LP Kanker Serviks Fix
LP Kanker Serviks Fix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya pemberantasan penyakit menular dan tidak menular
merupakan salah satu program dalam rangka menciptakan keadaan kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat yang mencapai derajat kesehatan yang
seoptimal-optimalnya. Terjadinya perubahan gaya hidup sebagai dampak
dari transisi demografi merupakan tantangan terhadap upaya pemberantasan
penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Penyakit tidak menular adalah penyakit yang tidak disebabkan oleh
kuman, tetapi disebabkan karena adanya problem fisiologis atau
metabolisme pada jaringan tubuh manusia. Penyakit-penyakit tersebut
contohnya ialah; batuk, sariawan, sakit perut, dan sebagainya.
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman yang
menjangkiti tubuh manusia. Kuman dapat berupa virus, bakteri, amuba, atau
jamur.Dan kanker servik adalah salah satu contoh penyakit menular yang
disebabkan oleh beberapa tipe dari virus yang disebut Human Papilloma
Virus (HPV).
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus,
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke
arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama
(vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi
bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang
wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun. Layaknya semua kanker,
kanker leher rahim terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada
leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut
menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel
tersebut.
Menurut Siregar (2002), kanker leher rahim merupakan kanker kedua
terbanyak ditemukan pada wanita di dunia. Kurang lebih 500.000 kasus baru
1
kanker leher rahim terjadi tiap tahun dan tiga perempatnya terjadi di negara
berkembang. Kanker servik uteri atau leher rahim ini menduduki peringkat
utama dan merupakan penyebab kematian tertinggi pada kasus kanker yang
menyerang wanita di Indonesia. Data departemen kesehatan menunjukkan
hingga kini jumlah penderitanya mencapai 50 per 100.000 penduduk. Oleh
sebab itu diperlukan upaya maksimal dalam rangka penanggulangan
terhadap kejadian kanker servik yang mencakup upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu dengan
Kanker Serviks menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori Kanker Serviks.
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada Ibu
dengan Kanker Serviks berdasarkan 7 langkah Varney.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ibu dengan Kanker Serviks
dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari :
Melakukan pengkajian
Menginterpretasikan data dasar
Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
Mengembangkan rencana intervensi
Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu
dengan Kanker Serviks dalam bentuk catatan SOAP
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
2) Merokok
3) Hubungan seksual pertama dilakukan usia dini
4) Berganti-ganti pasangan seksual
5) Infeksi herpes genital atau infeksi klamidia menahun
6) Faktor-faktor atau zat-zat yang dapat menyebabkan kanker disebut
Karsinogen. Hidayat, 2009)
d. Patofisiologi
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tak terkendali. 90% dari kanker serviks berasal dari sel
skuaomosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam
rahim. Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak meminimalkan
4
gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut
menjalani pemeriksaan panggul dan pap smear.
e. Klasifikasi Klinis
Tingkat Keganasan menurut Figo 1978
Tingkat Kriteria
SO · Karsinoma in situ (KIS) karsinoma nitra epitel
(membran bersalis masih utuh)
SI · Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke
korpus uteri
S.Ia · Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah
rusak dan sel tumor sudah memasuki stroma (tidak > 1mm)
sel tumor tidak terdapat pada pembuluh limfe atau
pembuluh darah.
S.Ib · Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang
histologik menunjukkan invasi stroma serviks uteri.
S.II · Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan
menjalar ke dua pertiga bagian atas vagina dan / ke
parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul.
S.Iia · Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas
dari infiltrat tumor
S.Iib · Penyebaran ke parametrium, uni/bilateral tetapi belum
sampai dinding panggul
S.III · Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina
atau ke parametrium sampai dinding panggul.
S.IIIa · Penyebaran sampai pada 1/3 bagian distal vagina,
sedang ke parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai
dinding panggul.
S.IIIb · Penyebaran sudah sampai dinding panggul, sudah ada
gangguan ginjal
5
mengilfiltrasi mukosa rectum dan atau kandung kemih.
· IVb. Telah terjadi penyebaran jauh
(Prawirohardjo, 2005).
6
USG : Suatu alat ultrasound diletakkan pada perut atau dimasukkan
ke dalam vagina. Gambar yang dihasilkan dapat menunjukkan
apakah kanker telah menyebar. (Anonim, 2009)
g. Pencegahan
Untuk mencegah kanker serviks banyak hal yang bisa dilakukan
yaitu antara lain, menghindari beberapa penyebab dari kanker serviks
seperti merokok, berganti-ganti pasangan hubungan seksual, melakukan
hubungan seksual di usia muda, dan ibu dengan paritas lebih dari 5.
Selain menghindari factor resiko, pada masa sekarang ini telah ada
vaksin yang bisa mencegah tumbuhnya sel HPV berlebihan melalui
imunisasi HPV. Selain dengan Imunisasi HPV dan menghindari factor
resiko ada beberapa screening yang bisa dilakukan secara teratur dan
kontinyu agar kanker serviks bisa dideteksi saat stadium awal sehingga
dapat segera di obati, beberapa screening yang bisa dilakukan yaitu
dengan test IVA dan Pap Smear.
h. Penanganan
Pada stadium O dan Ia dilakukan biopsi kerucut dan histerektomi
transvaginal. Pada stadium Ib dan IIa penanganan yang dillakukan yaitu
histerektomi radikal. sedangkan pada stadium IIb, III, dan IV dilakukan
histrektomi transvaginal. Dan pada stadium IVa dan IVb penanganan
yang diberikan yaitu radioterapi, radiasi paliatif, dan kemoterapi.
(Prawiroharjo, 2007)
i.Pengobatan
Pada pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung pada
beberapa ystem berikut:
1) Tingkat lesi (apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi)
Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih
lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat
7
pada waktu pemeriksaan ystem. Tetapi penderita harus menjalani
pemeriksaan Pap Smear dan pemeriksaan panggul secara rutin.
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa:
a) Kriosurgery (pembekuan)
b) Kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi)
c) Pembedahan besar, untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal
tanpa melukai jaringan yang sehat disekitarnya
d) LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure) atau konisasi
Setelah menjalani pengobatan, penderita mungkin akan
merasakan kram atau nyeri lainnya. Perdarahan maupun keluarnya
cairan encer dari vagina. Pada beberapa kasus mungkin perlu
dilakukan histerektomi, terutama jika sel-sel abnormal ditemukan di
dalam lubang serviks. Histerektomi dilakukan jika penderita tidak
memiliki rencana untuk hamil lagi.
2) Pengobatan untuk kanker serviks
Pengobatan pada Ca Cervix tergantung pada lokasi dan ukuran
tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana
penderita untuk tidak hamil lagi.
a) Pembedahan
Pada Karsinoma Institu, seluruh kanker sering kali dapat
diangkat dengan bantuan pisau bedah atau melalui LEEP. Dengan
pengobatan ini penderita masih bisa mempunyai anak, karena
kanker bisa kembali kambuh maka dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan Pap Smear setiap 3 bulan sekali selama 1
tahun pertama dan selanjutnya tiap 6 bulan. Jika pasien tidak
memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani
histerektomi. Pada kanker ysteme, dilakukan histerektomi dan
pengangkatan struktur disekitarnya (histerektomi radikal) serta
kelenjar getah bening.Pada wanita muda, ovarium yang normal
dan berfungsi tidak diangkat.
8
b) Terapi Penyinaran (radioterapi) : efektif untuk mengobati kanker
ysteme yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radio terapi
digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhannya.
Ada 2 macam radioterapi, yaitu:
Radiasi Eksternal : Sinar berasal dari sebuah mesin besar.
Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya
dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
Radiasi Internal : Zat radio aktif terdapat di dalam sebuah kapsul
dimasukkan langsung ke dalam seviks. Kapsul ini dibiarkan
selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit.
Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah:
- Iritasi rectum pada vagina
- Kerusakan kandung kemih dan rectum
- Ovarium berhenti berfungsi
- Kelelahan
- Sakit maag
- Sering ke belakang (diare)
- Mual
- Muntah
- Perubahan warna kulit (seperti terbakar)
- Kekeringan atau bekas luka pada vagina yang menyebabkan
senggama menyakitkan
- Menopause dini
- Masalah dengan buang air kecil
- Tulang rapuh sehingga mudah patah tulang
- Rendahnya jumlah sel darah merah (anemia)
- Rendahnya jumlah sel darah putih
- Pembengkakan di kaki (disebut lymphedema)
c) Kemoterapi
9
Kanker serviks stadium lanjut (IIB-IVA) dapat diobati
dengan radioterapi dan kemo berbasis cisplatin. Pada stadium
sangat lanjut (IVB), dokter dapat mempertimbangkan kemo
dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin. Pada
kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel
kanker. Obat anti kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena
atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus,
artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode
pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi dengan
pemulihan, begitu seterusnya.
Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk
membunuh sel-sel kanker. Biasanya obat-obatan diberikan melalui
infuse ke pembuluh darah atau melalui mulut. Setelah obat masuk
ke aliran darah, mereka menyebar ke seluruh tubuh. Kadang-
kadang beberapa obat diberikan dalam satu waktu.
Kemoterapi dapat menyebabkan efek samping. Efek
samping ini akan tergantung pada jenis obat yang diberikan,
jumlah/dosis yang diberikan, dan berapa lama pengobatan
berlangsung. Efek samping bisa termasuki:
- Sakit maag dan muntah (dokter bisa memberikan oba
mual/muntah)
- Kehilangan nafsu makan
- Kerontokan rambut jangka pendek
- Sariawan
- Meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi (kekurangan sel
darah putih)
- Perdarahan atau memar bila terjadi luka (akibat kurang darah)
- Sesak napas (dari rendahnya jumlah sel darah merah)
- Kelelahan
- Menopause dini
10
- Hilangnya kemampuan menjadi hamil (infertilitas). (Sudibyo,
2008)
Beberapa jenis kemoterapi yang biasanya digunakan pada
pengobatan kanker serviks adalah:
- Carboplatin
- Cisplatin
- Paclitaxel
- Fluorouracil (5FU)
- Cyclophosphamide
- Docetaxel
- Ifosfamide
- Gemcitabin
Syarat pengobatan kemoterapi
- Keadaan umum cukup baik
- Hb > 10gr%, Leukosit > 5000/mm3, Trombosit > 150.000/mm3
- Penderita mengetahui tujuan pengobatan dan mengetahui efek
samping yang akan terjadi
- Fungsi lever dan ginjal dalam batas normal
- Waktu perdarahan dan pembekuan dalam batas normal
- Pemberi kemoterapi mempunyai pengetahuan tentang
kemoterapi dan menajemen kanker pada umumnya
- Mempunyai sarana laboraturium yang lengkap
11
- EKG (terutama pada pemberian adriamycin, epirubicin)
12
2. Anemia
a. Pengertian
Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah
lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan
jenis kelamin. Hemoglobin adalah zat warna di dalam darah yang berfungsi
mengangkut oksigen dan karbondioksida dalam tubuh. Anemia gizi adalah suatu
keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih rendah daripada normal
sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam
produksi guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal
sedangkan anemia gizi besi adalah anemia yang timbul, karena kekurangan zat
besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh
terganggu. Anemia terjadi ketika jumlah sel darah merah atau hemoglobin
dalam tubuh tidak adekuat sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik di dalam
tubuh.
Anemia ditandai dengan rendahnya konsentrasi hemoglobin atau hematokrit
nilai ambang batas yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah
(eritrosit) dan hemoglobin, meningkatnya kerusakan eritrosit, atau kehilangan
darah yang berlebihan. Defisiensi Fe berperan besar dalam kejadian anemia,
namun defisiensi zat gizi lainnya, kondisi nongizi, dan kelainan genetik juga
memainkan peran terhadap anemia. Defisiensi Fe diartikan sebagai keadaan
biokimia Fe yang abnormal disertai atau tanpa keberadaan anemia. Anemia
defisiensi Fe terjadi pada tahap anemia tingkat berat yang berakibat pada
rendahnya kemampuan tubuh memelihara suhu, bahkan dapat mengancam
kematian.
Dewasa Laki-laki 13
Wanita 12
Wanita hamil 11
b. Klasifikasi
Menurut WHO yag dikutip dalam buku Handayani W. Dan Haribowo A. S.,
(2008) :
1) Ringan Sekali Hb 10.00 gr/dL – 13.00 gr/dL
2) Ringan Hb 8.00 gr/dL – 9.90 gr/dL
3) Sedang Hb 6.00 gr/dL – 7.90 gr/dL
4) Berat Hb < 6.00 gr/dL
Sedangkan, berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut Manuaba (2007),
sebagai berikut :
1) Tidak Anemia : Hb 11.00 gr/dL
2) Anemia Ringan : Hb 9.00 gr/dL – 10.00 gr/dL
3) Anemia Sedang : Hb 7.00 gr/dL – 8.00 gr/dL
4) Anemia Berat : Hb < 7.00 gr/dL
c. Penyebab
Anemia terjadi pada saat tubuh kekurangan sel darah merah sehat yang
mengandung hemoglobin. Terdapat sekitar 400 kondisi yang dapat menyebabkan
anemia pada seseorang dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
3) Kelainan pada reaksi tubuh dengan menghancurkan sel darah merah yang
sehat.
c) Sulit berjalan.
e) Mengalami demensia.
6) Anemia hemolitik. Anemia hemolitik terjadi pada saat sel darah merah
dihancurkan oleh tubuh lebih cepat dibanding waktu produksinya. Beberapa
penyakit dapat mengganggu proses dan kecepatan penghancuran sel darah
merah. Anemia hemolitik dapat diturunkan secara genetik atau bisa juga
didapat setelah lahir.
7) Anemia sel sabit (sickle cell anemia). Anemia ini bersifat genetis dan
disebabkan oleh bentuk hemoglobin yang tidak normal sehingga
menyebabkan sel darah merah berbentuk seperti bulan sabit, bukan bulat
bikonkaf seperti sel darah merah Sel darah merah berbentuk sabit memiliki
waktu hidup lebih pendek dibanding sel darah merah normal. Gejala yang
dialami oleh penderita anemia sel sabit adalah:
a) Kelelahan.
8) Anemia jenis lain, yang disebabkan oleh thalassemia atau penyakit malaria.
4) Mengandung. Ibu hamil yang tidak mengonsumsi suplemen asam folat dalam
jumlah cukup memiliki risiko terkena anemia yang lebih tinggi.
5) Penyakit kronis. Jika seseorang menderita kanker, gagal ginjal, atau penyakit
kronis lainnya, maka risiko terkena anemia akan meningkat akibat kekurangan
sel darah merah. Luka pada organ dalam yang diiringi perdarahan juga dapat
menyebabkan tubuh kekurangan zat besi sehingga meningkatkan risiko
terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi.
f. Pengobatan
1) Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia jenis ini dapat diatasi
dengan mengonsumsi suplemen penambah zat besi, serta
memperbanyak konsumsi makanan yang kaya zat besi. Selain itu,
pasien juga dapat diberikan vitamin C untuk meningkatkan
penyerapan zat besi. Perlu diperhatikan bahwa suplemen yang
mengandung kalsium dapat menghambat penyerapan zat
besi.Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen
penambah zat besi untuk mendapatkan dosis yang tepat. Kelebihan
zat besi pada tubuh dapat berbahaya bagi pasien karena dapat
menimbulkan kelelahan, mual, diare, sakit kepala, penyakit jantung
dan nyeri sendi. Untuk meringankan efek samping dari konsumsi
suplemen zat besi, pasien dapat mengonsumsi suplemen setelah
makan. Jika efek samping berlanjut segera temui dokter kembali.
2) Anemia akibat kekurangan vitamin. Anemia jenis ini dapat diobati
dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan asam folat dan
vitamin B12, serta mengonsumsi suplemen yang mengandung
keduanya. Jika tubuh pasien memiliki gangguan penyerapan asam
folat dan vitamin B12, pengobatan dapat melibatkan injeksi vitamin
B12 setiap hari. Setelah itu pasien akan diberikan injeksi vitamin B12
setiap bulan satu kali yang dapat berlangsung sepanjang hidup atau
tergantung kepada kondisi pasien.
8) Anemia sel sabit (sickle cell anemia). Pengobatan utama anemia sel
sabit adalah dengan mengganti sel darah merah yang hancur melalui
transfusi darah, suplemen asam folat, dan antibiotik. Pengobatan
lainnya adalah dengan mengonsumsi obat penghilang rasa sakit serta
menambahkan cairan melalui oral maupun intravena untuk
mengurangi nyeri dan menghindari komplikasi. Pencangkokan
sumsum tulang dapat digunakan untuk mengobati anemia sel sabit
pada kondisi tertentu. Obat untuk kanker hidroksiurea dapat juga
digunakan untuk mengobati anemia sel sabit.
2. Keluhan Utama
Perdarahan pervaginam yang abnormal, terutama diantara 2
menstruasi setelah melakukan coitus dan setelah menopause,
menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak), dan
keputihan yang menetap dengan cairan yang encer, berwarna
hijau, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
(Markus, 2009)
N
Su A U Pn J Pn T Pe J BB/ H M Abnrml Lakt Pe
o
am n K y n lg m ny K PB ts asi ny
i k s pt
7. Riwayat Kontrasepsi
Terutama pengguna KB suntik dan pil (terlalu lama pengguna
hormonal dapat memicu tumbuhnya sel kanker). Kanker Serviks:
terlalu lama menggunakan KB yang mengandung esterogen
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Tanda vital
Tekanan Darah : Tekanan Darah : 110/70 mmHg – 120/80
mmHg. (Ambarwati dkk, 2009)
Suhu :
Nadi :
Pernapasan :
Antropometri : Tinggi Badan :
Untuk mengetahui tinggi badan klien
kurang dari 145 cm atau tidak termasuk
resiko tinggi atau tidak. (Hidayat, 2007)
Berat Badan :
Untuk memonitor kelainan berat badan
yaitu penambahan berat badan rata-rata
selama kehamilan 10 kg dan antara
sebelum dan setelah melahirkan kelebihan
atau kurang.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Untuk mengetahui kebersihan rambut,
keadaan kulit kepala, distribusi dan
karakteristik lainnya. (Nursalam, 2008)
Wajah : untuk mengetahui keadaan wajah, pucat
atau tidak ada oedema dan cloasma
gravidarum atau tidak. (Wiknjosastro, 2005)
Mata : Konjungtiva pucat atau tidak, sclera kuning
atau tidak, mata cekung atau tidak.
(Saifuddin, 2002)
Hidung : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran, tidak
tampak polip, tidak tampak peradangan.
(Tambunan dkk,2011)
Mulut : Tampak simetris, bibir tampak lembab,
tidak tampak caries dentis, tidak tampak
stomatitis, geraham tampak lengkap, lidah
tampak bersih, tidak tampak pembesaran
tonsil.(Tambunan dkk,2011 & Uliyah
dkk,2008).
Telinga : Tampak bersih, tidak ada
pengeluaran/sekret. (Tambunan dkk,2011 &
Uliyah dkk,2008)
Leher : Tampak hyperpigmentasi pada leher, tidak
tampak pembesaran tonsil, tidak tampak
peradangan faring, tidak tampak
pembesaran vena jugularis, tidak tampak
pembesaran kelenjar tiroid, dan kelenjar
getah bening. (Priharjo, 2006 & Tambunan
dkk,2011).
Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding
dada. (Tambunan,2011)
Payudara : pemeriksaan payudara mengenai bentuk,
kesimetrisan, ada tidaknya benjolan, nyeri
tekan, menonjol atau tidaknya putting dan
hiperpigmentasi areola.(Hidayat, 2008)
Abdomen : kesimetrisan, ukuran, kontur, ada tidaknya
lesi, pigmentasi, memar, bekas luka, massa,
nyeri tekan, pembesaran organ dalam,
kekakuan, dan aktivitas peristaltik. Pada
kasus perdarahan uterus disfungsional
temuan– temuannya normal (Manuaba,
2008).
Genetalia : bentuk genetalia, pengeluaran (warna, bau,
jumlah dan karakter) dan ada tidaknya lesi.
Pemeriksaan dalam (vagina toucher dan
inspekulo) dikaji untuk mengetahui kondisi
vagina urethra, dinding vagina, portio,
Orifisium urethra eksterna, korpus uteri,
pengeluaran,dan discharge. Pemeriksaan
panggul dan kemaluan dengan spekulum,
digunakan untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya trauma atau benda
asing. Pada kasus kanker serviks tampak
kotor, ada rabas, keluar cairan kuning
kehijauan berbau busuk, ada darah dari
vagina. Inspekulo :Pada portio tampak
kemerahan, dan ada masa seperti bunga kol
yang berdungkul-dungkul dan mudah
berdarah (Rayburn, 2001).
Ekstremitas : Tampak simetris,tidak tampak oedem, dan
tidak tampak varices. (Ambarwati dkk,
2009)
Palpasi
Kepala : Tidak teraba oedema / massa
(Priharjo,2006).
Mata : Tidak teraba oedema
Hidung : Tidak teraba polip
Leher : Tidak teraba pembesaran vena jugularis,
kelenjar tiroid dan kelejar getah bening
(Priharjo,2006).
Payudara : tidak teraba adanya massa
Abdomen : Pada kasus perdarahan uterus disfungsional
seperti metropathia hemorrhagica sering
kali disertai oleh pembesaran rahim (Chalik,
2000).
Genetalia : Oedema/tidak, eritema/tidak, dan
pengeluaran secret/tidak. (Wiknjosastro,
2005)
Ekstremitas : Tidak teraba oedema, Reflex Homan sign
(-). (varney 2008 &Ambarwati dkk, 2009)
Auskultasi
Abdomen : 5-35 x/menit. (Varney 2008)
Perkusi
Ekstremitas : Untuk mengecek refleks patella (+), Bisep
(+), Trisep (+). (Varney 2008 )
3. Data Penunjang
Uji Laboratorium pada kasus perdarahan uterus disfungsional
menurut Morgan, 2009
1. Pap Smear, biopsi endometrium, quantitative beta human
chorionic gonadotropin (QBHCG), hitung darah lengkap, uji
koagulasi, TSH, dan DHEAS bila ada maskulinisasi
2. Ultrasonografi (USG)
Suatu alat ultrasound diletakkan pada perut atau dimasukkan
ke dalam vagina. Gambar yang dihasilkan dapat menunjukkan
apakah kanker telah menyebar (Manuaba, 2004)
S:
1. Identitas
Nama : Ny. M / Tn.Y
Umur :53 tahun / 54 tahun
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SD / SD
Suku/bangsa : Banjar /Banjar
Pekerjaan : IRT / Kuli bangunan
Alamat : Sangkulirang Kutim
No. RM : 01.04.3695
5. Riwayat Menstruasi
Ibu tidak mendapat haid sejak 3 tahun lalu, ibu telah menepouse pada usia 50
tahun.
6. Riwayat Obstetri
7. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB pil selama 2 bulan , ibu
mengeluhkan sakit pada daerah ulu hati disertai mual. Kemudian ibu
mengganti kontrasepsi dengan menggunakan KB suntik 1 bulan selama 2-3
tahun
8. Riwayat Ginekologik
Ibu mengatakan sebelum penyakit ini tidak memiliki penyakit seperti
vaginitis, mioma uteri, kista ovarium, kanker dan penyakit lainnya yang
berhubungan dengan sistem reproduksi.
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Rambut hitam dan beruban, distribusi rambut tidak merata,
kontruksi rambut kurang kuat, kulit kepala bersih, tidak ada masa
Wajah : Ekspresi wajah lemas, wajah pucat, tidak oedema, terdapat
cloasma
Mata : Konjungtiva pucat, sklera tampak jernih, tidak ada oedem pada
palpebra, kelopak mata tidak cekung
Hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada pengeluaran
cairan, tidak ada polip
Mulut : simetris, mukosa mulut kering, tidak ada caries dentis, tidak ada
stomatitis, lidah tremor, dan tidak ada peradangan pada tonsil dan
ovula.
Telinga : simetris, bersih, tidak ada pengeluaran serumen
Leher : simetris, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe dan tiroid
Dada : simetris, tidak ada retraksi, tidak ada massa, suara napas
vesikuler
Payudara : simetris, kedua puting susu menonjol, tidak ada dimpling, tidak
ada pembesaran kelenjar limfe, tidak teraba massa,
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, Suara perut timphany, kandung
kemih kosong, bising usus 9x /menit, nyeri tekan di
hypogastrium
Genetalia : terdapat pengeluaran cairan berlebih pada vagina (tidak
berwarna, tidak bergumpal, dan berbau), tidak ada perdarahan,
tidak ada varicess vulva.
Anus : Tidak ada haemoroid
Ekstremitas: Bawah : simetris, tidak ada varicess, tidak oedem, refleks
babynski (-), homan signs (-), refleks patella (+), CRT >2
detik
Atas : simetris, tidak oedem, refleks bisep (+), refleks trisep
(+), CRT >2 detik.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Labolatorium
HB : 7,5 gr/dl (Nilai Normal 12.0 – 16.0 gr/dl)
L : 4,29 10^3/µL (Nilai Normal 4.80 – 10.80 10^3/µL)
HT : 22% (Nilai Normal 37.0 – 54.0%)
GDS : 84 Mg/dl (Nilai Normal 70 - 140 mg/dl)
2-1-2018 Hematologi
10.80 10^3/µL)
5.40 10^6/µL)
16.0 gr/dl)
54.0%)
Kimia Klinik
24-1-2018 Urinalisa
Glukosa : Negatif
Bilirubin : Negatif
Hematologi
10.80 10^3/µL)
5.40 10^6/µL)
Hemoglobin : 12.3 g/dL (Nilai Normal 12.0 –
16.0 gr/dl)
19-4-2018 Hematologi
15-6-2018 DARAH
URINE
Kejernihan : jernih
pH : 6,0
Protein :-
16-6-2018 SERUM
22-6-2018 DARAH
SERUM
URINE
Kejernihan : jernih
pH : 6,5
Protein :-
A:
Diagnosa : P7006 usai 53 tahun dengan Ca-Cervix stadium IIIA
dengan Anemia Sedang
Masalah : Lemas
Diagnosa potensial : Ca-Cervix stadium IIIB
Masalah potensial : Penurunan Kesadaran
Kebutuhan segera :Kolaborasi dengan Dr. SpOG untuk terapi
selanjutnya
P:
Tgl/jam Penatalaksanaan Paraf
Kolaborasi dokter
; observasi TTV, KU, kesadaran, keluhan, transfuse
darah s/d Hb 10 gr/dL.
07.00 – O:
14.00
KU : sedang
Kes : CM
TTV
RR : 22 x/i T : 37,8
P : - mengukur TTV
- Hasil Lab
HB : 7,5 gr/dl (Nilai Normal 12.0 – 16.0
gr/dl)
L : 4,29 10^3/µL (Nilai normal 4.80 – 10.80
10^3/µL)
HT : 22% (Nilai Normal 37.0 – 54.0%)
GDS : 84
TTV
KU : sedang
Kes : CM
TTV
RR : 18 T : 35,8
P : - pemeriksaan TTV
07.00 – O:
14.00
KU : sedang
Kes : CM
TTV
RR : 20 T : 36,8
P : - pemeriksaan TTV
KU : sedang Kes : CM
TTV
RR : 20 x/i T :36,0
P : - pemeriksaan TTV
KU : sedang Kes : CM
TTV
RR : 20x/i T : 36.3
P : - pemeriksaan TTV
07.00 – O:
14.00
KU : sedang
Kes : CM
TTV
RR : 19 x/i T : 36,2
P : - pemeriksaan TTV
- Hasil Lab
Hb : 11,2 gr/dl (Nilai Normal 12.0 – 16.0
gr/dl)
L : 5.30 10^3/µL (Nilai normal 4.80 – 10.80
10^3/µL)
HT : 34,2% (Nilai Normal 37.0 – 54.0%)
- rencana Kemo hari sabtu tanggal 4/5/2019
- laporan dari dokter pasien boleh pulang
- memberikan KIE tentang personal hygine,
dan vulva hygine, dan nutrisi,
- kontrol ke poli tgl 3/5/2019
- melepas infus dan memotong gelang pasien
BAB IV
PEMBAHASAN
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim
yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini
biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik
menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang
berumur antara 20 sampai 30 tahun. Layaknya semua kanker, kanker leher rahim
terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak
lazim (abnormal).
Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam
darah lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur
dan jenis kelamin. Hemoglobin adalah zat warna di dalam darah yang berfungsi
mengangkut oksigen dan karbondioksida dalam tubuh. Anemia gizi adalah suatu
keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih rendah daripada normal
sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam
produksi guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal
sedangkan anemia gizi besi adalah anemia yang timbul, karena kekurangan zat
besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh
terganggu. Anemia terjadi ketika jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam
tubuh tidak adekuat sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik di dalam tubuh.
Dilakukan pemeriksaan pada Ny. M dengan CA Serviks stadium III A +
anemia Sedang Diagnosis ini didapatkan dari pengkajian secara langsung maupun
tidak langsung kepada pasien. Keadaan umum: Baik, Berat badan : 52 kg, Tinggi
badan: 149 cm, Tekanan Darah :140/80 mmHg, Nadi : 98x/m, Respirasi : 20x/m,
Temperatur :36,70ºC. Berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan dalam
pemberian terapi: pemasangan Infus NaCL 0,9% 20 tpm per IV. Kemudian
dilakukan pemberian Transfusi PRC 250 cc 4 kolf per IV. Perawatan sehari-hari
dilanjutkan hingga kedaan umum ibu membaik.
Pasien diberikan terapi hingga Hb meningkat menjadi 11,2 gr/dL.
Setelah keadaan pasien membaik pasien diperbolehkan pulang, sesuai dengan
advis dokter, dan kembali untuk melakukan kemoterapi pada tanggal 4 Mei 2019.
Terdapat kesamaan antara teori dengan praktik. Sehingga didapatkan bahwa tidak
ada perbedaan dan hasil akhir pasien dengan tindakannya memuaskan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Doengoes, Marilyn. 2005. Nursing care and Plans. Philadelphia: F.A Davis
Company.