Ibu mengeluhkan nyeri perut semakin sering, keadaan umum
baik dan tanda vital masih dalam batas normal, DJJ (+) 146-153 kali/menit, HIS
meningkat menjadi 2-3 x / 10 menit ~ 20-25 detik. Pada pemeriksaan dalam yaitu
VT didapatkan vulva vagina normal, porsio lunak, pembukaan serviks 2 cm,
ketuban (-), teraba kepala, effacament 10%, penurunan hodge I.

Dilakukan evaluasi kembali pada pukul 10.45 WITA didapatkan bahwa


mules semakin sering dirasakan dan ibu ingin meneran. HIS meningkat menjadi
4x/10 menit ~ 45 detik. Pada pemeriksaan VT didapatkan vulva vagina normal,
porsio tidak teraba, pembukaan serviks lengkap, ketuban (-), teraba kepala,
penurunan hodge III, ttbk/tp dan blood slym (+). Berdasarkan temuan tersebut
maka pasien sudah akan masuk persalinan kala II dengan tanda keinginan ibu
untuk meneran, seperti ada tekanan pada anus, yang disertai dengan perineum
menonjol dan vulva yang membuka. Kala II juga dapat diketahui dengan
pemeriksaan dalam yang mendapatkan pembukaan serviks sudah lengkap.

Selama memimpin persalinan perlu diperhatikan bagaimana posisi ibu dan


cara ibu mengedan. Pada kasus ini dilakukan prosedur episiotomi dalam
membantu mengeluarkan kepala. Setelah kepala lahir, bayi akan mengadakan
putaran paksi luar sesuai letak punggung janin sambil diselidiki apakah ada
belitan tali pusat pada leher, kemudian dilanjutkan melahirkan kedua bahu janin,
badan, trokanter anterior, dan trokanter posterior. Bayi lahir segera menangis.
Jalan napas dibersihkan, tali pusat diklem lalu digunting. Pada pukul 10.55 WITA
lahir bayi laki-laki secara spontan, segera menangis, kulit kemerahan, gerak aktif,
BBL 2600 gram, panjang badan 50 cm, APGAR Score 7-8, anus (+), kelainan
kongenital (-). Persalinan dilanjutkan dengan kala III.
Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap. Managemen
aktif kala III dimulai dari menyuntikkan oksitosin 10 IU secara intramuskuler
pada paha anterolateral untuk membantu kontraksi ritmik uterus dan membantu
mengeluarkan placenta dan mengurangi perdarahan. Selanjutnya dilakukan
peregangan tali pusat terkendali. Setelah plasenta lahir, diteliti apakah kotiledon-
kotiledon lengkap atau ada bagian yang tertinggal dalam kavum uteri karena sisa
plasenta dapat menimbulkan perdarahan postpartum. Masase fundus uteri
dilakukan untuk membantu kontraksi uterus. Kemudian dilakukan penjahitan
perineum oleh karena episiotomi pada kala II.
Setelah melewati kala III, pasien diobservasi selama 2 jam atau pasien
memasuki kala IV. Pada kala IV ini diperhatikan kontraksi uterus sudah baik,
tidak ada perdarahan aktif dari vagina, kandung kencing tidak penuh, bayi dalam
keadaan baik, ibu dalam keadaan baik, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Hasil observasi kala IV pada pasien ini adalah normal. Pasien kemudian
dipindahkan ke Ruang Kenanga dan dilakukan follow up tanda-tanda vital,
keluhan, serta diberikan KIE untuk memberi ASI eksklusif kepada bayinya,
mobilisasi dini, dan cara menjaga kebersihan diri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kasus ini adalah
persalinan normal dengan riwayat keluar air yang sesuai dengan definisi
persalinan spontan, yaitu bayi lahir melalui vagina secara spontan, pada
kehamilan cukup bulan, tanpa bantuan alat, tidak terjadi komplikasi pada ibu
ataupun janin, dengan presentasi belakang kepala, dan umumnya berlangsung
dalam waktu kurang dari 24 jam.
BAB V
SIMPULAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pada hasil anamnesis, pemeriksaan fisk dan pemeriksaan


penunjang didapatkan diagnosis G1P1001. Selanjutnya, telah dilakukan
tatalaksana sesuai dengan protap persalinan normal RSUD Bangli dan didapatkan
bayi lahir normal dengan berat badan 2600 gram, jenis kelamin laki-laki dengan
kondisi segera menangis, gerakan aktif dan kulit kemerahan. Meskipun awalnya
datang dengan riwayat keluar air serta Kala I yang lama namun Kala II serta Kala
III yang lebih cepat dibandingkan teori, namun setelah dilakukan observasi 2 jam
post partum (Kala IV) didapatkan keadaan ibu yang baik
DAFTAR PUSTAKA

1. Saifuddin, Abdul Bari. Trijatmo Rachimbadhi. Gulardi H Wiknjosastro. Ilmu


Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi IV. Jakarta: Tridasa Printer.
2008. Hal:213
2. Pribadi, Adhi. Mose CJ. Asuhan Persalinan Normal. Pada: Wiknjosastro GH,
Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawiroharjo, Edisi. 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008. Hal: 334-347.
3. Manuaba, I.B.G. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Edisi II. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2002.
4. The American College of Obstreticians and Gynecologist. Definition of Term
Pregnancy. Committee Opinion Number 579. 2013; 122: 1139-40
5. Gabbe, S.G,. et al. Normal Labor and Delivery. In: Gabbe, S.G., Niebyl, J.R.,
Simpson, J.L. Obstetrics Normal and Problem Pregnancies, 6th
Edition. New York: Churchill Livingstone. 2012.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Edisi I. 2013.
7. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik- Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR). Buku
Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. 2014.
8. Keman, K. Partograf. Pada: Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T.
Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo, Edisi. 4. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008. Hal: 315-333.
9. Pribadi, Adhi. Mose CJ. Asuhan Persalinan Normal. Pada: Wiknjosastro GH,
Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawiroharjo, Edisi. 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008. Hal:334-347.
10. Sofian A. Rustam M. Fisiologi Persalinan. Pada: Sofian A. Rustam M.
Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi, Edisi 3, Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2011. Hal:87-102.
11. Cunningham G.E, et al. Normal Labor. In: Cunningham G.E., Gant, N.F.,
Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C, et al. Williams Obstetrics, 24th
Edition. New York : Mc Graw Hill Education. 2014. Page: 433-454.

Anda mungkin juga menyukai