Anda di halaman 1dari 32

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

BIOKIMIA KEDOKTERAN
BLOK MUSKULOSKELETAL
BLOK XII

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
PURWOKERTO
2019

i
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM
BIOKIMIA KEDOKTERAN
BLOK MUSKULOSKELETAL
BLOK XII

Edisi Ke Empat

PENYUSUN
TEAM BIOKIMIA

LABORATORIUM BIOKIMIA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
PURWOKERTO
2019
KATA PENGANTAR

Atas limpahan rahmat dan karunia – Nya, buku “Panduan Praktikum Biokimia
Kedokteran Blok Muskuloskeletal” dapat terselesaikan dengan baik. Penyusun
menyadari bahwa buku panduan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penyusunan
buku petunjuk praktikum biokimia selanjutnya.
Semoga buku ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam ilmu
kedokteran, khususnya mengenai biokimia kedokteran.

Penulis, Juni 2019


VISI DAN MISI FAKULTAS KEDOKTERAN

Visi Program Studi Pendidikan Dokter Program Sarjana:


Menjadi Program Studi Pendidikan Dokter Program Sarjana yang Unggul, Modern, Islami pada
tahun 2031.
Penjelasan dari visi tersebut adalah:
1. Unggul adalah bahwa Program Studi Pendidikan Dokter Program Sarjana memiliki

keunggulan herbal di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.


2. Modern adalah Program Studi Pendidikan Dokter Program Sarjana selalu terdepan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran.


3. Islami adalah penyelenggaraan Program Studi Pendidikan Dokter Program Sarjana

berlandaskan pada prinsip dan nilai Al Qur’an dan As Sunnah.

Misi Program Studi Pendidikan Dokter Program Sarjana


Untuk mencapai visi, maka ditetapkan misi Program Studi Pendidikan Dokter Program Sarjana
sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan Program Studi Pendidikan Dokter Program Sarjana yang mampu

menghasilkan lulusan berkualitas dan memiliki keunggulan di bidang herbal.


2. Menyelenggarakan penelitian berdasar ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran di

bidang herbal.
3. Menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat di bidang kedokteran yang dapat

dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.


4. Mengimplementasikan nilai-nilai keislaman dalam bidang kedokteran.

5. Membina dan mengembangkan jaringan kerjasama di bidang pendidikan, penelitian, dan

pengabdian pada masyarakat dengan lembaga dalam dan luar negeri.

Tujuan Program Studi Pendidikan Dokter Program Sarjana


Berdasarkan visi dan misi yang ada maka tujuan yang ingin dicapai dari Program Studi
Pendidikan Dokter Program Sarjana adalah:
1. Menjadi Program Studi Pendidikan Dokter Program Sarjana yang memiliki tata kelola baik
(Good Governance).
2. Terlaksananya penelitian berdasar ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran terutama
di bidang herbal.
3. Terlaksananya kegiatan pengabdian pada masyarakat yang mendorong pengembangan
potensi masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
4. Menghasilkan sarjana kedokteran yang memiliki kompetensi sesuai Standar Kompetensi
Dokter Indonesia (SKDI) dan Standar Karakter dan Kompetensi Dokter Muhammadiyah
(SKKDM) dengan keunggulan herbal.
5. Terlaksananya kerjasama di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada
masyarakat dengan lembaga dalam dan luar negeri.
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar iii
Visi Dan Misi iv
Daftar Is vi
TataTertib Praktikum vii
Petunjuk umum keselamatan kerja di laboratorium ix
TOPIK I.PEMERIKSAAN KALSIUM DARAH 1
TOPIK II. PEMERIKSAAN ENZIM KOLINESTERASE 18
DAFTAR PUSTAKA 19
LEMBAR LAPORAN SEMENTAR 20
TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOKIMIA KEDOKTERAN

1. Mahasiswa wajib mengikuti semua kegiatan praktikum yang telah dijadwalkan


2. Mahasiswa wajib hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai.
3. Mahasiswa wajib memakai jas praktikum.
4. Mahasiswa wajib mengisi daftar hadir praktikum setiap kali mengikuti kegiatan
praktikum
5. Sebelum praktikum dimulai dilakukan pretest. Mahasiswa yang tidak lulus pretest
tetap diperbolehkan mengikuti praktikum, dan mengulang pretest di lain hari.
6. Praktikum dilaksanakan dengan tertib dan sungguh-sungguh.Semua praktikan
berperan aktif dalam melakukan kegiatan praktikum.
7. Mahasiswa wajib mengikuti praktikum dengan tertib, dilarang merokokbersendau
gurau, tidak berbicara diluar konteks mata acara praktikum yang sedang
berlangsung dan atau melakukan kegiatan/perilaku yang dapat mengganggu
kegiatan praktikum.
8. Di dalam ruang praktikum, mahasiswa wajib bekerja dengan hati-hati untuk
menghindari kecelakaan di dalam ruang praktikum (laboratorium).
9. Mahasiswa wajib mengganti alat-alat praktikum apabila merusak atau
memecahkan.
10. Tiap kelompok wajib membuat laporan sementara hasil praktikum dan disahkan
oleh dosen pembimbing praktikum.
11. Sebelum meninggalkan ruangan, pastikan alat-alat dan reagen praktikum dalam
keadaan bersih dan rapi.
12. Laporan individu dikumpulkan paling lambat satu minggu dari praktikum.
13. Post tets dilakukan setelah mengerjakan semua materi praktikum.
14. Mahasiswa yang berhalangan hadir dalam praktikum wajib memberitahukan
secara tertulis kepada Kepala laboratorium dan Penanggungjawab blok.
15. Ketidakhadiran dalam praktikum harus disertai dengan alasan yang dapat
diterima. Surat ijin diserahkan kepada kepala laboratorium dan ketua blok. Alasan
yang dapat diterima untuk tidak hadir dalam praktikum adalah:
i) Ada anggota keluarga (Bapak, Ibu dan Adik/Kakak) yang meninggal
ii) Sakit, yang harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter
iii) Melaksanakan tugas dari FK UMP
PETUNJUK UMUM KESELAMATAN DI LABORATORIUM

1. Dilarang makan dan minum dalam ruang laboratorium, karena beberapa bahan
kimia/bahan biologis yang digunakan bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan.
2. Mahasiswa wajib menggunakan jas laboratorium dan alas kaki/sepatu yang
tertutup.
3. Rambut harus ringkas dan tidak boleh tergerai.
4. Dilarang menghisap pipet dengan mulut untuk asam dan basa kuat (seperti HCl,
H2SO4, HNO3, Asam asetat glasial, NH4OH, NaOH). Gunakan buret Atau pipet dengan
bola penghisap untuk memindahkan asam/basa kuat atau bahan-bahan beracun ke
dalam tabung yang anda gunakan dan lakukan di dalam lemari asam.
5. Bila terjadi kontak dengan bahan-bahan berbahaya, korosif atau beracun, segera
bilas dengan air sebanyak-banyaknya dan segera laporkan kepada instruktur.
6. Segera tutup kembali bahan kimia yang disediakan dalam botol tertutup, untuk
mencegah inhalasi bahan-bahan tersebut.
7. Jangan sampai menumpahkan bahan-bahan kimia di meja kerja atau pada lantai.
Hal ini terutama berlaku untuk asam dan basa pekat. Segera laporkan kepada
asisten praktikum.
8. Gunakanlah alat/instrumen yang disediakan sesuai dengan cara kerjanya. Bila
saudara tidak memahami cara kerjanya mintalah bantuan asisten praktikum.
9. Berhati-hatilah bila bekerja dengan bahan uji yang berasal dari bahan-bahan
biologis seperti darah, saliva atau urin karena kemungkinan dapat terinfeksi kuman
atau virus berbahaya seperti HIV atau hepatitis.
a. Sebaiknya gunakan sarung tangan karet sekali pakai, terutama bila ada luka.
b. Hindari kemungkinan tertusuk jarum.
c. Cuci tangan atau anggota badan yang kontak atau terpercik darah. Cuci dengan
cermat menggunakan sabun.
d. Buang bahan yang mengandung darah dalam wadah plastik tertutup.
e. Cuci alat-alat laboratorium dengan sabun dan sterilisasi dengan merendamnya
dalam larutan natrium hipoklorit 0,5 % selama 30 menit.
f. Bersihkan meja laboratorium dengan air sabun dan dengan larutan natrium
hipoklorit 0,5 %.

Terkena bahan kimia

1. Jangan panik.
2. Mintalah bantuan rekan anda yang
berada didekat anda.
3. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci bagian yang
mengalami kontak langsung tersebut dengan air apabila memungkinkan).
4. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
5. Bawa ketempat yang cukup oksigen.
6. Hubungi paramedik secepatnya(dokter, rumah sakit).

Kebakaran
1. Jangan panik.
2. Ambil tabung gas CO2 apabila api masih mungkin dipadamkan.
3. Beritahu teman anda.
4. Hindari mengunakan lift.
5. Hindari mengirup asap secara langsung.
6. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan dikunci).
7. Pada gedung tinggi gunakan tangga darurat.
8. Hubungi pemadam kebakaran.
Gempa bumi
1. Jangan panik.
2. Sebaiknya berlindung dibagian yang kuat seperti bawah meja, kolong kasur, lemari.
3. Jauhi bangunan yang tinggi, tempat penyimpanan zat kimia, kaca.
4. Perhatikan bahaya lain seperti kebakaran akibat kebocoran gas,tersengat listrik.
5. Jangan gunakan lift.
6. Hubungi pemadam kebakaran, polisi dll
PETUNJUK PEMBUATAN MAKALAH

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

Mahasiswa diharapkan dapat memberikan penjelasan secara lebih mendalam,


dengan mengambil dasar teori dari berbagai pustaka setelah mengikuti kegiatan
praktikum. Pendalaman materi ini bertujuan agar mahasiswa semakin memahami
materi yang sudah diberikan pada kegiatan perkuliahan. Pendalaman materi ini dapat
dituangkan dalam sebuh laporan praktikum.
Laporan Praktikum terdiri dari:
 Judul praktikum
 Tujuan percobaan
 Alat dan bahan serta cara pelaksanaan praktikum
 Hasil dan pembahasan
 Daftar Pustaka
TOPIK
PEMERIKSAAN KALSIUM DARAH

A. Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kadar kalsium dalam darah
2. Mahasiswa dapat menginterprestasikan hasil pemeriksaan kadar kalsium dalam
darah
3. Melakukan diagnosis dini penyakit apa saja yang berkaitan dengan kadar kalsium
darah abnormal dengan bantuan hasil praktikum yang dilakukan

B. Dasar Teori

Kalsium

Ion kalsium mengatur sejumlah proses fisiologis dan biokimia yang penting.
Proses ini mencakup eksitabilitas neuromuscular, koagulasi darah, proses sekresi,
integritas membrane plasma, reaksi enzim, pelepasan hormone dan neurotransmitter,
dan kerja intraseluler sejumlah hormone. Konsentrasi Ca2+ dan PO43- di dalam
periosteum serta cairan ekstrasel yang tepat bagi proses mineralisasi tulang. Untuk
menjamin agar semua proses ini dapat bekerja normal, konsentrasi Ca2+ di dalam
plasma dipertahankan dalam batas- batas yang sangat sempit.

Di dalam tubuh manusia terdapat kurang lebih 1 kg kalsium. 99 % dari jumlah ini
berada di dalam tulang tempat kalsium bersama dengan fosfat membentuk Kristal
hidroksiapatit yang menyediakan komponen anorganik dan struktural skeleton. Tulang
merupakan jaringan yang dinamis dan terus menjalani remodeling ketika tekanan-
tekanan berubah; pada kondisi yang stabil terdapat keseimbangan antara
pembentukan tulang yang baru dan resorpsi tulang. Sebagian besar kalsium di dalam
tulang tidak dapat dipertukarka secara bebas dengan kalsium ekstra seluler.

1
Kalsium plasma terdapat dalam tiga bentuk yaitu bentuk senyawa kompleks
dengan asam organic, bentuk yang terikat protein, dan bentuk terionisasi. Kurang lebih
6% dari jumlah total kalsium membentuk senyawa kompleks dengan sitrat, fosfat , dan
anion lainnya. Sisanya dapat dibagi hampir sama besarnya antara bentuk yang terikat
protein (terutama terikat dengan albumin) dan bentuk yang terionisasi (bentuk tak
terikat).
Kalsium dalam bentuk terionisasi (Ca2+) merupakan fraksi bilogis aktif. Bentuk ini
terdapat pada sebagian besar mamalia, burung, serta ikan air tawar. Jika kadar kalsium
terionisasi turun, organisme tersebut akan semakin mudah tereksitasi (hipereksitabel)
dan dapat menderita serangan kejang tetani. Kenaikan kalsium yang nyata dapat
mengakibatakan kematian karena paralisis otot dan koma.
Perubahan konsentrasi protein plasma (terutama albumin, walaupun globulin
juga mengikat kalsium) mengakibatkan perubahan pararel pada jumlah total kalsium
plasma. Contohnya adalah hipoalbuminemia akan mengakibatkan penurunan jumlah
total kalsium plasma sebesar kurang lebih 0,8 mg / dl untuk setiap g/ dl penurunan
albumin. Perubahan ini akan tampak ketika albumin plasma meningkat. Kaitan kalsium
dengan protein plasma bergantung pada pH. Asidosis akan memudahkan terbentuknya
kalsium terionisasi, sedangkan alkalosis akan meningkatkan pengikatan dan sekaligus
penurunan kadar Ca 2+. Alkalosis mungkin menjadi penyebab rasa baal serta
kesemutan yang menyertai sindroma hiperventilasi, dan menimbulkan keadaan
alkalosis respiratorik akut.

Metabolisme kalsium
Homeostasis kalsium diatur oleh hormone berikut:
1. Paratiroid Hormon (PTH)
Paratiroid hormone merupakan peptide dengan 84-asam amino. Hormon ini
memiliki berat molekul 9,5 kDa, dan tidak mengandung molekul karbohidrat
ataupun molekul yang terikat secara kovalen lainnya. Aktivitas biologiknya yang
penuh terletak di ujung terminal amino sepertiga molekul ersebut. PTH disintesis
sebagai molekul prekursor dengan 115 asam amino. Prekursor langsung PTH
adalah proPTH, yang berbeda dengan hormone aslinya karena mempunyai
extension heksapeptida yang bersifat sangat alkalis pada ujung terminal amino
dengan fungsi yang masih belum jelas.
PTH bekerja melalui reseptor membrane yang tunggal dengan massa
molekul sekitar 70 kDa. Reseptor ini identik di dalam tulang serta ginjal, dan tidak
ditemukan di sel yang bukan merupakan sel target. Interaksi hormone – reseptor
akan memulai serangkaian proses yang khas yaitu:
Aktivasi adelilil siklase → peningkatan cAMP intrasel → peningkatan kadar kalsium
intrasel→ fosforilasi protein spesifik intrasel oleh enzim kinase → aktivasi gen yang
spesifik dan enzim intrasel yang akhirnya memperatarai kerja biologic PTH. Sistem
respon PTH seperti halnya sistem bagi banyak hormon peptide dan protein lainnya
berada dalam “down regulation” jumlah reseptor dan “desensitisasi” yang
mungkin melibatkan mekanisme pasca cAMP

Pada keadaan hipokalsemi akut, PTH akan:

1) Menurunkan bersihan ginjal atau ekskresi kalsium sehingga melalui kerja ini ,
terjadi peningkatan konsentrasi kalsium dalam CES.
2) Meningkatkan laju disolusi tulang, termasuk fase organik dan anorganik, yang
menggerakan kalsium ke dalam CES.
3) Meningkatkan efisiensi absorbsi kalsium dari dalam usus, dengan
meningkatkan sintesis 1,25 (OH)2-D3.
Perubahan paling cepat terjadi melalui kerja pada ginjal kendati efek yang
paling besar berasal dari tulang. Pada defisiensi kalsium dari makanan yang
berlangsung lama dengan absorbs kalsium yang tidak memadai di dalam usus, PTH
akan mencegah hipoklsemia dengan mengrbankan substansi tulang.
Jumlah PTH yang tidak mencukupi mengakibatkan hipoparatiroidisme.
Tanda biokimiawi yang menunjukkan keadaan ini adalah penurunan kalsium dan
kenaikan kadar fosfat dalam serum. Gejalanya mencakup iritabilitas neuromuskuler
yang akan menimbulkan kram otot dan tetani.
Hipoklasemia yang akut dan berat akan mengakibatkan pralisis tetanik
otot–otot respiratorius, laringospasme, konvulsi berat dan kematian..
Hipokalsemia yang berlangsung lama akan mengakibatkan perubahan warna kulit,
katarak,dan gangguan kalsifikasi ganglia basalis otak.
Penyebab hipoparatiroidisme yang sering adalah pengangkatan atau
kerusakan kelenjar paratiroid tanpa sengaja ketika dilakukan pembedahan pada
bagian leher yang disebut hipoparatiroid sekunder. Hipoparatiroid bisa juga terjadi
secara primer yaitu akibat destruksi autoimun kelenjar paratiroid.
Jumlah PTH yang berlebihan akan mengakibatkan hiperparatiroidisme.
Kedaan ini biasanya terjadi akibat adanya adenoma paratiroid dan hyperplasia
paratiroid. Hiperparatiroid ditandai dengan peningkatan kalsium dan penurunan
fosfat dalam darah. Hiperparatiroid yang sudah berlangsung lama , gejalanya
menyangkut resorpsi ekstensif tulang dan sejumlah akibat pada ginjal termasuk
batu ginjal , nefrokalsinosis , infeksi pada traktus urinarius dan penurunan fungsi
ginjal. Hiperparatiroidisme sekunder , yang ditandai oleh hiperplasi kelenjar
paratiroid dan hipersekresi PTH, dapat dilihat pada penderita gagal ginjal
progresif. Hiperparatiroidisme sekunder disebabkan oleh penurunan konversi
25(OH)-D3 menjadi 1,25(OH)2-D3 dalam parenkim ginjal yang sakit, sehingga
mengakibatkan absorbsi kalsium yang tidak efisien di dalam usus dan pelepasan
sekunder PTH sebagai upaya kompensasi untuk mempertahankan kadar normal
kalsium dalam cairan ekstrasel.
2. 1,25(OH)2-D3 atau 1,25-dihidroksikolekalsiferol

1,25(OH)2-D3 merupakan satu – satunya hormon yang dapat meningkatkan


translokasi kalsium dengan melawan gradient konsentrasi pada membrane sel usus.
1,25(OH)2-D3 dikendalikan dengan ketat,sehingga terdapat suatu mekanisme yang
sangat teliti dalam mengendalikan kadar Ca2+ cairan ekstrasel, kendati kandungan
kalsiumm dalam makanan berfluktuasi secara nyata. Hal ini menjamin konsentrasi
kalsium dan fosfat yang tepat bagi penyimpanan dalam bentuk Kristal hidroksiapatit
di dalam serat kolagen dalam tulang. Defisiensi vitamin D, menyebabkan lambatnya
pembentukan tulang baru dan proses remodeling tulang. Semua proses ini
terutama diatur oleh PTH yang bekerja pada sel tulang, kendati 1,25(OH) 2-D3
dengan konsentrasi yang kecil juga dibutuhkan. 1,25(OH)2-D3 dapat pula
menguatkan kerja PTH terhadap proses reabsorbsi kalsium di dalam ginjal.

Sintesis serta metabolism 1,25(OH)2-D3 melibatkan beberapa jarigan dan


merupakan proses yang sangat diatur. 1,25(OH)2-D3 normalnya terbentukk pada
orang yang cukup terkena cahaya matahari. Karena itu 1,25(OH)2-D3 sebenarnya
bukan vitamin, pada kenyataanya senyawa ini adalah hormon. Hormon ini
dihasilkan oleh serangkaian proses enzimatik yang kompleks dan melibatkan
transportasi molekul precursor dalam plasma ke sejumlah jaringan yang berlainan.
Molekul aktifnya yaitu kalsitriol diangkut ke dalam organ lain dan dalam organ
tersebut 1,25(OH)2-D3 mengaktifkan proses biologic dengan cara serupa yang
dilakukan hormone steroid.

Metabolisme 1,25(OH)2-D3 melibatkan beberapa tempat yaitu:

1). Kulit

Sejumlah kecil vitamin D terdapat dalam makanan (minyak ikan, dan kuning telur)
tetapi sebagian besar vitamin D yang tersedia bagi sintesis 1,25(OH)2-D3 dihasilkan
oleh lapisan Malpighi epidermis dari senyawa 7-dehidrokolesterol dalam suatu
reaksi fotolisis nonenzimatik yag diperantarai oleh sinar UV. Taraf konversi ini
berbanding lurus dengan intensitas “pemajanan” dan berbanding terbalik dengan
usia dan mungkin berhubungan dengan keseimbangan negative kalsium yang
menyertai usia lanjut.

2). Hati

Protein pengangkut spesifik yang disubut protein pengikat vitamin D akan mengikat
vitamin D3 beserta metabolitnya, an menggerakkan vitamin D3 dari kulit atau usus
ke hati tempat vitamin ini akan menjalani reaksi hidroksilasi, yaitu suatu reaksi
wajib pertama di dalam proses memproduksi 1,25(OH)2-D3. 25 hidroksilasi terjadi di
reticulum endoplasma dalam sebuah reaksi yang memerlukan magnesium, NADPH,
oksigen molecular, dan faktor sitoplasmik yang tidak khas. Dua jenis enzim yaitu
sitokrom P450 reduktase yang bergantung pada NADPH dan sitokrom P450 turut
terlibat. Reaksi ini tidak diatur dan juga terjadi dengan efisiensi rendah di ginjal
serta intestinum.

Senyawa 1.25(OH)2-D3 akan memasuki sirkulasi disini senyawa ini


merupakan bentuk utama vitamin D yang ditemukan dalam plasma, dan kemudian
di angkut ke ginjal oleh protein pengikat vitamin D.

3). Ginjal.

1.25(OH)2-D3 merupakan senyawa agonis lemah dan harus dimodifikasi


terlebih dahulu melalui hidroksilasi pada posisi C1 agar mempunyai aktifitas biologik
yang penuh. Proses ini dilaksanakan di dalam mitokondriatubulus kontortus
proksimal ginjal dalam reaksi monooksigenase tiga – komponen yang kompleks dan
memerlukan NDPH. Mg2+ , oksigen molecular, serta 3 enzim yaitu flavoprotein
(feredoksin reduktase renal), protein besi sulfur (feredoksin renal), dan sitokrom
P450. Sistem in menghasilkan 1.25(OH)2-D3 yang merupakan metbabolit vitamin D
yang paling poten ditemukan di alam.

4). Jaringan lainnya.

Plasenta memiliki enzim 1ɑ hidroksilase yang tampaknya merupakan sumber


penting 1.25(OH)2-D3 ekstrarenal. Aktivitas enzim ditemukan d sejumlah jaringan
lainnya seperti tulang,

Sintesis dan metabolisme 1.25(OH)2-D3 seperi halnya hormone steroid lain


juga menjalani umpan balik yang ketat. Diet rendah kalsium dan keadaan
hipokalsemia mengakibatkan peningkatan nyata aktifitas 1ɑ hidroksilase. Efek ini
memerlukan PTH yang juga dilepas sebagai respon terhadap hipokalsemia. Kerja
PTH masih belum jelas tetapi hormon ini merangsang aktifitas 1ɑ hidroksilase. Diet
rendah fosfor dan keadaan hipofosfatemia juga menginduksi aktifitas 1ɑ
hidroksilase.

Efek 1.25(OH)2-D3 pada mukosa usus:


Pemindahan ion Ca2+ atau PO43- melintasi mukosa usus memerlukan
1. Ambilan melintasi brush border dan membrane microvillus.
2. Pengangkutan melintasi membrane sel mukosa.
3. Aliran keluar melintasi membrane lateral basalis ke dalam cairan ekstrasel.

1.25(OH)2-D3 meningkatkan meningkatkan 1 atau lebih tahap ini. Tetapi


mekanismenya masih belum dapat secara tepat ditentukan. Protein pengikat
kalsium pernah diperkirakan terlibat secara aktif sampai kemudian ditemukan
bahwa translokasi Ca2+ terjadi dalam waktu 1-2 jam sesudah pemberian 1.25(OH)2-
D3. Protein pengikat kalsium dapat mengikat Ca2+ dan melindungi mukosa sel
terhadap aliran ion Ca2+ dalam jumlah besar yang terjadi bersamaan dengan
transporasi.

3. Calsitonin
Calcitonin merupakan peptida terdiri dari 32 sam amino yang dihasilkan oleh sel
C kelenjar tiroid dan berfungsi dalam menghambat resorpsi tulang oleh
osteoklas. Sekresi Calcitonin secara akut diatur oleh kadar kalsium di dalam
darah dan secara kronik dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Kadar
Calcitonin pada bayi lebih tinggi daripada oran dewasa. Pada wanita kadar
Calcitonin ternyata juga lebih rendah dibandingkan laki- laki.
Fungsi kalsium
Fraksi Ca2+ bebas dalam CES yang kecil akan beperan penting dalam sejumlah
aktivitas esensial, antara lain
1. Ekstabilitas neuromuskuler Bahkan variasi minor kontraksi Ca2+ bebas CES
dapat menimbulkan dampak yang besar dan segera pada sensitivitas jaringan
peka rangsang. Penurunan Ca2+ bebas menyebabkan saraf dan otot sangat
mudah terangsang, sebaliknya, peningkatan Ca2+ bebas menekan eksitabilitas
neuromuskular. Efek-efek ini terjadi karena pengaruh Ca2+ pada permeabilitas
membran terhadap Na+. Penurunan Ca2+ bebas meningkatkan permeabilitas
Na+, sehingga menyebabkan influks Na+ dan bergesernya potensial istirahat
mendekati ambang. Akibatnya, pada hipokalsemia, jaringan peka rangsang
dapat dibawa ke ambang oleh rangsangan fisiologis yang normalnya tidak
efektif sehingga otot rangka melepaskan muatan berkontraksi secara spontan.
Jika cukup parah maka kontraksi spastik otot pernafasan menyebabkan
kematian akibat asfiksia. Hiperkalsemia juga mengancam nyawa sebab
menimbulkan aritmia jantung dan penurunan umum ekstabilitas
neuromuscular
2. Penggabungan eksitasi-kontraksi di otot jantung dan otot polos.
Masuknya Ca2+. CES ke dalam sel otot jantung dan otot polos, akibat
peningkatan permeabilitas Ca2+ sebagai respon kontraksi. Peningkatan Ca2+
sitosol di dalam sel otot menyebabkan kontraksi, sementara peningkatan Ca 2+
bebas dalam CES menurunkan ekstabilitas neuromuskular serta mengurangi
kontraksi.
3. Penggabungan rangsangan reaksi
Masuknya Ca2+ ke dalam sel sektretorik memicu pelepasan produk sekretorik
melalui proses eksitosis. Proses ini penting untuk sekresi neurotransmiter oleh
sel saraf untuk sekresi hormon peptida dan katekolamin oleh sel endokrin.
4. Pemeliharan taut eran antara sel-sel
Kalsium membentuk bagian dari semen intrasel yang menyatukan sel-sel secara
erat.
5. Pembekuan darah
Kalsium berfungsi sebagai kofaktor dalam beberapa tahap pada jenjang reaksi
yang menyebabkan pembekuan darah.

Penyakit terkait kadar kalsium


1. Osteoporosis
Merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan
densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang menjadi rapuh
dan mudah patah. Umur dan densitas tulang merupakan faktor risiko
osteoporosis yang berhubungan erat dengan risiko terjadinya fraktur
osteoporotik. Selain itu ada beberapa faktor risiko lain yaitu genetik dan
lingkungan. Faktor genetik menjelaskan bahwa perempuan memiliki risiko yang
lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Lingkungan juga mempengaruhi terjadinya
osteoporosis seperti defisiensi kalsium, aktivitas fisik, dan makanan.
Pemeriksaan biokimia tulang dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis penyakit osteoporosis. Pemeriksaan biokimia tulang terdiri dari
kalsium total dalam serum, kalsium urin, fosfat urin, osteokalsin serum,
piridinolin urin dan bila perlu hormon paratiroid dan vitamin D. Kalsium serum
terdiri dari 3 fraksi, yaitu kalsium yang terikat pada albumin (40%), kalsium ion
(48%), dan kalsium kompleks (12%). Ada beberapa cara untuk melakukan
pencegahan terhadap osteoporosis antara lain: edukasi penderita untuk
melakukan aktivitas fisik yang teratur, jaga asupan kalsium 1000- 1500 mg/hari,
hindari merokok dan menghindari alkohol
2. Rakitis.
Penyakit rakitis (Ricketsia)merupakan gangguan pada anak – anak yang ditandai
dengan kadar kalsium serta fosfor yang rendah dalam plasma dan tulang yang
mineralisasinya jelek dengan disertai deformitas skeletal. Penyakit rakitis paling
sering disebabkan oleh defisiensi vitamin D. Ada 2 tipe penyakit rakitis. Rakitis
tipe I merupakan ciri bawaan autosomal resesif yang ditandai oleh gangguan
pada proses konversi 25(OH)-D3 menjadi 1.25(OH)2-D3. Tipe II merupakan
gangguan autosomalresesif dengan terdapatnya perubahan dalam salah satu
zinc finger pada domain pengikatan –DNA. Keadaan ini menghasilkan reseptor
yang tidak berfungsi.
3. Osteomalasia
Defisiensi vitamin D pada orang dewasa akan mengakibatkan osteomalasia.
Penyerapan kalsium serta fosfor akan menurun, demikian juga dengan kadar
kedua jenis ion ini di cairan ekstra sel. Sebagai akibatnya proses mineralisasi
akan memiliki struktur yang lemah.
Jika parenkim utama tulang hilang atau sakit, pembentukan 1,25(OH)2-
D3 akan menurun dan penyerapan kalsium meningkat. Jika terjadi keadaan
hipokalsemia maka timbul peningkatan kompensatif PTH yang bekerja pada
tulang dalam upaya untuk meningkatkan kadar Ca2+ plasma. Proses pergantian
yang ekstensif di tulang dan berbagai gejala yang menyertai keadaan di atas
dikenal sebagai osteodistrofi renal. Pengobatan dini dengan vitamin D akan
menghambat proses ini.
Pertumbuhan tulang normal dan proses mineralisasi membutuhkan
vitamin D, kalsium dan fosfor yang adekuat. Defisiensi yang lama dari berbagai
hal diatas mengakibatkan akumulasi matriks tulang yang tidak dimineralisasikan.
Penurunan mineralisasi pada pasien muda menyebabkan riketsia karena
kerusakan dari pertumbuhan lempeng epifise. Pasien dengan riketsia mengalami
hipotonia, kelemahan otot dan pada kasus berat bisa terjadi tetani.
Manifestasi klinis dari osteomalasia menyerupai gangguan reumatik meliputi
nyeri tulang, mudah lelah kelemahan proksimal, dan pelunakan periartikuler. Beberapa
pasien dengan osteomalasia menunjukan garis radiolusen kortikal tipis (stress fracture)
yang tegak lurus dengan tulang dan seringkali simetris. Gambaran laboratorium dari
osteomalasia akibat defisiensi vitamin D adalah kadar kalsium serum yang rendah atau
normal, hipofosfatemia, meningkatnya kadar alkalin fosfatase, kadar osteokalsin
serum normal, meningkatknya kadar hormon paratiroid serum dan rendahnya kadar
1,25 dihidroksi vitamin D.
C. METODE
Pemeriksaan kalsium darah dengan metode CPC fotometrik.
D. PRINSIP PEMERIKSAAN
Ion Kalsium bereaksi dengan o-cresolphtalein-complexon in an alkaline
mediumuntuk membentuk complex berwarna ungu. Absorbansi kompleks ini
sebanding dengan konsentrasi kalsium di dalam sampel

E. CARA KERJA

Alat dan bahan


1. Alat
a. Spuit 3 cc g. Blue tip
b. Torniquet h. Tabung Vacutainer
c. Sentrifuge i. Tabung reaksi
d. Mikropipet 20 µl j. Rak tabung reaksi
e. Mikropipet 1000 µl k. Photometer
f. Yellow tip

2. Bahan
a. Reagen Calcium
b. Serum Darah Vena
Cara Kerja
Tabung 1 (Blanko) Tabung 2 (Sampel)
Serum/Sampel 20 µl
Regen Calcium 1000 µl 1000 µl
Cmpur/Homogenkan, Selanjutnya baca pada phptometer dengan panjang
gelombang 546 nm

F. NILAI NORMAL
Kadar kalsium serum atau plasma : 8,1 – 10,5 mg/dl atau 2,02 – 2,60 mmol / L.
Lampiran
TOPIK
PEMERIKSAAN KOLINESTERASE

A. Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kadar kolinesterase dalam darah
2. Mahasiswa dapat menginterprestasikan hasil pemeriksaan kadar kolinesterase
dalam darah
3. Melakukan diagnosis dini penyakit apa saja yang berkaitan dengan kadar
kolinesterase darah abnormal dengan bantuan hasil praktikum yang dilakukan.

B. Dasar Teori

Kolinesterase (AChE) adalah suatu enzim yang terdapat pada cairan


seluller, yang fungsinya menghentikan aksi asetilkolin (ACh) dengan jalan
menghidrolisisnya menjadi kolin dan asam asetat. Asetilkolin adalah suatu
neuro hormon yang terdapat antara ujung-ujung syaraf dan otot, sebagai media
kimia yang fungsinya meneruskan rangsangan syaraf atau impuls ke reseptor
sel-sel otot dan kelenjar. Untuk menjamin gerakan bertujuan, respon listrik sel otot
dan respon kontraktil yang ditimbulkannya terhadap stimulasioleh neuron motoric
harus segera dihentikan jika tidak terdapat lagi sinyal dari neuron motoric. Respon
listrik sel otot dihentikan oleh suatu enzim di membrane motor end plate,
Asetilkolinesterase, yang menginaktifkan Ach.
Akibat difusi banyak molekul Ach yang dibebaskan berkontak dan berikatan
dengan reseptornya di permukaan motor end plate. Karena cepat diinaktifkan, Ach
ini tidak pernah ikut berperan dalam menimbulkan potensial motor end plate.
Asetilkolin berikatan dengan reseptornyadalam waktu yang sangat singkat untuk
kemudian terlepas.
Sebagian dari molekul Ach yang terlepas segera berikatan kembali dengan
reseptor , membuat saluran motor end plate tetap terbuka, tetapi sebagian secara
acak berikatan dengan AChE dan diinaktifkan. Seiring dengan berulangnya proses
ini , semakin banyak Ach yang diinaktifkan sampai akhirnya dibersihkan dari celah
dalam beberapa milidetik setelah pembebasannya.
Pembersihan Ach mengakhiri EPP, sehingga membrane sel otot kembali ke
potensial istirahat. Kini sel otot dapat melemas, atau jika dibutuhkan kontraksi
menetap untuk gerakan tertentu, maka terbentuk potensial aksi neuron motoric
lain yang menyebabkan pelepasan lebih banyak Ach sehingga proses kontraksi
terus berlangsung. Dengan membersihkan Ach pemicu kontraksi dari motor end
plate, AChE memungkinkan terjadinya relaksasi (tidak ada lagi Ach yang
dibebaskan) atau kontraksi berkelanjutan (lebih banyak Ach yang dibebaskan).
Bergantung pada kebutuhan sesaat tubuh.
Untuk memahami bagaimana asetilkolin dan asetilkolinesterase bekerja,
harus dipahami terlebih dahulu proses yang terjadi di neuromuscular junction.
Keseluruhan proses pada neuromuscular junction adalah sebagai berikut:
1. Potensial aksi di neuron motoric merambat ke terminal kson (terminal button).
2. Terbentuknya potensial aksi di terminal button memicu pembukaan saluran
Ca2+ bergerbang voltase dan masuknya Ca2+ ke dalam terminal button.
3. Sintesis asetilkolin terjadi di dalam sitosol terminal saraf, menggunakan enzim
kolin asetiltransferase yang mengkatalisis reaksi berikut:
Asetil – koA + kolin  Asetilkolin + koA.
4. Asetilkolin kemudian diinkorporasikan ke dalam partikel kecil terikat –
membrane yang disebut vesicle sinaps, dan disimpan dalam vesicle tersebut.
5. Ca2+ (yang dijelaskan pada nomer 2) memicu pelepasan asetilkolin melalu
eksositosis sebagia vesikel. Pelepasan asetilkolin dari vesikel ini ke dalam celah
sinaps terjadi melalui eksositosis yang meibatkan fusi vesikel dengan
membrane pre sinaps. Dalam keadaan istirahat kuanta tunggal (sekitar 10000
molekul transmitter) akan dilepas secara spontan akan menghasilkan potensial
end-plate miniature yang kecil. Jika ujung saraf terdepolarisasi oleh transmisi
impuls saraf, proses ini akan membuka saluran Ca2+ yang sensitive terhadap
voltase listrik, memungkinkan influks Ca2+ dari ruang sinaps ke dalam terminal
saraf. Ion Ca2+ ini memainkan peran esensial di dalam di dalam eksositosis yang
melepaskan asetilkolin (mengandung kurang lebih 200 buah vesikel) ke dalam
ruang sinaps)
6. Asetilkolin yang dilepasakan berdifusi dengan cepat melintasi celah sinaps ke
dalam reseptor di dalam celah sinaps. Jika dua molekul asetilkolin berikatan
pada sebuah reseptor, reseptor ini akan mengalami perubahan bentuk dengan
membuka saluran di dalamnya yang memungkinkan fluktuasi kation melintasi
sel membran. Konsekuensi berupa masuknya ion Na+ akan menimbulkan
depolarisasi membrane otot sehingga terbentuk potensial end plate. Keadaan
ini selanjutnya akn mendepolarisasi membran otot di dekatnya dan potensial
aksi terbentuk dan di transmisikan di sepanjang serabut saraf, menghasilkn
kontraksi otot.
7. Acethylcholine segera dihidrolisis ke dalam bentuk asetat dan kolin oleh enzim
spesifik asetilkolinesterase.
Asetilkolin + H2O  Asetat + kolin.
Enzim ini (disebut juga specific cholinesterase atau true cholinesterase)
tertanam pada membran motor end-plate dan segera mendekati reseptor-
reseptor acethylcholine. Akhirnya reseptor saluran ion menutup,
menyebabkan repolarisasi end-plate. Ketika potensial aksi berhenti, saluran-
saluran sodium pada membran otot juga tertutup. Kalsium memisahkan diri ke
sarkoplasmik retikulum, dan sel otot relaks
8. Kolin di daur ulang ke dalam terminal saraf melalui suatu mekanisme transport
aktif, tempat protein tersebut dapat kembali digunakan untuk sintesis
asetilkolin.
Salah satu contoh penyakit yang berkaitan dengan mekanisme enzim diatas
adalah Miastenia Gravis. Miastenia Gravis adalah suatu penyakit yang mengenai taut
neuromuscular, ditandai oleh kelemahan otot berat (miastenia artinya “kelemahan
otot” ; gravis artinya “parah”). Ini merupakan penyakit autoimun dimana tubuh secara
salah memproduksi antibody terhadap reseptor Ach di motor end-plate nya sendiri.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa abnormalitas dalam miastenia gravis
terjadi pada motor end plate, Bukan membrane pre sinaps. Bahkan pada kondisi ini
jumlah asetilkolin yang dibebaskan adalah normal. Yang berkurang adalah jumlah
reseptor asetilkolin. Autoantibodi melekatkan diri pada reseptor asetilkolin di dalam
sambungan neuromuskuler dan menghalangi akses asetilkolin kepadanya dan
merusaknya. Peristiwa ini disebut dengan lisis fokal. Reseptor yang rusak ini akan
terkena endositosis yang empercepat proses turnover, dan mengurangi jumlahnya.
Hal itu mengakibatkan tidak semua molekul Ach yang dibebaskan dapat
bertemu dan berikatan dengan reseptor fungsionalnya. Akibatnaya AChE
mengahncurkan sebagian besar Ach sebelum molekul ini memiliki kesempatan
berinteraksi dengan reseptor dan menyebabkan EPP. Terapi berupa neostigmin yang
menghmbat AChE secara temporer. Obat ini memperlama kerja Ach di taut
neuromuscular dengan memungkinkannya meningkatkan konsentrasi dalam jangka
pendek. EPP yang akan terjadi akan mampu memicu potensial aksi dan kontraksi di
serat otot, seperti pada keadaan normal.
Inhibitor Kolinesterase meningkatkan jumlah asetilkolim pada sambungan
neuromuskuler, memungkinkan pengobatan pada miastenia gravis. Inhibitor
kolinesterase akan meningkatkan konsentrasi asetilkolin pada motor end plate dan
memperpanjang masa kerjanya. Agen semacam ini adalah inti dari pengobatan
miastenia gravis. Ada 2 jenis inhibitor kolinesterase: inhibitor reversible dan inhibitor
irreversible. Inhibitor reversible yang bekerja singkat (short acting) dan yang bekerja
relative lama (long acting) sama – sama bermanfat pada miastenia gravis. Jenis
inhibitor yang pertama lebih banyak digunakan pada penegakkan diagnosis. Diagnosis
penyakit ini dicurigai dari kombinasi riwayat penyakit, hasil pemeriksaan
elektromiografi, dan pengukuran kadar autoantibodi yang beredar.
G. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan


1. Alat
a. Spuit 3 cc g. Yellow tip
b. Torniquet h. Blue tip
c. Sentrifuge i. Tabung Vacutainer
d. Mikropipet 20 µl j. Tabung reaksi
e. Mikropipet 250 µl k. Rak tabung reaksi
f. Mikropipet 1000 µl l. Photometer

2. Bahan
a. Reagen Cholen Resterase
b. Serum Darah Vena

H. CARA KERJA

Blanko Sampel
Sampel 20 µl
Reagen 1 1000 µl 1000 µl
Campur/Homogenkan, Inkubasi 3 Menit
Reagen 2 250 µl 250 µl
Campur/Homogenkan setelah itu baca pada photometer

I. NILAI NORMAL
Laki-laki : 4.62 – 10.8 kU/L
Perempuan : 3.93 - 10.8 kU/L
J. LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Biokima Harper. Robert K murray, Daryl K. Granner, Victor W. Rodwell. Edisi 27.
EGC.2013. Jakarta

Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Fisiologi Kehamilan. Guyton, Hall. Edisi 9, EGC. 2002.
Jakarta

Kapita Selekta Patologi Klinik. D.N Baron. Edisi 4.EGC. 2015. Jakarta

Kertia, Nyoman. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing

Setiyohadi, Bambang. 2009. Struktur dan Metabolisme Tulang dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi V Jilid III. Jakarta : FKUI.

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai