Anda di halaman 1dari 52

PERDARAHAN

KEHAMILAN MUDA
 MOLA HIDATIDOSA
 ABORTUS
 KEHAMILAN EKTOPIK
abortus
Abortus (aborsi, abortion)

 Definisi :
 Berakhirnya kehamilan dengan cara
apapun sebelum janin cukup
berkembang untuk dapat/mampu
bertahan hidup diluar kandungan.
 AS ~ berakhirnya kehamilan sebelum
uk 20 minggu (HPHT)
 Keluarnya janin / hasil konsepsi yang
beratnya kurang dari 500 gram
Insiden:

 Bila abortus terjadi secara spontan, orang


awam sering menyebutnya keguguran
 Sulit ditentukan secara pasti,
 10% dari seluruh kehamilan
 10-15%;
 Abortus dini, lupa haid terakhir
 Diagnosis kehamilan(kimiawi, klinis)
 Abortus ilegal
 Diperkirakan 30% abortus tidak
dikenali(terjadi secara dini)
Patologi

 Perdarahan dalam desidua basalis 


diikuti nekrosis jaringan sekitarnya  hasil
konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya, shg merupakan benda asing
dalam uterus  merangsang kontraksi
uterus
 Uk < 8 minggu biasanya keluar spontan
seluruhnya ok villi korialis belum
menembus desidua ~ abortus komplit
 Uk 8-14 minggu, villi korialis sdh menembus
desidua lebih dalam sehingga plasenta
lebih sulit lepas secara sempurna dan
komplit ~ abortus inkomplit
Etiologi
 Faktor Fetal
 Kelainan kromosomal  trisomi autosomal (13, 16, 18, 21, 22),
monosomi X (45XO, Turner’s syndrome), monosomi autosomal,
triploid, tetraploid
 Faktor Maternal
 Infeksi  C. trachomatis ditemukan pada 4% abortus
 Kondisi medis  radioterapi pada px kanker, DM, gangguan tiroid
 Status nutrisi  anorexia nervosa, bulimia nervosa
 Faktor imunologis  antiphospholipid antibody syndrome
 Faktor Paternal
 Kelainan kromosomal pada pada sperma ayah
etiologi

 Kelainan kongenital uterus


 Anomali duktus Mulleri, septum uterus, uterus bikornis,
inkompetensi serviks uterus, mioma uteri, sindroma Asherman
 Autoimun
 Aloimun, mediasi imunitas humoral, medias imunitas seluler
 Defek fase luteal
 Faktor endokrin eksternal, antiboti antitiroid hormone, sintesis
LH yang tinggi
 Faktor sosial
 Konsumsi alkohol, kafein berlebih, merokok
 Faktor lingkungan
 Paparan terhadap toksin (arsenik, timbal, formaldehid,
benzena, and etilen oksida
diagnosis

• Wanita usia reproduktif


• Terlambat haid (dx/ hamil) 
perdarahan pervaginam
• Sering disertai mules-mules, sampai ke
pinggang
• Keluar darah tanpa/disertai jaringan
• Pembukaan serviks
Differential diagnosis

KET
Mola hidatidosa
Hamil dengan kelainan
serviks
diagnosis Perdarahan Nyeri perut uterus serviks Gejala khas

Abortus Sedikit Sedang Sesuai usia tertutup Tidak ada


iminens kehamilan ekspulsi
jaringan
konsepsi
Abortus Sedang – Sedang – Sesuai usia Terbuka Tidak ada
insipiens banyak hebat kehamilan ekspulsi
jaringan
konsepsi
Abortus Sedang – Sedang – Sesuai usia Terbuka Ekspulsi
inkomplit banyak hebat kehamilan sebagian
jaringan
konsepsi
Abortus komplit Sedikit Tanpa/ sedikit Lebih kecil dari Terbuka/tertutu Ekspulsi seluruh
usia kehamilan p jaringan
konsepsi

Missed Tidak ada Tidak ada Lebih kecil dari Tertutup Janin telah
abortion usia kehamilan mati tapi tidak
ada ekspulsi
jaringan
konsepsi

Abortus septik Ada/ tidak Ada / tidak Sesuai/ Lebih Terbuka/tertutu Terjadi tanda-
ada ada kecil dari usia p tanda infeksi,
kehamilan didapatkan
Tatalaksana umum

 TTV ibu
 Evaluasi tanda-tanda syok
 Jika ada syok  tatalaksana syok
 Jika tidak ada  tetap waspada karena dapat
memburuk dengan cepat
 Dukungan emosional dan konseling kontrasepsi
pasca abortus
 Tatalaksana lanjutan sesuai jenis abortus
TATALAKSANA ABORTUS
IMINENS
 Pertahankan kehamilan
 Tidak perlu pengobatan khusus
 Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau
hubungan seksual

 Jika perdarahan berhenti: pantau kondisi ibu


selanjutnya pada pemeriksaan antenatal (kadar Hb
dan USG panggul serial setiap 4 minggu). Nilai ulang
bila perdarahan terjadi lagi
 Jika perdarahan tidak berhenti: nilai kondisi janin
dengan USG. Nilai kemungkinan adanya penyebab
lain.
TATALAKSANA ABORTUS
INSIPIENS
 Konseling pasien
 Risiko, rasa tidak nyaman saat evakuasi, kontrasepsi pasca
keguguran
 Jika kehamilan <16 minggu: evakuasi isi uterus. Jika tidak
bisa:
 Berikan ergometrin 0,2mg IM (dapat diulang tiap 15mnt bila
perlu)
 Rencanakan evakuasi segera
 Jika kehamilan >=16 minggu:
 Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan
evakuasi sisa hasil konsepsi dari dalam uterus
 Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9%
atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit
untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi
 Berikan misoprostol
TATALAKSANA ABORTUS
INKOMPLIT
 Konseling pasien
 Jika usia kehamilan <16 minggu dengan perdarahan berat:
 Evakuasi isi uterus. Metode yang dianjurkan adalah aspirasi vakum
manual (AVM). Kuret tajam dapat dilakukan bila AVM tidak tersedia
 Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg
IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu)
 Jika usia kehamilan <16 minggu dengan perdarahan ringan atau
sedang:
 Keluarkan hasil konsepsi yang tampak muncul dari ostium uteri eksterna
dengan jari atau forsep cincin
 Rekomendasi FIGO: Misoprostol 600μg per oral dosis tunggal atau 400μg
sublingual dosis tunggal.
 Jika usia kehamilan ≥16 minggu:
 Berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat
dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu pengeluaran
hasil konsepsi
TATALAKSANA ABORTUS
KOMPLIT
• Tidak diperlukan evakuasi
• Lakukan konseling untuk memberikan dukungan
emosional dan menawarkan kontrasepsi pasca
keguguran
• Observasi keadaan ibu
• Apabila terdapat anemia lihat tatalaksana
anemia pada ibu hamil
• Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu
TATALAKSANA MISSED
ABORTION
 Konseling pasien
 Jika usia kehamilan <12 minggu:
 Evakuasi dengan AVM atau sendok kuret
 Rekomendasi FIGO: Misoprostol 800μg pervaginam setiap 3 jam
(maksimal x2) atau 600μg sublingual setiap 3 jam (maksimal x2)
 Jika usia kehamilan >12 namun <=16 minggu:
 Pastikan serviks terbuka, bila perlu lakukan pematangan serviks
sebelum dilakukan dilatasi dan kuretase. Lakukan evakuasi
dengan tang abortus dan sendok kuret
 Jika usia kehamilan 16-22 minggu:
 lakukan pematangan serviks
 Lakukan evakuasi dengan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml NaCl
0,9%/Ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga
terjadi ekspulsi hasil konsepsi
 Bila dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi, evaluasi kembali sebelum
merencanakan evakuasi lebih lanjut.
TATALAKSANA ABORTUS
SEPTIK
 Bila terdapat tanda-tanda abortus septik maka
berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas
demam untuk 48 jam:
 Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6
jam
 Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
 Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
TATALAKSANA PASCA
EVAKUASI
• Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30
menit selama
2 jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat
• Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan
kirimkan
untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium
• Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam,
tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam
• Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil
pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu
diperbolehkan pulang
• Kontrasepsi pasca keguguran dapat dilihat pada materi
kontrasepsi
komplikasi

1. Perdarahan
2. Perforasi uterus
3. Infeksi
4. Syok
5. Kematian
KEHAMILAN EKTOPIK
Definisi

 Kehamilan Ektopik adalah kehamilan yang terjadi


bila sel telur dibuahi berimplantasi dan tumbuh di
luar endometrium kavum uteri
 Keadaan gawat → kehamilan ektopik
terganggu.
Penyebab

 Gangguan transportasi dari hasil


konsepsi sebagai akibat dari
adanya :
 Radang panggul (PID)
 Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
 Penyempitan lumen tuba akibat tumor
 Pasca tindakan bedah mikro pada tuba
 Abortus
 Kelainan hormonal
 Induksi ovulasi
 Fertilisasi in vitro
 Ovulasi yang terlambat
 Transmigrasi ovum
Faktor Risiko

 Resiko tinggi
 Operasi pada daerah tuba
 Sterilisasi
 Kehamilan ektopik sebelumnya
 Pemasangan IUD
 Penggunaan kontrasepsi (dietilstilbestrol)
 Resiko sedang
 Infertilitas
 Infeksi genital
 Resiko ringan
 Operasi abdomen
 Hubungan seksual usia muda (<18 tahun)
Patofisiologi

 Kehamilan ektopik → akibat


gangguan transportasi ovum yang
telah dibuahi dari tuba kerongga
rahim
 Sebagian besar terganggu pada
umur kehamilan 6 – 10 minggu dan
dapat terjadi :
 Hasil konsepsi mati dini dan direabsorpsi
 Abortus ke dalam lumen tuba
 Ruptur dinding tuba
 Kehamilan abdominal sekunder
Lokasi kehamilan ektopik
1. Tuba Fallopi (>>>)
 Pars intertisialis
 Isthmus
 Infundibulum
 Fimbria
2. Uterus
 Kanalis servikalis
 Divertikulum
 Kornu
 Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus
Gambaran klinis

 Kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak


khas
 Biasanya terdiagnosis pada → abortus tuba atau
ruptur tuba
Gambaran klinis

 Tanda-tanda kehamilan muda.


→ amenorea, mual sampai muntah
 Sedikit nyeri di perut bagian bawah.
 Uterus teraba membesar dan lembek.
 Amenorea diikuti oleh perdarahan.
Gambaran klinis

 Nyeri
 Perdarahan pervaginam (biasanya berwarna
coklat tua)
 Pada ruptura tuba → nyeri perut bagian bawah,
perdarahan → pingsan → syok
 Pada abortus tuba → nyeri tidak seberapa hebat
dan terus-menerus.
Diagnosis

Anamnesis
 haid terlambat untuk beberapa waktu
 nyeri perut bagian bawah
 tenesmus
 perdarahan pervaginam
Diagnosis

Pemeriksaan umum
 Penderita tampak kesakitan
 Pucat (anemis)
 Hipotensi
 Perut menggumbung, nyeri tekan
 Syok
Diagnosis

Pemeriksaan ginekologi
 Tanda-tanda kehamilan muda
 Nyeri goyang serviks
 Uterus teraba sedikit membesar dan
 Kadang teraba tumor di samping
uterus dengan batas yang sukar
ditentukan.
 Cavum Douglas menonjol dan
terdapat nyeri raba.
 Suhu kadang-kadang naik.
Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium
 Tes Kehamilan
 Kadar hemoglobin dan lekosit (Vonstlany test),
→kadar hemoglobin turun dan leukosit naik.
2. Kuldosentesis
 Untuk mengetahui adanya darah kehitaman
dengan bekuan-bekuan kecil
Pemeriksaan penunjang

4. Laparoskopi
 KE/KET, infeksi pelvic, kista ovarium
segera dapat dibedakan dengan jelas.
5. Ultrasonografi
 Terlihat adanya kantong gestasi di luar
kavum uteri dan / deteksi genangan
cairan di kavum Douglas pada KET.
6. Dilatasi dan Kuretase
 Bila ditemukan desidua tanpa villus
koralis yang diperoleh dari hasil kerokan
dapat diduga ke arah kehamilan
ektopik.
DIAGNOSIS BANDING

 Salfingitis
 Abortus imminens atau abortus
inkomplet
 Corpus luteum atau kista folikel yang
pecah
 Torsi kistoma ovarii
 Appendisitis
 Gastroenteritis
 Metrorargia karena kelainan
ginekologi atau organic lainnya.
 Radang panggul
Penatalaksanaan

 Perbaiki KU → transfusi darah dan


pemberian cairan
 Laparotomi segera setelah diagnosis
ditegakkan
 Kehamilan tuba segera dilakukan
salfingektomi
 Kehamilan kornu dilakukan
salfingooforektomi dan
 Histerektomi bila umur >35 tahun
 Fundektomi bila masih muda untuk
kemungkinan masih bisa haid
 Insisi bila kerusakan pada kornu kecil dan
kornu dapat direparasi
Penatalaksanaan

 Salfingektomi dapat dilakukan dalam beberapa


kondisi yaitu :
 Kondisi penderita buruk, misalnya syok
 Kondisi tuba buruk
 Penderita menyadari kondisi fertilitasnya
 Penderita tidak ingin mempunyai anak lagi.
Prognosis

 Kehamilan ektopik merupakan sebab


kematian yang penting maka diagnosa
harus cepat
 Kematian karena kehamilan ektopik
terganggu cenderung menurun dengan
diagnosis dini dan persediaan darah.
 Pada umumnya, kelainan yang
menyebabkan kehamilan ektopik bersifat
bilateral.
 Angka kematian ektopik yang berulang
dilaporkan antara 0 – 14,6%.
Mola Hidatidosa
Definisi
• Mola hidatidosa adalah bagian dari
penyakit trofoblastik gestasional, yang
disebabkan oleh kelainan pada vili
koriales berupa proliferasi dan edema
Epidemiolo
gi
• Insidensi mola hidatidosa di Indonesia
adalah 1 dari 100 kehamilan
• Angka kejadian mola sangat bervariasi di
setiap negara
• Jenis mola yang ditemukan :
– 15-20% mola komplit
– 2-3% mola parsial
Patogenesi
s
• Mola komplit
– Tidak terdapat jaringan janin. 90% 46,XX dan
10% 46,XY. Dapat dibagi menjadi :
• Androgenetic : kromosom berasal dari ayah saja :
– Bersifat homozigot : duplikasi dari haploid kromosom
ayah
– Bersifat heterozigot : berasal dari dua haploid kromosom
ayah
• Biparental : kromosom berasal dari paternal dan
maternal, namun terjadi kesalahan ekspresi dari
kromosom yang berasal dari maternal, sehingga
kromosom paternal menjadi lebih dominan
Patogenesi
s
• Mola parsial
– Terdapat jaringan janin :
• Jenis kromosom yang didapat 69,XXX atau
69,XXY
• Diakibatkan oleh karena hasil pembuahan dari
oosit yang bersifat haploid dan adanya duplikasi
dari paternal kromosom haploid (dispermi)
Bahkan dapat ditemukan tetraploidi
Faktor Predisposisi
• Kehamilan di usia terlalu muda atau
tua.
• Riwayat kehamilan mola penggunaan
sebelumnya.
• Beberapa penelitian
menunjukkan kontrasepsi oral.
• Merokok.
• Golongan darah A atau AB.
• Defisiensi kadar beta karoten.
Diagnosis
Mola
• Mual dan muntah hebat
• Ukuran uterus lebih besar dari usiakehamilan
• Tidak ditemukan janin intrauteri
• Takikardi, berdebar-debar (tanda-tanda tirotoksikosis)

Abortus mola
• Perdarahan pervaginam berupa bercak hingga berjumlah banyak
• Nyeri perut
• Serviks terbuka
• Keluar jaringan seperti anggur, tidak adajanin
Pemeriksaan
penunjang
Laboratorium
•Kadar hormon hCG (untuk melihat kemungkinan adanya potensi
keganasan dan follow up)
•Pemeriksaan darah perifer lengkap untuk mendeteksi anemia
•Pemeriksaan hormon tiroid jika didapatkan adanya tanda-tanda
tirotoksikosis

Ultrasonografi
•Mengidentifikasi gambaran mola (terdapat gambaran yang spesifik,
seperti sarang tawon atau badai salju) – pada mola komplit tidak
didapatkan gambaran janin, namun pada mola parsial dapat
ditemukan gambaran janin
•Melihat ada tidaknya kista lutein

Thorax photo : untuk mengidentifikasi kemungkinan metastasis


Tatalaksana
Umum
• Penatalaksanaan kasus mola hidatidosa tidak boleh
dilakukan di fasilitas kesehatan dasar, ibu harus
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.

•Yang perlu diperhatikan :


– Stabilkan kondisi pasien
– Persiapkan darah untuk kepentingan transfusi
– Koreksi keadaan koagulopati
– Tangani hipertensi yang terjadi
– Observasi kemungkinan terjadinya krisis tiroid
Tatalaksana Khusus
Mola
• Pasang batang laminaria selama 24 jam untuk
mendilatasi serviks.
•Setelah serviks terbuka, lanjutkan
tatalaksana seperti abortus mola.

Abortus Mola
• Lakukan evakuasi dengan menggunakan suction
curettage dan kosongkan isi uterus secara cepat.
•Berikan uterotonika sesaat sebelum dimulai
proses evakuasi mola
Tatalaksana Khusus

 Uterotonika dapat diberikan berupa infus oksitosin


10 unit dalam 500 ml NaCl 0.9% atau RL dengan
kecepatan 40-60 tetes/menit untuk mencegah
perdarahan.

 Ibu dianjurkan menggunakan kontrasepsi hormonal


bila masih ingin memiliki anak, atau tubektomi bila
ingin menghentikan kesuburan.
Tatalaksana Khusus
• Selanjutnya ibu dipantau:
– Pemeriksaan HCG serum setiap 2 minggu.
– Bila hasil HCG serum terus menetap atau naik dalam
2 kali pemeriksaan berturut-turut, ibu dirujuk ke
rumah sakit rujukan tersier yang mempunyai fasilitas
kemoterapi.
– HCG urin yang belum memberi hasil negatif setelah 8
minggu juga mengindikasikan ibu perlu dirujuk ke
rumah sakit rujukan tersier.
Komplikasi
• Perdarahan.
• Perforasi uterus spontan atau iatrogenik.
• Emboli sel trofoblas.
• Keganasan berupa penyakit trofoblas ganas.
• Tirotoksikosis.
Prognosis
• Prognosis mola hidatidosa umumnya
baik
• Risiko untuk kejadian mola hidatidosa
berulang adalah 1.2-1.4%
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai