Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya pemberantasan penyakit menular dan tidak menular
merupakan salah satu program dalam rangka menciptakan keadaan kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat yang mencapai derajat kesehatan yang
seoptimal-optimalnya. Terjadinya perubahan gaya hidup sebagai dampak
dari transisi demografi merupakan tantangan terhadap upaya pemberantasan
penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Penyakit tidak menular adalah penyakit yang tidak disebabkan oleh
kuman, tetapi disebabkan karena adanya problem fisiologis atau
metabolisme pada jaringan tubuh manusia. Penyakit-penyakit tersebut
contohnya ialah; batuk, sariawan, sakit perut, dan sebagainya.
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman yang
menjangkiti tubuh manusia. Kuman dapat berupa virus, bakteri, amuba, atau
jamur.Dan kanker servik adalah salah satu contoh penyakit menular yang
disebabkan oleh beberapa tipe dari virus yang disebut Human Papilloma
Virus (HPV).
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus,
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke
arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama
(vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi
bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang
wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun. Layaknya semua kanker,
kanker leher rahim terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada
leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut
menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel
tersebut.
Menurut Siregar (2002), kanker leher rahim merupakan kanker kedua
terbanyak ditemukan pada wanita di dunia. Kurang lebih 500.000 kasus baru

1
kanker leher rahim terjadi tiap tahun dan tiga perempatnya terjadi di negara
berkembang. Kanker servik uteri atau leher rahim ini menduduki peringkat
utama dan merupakan penyebab kematian tertinggi pada kasus kanker yang
menyerang wanita di Indonesia. Data departemen kesehatan menunjukkan
hingga kini jumlah penderitanya mencapai 50 per 100.000 penduduk. Oleh
sebab itu diperlukan upaya maksimal dalam rangka penanggulangan
terhadap kejadian kanker servik yang mencakup upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu dengan
Kanker Serviks menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori Kanker Serviks.
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada Ibu
dengan Kanker Serviks berdasarkan 7 langkah Varney.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ibu dengan Kanker Serviks
dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari :
 Melakukan pengkajian
 Menginterpretasikan data dasar
 Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
 Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
 Mengembangkan rencana intervensi
 Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
 Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu
dengan Kanker Serviks dalam bentuk catatan SOAP

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan Kanker Serviks dan Anemia


1. Kanker Serviks
a. Pengertian
Kanker leher rahim adalah tumor ganas/karsinoma yang tumbuh di
dalam leher rahim/serviks, yaitu suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara
rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). (Anonim, 2009)
Kanker Leher Rahim adalah kanker yang terjadi pada Cervix Uteri,
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk
ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama
(vagina). (Sarwono, 2005)
Kanker Serviks atau Cervikal Cancer adalah kanker primer dari
serviks (kanalis servicalis dan atau portio). (Andrijono, 2007)
b. Etiologi
Penyebab yang pasti dari kanker serviks belum diketahui, namun
hasil penelitian studi menyatakan dengan jelas bahwa sebagian besar
dari timbulnya kanker dapat disebabkan gaya hidup yang tidak sehat.
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tidak terkendali. Jika sel serviks terus membelah, maka
akan terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tumor yang bersifat
jinak atau ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaan ini disebut
kanker serviks. Penyebab terjadinya kelainan sel-sel serviks tidak
diketahui secara pasti. Namun terdapat beberapa faktor resiko yang
berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks.
1) HPV (Human Papiloma Virus)
HPV adalah virus penyebab kondiloma akuminata yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah
HPV tipe 16,18,45 dan 56.

3
2) Merokok
3) Hubungan seksual pertama dilakukan usia dini
4) Berganti-ganti pasangan seksual
5) Infeksi herpes genital atau infeksi klamidia menahun
6) Faktor-faktor atau zat-zat yang dapat menyebabkan kanker disebut
Karsinogen. Hidayat, 2009)

c. Tanda dan Gejala


Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala
dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita menjalani
pemeriksaan panggul dan Pap Smear. Gejala biasanya baru muncul ketika
sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke
jaringan di sekitarnya. Pada saat ini akan timbul gejala sebagai berikut:
1) Perdarahan pervaginam yang abnormal, terutama diantara 2
menstruasi setelah melakukan coitus dan setelah menopause
2) Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
3) Keputihan yang menetap dengan cairan yang encer, berwarna hijau,
coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Gejala dari Kanker Serviks Stadium Lanjut:
1) Nafsu makan berkurang, penurunan BB, kelelahan
2) Nyeri panggul, punggung atau tungkai
3) Dari vagina keluar air kemih atau tinja. (Markus, 2009)

d. Patofisiologi
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tak terkendali. 90% dari kanker serviks berasal dari sel
skuaomosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam
rahim. Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak meminimalkan

4
gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut
menjalani pemeriksaan panggul dan pap smear.

e. Klasifikasi Klinis
Tingkat Keganasan menurut Figo 1978
Tingkat Kriteria
SO · Karsinoma in situ (KIS) karsinoma nitra epitel
(membran bersalis masih utuh)
SI · Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke
korpus uteri
S.Ia · Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah
rusak dan sel tumor sudah memasuki stroma (tidak > 1mm)
sel tumor tidak terdapat pada pembuluh limfe atau
pembuluh darah.
S.Ib · Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang
histologik menunjukkan invasi stroma serviks uteri.
S.II · Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan
menjalar ke dua pertiga bagian atas vagina dan / ke
parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul.
S.Iia · Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas
dari infiltrat tumor
S.Iib · Penyebaran ke parametrium, uni/bilateral tetapi belum
sampai dinding panggul
S.III · Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina
atau ke parametrium sampai dinding panggul.
S.IIIa · Penyebaran sampai pada 1/3 bagian distal vagina,
sedang ke parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai
dinding panggul.
S.IIIb · Penyebaran sudah sampai dinding panggul, sudah ada
gangguan ginjal

S.IV · Proses kegananasan telah keluar dari panggul kecil dan


melibatkan mukosa rektum dan / atau kandung kemih
· IVa. Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah

5
mengilfiltrasi mukosa rectum dan atau kandung kemih.
· IVb. Telah terjadi penyebaran jauh
(Prawirohardjo, 2005).

f. Diagnosis Kanker Serviks


1) Subjektif :
a) Perdarahan pervaginam yang abnormal, terutama diantara 2
menstruasi setelah melakukan coitus dan setelah menopause
b) Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
c) Keputihan yang menetap dengan cairan yang encer, berwarna
hijau, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
d) Nafsu makan berkurang, penurunan BB, kelelahan
e) Nyeri panggul, punggung atau tungkai
f) Dari vagina keluar air kemih atau tinja
2) Objektif
a) Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)
b) Inspeculo
c) Pemeriksaan penunjang : ·
X-ray dada : X-ray sering kali dapat menunjukkan apakah kanker
telah menyebar ke paru-paru.
CT Scan : Suatu mesin X-ray yang dihubungkan ke sebuah
komputer mengambil suatu rentetan dari gambar-gambar yang
mendetail dari organ-organ Px. Pemeriksaan ini area-area normal
lebih mudah untuk dilihat. Suatu tumor di hati, paru-paru, atau di
mana saja dalam tubuh dapat terlihat pada CT Scan.
MRI : Suatu magnet yang kuat yang dihubungkan ke sebuah
komputer digunakan untuk membuat gambar-gambar yang
mendetail dari pelvis dan perut Px. MRI dapat menunjukkan apakah
kanker telah menyebar.

6
USG : Suatu alat ultrasound diletakkan pada perut atau dimasukkan
ke dalam vagina. Gambar yang dihasilkan dapat menunjukkan
apakah kanker telah menyebar. (Anonim, 2009)

g. Pencegahan
Untuk mencegah kanker serviks banyak hal yang bisa dilakukan
yaitu antara lain, menghindari beberapa penyebab dari kanker serviks
seperti merokok, berganti-ganti pasangan hubungan seksual, melakukan
hubungan seksual di usia muda, dan ibu dengan paritas lebih dari 5.
Selain menghindari factor resiko, pada masa sekarang ini telah ada
vaksin yang bisa mencegah tumbuhnya sel HPV berlebihan melalui
imunisasi HPV. Selain dengan Imunisasi HPV dan menghindari factor
resiko ada beberapa screening yang bisa dilakukan secara teratur dan
kontinyu agar kanker serviks bisa dideteksi saat stadium awal sehingga
dapat segera di obati, beberapa screening yang bisa dilakukan yaitu
dengan test IVA dan Pap Smear.

h. Penanganan
Pada stadium O dan Ia dilakukan biopsi kerucut dan histerektomi
transvaginal. Pada stadium Ib dan IIa penanganan yang dillakukan yaitu
histerektomi radikal. sedangkan pada stadium IIb, III, dan IV dilakukan
histrektomi transvaginal. Dan pada stadium IVa dan IVb penanganan
yang diberikan yaitu radioterapi, radiasi paliatif, dan kemoterapi.
(Prawiroharjo, 2007)

i.Pengobatan
Pada pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung pada
beberapa ystem berikut:
1) Tingkat lesi (apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi)
Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih
lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat

7
pada waktu pemeriksaan ystem. Tetapi penderita harus menjalani
pemeriksaan Pap Smear dan pemeriksaan panggul secara rutin.
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa:
a) Kriosurgery (pembekuan)
b) Kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi)
c) Pembedahan besar, untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal
tanpa melukai jaringan yang sehat disekitarnya
d) LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure) atau konisasi
Setelah menjalani pengobatan, penderita mungkin akan
merasakan kram atau nyeri lainnya. Perdarahan maupun keluarnya
cairan encer dari vagina. Pada beberapa kasus mungkin perlu
dilakukan histerektomi, terutama jika sel-sel abnormal ditemukan di
dalam lubang serviks. Histerektomi dilakukan jika penderita tidak
memiliki rencana untuk hamil lagi.
2) Pengobatan untuk kanker serviks
Pengobatan pada Ca Cervix tergantung pada lokasi dan ukuran
tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana
penderita untuk tidak hamil lagi.
a) Pembedahan
Pada Karsinoma Institu, seluruh kanker sering kali dapat
diangkat dengan bantuan pisau bedah atau melalui LEEP. Dengan
pengobatan ini penderita masih bisa mempunyai anak, karena
kanker bisa kembali kambuh maka dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan Pap Smear setiap 3 bulan sekali selama 1
tahun pertama dan selanjutnya tiap 6 bulan. Jika pasien tidak
memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani
histerektomi. Pada kanker ysteme, dilakukan histerektomi dan
pengangkatan struktur disekitarnya (histerektomi radikal) serta
kelenjar getah bening.Pada wanita muda, ovarium yang normal
dan berfungsi tidak diangkat.

8
b) Terapi Penyinaran (radioterapi) : efektif untuk mengobati kanker
ysteme yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radio terapi
digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhannya.
Ada 2 macam radioterapi, yaitu:
Radiasi Eksternal : Sinar berasal dari sebuah mesin besar.
Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya
dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
Radiasi Internal : Zat radio aktif terdapat di dalam sebuah kapsul
dimasukkan langsung ke dalam seviks. Kapsul ini dibiarkan
selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit.
Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah:
- Iritasi rectum pada vagina
- Kerusakan kandung kemih dan rectum
- Ovarium berhenti berfungsi
- Kelelahan
- Sakit maag
- Sering ke belakang (diare)
- Mual
- Muntah
- Perubahan warna kulit (seperti terbakar)
- Kekeringan atau bekas luka pada vagina yang menyebabkan
senggama menyakitkan
- Menopause dini
- Masalah dengan buang air kecil
- Tulang rapuh sehingga mudah patah tulang
- Rendahnya jumlah sel darah merah (anemia)
- Rendahnya jumlah sel darah putih
- Pembengkakan di kaki (disebut lymphedema)
c) Kemoterapi

9
Kanker serviks stadium lanjut (IIB-IVA) dapat diobati
dengan radioterapi dan kemo berbasis cisplatin. Pada stadium
sangat lanjut (IVB), dokter dapat mempertimbangkan kemo
dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin. Pada
kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel
kanker. Obat anti kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena
atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus,
artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode
pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi dengan
pemulihan, begitu seterusnya.
Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk
membunuh sel-sel kanker. Biasanya obat-obatan diberikan melalui
infuse ke pembuluh darah atau melalui mulut. Setelah obat masuk
ke aliran darah, mereka menyebar ke seluruh tubuh. Kadang-
kadang beberapa obat diberikan dalam satu waktu.
Kemoterapi dapat menyebabkan efek samping. Efek
samping ini akan tergantung pada jenis obat yang diberikan,
jumlah/dosis yang diberikan, dan berapa lama pengobatan
berlangsung. Efek samping bisa termasuki:
- Sakit maag dan muntah (dokter bisa memberikan oba
mual/muntah)
- Kehilangan nafsu makan
- Kerontokan rambut jangka pendek
- Sariawan
- Meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi (kekurangan sel
darah putih)
- Perdarahan atau memar bila terjadi luka (akibat kurang darah)
- Sesak napas (dari rendahnya jumlah sel darah merah)
- Kelelahan
- Menopause dini

10
- Hilangnya kemampuan menjadi hamil (infertilitas). (Sudibyo,
2008)
Beberapa jenis kemoterapi yang biasanya digunakan pada
pengobatan kanker serviks adalah:
- Carboplatin
- Cisplatin
- Paclitaxel
- Fluorouracil (5FU)
- Cyclophosphamide
- Docetaxel
- Ifosfamide
- Gemcitabin
Syarat pengobatan kemoterapi
- Keadaan umum cukup baik
- Hb > 10gr%, Leukosit > 5000/mm3, Trombosit > 150.000/mm3
- Penderita mengetahui tujuan pengobatan dan mengetahui efek
samping yang akan terjadi
- Fungsi lever dan ginjal dalam batas normal
- Waktu perdarahan dan pembekuan dalam batas normal
- Pemberi kemoterapi mempunyai pengetahuan tentang
kemoterapi dan menajemen kanker pada umumnya
- Mempunyai sarana laboraturium yang lengkap

Sebelum dilakukannya kemoterapi, perlunya dilakukan


beberapa persiapan, antara lain pemeriksaan laboraturium yang
meliputi :
- Darah tepi : hemoglobin, leukosit, trombosit, dan hitung jenis.
- Fungsi hepar, bilirubin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase.
- Fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan klirens kreatinin (bila
serum kreatinin meningkat).
- Audiogram (terutama pada pemberian cisplatin).

11
- EKG (terutama pada pemberian adriamycin, epirubicin)

Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki


system kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis
dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh
lainnya yang paling sering digunakan ialah interferon.Yang bisa
dikombinasikan dengan kemoterapi. (Anonim, 2009)

12
2. Anemia
a. Pengertian
Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah
lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan
jenis kelamin. Hemoglobin adalah zat warna di dalam darah yang berfungsi
mengangkut oksigen dan karbondioksida dalam tubuh. Anemia gizi adalah suatu
keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih rendah daripada normal
sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam
produksi guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal
sedangkan anemia gizi besi adalah anemia yang timbul, karena kekurangan zat
besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh
terganggu. Anemia terjadi ketika jumlah sel darah merah atau hemoglobin
dalam tubuh tidak adekuat sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik di dalam
tubuh.
Anemia ditandai dengan rendahnya konsentrasi hemoglobin atau hematokrit
nilai ambang batas yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah
(eritrosit) dan hemoglobin, meningkatnya kerusakan eritrosit, atau kehilangan
darah yang berlebihan. Defisiensi Fe berperan besar dalam kejadian anemia,
namun defisiensi zat gizi lainnya, kondisi nongizi, dan kelainan genetik juga
memainkan peran terhadap anemia. Defisiensi Fe diartikan sebagai keadaan
biokimia Fe yang abnormal disertai atau tanpa keberadaan anemia. Anemia
defisiensi Fe terjadi pada tahap anemia tingkat berat yang berakibat pada
rendahnya kemampuan tubuh memelihara suhu, bahkan dapat mengancam
kematian.

Kadar hemoglobin merupakan parameter yang paling mudah digunakan


dalam menentukan status anemia pada skala luas. Parameter batasan kadar
hemoglobin normal menurut WHO (1968) dalam Adriani & Wirjatmadi (2012)
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Parameter Kadar Hemoglobin Normal

Kelompok Umur Hemoglobin (gr/dl)

Anak 6 bulan – 6 tahun 11


6 tahun – 14 tahun 12

Dewasa Laki-laki 13
Wanita 12
Wanita hamil 11
b. Klasifikasi
Menurut WHO yag dikutip dalam buku Handayani W. Dan Haribowo A. S.,
(2008) :
1) Ringan Sekali Hb 10.00 gr/dL – 13.00 gr/dL
2) Ringan Hb 8.00 gr/dL – 9.90 gr/dL
3) Sedang Hb 6.00 gr/dL – 7.90 gr/dL
4) Berat Hb < 6.00 gr/dL
Sedangkan, berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut Manuaba (2007),
sebagai berikut :
1) Tidak Anemia : Hb 11.00 gr/dL
2) Anemia Ringan : Hb 9.00 gr/dL – 10.00 gr/dL
3) Anemia Sedang : Hb 7.00 gr/dL – 8.00 gr/dL
4) Anemia Berat : Hb < 7.00 gr/dL
c. Penyebab

Anemia terjadi pada saat tubuh kekurangan sel darah merah sehat yang
mengandung hemoglobin. Terdapat sekitar 400 kondisi yang dapat menyebabkan
anemia pada seseorang dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

1) Tubuh tidak cukup memproduksi sel darah merah.


2) Terjadi perdarahan yang menyebabkan tubuh kehilangan darah lebih cepat
dibanding kemampuan tubuh untuk memproduksi darah.

3) Kelainan pada reaksi tubuh dengan menghancurkan sel darah merah yang
sehat.

Berikut ini adalah uraian singkat mengenai jenis-jenis anemia berdasarkan


penyebabnya, di antaranya:
1) Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia jenis ini merupakan yang
paling umum terjadi di seluruh dunia. Kekurangan zat besi dapat
menyebabkan tubuh mengalami anemia dikarenakan sumsum tulang
membutuhkan zat besi untuk membuat sel darah. Anemia dapat terjadi pada
wanita hamil yang tidak mengonsumsi suplemen penambah zat besi.
Anemia juga dapat terjadi pada perdarahan menstruasi yang banyak, tukak
organ (luka), kanker, dan penggunaan obat pereda nyeri seperti aspirin.
Gejala-gejala yang umumnya dialami penderita anemia kekurangan zat besi
adalah:

a) Memiliki nafsu makan terhadap benda-benda aneh seperti kertas, cat


atau es (kondisi ini dinamakan pica).

b) Mulut terasa kering dan pecah-pecah di bagian sudutnya.

c) Kuku yang melengkung ke atas (koilonychia).

2) Anemia akibat kekurangan vitamin. Selain membutuhkan zat besi, tubuh


juga membutuhkan vitamin B12 dan asam folat untuk membuat sel darah
merah. Kekurangan dua unsur nutrisi tersebut dapat menyebabkan tubuh
tidak dapat memproduksi sel darah merah sehat dalam jumlah cukup
sehingga terjadi anemia. Pada beberapa kasus, terdapat penderita anemia
akibat lambung tidak dapat menyerap vitamin B12 dari makanan yang
dicerna. Kondisi tersebut dinamakan anemia pernisiosa. Gejala-gejala yang
umumnya dialami oleh penderita anemia kekurangan vitamin B-12 dan
asam folat adalah:

a) Geli dan rasa menggelenyar di bagian tangan dan kaki.

b) Kehilangan kepekaan pada indera peraba.

c) Sulit berjalan.

d) Mengalami kekakuan pada kaki dan tangan.

e) Mengalami demensia.

3) Anemia akibat penyakit kronis. Sejumlah penyakit dapat menyebabkan


anemia karena terjadinya gangguan pada proses pembentukan dan
penghancuran sel darah merah. Contoh-contoh penyakit tersebut
adalah HIV/AIDS, kanker, rheumatoid arthritis, penyakit ginjal, penyakit
Crohn, dan penyakit peradangan kronis. Gejala-gejala yang dapat muncul
pada kasus anemia akibat penyakit kronis di antaranya adalah:

a) Warna mata dan kulit menjadi kekuningan

b) Warna urine yang berubah menjadi merah atau cokelat.

c) Borok pada kaki

d) Gejala batu empedu.

e) Keterlambatan perkembangan pada anak-anak.

4) Anemia aplastik. Anemia aplastik merupakan kondisi yang langka terjadi


namun berbahaya bagi hidup penderita. Pada anemia aplastik, tubuh tidak
mampu memproduksi sel darah merah dengan optimal. Anemia aplastik
dapat disebabkan oleh infeksi, efek samping obat, penyakit autoimun, atau
paparan zat kimia beracun.

5) Anemia akibat penyakit sumsum tulang. Beberapa penyakit seperti leukemia


atau mielofibriosis dapat mengganggu produksi sel darah merah di sumsum
tulang dan menimbulkan anemia. Gejala yang ditimbulkan dapat bervariasi,
dari ringan hingga berbahaya.

6) Anemia hemolitik. Anemia hemolitik terjadi pada saat sel darah merah
dihancurkan oleh tubuh lebih cepat dibanding waktu produksinya. Beberapa
penyakit dapat mengganggu proses dan kecepatan penghancuran sel darah
merah. Anemia hemolitik dapat diturunkan secara genetik atau bisa juga
didapat setelah lahir.

7) Anemia sel sabit (sickle cell anemia). Anemia ini bersifat genetis dan
disebabkan oleh bentuk hemoglobin yang tidak normal sehingga
menyebabkan sel darah merah berbentuk seperti bulan sabit, bukan bulat
bikonkaf seperti sel darah merah Sel darah merah berbentuk sabit memiliki
waktu hidup lebih pendek dibanding sel darah merah normal. Gejala yang
dialami oleh penderita anemia sel sabit adalah:
a) Kelelahan.

b) Mudah terkena infeksi.

c) Nyeri tajam pada bagian sendi, perut, dan anggota gerak.

d) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan padaanak-anak.

8) Anemia jenis lain, yang disebabkan oleh thalassemia atau penyakit malaria.

Beberapa fakor risiko yang dapat meningkatkan risiko munculnya anemia


pada diri seseorang adalah:

1) Kekurangan vitamin dan zat besi. Membiasakan diri mengonsumsi makanan


yang rendah vitamin B12, asam folat, dan zat besi dapat meningkatkan risiko
terkena anemia.
2) Gangguan pencernaan pada usus. Beberapa penyakit seperti penyakit Crohn
dan penyakit celiac dapat menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi di usus
sehingga meningkatkan risiko terkena anemia.

3) Menstruasi. Umumnya wanita yang masih mengalami menstruasi memiliki


risiko terkena anemia lebih besar dibandingkan dengan wanita yang sudah
menopause atau pria. Hal tersebut disebabkan oleh kehilangan darah pada saat
terjadinya menstruasi.

4) Mengandung. Ibu hamil yang tidak mengonsumsi suplemen asam folat dalam
jumlah cukup memiliki risiko terkena anemia yang lebih tinggi.

5) Penyakit kronis. Jika seseorang menderita kanker, gagal ginjal, atau penyakit
kronis lainnya, maka risiko terkena anemia akan meningkat akibat kekurangan
sel darah merah. Luka pada organ dalam yang diiringi perdarahan juga dapat
menyebabkan tubuh kekurangan zat besi sehingga meningkatkan risiko
terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi.

6) Riwayat anemia di keluarga. Seseorang yang memiliki anggota keluarga


dengan riwayat anemia bawaan, memiliki risiko tinggi untuk terkena kondisi
yang sama. Umumnya anemia yang diwariskan adalah anemia sel sabit (sickle
cell anemia).
7) Usia. Penambahan usia akan meningkatkan risiko seseorang terkena anemia.
Anemia karena kekurangan vitamin B12 dan asam folat lebih umum terjadi
pada lansia di atas 75 tahun.

8) Faktor lain, seperti infeksi, kelainan darah, penyakit autoimun, kecanduan


alkohol, terkena zat kimia beracun, dan efek samping dari obat dapat
meningkatkan risiko anemia pada seseorang.

d. Tanda dan Gejala


Gejala anemia karena defisiensi zat besi bergantung pada kecepatan
terjadinya anemia pada diri seseorang. Gejalanya dapat berkaitan dengan
kecepatan penurunan kadar hemoglobin, karena penurunan kadar hemoglobin
memengaruhi kapasitas membawa oksigen, maka setiap aktivitas fisik pada
anemia defisiensi zat besi akan menimbulkan sesak napas.
Awalnya penderita anemia karena defisiensi zat besi akan mengeluhkan rasa
mudah lelah dan mengantuk. Keluhan lainnya adalah sakit kepala, tinitus, dan
gangguan cita rasa. Kadangkala antara kadar hemoglobin dan gejala anemia
terdapat korelasi buruk. Semakin meningkatnya intensitas defisiensi zat besi,
penderita anemia defisiensi zat besi akan memperlihatkan gejala pucat pada
konjungtiva, lidah, dasar kuku, dan palatum mole. Seseorang yang menderita
anemia defisiensi zat besi yang sudah berlangsung lama dapat muncul gejala
dengan ditemukannya atrofi papilaris pada lidah dan bentuk kukunya dapat
berubah menjadi bentuk seperti sendok.
Gejala anemia secara umum menurut University of North Calorina
(2002) dalam Briawan (2014) adalah cepat lelah, pucat (kuku, bibir, gusi, mata,
kulit kuku, dan telapak tangan), jantung berdenyut kencang saat melakukan
aktivitas ringan, napas tersengal atau pendek saat melakukan aktivitas ringan,
nyeri dada, pusing, mata berkunang, cepat marah (mudah rewel pada anak), dan
tangan serta kaki dingin dan mati rasa
e. Diagnosis

Untuk mengetahui apakah seorang pasien mengalami anemia atau


tidak, dokter akan melakukan langkah-langkah diagnosis sebagai
berikut:

1) Pemeriksaan darah lengkap. Metode penghitungan sel darah


digunakan untuk menghitung jumlah sel darah merah yang ada di
dalam darah. Pada diagnosis anemia, parameter yang diukur oleh
dokter adalah hematokrit dan hemoglobin dalam darah. Patokan
jumlah hematokrit normal pada orang dewasa berbeda-beda di setiap
laboratorium, akan tetapi umumnya berkisar di 40-52% untuk pria
dan 35-47% untuk wanita. Hemoglobin normal pada orang dewasa
pria berkisar di 14-18 gram/desiliter dan 12-16 gram/desiliter untuk
wanita. Pada pemeriksaan darah lengkap, dapat juga diperiksa
a) Bentuk dan ukuran sel darah. Tes ini bertujuan untuk melihat
struktur sel darah merah guna menentukan apakah struktur dan
warna sel darah merah tersebut nomal atau tidak, terutama pada
pasien anemia sel sabit.

b) Kandungan vitamin B12 dan asam folat. Jika dokter menduga


penyebab anemia adalah kekurangan vitamin B12 dan asam folat,
maka dokter akan memeriksa kandungan kedua zat tersebut dalam
tubuh penderita untuk memastikannya.

c) Kandungan zat besi dalam darah. Apabila ada dugaan anemia


diakibatkan oleh kekurangan zat besi, dokter akan melakukan
pemeriksaan kadar protein besi dalam darah yang disebut serum
ferritin. Kadar serum ferritin yang rendah mengindikasikan bahwa
anemia yang diderita disebabkkan oleh kekurangan zat besi.

2) Pemeriksaan tambahan lain untuk menentukan penyebab utama


terjadinya anemia. Beberapa kasus anemia didasari oleh masalah
kesehatan tertentu, seperti luka pada suatu organ, sehingga diharuskan
untuk dilakukannya pemeriksaan guna memastikannya. Pemeriksaan
sumsum tulang dapat dilakukan untuk menilai fungsi sumsum tulang
dalam meregenerasi sel darah.

Pada saat melakukan diagnosis, dokter juga akan menanyakan


beberapa hal kepada pasien untuk membantu mengetahui penyebab
utama anemia, yaitu:

1) Pola makan untuk menentukan apakah pasien mengonsumsi


makanan dengan kandungan zat besi, vitamin B-12, dan asam
folat yang tinggi.
2) Pengobatan yang sedang dijalani. Beberapa jenis obat dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan pada lambung atau usus,
misalnya aspirin atau ibuprofen.

3) Siklus menstruasi. Jarak menstruasi yang terlalu dekat, durasi


yang panjang dan jumlah perdarahan yang banyak dapat
menyebabkan anemia.

4) Riwayat dalam keluarga. Untuk mencari informasi apakah ada


anggota keluarga yang mengalami anemia, perdarahan
gastrointestinal, atau kelainan pada darah.

5) Jadwal donor darah. Dokter akan menanyakan apakah pasien


melakukan donor darah secara rutin.

Jika dokter tidak menemukan penyebab yang pasti setelah


melakukan pengecekan riwayat medis serta gejala anemia pada
pasien, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik. Jenis-jenis
pemeriksaan fisik yang mungkin dilakukan adalah:

1) Pemeriksaan pada bagian perut untuk memeriksa apakah ada


perdarahan internal pada saluran pencernaan pada pasien.
2) Pengecekan gejala-gejala gagal jantung seperti pembengkakan
pada pergelangan kaki. Gagal jantung memiliki gejala yang mirip
dengan anemia

3) Pemeriksaan rektal (colok dubur) untuk memeriksa perdarahan


atau kelainan pada usus bagian bawah dan anus.

4) Pemeriksaan pelvis untuk memeriksa perdarahan yang


menyebabkan anemia saat menstruasi. Pemeriksaan pelvis tidak
akan dilakukan tanpa persetujuan dari pasien.

f. Pengobatan

Pengobatan anemia berbeda-beda tergantung jenis anemia yang


diderita oleh pasien. Prinsip pengobatan anemia adalah menemukan
penyebab utama anemia. Pengobatan terhadap anemia sebaiknya tidak
dilakukan hingga diketahui penyebab utamanya. Hal ini dikarenakan
pengobatan untuk satu jenis anemia bisa berbahaya untuk anemia jenis
lain. Beberapa contoh pengobatan anemia berdasarkan jenisnya antara
lain:

1) Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia jenis ini dapat diatasi
dengan mengonsumsi suplemen penambah zat besi, serta
memperbanyak konsumsi makanan yang kaya zat besi. Selain itu,
pasien juga dapat diberikan vitamin C untuk meningkatkan
penyerapan zat besi. Perlu diperhatikan bahwa suplemen yang
mengandung kalsium dapat menghambat penyerapan zat
besi.Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen
penambah zat besi untuk mendapatkan dosis yang tepat. Kelebihan
zat besi pada tubuh dapat berbahaya bagi pasien karena dapat
menimbulkan kelelahan, mual, diare, sakit kepala, penyakit jantung
dan nyeri sendi. Untuk meringankan efek samping dari konsumsi
suplemen zat besi, pasien dapat mengonsumsi suplemen setelah
makan. Jika efek samping berlanjut segera temui dokter kembali.
2) Anemia akibat kekurangan vitamin. Anemia jenis ini dapat diobati
dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan asam folat dan
vitamin B12, serta mengonsumsi suplemen yang mengandung
keduanya. Jika tubuh pasien memiliki gangguan penyerapan asam
folat dan vitamin B12, pengobatan dapat melibatkan injeksi vitamin
B12 setiap hari. Setelah itu pasien akan diberikan injeksi vitamin B12
setiap bulan satu kali yang dapat berlangsung sepanjang hidup atau
tergantung kepada kondisi pasien.

3) Anemia akibat penyakit kronis. Tidak ada pengobatan yang spesifik


pada jenis ini karena tergantung pada penyakit yang mendasari
terjadinya anemia. Jika anemia bertambah parah, dokter dapat
memberikan transfusi darah atau injeksi eritropoietin, yaitu suatu
hormon peningkat produksi darah dan penghilang rasa lelah.

4) Anemia akibat perdarahan. Jika seseorang mengalami perdarahan


dan kehilangan darah dalam jumlah banyak, pengobatan utama yang
harus dilakukan adalah mencari dan mengobati sumber perdarahan.
Setelah sumber perdarahan diatasi, pasien dapat diberikan transfusi
darah, oksigen, dan suplemen penambah darah yang mengandung zat
besi dan vitamin.

5) Anemia Aplastik. Pengobatan anemia aplastik dapat diawali dengan


transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah merah. Jika
diperlukan, dapat dilakukan pencangkokan sumsum tulang apabila
sumsum tulang tidak bisa lagi memproduksi sel darah merah yang
sehat.

6) Anemia akibat penyakit sumsum tulang. Pengobatan anemia jenis


ini dapat bervariasi sesuai dengan penyakit yang diderita pasien.
Pengobatan dapat melibatkan kemoterapi dan pencangkokan sumsum
tulang.
7) Anemia Hemolitik. Penanganan anemia hemolitik dapat dilakukan
dengan beberapa cara tergantung faktor penyebabnya. Penanganan
bisa dengan menghindari obat-obatan yang memiliki efek samping
hemolisis, dengan mencari dan mengobati infeksi yg menjadi
penyebab hemolitik, atau dengan imunosupresan untuk menekan
sistem imun yang diduga merusak sel darah.

8) Anemia sel sabit (sickle cell anemia). Pengobatan utama anemia sel
sabit adalah dengan mengganti sel darah merah yang hancur melalui
transfusi darah, suplemen asam folat, dan antibiotik. Pengobatan
lainnya adalah dengan mengonsumsi obat penghilang rasa sakit serta
menambahkan cairan melalui oral maupun intravena untuk
mengurangi nyeri dan menghindari komplikasi. Pencangkokan
sumsum tulang dapat digunakan untuk mengobati anemia sel sabit
pada kondisi tertentu. Obat untuk kanker hidroksiurea dapat juga
digunakan untuk mengobati anemia sel sabit.

9) Thalassemia. Thalassemia dapat diobati melalui transfusi darah,


konsumsi suplemen asam folat, splenektomi untuk mengambil limpa,
serta pencangkokan sel punca darah dan sumsum tulang.
B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny. X dengan Kanker Serviks
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur : Usia yang rentan terjadinya kanker adalah
diatas 40 tahun.
Agama :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :

2. Keluhan Utama
Perdarahan pervaginam yang abnormal, terutama diantara 2
menstruasi setelah melakukan coitus dan setelah menopause,
menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak), dan
keputihan yang menetap dengan cairan yang encer, berwarna
hijau, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
(Markus, 2009)

3. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu menderita
penyakit kencing manis (gejala: sering minum, sering makan,
sering kencing), tekanan darah tinggi (menular seksual seperti
HIV-AIDS (BB turun drastis, diare lebih dari 1 bulan, nafsu
makan berkurang, tidak enak badan ), GO (pengeluaran cairan
dari alat kelamin berwarna hijau, berbau), syifilis (ada borok
sebesar uang logam jika ditekan mengeluarkan cairan), sering
berganti-ganti pasangan, endometritis (keluar cairan dari alat
kelamin berwarna kuning kehijauan)
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu menderita
penyakit kencing manis (gejala: sering minum, sering makan,
sering kencing), tekanan darah tinggi, menular seksual seperti
HIV-AIDS (BB turun drastis, diare lebih dari 1 bulan, nafsu
makan berkurang, tidak enak badan ), GO (pengeluaran cairan
dari alat kelamin berwarna hijau, berbau), syifilis (ada borok
sebesar uang logam jika ditekan mengeluarkan cairan), sering
berganti-ganti pasangan, endometritis (keluar cairan dari alat
kelamin berwarna kuning kehijauan)
4. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi meliputi umur menarche, frekuensi
menstruasi, lama menstruasi, banyaknya darah yang keluar,
gangguan sewaktu menstruasi. (Essawibawa, 2011)
5. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas

N
Su A U Pn J Pn T Pe J BB/ H M Abnrml Lakt Pe
o
am n K y n lg m ny K PB ts asi ny
i k s pt

6. Riwayat Kehamilan yang Lalu


Frekuensi periksa hamil, Keluhan hamil muda dan Keluhan
hamil tua, Terapi Selama Kehamilan.

7. Riwayat Kontrasepsi
Terutama pengguna KB suntik dan pil (terlalu lama pengguna
hormonal dapat memicu tumbuhnya sel kanker). Kanker Serviks:
terlalu lama menggunakan KB yang mengandung esterogen

8. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Mengetahui seberapa banyak asupan
nutrisi pada pasien dengan mengamati
adakah penurunan berat badan atau tidak
pada pasien. (Susilawati, 2008)
Eliminasi
Istirahat Istirahat dan tidur perlu ditanyakan
frekuensi tidur dalam sehari apakah ada
keluhan atau tidak.
Aktivitas
Personal Hygiene Terutama pada alat kelamin, setelah BAK
dan BAB cara cebok yang benar
Seksualitas Apakah sering berganti-ganti pasangan
(factor predisposisi)
Kebiasaan

9. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


(1). Hubungan dengan keluarga untuk mnegetahui psikologis ibu
dalam keluarga, mungkin ibu memiliki masalah dengan
keluarga sehingga menyebabkan ibu berfikir terlalu berat dan
mempengaruhi hipotalamus ibu dan mengganggu pola
menstruasi ibu.
(2). Hubungan dengan masyarakat untuk mnegetahui pergaulan
ibu dalam masyarakat.
(3). Kegiatan ibadah perlu ditanyakan untuk mempermudah
dalam memberi motivasi kepada ibu.

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Tanda vital
Tekanan Darah : Tekanan Darah : 110/70 mmHg – 120/80
mmHg. (Ambarwati dkk, 2009)
Suhu :
Nadi :
Pernapasan :
Antropometri : Tinggi Badan :
Untuk mengetahui tinggi badan klien
kurang dari 145 cm atau tidak termasuk
resiko tinggi atau tidak. (Hidayat, 2007)
Berat Badan :
Untuk memonitor kelainan berat badan
yaitu penambahan berat badan rata-rata
selama kehamilan 10 kg dan antara
sebelum dan setelah melahirkan kelebihan
atau kurang.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Untuk mengetahui kebersihan rambut,
keadaan kulit kepala, distribusi dan
karakteristik lainnya. (Nursalam, 2008)
Wajah : untuk mengetahui keadaan wajah, pucat
atau tidak ada oedema dan cloasma
gravidarum atau tidak. (Wiknjosastro, 2005)
Mata : Konjungtiva pucat atau tidak, sclera kuning
atau tidak, mata cekung atau tidak.
(Saifuddin, 2002)
Hidung : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran, tidak
tampak polip, tidak tampak peradangan.
(Tambunan dkk,2011)
Mulut : Tampak simetris, bibir tampak lembab,
tidak tampak caries dentis, tidak tampak
stomatitis, geraham tampak lengkap, lidah
tampak bersih, tidak tampak pembesaran
tonsil.(Tambunan dkk,2011 & Uliyah
dkk,2008).
Telinga : Tampak bersih, tidak ada
pengeluaran/sekret. (Tambunan dkk,2011 &
Uliyah dkk,2008)
Leher : Tampak hyperpigmentasi pada leher, tidak
tampak pembesaran tonsil, tidak tampak
peradangan faring, tidak tampak
pembesaran vena jugularis, tidak tampak
pembesaran kelenjar tiroid, dan kelenjar
getah bening. (Priharjo, 2006 & Tambunan
dkk,2011).
Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding
dada. (Tambunan,2011)
Payudara : pemeriksaan payudara mengenai bentuk,
kesimetrisan, ada tidaknya benjolan, nyeri
tekan, menonjol atau tidaknya putting dan
hiperpigmentasi areola.(Hidayat, 2008)
Abdomen : kesimetrisan, ukuran, kontur, ada tidaknya
lesi, pigmentasi, memar, bekas luka, massa,
nyeri tekan, pembesaran organ dalam,
kekakuan, dan aktivitas peristaltik. Pada
kasus perdarahan uterus disfungsional
temuan– temuannya normal (Manuaba,
2008).
Genetalia : bentuk genetalia, pengeluaran (warna, bau,
jumlah dan karakter) dan ada tidaknya lesi.
Pemeriksaan dalam (vagina toucher dan
inspekulo) dikaji untuk mengetahui kondisi
vagina urethra, dinding vagina, portio,
Orifisium urethra eksterna, korpus uteri,
pengeluaran,dan discharge. Pemeriksaan
panggul dan kemaluan dengan spekulum,
digunakan untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya trauma atau benda
asing. Pada kasus kanker serviks tampak
kotor, ada rabas, keluar cairan kuning
kehijauan berbau busuk, ada darah dari
vagina. Inspekulo :Pada portio tampak
kemerahan, dan ada masa seperti bunga kol
yang berdungkul-dungkul dan mudah
berdarah (Rayburn, 2001).
Ekstremitas : Tampak simetris,tidak tampak oedem, dan
tidak tampak varices. (Ambarwati dkk,
2009)
Palpasi
Kepala : Tidak teraba oedema / massa
(Priharjo,2006).
Mata : Tidak teraba oedema
Hidung : Tidak teraba polip
Leher : Tidak teraba pembesaran vena jugularis,
kelenjar tiroid dan kelejar getah bening
(Priharjo,2006).
Payudara : tidak teraba adanya massa
Abdomen : Pada kasus perdarahan uterus disfungsional
seperti metropathia hemorrhagica sering
kali disertai oleh pembesaran rahim (Chalik,
2000).
Genetalia : Oedema/tidak, eritema/tidak, dan
pengeluaran secret/tidak. (Wiknjosastro,
2005)
Ekstremitas : Tidak teraba oedema, Reflex Homan sign
(-). (varney 2008 &Ambarwati dkk, 2009)
Auskultasi
Abdomen : 5-35 x/menit. (Varney 2008)
Perkusi
Ekstremitas : Untuk mengecek refleks patella (+), Bisep
(+), Trisep (+). (Varney 2008 )

3. Data Penunjang
Uji Laboratorium pada kasus perdarahan uterus disfungsional
menurut Morgan, 2009
1. Pap Smear, biopsi endometrium, quantitative beta human
chorionic gonadotropin (QBHCG), hitung darah lengkap, uji
koagulasi, TSH, dan DHEAS bila ada maskulinisasi
2. Ultrasonografi (USG)
Suatu alat ultrasound diletakkan pada perut atau dimasukkan
ke dalam vagina. Gambar yang dihasilkan dapat menunjukkan
apakah kanker telah menyebar (Manuaba, 2004)

4. Data Rekam Medis


Berisi tindakan yang telah dilakukan oleh petugas lain dimana
tindakan tersebut yang menunjang riwayat kesehatan sekarang dan
terdapat pada catatan/status klien. Tindakan tersebut dilakukan
sejak pasien masuk rumah sakit hingga dilakukan pengkajian.

I. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : Ny. X umur … tahun, dengan kanker serviks
stadium .....
Masalah : Perdarahan pervaginam yang abnormal, terutama
diantara 2 menstruasi setelah melakukan coitus dan
setelah menopause, menstruasi abnormal (lebih lama
dan lebih banyak). Keputihan yang menetap dengan
cairan yang encer, berwarna hijau, coklat, mengandung
darah atau hitam serta berbau busuk. (Markus, 2009)
Kebutuhan : Istirahat baring dan pemberian nutrisi yang cukup
(Sarwono, 2007).
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/ MASALAH POTENSIAL
Secara umum komplikasi yang terjadi pada kanker adalah syok
neurologic, infeksi luka dan dehisensi, limfoedema, infeksi, obstruksi
usus, perdarahan penyebaran sel kanker ke kelenjar getah bening,
penyempitan saluran kemih. (Markus, 2009)
III. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter dalam mencegah metastase sel kanker.
(Markus, 2009)
IV. INTERVENSI
1. Memberikan motivasi dan support mental kepada klien.
Rasional : untuk memberikan rasa nyaman dan membuat klien
merasa lebih baik dan tidak cemas setelah diberikan
motivasi dan support mental. (Manuaba, 2008)

2. Menganjurkan klien untuk rawat inap untuk mendapatkan perawatan


intensif.
Rasional : Klien bersedia melaksanakan rawat inap untuk pemberian
terapi yang intensif. (Achadiat, 2004)
3. Melakukan perbaikan keadaan umum klien.
Rasional : Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda
infeksi. (Capernito, 2007)
4. Konsultasi atau kolaborasi dengan dokter spesialis (Obstetri
Ginekologi dan atau haematologi). (Manuaba, 2008)
Rasional : untuk mengindikasi situasi yang membutuhkan tindakan
segera sambil menunggu bantuan dokter, situasi lain
tidaklah darurat tapi mungkin membutuhkan konsultasi
atau manajemen kolaborasi dengan dokter. (Varney,
2007)
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai
dengan diet yang ditentukan.
Rasional : untuk mendapatkan kalori yang adekuat guna
mencukupi kebutuhan tubuh. (Capernito, 2007)
V. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana asuhan
yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VI. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk bentuk SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal MRS : 29/04/2019

Tanggal Pengkajian : 29/04/2019

Tempat Pengkajian : Ruang Mawar-Ginekologi RSUD A.W Sjahranie

Nama Pengkaji : Kelompok III Metodik Khusus

S:
1. Identitas
Nama : Ny. M / Tn.Y
Umur :53 tahun / 54 tahun
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SD / SD
Suku/bangsa : Banjar /Banjar
Pekerjaan : IRT / Kuli bangunan
Alamat : Sangkulirang Kutim
No. RM : 01.04.3695

2. Alasan Masuk RS / Keluhan Utama


Ibu masuk RS untuk Kemoterapi, Ibu merasakan lemas.

3. Riwayat Kesehatan Klien


a) Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat kesehatan seperti jantung,
hipertensi, asma, TBC, hepatitis, diabetes mellitus, HIV dan penyakit
kronis lainnya.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan pada bulan Oktober 2018 ibu merasakan ada benjolan
seperti telur di bagian kemaluan, kemudian ibu ke tukang urut dan perut
bagian bawah ibu diurut, sehari setelah diurut keluar darah dari kemaluan
dan benjolan seperti telur pecah, setelah itu ibu dibawa ke bidan kemudian
ibu dirujuk ke RS Kudungga Sangatta, karna alat tidak memadai ibu
dirujuk ke RS AWS Samarinda, setelah itu ke poli kandungan RSUD
AWS, di poli kandungan ibu disarankan untuk menjalankan kemoterapi
sebanyak 5 kali dan terapi sinar sebanyak 36 kali, sekarang ibu telah
menjalani 4 kali kemo dan akan menjalani kemo ke 5, ibu juga telah 23
kali terapi sinar.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Di dalam keluarga ibu tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menurun
maupun menular.

5. Riwayat Menstruasi
Ibu tidak mendapat haid sejak 3 tahun lalu, ibu telah menepouse pada usia 50
tahun.

6. Riwayat Obstetri

No Kehamilan Persalinan Anak Nifas


Suami Ank UK Pny Jns Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Abn Lakt Pny
1 1 1986 atrm - Spt duku rmh - L - - 4 - ASI -
n bul +
an
2 1 1987 atrm - Spt duku rmh - L - 32 - - ASI -
n tah +
un
3 1 1987 atrm - Spt duku rmh - L - 30 - - ASI -
n tah +
un
4. 1. 1990 Atrm - Spt duku Rmh - L - 29 ASI
n th +
5. 1. 1995 Atrm - Spt duku Rmh - L - 24 ASI
n tah +
un
6. 1. 1997 Atrm - Spt duku Rmh - L - 22 ASI
n tah +
un
7. 1 1999 Atrm - Spt duku rmh - P - 20 ASI
n tah +
un

7. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB pil selama 2 bulan , ibu
mengeluhkan sakit pada daerah ulu hati disertai mual. Kemudian ibu
mengganti kontrasepsi dengan menggunakan KB suntik 1 bulan selama 2-3
tahun

8. Riwayat Ginekologik
Ibu mengatakan sebelum penyakit ini tidak memiliki penyakit seperti
vaginitis, mioma uteri, kista ovarium, kanker dan penyakit lainnya yang
berhubungan dengan sistem reproduksi.

9. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Sebelum MRS Saat di RS
Nutrisi Makan: 3x sehari, makanan Makan: 1-2x sehari,
masak sendiri makanan beli
Minum: 5-6 gelas dalam
diluar, makanan RS
sehari
ibu tidak selera,
porsi sedikit (nasi,
lauk, sayur kadang,
buah)
Minum: air putih 5-6 gelas
dalam sehari dan
terkadang the 1
gelas.
Eliminasi BAK: 4-5x dalam sehari BAK: 4-5x dalam sehari, Ibu
mengatakan tidak
BAB: 1 x/ hari nyaman dengan
toilet RS
BAB: ibu BAB 1x/ hari dan
ibu merasa tidak
nyaman dengan
toilet RS
Istirahat Siang : ± 2 jam Siang : ±2 jam
Malam : 8-9 jam Malam : 6-7 jam
Aktivitas Ibu mengerjakan pekerjaan Selama di RS hanya
rumah tangga berbaring, duduk, berjalan
ke toilet
Personal Mandi 1x sehari, ganti baju Mandi 1x sehari, ganti baju
Hygiene 1x sehari, ganti celana dalam 1x sehari, ganti celana
2x sehari. dalam 2x sehari.
Kebiasaan Ibu tidak memiliki kebiasaan Ibu tidak memiliki buruk
seperti merokok, dan tidak saat di RS seperti kebiasaan
memiliki peliharaan. Ibu seperti merokok, minum
sering mengkonsumsi jamu alcohol dan tidak
olahan sendiri saat tidak mengonsumsi obat-obatan
enak badan. Ibu terbiasa terlarang.
makan makanan yang
dibakar 3x/minggu
Seksualitas Tidak melakukan Tidak melakukan

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Psikologi : Ibu mengatakan perasaannya cemas pada saat pertama kali
mengetahui tentang kondisinya, namun setelah melewati beberapa
terapi/pengobatan ibu mulai terbiasa dan menjadi lebih tenang.
b. Sosial : Ini merupakan pernikahan kedua dengan status pernikahan
sah, lama menikah 15 tahun. Suami dan keluarga mendukung ibu
dalam menjalani pengobatan, serta selalu memberi semangat sembuh
untuk ibu. Suami memiliki kebiasaan merokok (di luar rumah)
c. Kultural : Ibu mengatakan tidak ada adat/sosial budaya yang dapat
memperburuk penyakitnya.
d. Spiritual : Ibu mengatakan tidak ada ritual keagamaan yang dilakukan
yang dapat memperburuk penyakitnya.
O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Suhu badan : 36,7 °C
Denyut nadi : 98x /menit
Pernafasan : 20x /menit
Antropometri :
Tinggi Badan : 149 cm
BB : 52 kg
LILA : 28 cm

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Rambut hitam dan beruban, distribusi rambut tidak merata,
kontruksi rambut kurang kuat, kulit kepala bersih, tidak ada masa
Wajah : Ekspresi wajah lemas, wajah pucat, tidak oedema, terdapat
cloasma
Mata : Konjungtiva pucat, sklera tampak jernih, tidak ada oedem pada
palpebra, kelopak mata tidak cekung
Hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada pengeluaran
cairan, tidak ada polip
Mulut : simetris, mukosa mulut kering, tidak ada caries dentis, tidak ada
stomatitis, lidah tremor, dan tidak ada peradangan pada tonsil dan
ovula.
Telinga : simetris, bersih, tidak ada pengeluaran serumen
Leher : simetris, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe dan tiroid
Dada : simetris, tidak ada retraksi, tidak ada massa, suara napas
vesikuler
Payudara : simetris, kedua puting susu menonjol, tidak ada dimpling, tidak
ada pembesaran kelenjar limfe, tidak teraba massa,
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, Suara perut timphany, kandung
kemih kosong, bising usus 9x /menit, nyeri tekan di
hypogastrium
Genetalia : terdapat pengeluaran cairan berlebih pada vagina (tidak
berwarna, tidak bergumpal, dan berbau), tidak ada perdarahan,
tidak ada varicess vulva.
Anus : Tidak ada haemoroid
Ekstremitas: Bawah : simetris, tidak ada varicess, tidak oedem, refleks
babynski (-), homan signs (-), refleks patella (+), CRT >2
detik
Atas : simetris, tidak oedem, refleks bisep (+), refleks trisep
(+), CRT >2 detik.

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Labolatorium
HB : 7,5 gr/dl (Nilai Normal 12.0 – 16.0 gr/dl)
L : 4,29 10^3/µL (Nilai Normal 4.80 – 10.80 10^3/µL)
HT : 22% (Nilai Normal 37.0 – 54.0%)
GDS : 84 Mg/dl (Nilai Normal 70 - 140 mg/dl)

4. Data Rekam Medis

Tanggal Tindakan Yang Telah Diberikan Pelaksana

30/04/2019 Lab : Hb : RS PKT Bontang

27-12-2017 - Pemeriksaan foto thorax proyeksi AP. Radiologi


Keterangan kliniss : PTG
- Corakan bronchovascular prominent;
tidak tampak mass/nodul dan bercak
konsolidasi
- Sinus costophrenicus kanan dan kiri
lancip; kedua diafragma normal
- Cor ukuran dalam batas normal; aorta
normal
- Tulang-tulang yang tervisualisasi intak,
tidak tampak lesi patologik tulang

27-12-2017 - Leukosit : 8.31 10^3/µL (Nilai normal


4.80 – 10.80 10^3/µL)
- Eritrosit : 4.08 10^6/µL (Nilai Normal
4.20-5.40 10^6/µL)
- Hb : 11.5 gr/dl (Nilai Normal 12.0 – 16.0
gr/dl)
- HT : 35.3 % (Nilai Normal 37.0 –
54.0%)

2-1-2018 USG Gynecologi : Radiologi

- Uterus : Anteversi, tampak lesi


hyfaetoic pada cavum uteri. Darah
fundus & bawah rahim
- Adneksa : massa (-)
- Asites (-)

Kesimpulan : Status PTG saat ini tampak lesi


supaectoid pada uterus.

(Pemeriksa : dr. Kaharuddin, Sp. Rad)

2-1-2018 Hematologi

Leukosit : 8.62 10^3/µL (Nilai normal 4.80 –

10.80 10^3/µL)

Eritrosit : 4.52 10^6/µL (Nilai Normal 4.20-

5.40 10^6/µL)

Hemoglobin : 12.9 g/dL (Nilai Normal 12.0 –

16.0 gr/dl)

Hematokrit : 38.9 % (Nilai Normal 37.0 –

54.0%)

Kimia Klinik

Glukosa Sewaktu : 74 mg/dL (Nilai Normal 70 –


140 mg/dL)
Creatinin : 0.6 mg/dL (Nilai Normal 0.5 – 11
mg/dL)

3/01/18 - BHCG (08/12/17) ; 10,296


(02/01/18) ; 45.178
- Retrogen thorax PA normal (27/12/17)
- USG : massa 5,6 cm
- Fps
Usia 35 th ; 0
Kehamilan sebelumnya mola ; 0
Jarak 1bulan ;0
BHCG 45.178 ; 2
Tumor 5,6 cm ; 2

Kesan : Foto thorax dalam batas normal

(Pemeriksa : dr. Abdul Mu’ti, M.Kes., Sp.


Rad)

24-1-2018 Urinalisa

Glukosa : Negatif

Bilirubin : Negatif

Leukosit : 0-1/ lpb

Eritrosit : 1-2/ lpb

Ruang : Poli Kandungan

Tanggal : 13 Februari 2018

Hematologi

Leukosit : 5.86 10^3/µL (Nilai normal 4.80 –

10.80 10^3/µL)

Eritrosit : 4.28 10^6/µL (Nilai Normal 4.20-

5.40 10^6/µL)
Hemoglobin : 12.3 g/dL (Nilai Normal 12.0 –
16.0 gr/dl)

Hematokrit : 37.0 % (Nilai Normal 37.0 –


54.0%)

24-01-2018 Leukosit : 5.16 10^3/µL (Nilai normal 4.80 –


10.80 10^3/µL)

Eritrosit : 4.32 10^6/µL (Nilai Normal 4.20-


5.40 10^6/µL)

Hemoglobin : 12,3 g/dL (Nilai Normal 12.0 –


16.0 gr/dl)

Hematokrit : 36.9% (Nilai Normal 37.0 –


54.0%)

Glukosa sewaktu = 78 mg/dL (Nilai Normal 70


– 140 mg/dL)

Albumin = 4,4 gr/dL (Nilai Normal 3.5 – 5.5


g/dL)

Globulin = 3,2 g/dL (3,2 – 3,9 gr/dL)

Cholestrol =196 mg/dL (Nilai Normal 160-


200 mg/dL)

Asam urat = 3,4 mg/dL (Nilai Normal 2-8


mg/dL)

25-01-2018 BHCG serum = 9632,00

07-03-2018 Leukosit = 7.15 (Nilai normal 4.80 – 10.80


10^3/µL)
Eritrosit = 4.26 10^6/µL (Nilai Normal 4.20-
5.40 10^6/µL)

Hemoglobin = 12,3 g/dL (Nilai Normal 12.0 –


16.0 gr/dl)

Hematokrit = 37.0% (Nilai Normal 37.0 –


54.0%)

BHCG serum 708,79

19-4-2018 Hematologi

Leukosit : 10.11 10^3/µL (Nilai normal 4.80 –


10.80 10^3/µL)

Eritrosit : 4.17 10^6/µL (Nilai Normal 4.20-


5.40 10^6/µL)

Hemoglobin : 12.8 g/dL g/dL (Nilai Normal


12.0 – 16.0 gr/dl)

Hematokrit : 37.6 % (Nilai Normal 37.0 –


54.0%)

15-6-2018 DARAH

 Leukosit : 6,65 10^3/µL (Nilai


normal 4.80 – 10.80 10^3/µL)
 Eritrosit : 4,14 10^6/µL (Nilai
Normal 4.20-5.40 10^6/µL)
 Hb : 12,6 g/dL (Nilai Normal
12.0 – 16.0 gr/dl)
 Hemtokrit : 37,7% (Nilai Normal
37.0 – 54.0%)

URINE
 Kejernihan : jernih
 pH : 6,0
 Protein :-

16-6-2018 SERUM

 BHCG Serum : 78,73

22-6-2018 DARAH

 Leukosit : 7,25 10^3/µL (Nilai


normal 4.80 – 10.80 10^3/µL)
 Eritrosit : 4,01 10^6/µL (Nilai
Normal 4.20-5.40 10^6/µL)
 Hb : 11,9 g/dL (Nilai Normal
12.0 – 16.0 gr/dl)
 Hemtokrit : 36,4% (Nilai Normal
37.0 – 54.0%)
 Glukosa : 95 mg/dL (Nilai Normal 70
– 140 mg/dL)
 Asam Urat : 3,4

SERUM

 BHCG Serum : 12,14

URINE

 Kejernihan : jernih
 pH : 6,5
 Protein :-

A:
Diagnosa : P7006 usai 53 tahun dengan Ca-Cervix stadium IIIA
dengan Anemia Sedang
Masalah : Lemas
Diagnosa potensial : Ca-Cervix stadium IIIB
Masalah potensial : Penurunan Kesadaran
Kebutuhan segera :Kolaborasi dengan Dr. SpOG untuk terapi
selanjutnya

P:
Tgl/jam Penatalaksanaan Paraf

29/4/2019 Menjelaskan Hasil pemeriksaan pada ibu

16.00 Memberi KIE menjaga personal hygiene seperti


mandi 2x sehari, mencuci tangan setiap sebelum dan
sesudah makan, buang air.

Memberikan KIE mengenai nutrisi: ibu dianjurkan


makan makanan yang sehat. Seperti sayur, buah dan
daging. Dan hindari makanan yang berlemak, pedat
dan berbumbu tajam.

Memberi semangat pada ibu, dan memotivasi untuk


meningkatkan personal hygiene dan memperbaiki
makannya agar lekas sembuh.

Kolaborasi dokter
; observasi TTV, KU, kesadaran, keluhan, transfuse
darah s/d Hb 10 gr/dL.

23.19 Memasang infuse PRC KOLF I

02.48 PRC 1 Kolf selesai ;


Bilas dengan cairan NaCl 0,9% 20 TPM
Catatan Perkembangan

Tgl/Waktu Pelaksana Catatan Perkembangan

29/03/2019 S : nyeri kepala

07.00 – O:
14.00
KU : sedang

Kes : CM

TTV

TD : 150/100 mmHg N : 82 x/i

RR : 22 x/i T : 37,8

A : Ca-Cervixs std. IIIA dengan Anemia Sedang

P : - mengukur TTV

- Hasil Lab
HB : 7,5 gr/dl (Nilai Normal 12.0 – 16.0
gr/dl)
L : 4,29 10^3/µL (Nilai normal 4.80 – 10.80
10^3/µL)
HT : 22% (Nilai Normal 37.0 – 54.0%)
GDS : 84

14.00 – S : tidak ada keluhan


21.00
O : KU : sedang Kes : CM

TTV

TD : 150/90 mmHg N : 80 x/i


RR : 24 x/i T : 36,2

A : Ca-Cervixs std. IIIA dengan Anemia Sedang

P : - pemantauan KU, Pemeriksaan TTV

21.00 – S : tidak ada keluhan


07.00
O:

KU : sedang

Kes : CM

Terpasang infus Nacl 20tpm

Post transfuse PRC 1 kolf jam 02.48 pagi

TTV

TD : 130/90 mmHg N : 79 x/i

RR : 18 T : 35,8

A : Ca-Cervixs std. III A dengan Anemia Sedang

P : - pemeriksaan TTV

- Pemasangan transfuse PRC kolf ke I jam


23.19
- Post transfuse pukul 02.48 bilas dengan NaCl
0.9% 20tpm
30/04/2019 S : tidak ada keluhan

07.00 – O:
14.00
KU : sedang

Kes : CM
TTV

TD : 130/90 mmHg N : 80 x/i

RR : 20 T : 36,8

A : Ca-Cervixs std. IIIA dengan Anemia Sedang

P : - pemeriksaan TTV

- Pemasangan transfuse PRC kolf ke II jam


11.15 pagi
- Post transfuse bilas dengan NaCl 0.9% 20tpm
14.00- S : tidak ada keluhan
21.00
O:

KU : sedang Kes : CM

Terpasang infus Nacl 20tpm

Post transfuse PRC II kolf jam 14.00 siang

TTV

TD : 150/90 mmHg N : 80x/i

RR : 20 x/i T :36,0

A : Ca-Cervixs std. III A dengan Anemia Sedang

P : - pemeriksaan TTV

- Pemasangan transfuse PRC Kolf ke III jam


15.00
- Post transfuse PRC kolf ke III jam 18.00
21.00 – S : tidak ada keluhan
07.00
O:

KU : sedang Kes : CM

TTV

TD : 130/90 mmHg N :82 x/i

RR : 20x/i T : 36.3

A : Ca-Cervixs std. III A dengan Anemia Sedang

P : - pemeriksaan TTV

- ambil darah untuk cek lab pukul 06.00


1/5/2019 S : tidak ada keluhan

07.00 – O:
14.00
KU : sedang

Kes : CM

TTV

TD :130/90 mmHg N : 80 x/i

RR : 19 x/i T : 36,2

A : Ca-Cervixs std. III A dengan Anemia Sedang

P : - pemeriksaan TTV

- Hasil Lab
Hb : 11,2 gr/dl (Nilai Normal 12.0 – 16.0
gr/dl)
L : 5.30 10^3/µL (Nilai normal 4.80 – 10.80
10^3/µL)
HT : 34,2% (Nilai Normal 37.0 – 54.0%)
- rencana Kemo hari sabtu tanggal 4/5/2019
- laporan dari dokter pasien boleh pulang
- memberikan KIE tentang personal hygine,
dan vulva hygine, dan nutrisi,
- kontrol ke poli tgl 3/5/2019
- melepas infus dan memotong gelang pasien

BAB IV
PEMBAHASAN

Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim
yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini
biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik
menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang
berumur antara 20 sampai 30 tahun. Layaknya semua kanker, kanker leher rahim
terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak
lazim (abnormal).
Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam
darah lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur
dan jenis kelamin. Hemoglobin adalah zat warna di dalam darah yang berfungsi
mengangkut oksigen dan karbondioksida dalam tubuh. Anemia gizi adalah suatu
keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih rendah daripada normal
sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam
produksi guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal
sedangkan anemia gizi besi adalah anemia yang timbul, karena kekurangan zat
besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh
terganggu. Anemia terjadi ketika jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam
tubuh tidak adekuat sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik di dalam tubuh.
Dilakukan pemeriksaan pada Ny. M dengan CA Serviks stadium III A +
anemia Sedang Diagnosis ini didapatkan dari pengkajian secara langsung maupun
tidak langsung kepada pasien. Keadaan umum: Baik, Berat badan : 52 kg, Tinggi
badan: 149 cm, Tekanan Darah :140/80 mmHg, Nadi : 98x/m, Respirasi : 20x/m,
Temperatur :36,70ºC. Berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan dalam
pemberian terapi: pemasangan Infus NaCL 0,9% 20 tpm per IV. Kemudian
dilakukan pemberian Transfusi PRC 250 cc 4 kolf per IV. Perawatan sehari-hari
dilanjutkan hingga kedaan umum ibu membaik.
Pasien diberikan terapi hingga Hb meningkat menjadi 11,2 gr/dL.
Setelah keadaan pasien membaik pasien diperbolehkan pulang, sesuai dengan
advis dokter, dan kembali untuk melakukan kemoterapi pada tanggal 4 Mei 2019.
Terdapat kesamaan antara teori dengan praktik. Sehingga didapatkan bahwa tidak
ada perbedaan dan hasil akhir pasien dengan tindakannya memuaskan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Mahasiswa telah mampu melaksanakan asuhan kebidanan kepada pasien


dengan Kanker Serviks Stadium III A + Anemia Sedang di Ruang Mawar
Ginekologi RSUD A. Wahab. Sjahranie.
2. Mahasiswa telah melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara
subjektif dan objektif kepada pasien dengan Kanker Serviks Stadium III A
+ Anemia Sedang di Ruang Mawar Ginekologi RSUD A. Wahab.
Sjahranie.
3. Mahasiswa telah menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan
diagnosa yang didapatkan setelah melakukan pengkajian secara subjektif
dan objektif kepada pasien dengan Kanker Serviks Stadium III A +
Anemia Sedang di Ruang Mawar Ginekologi RSUD A. Wahab. Sjahranie.
4. Mahasiswa telah dapat melakukan asuhan kebidanan berdasarkan rencana
asuhan setelah mendapatkan hasil pengkajian baik secara subjektif
maupun objektif kepada pasien dengan Kanker Serviks Stadium III A +
Anemia Sedang di Ruang Mawar Ginekologi RSUD A. Wahab. Sjahranie.
5. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan dan evaluasi berdasarkan
seluruh kegiatan pengkajian yang telah dilakukan kepada pasien dengan
Kanker Serviks Stadium III A + Anemia Sedang di Ruang Mawar
Ginekologi RSUD A. Wahab. Sjahranie.

B. Saran

1. Bagi Instansi Pelayanan


Diharapkan laporan ini dapat memberikan informasi secara objektif
tentang pasien dengan Kanker Serviks Stadium III A + Anemia Sedang
sehingga dapat menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan kepada
pasien dan memberikan pendidikan kesehatan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada ibu hamil dengan masalah serupa.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai dokumentasi pada
perpustakaan serta dapat dikembangkan lebih luas untuk penelitian
selanjutnya.
3. Bagi Pembaca Lain
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan ataupun
referensi dalam melakukan pembelajaran baik secara teori maupun
praktik.
4. Bagi pasien
Diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami lebih jauh engenai
penyakit yang di derita olehnya, dan dapat meningkatkan kesadaran dalam
perawatan dirinya secara khusus sehingga dapat meningkatkan
kemungkinan penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetric Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta : EGC

Capernito, Lynda Juall. 2007. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.


Jakarta: EGC

Doengoes, Marilyn. 2005. Nursing care and Plans. Philadelphia: F.A Davis
Company.

Markus. 2009. Gambaran Umum Kanker Serviks. http://www.asuhan-


keperawatan-kebidanan.co.cc/2009/12/gambaran-umum-kanker-serviks-
leher.html. Yang diakses pada tanggal 21 Desember 2010 pukul 15.15 WIB.

Sarwono, Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawiroharjo.

Sudibyo, Agus. 2008. Teori Kemoterapi.


http://www.scribd.com/doc/38133790/Teori-Kemoterapi-Fix. Yang diakses
pada tanggal 21 Desember 2010 pukul 15.15 WIB.

----------. 2009. All About Cancer .http://www.cancerhelps.com. Yang diakses


pada tanggal 21 Desember 2010 pukul 15.15 WIB.

----------. 2009. Kesehatan Kita .http://www.totalkesehatananda.com. Yang


diakses pada tanggal 19 Desember 2010 pukul 15.15 WIB.

Anda mungkin juga menyukai