Oleh Herwindo
Gerakan mahasiswa pada era rezim diktator Soeharto hingga saat ini, tidak sedikit pula
yang memberikan label bahwa gerakan liberal mulai mengembang. Stigmatisasi kaum
radikal mulai menjamur pada kalangan bawah (masyarakat biasa) dan menebarkan wahyu
pemberontakan, juga hal yang sempat menjadi mitos terbesar dalam setiap gerakan
mahasiswa. Namun tidak kalah banyaknya opini, bahwa mahasiswa Indonesia yang
radikal dan progressiv dari berbagai lingkungan sosial serta lintas kultur mulai
Soeharto mendapatkan stereotip positif. Khususnya bagi umat Islam. Terideologisasi oleh
teologi pembebasan. Tetapi di sini tidak berupaya untuk meng-klaim, bahwa gerakan
penggusuran simbol orde baru (Soeharto) yang represif itu merupakan hasil kesadaran
Namun bila berbicara formasi sosial yang menindas dari rezim Soeharto, berekses lebih
pada pemeluk Islam dan membentuk bola salju atas pegerakan pembebasan yang
digulirkan oleh intelektual muda Indonesia merupakan bentuk geneologis dari violence
yang dilakukan negara (state). Adanya sosial gap, kaya-miskin dan tumbuhnya konflik
horisontal adalah, anak kandung dari kebijakan pemerintah maupun negara yang timpang.
Kemiskinan adalah, sesuatu bisa (racun) disatu sisi dan memberi madu pada sisi lain.
Monopoli, kolusi, korupsi dan nepotisme sedari sang diktator Soeharto sampai saat ini
merupakan komoditas yang surplus. Relasinya dengan tekstual teologi pembebasan yang
bersinggungan dengan wacana agama sangat jelas yaitu, pembebasan aspek atau dimensi
sosial dari teologi pembebasan melarang keras adanya eksploitasi dan manipulasi
diberbagai bidang, baik secara fisik maupun psikis oleh dan/atau siapapun.
Bentangan relevansi dalam tulisan ini diberikan dapatlah disisipkan contoh seperti,
dalam bidang ekonomi praktek riba dan monopoli yang mengedepankan nilai lebih
dilarang keras (Qs. Al Baqarah 275-278). Segala bentuk zakat, infaq dan sedekah
merupakan sugesti yang baik dan benar agar manusia tidak teralienasi atas dirinya dari
Hal lainnya yang dapat dijadikan pijakan identifikasi nilai-nilai teologi pembebasan
yaitu, manusia memiliki hak untuk hidup, manusia memiliki hak untuk bereproduksi,
manusia memiliki hak untuk berpikir bebas dan manusia memiliki hak untuk
dalam ajaran agama Islam yang mungkin juga merupakan ajaran agama-agama lain di
dunia.
Ada atau tidaknya korelasi antara pergerakan kaum intelektual muda atau mahasiswa
dengan teologi pembebasan masih perlu dicari validitasnya dan kebenarannya. Namun
jikalau berbicara humanitas, yang lekat juga dengan ajaran agama yang menjadi nilai-
sosial, yang dilancarkan mahasiswa bersama rakyat mungkin bukanlah hubungan yang
insidental pula.
Intinya perubahan harus tetap ada, apapun alasannya dan seperti apa perubahan yang