BIOKIMIA KEDOKTERAN
BLOK MUSKULOSKELETAL
BLOK XII
i
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM
BIOKIMIA KEDOKTERAN
BLOK MUSKULOSKELETAL
BLOK XII
Edisi Ke Empat
PENYUSUN
TEAM BIOKIMIA
Atas limpahan rahmat dan karunia – Nya, buku “Panduan Praktikum Biokimia
Kedokteran Blok Muskuloskeletal” dapat terselesaikan dengan baik. Penyusun
menyadari bahwa buku panduan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penyusunan
buku petunjuk praktikum biokimia selanjutnya.
Semoga buku ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam ilmu
kedokteran, khususnya mengenai biokimia kedokteran.
bidang herbal.
3. Menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat di bidang kedokteran yang dapat
Halaman Judul i
Kata Pengantar iii
Visi Dan Misi iv
Daftar Is vi
TataTertib Praktikum vii
Petunjuk umum keselamatan kerja di laboratorium ix
TOPIK I.PEMERIKSAAN KALSIUM DARAH 1
TOPIK II. PEMERIKSAAN ENZIM KOLINESTERASE 18
DAFTAR PUSTAKA 19
LEMBAR LAPORAN SEMENTAR 20
TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOKIMIA KEDOKTERAN
1. Dilarang makan dan minum dalam ruang laboratorium, karena beberapa bahan
kimia/bahan biologis yang digunakan bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan.
2. Mahasiswa wajib menggunakan jas laboratorium dan alas kaki/sepatu yang
tertutup.
3. Rambut harus ringkas dan tidak boleh tergerai.
4. Dilarang menghisap pipet dengan mulut untuk asam dan basa kuat (seperti HCl,
H2SO4, HNO3, Asam asetat glasial, NH4OH, NaOH). Gunakan buret Atau pipet dengan
bola penghisap untuk memindahkan asam/basa kuat atau bahan-bahan beracun ke
dalam tabung yang anda gunakan dan lakukan di dalam lemari asam.
5. Bila terjadi kontak dengan bahan-bahan berbahaya, korosif atau beracun, segera
bilas dengan air sebanyak-banyaknya dan segera laporkan kepada instruktur.
6. Segera tutup kembali bahan kimia yang disediakan dalam botol tertutup, untuk
mencegah inhalasi bahan-bahan tersebut.
7. Jangan sampai menumpahkan bahan-bahan kimia di meja kerja atau pada lantai.
Hal ini terutama berlaku untuk asam dan basa pekat. Segera laporkan kepada
asisten praktikum.
8. Gunakanlah alat/instrumen yang disediakan sesuai dengan cara kerjanya. Bila
saudara tidak memahami cara kerjanya mintalah bantuan asisten praktikum.
9. Berhati-hatilah bila bekerja dengan bahan uji yang berasal dari bahan-bahan
biologis seperti darah, saliva atau urin karena kemungkinan dapat terinfeksi kuman
atau virus berbahaya seperti HIV atau hepatitis.
a. Sebaiknya gunakan sarung tangan karet sekali pakai, terutama bila ada luka.
b. Hindari kemungkinan tertusuk jarum.
c. Cuci tangan atau anggota badan yang kontak atau terpercik darah. Cuci dengan
cermat menggunakan sabun.
d. Buang bahan yang mengandung darah dalam wadah plastik tertutup.
e. Cuci alat-alat laboratorium dengan sabun dan sterilisasi dengan merendamnya
dalam larutan natrium hipoklorit 0,5 % selama 30 menit.
f. Bersihkan meja laboratorium dengan air sabun dan dengan larutan natrium
hipoklorit 0,5 %.
1. Jangan panik.
2. Mintalah bantuan rekan anda yang
berada didekat anda.
3. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci bagian yang
mengalami kontak langsung tersebut dengan air apabila memungkinkan).
4. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
5. Bawa ketempat yang cukup oksigen.
6. Hubungi paramedik secepatnya(dokter, rumah sakit).
Kebakaran
1. Jangan panik.
2. Ambil tabung gas CO2 apabila api masih mungkin dipadamkan.
3. Beritahu teman anda.
4. Hindari mengunakan lift.
5. Hindari mengirup asap secara langsung.
6. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan dikunci).
7. Pada gedung tinggi gunakan tangga darurat.
8. Hubungi pemadam kebakaran.
Gempa bumi
1. Jangan panik.
2. Sebaiknya berlindung dibagian yang kuat seperti bawah meja, kolong kasur, lemari.
3. Jauhi bangunan yang tinggi, tempat penyimpanan zat kimia, kaca.
4. Perhatikan bahaya lain seperti kebakaran akibat kebocoran gas,tersengat listrik.
5. Jangan gunakan lift.
6. Hubungi pemadam kebakaran, polisi dll
PETUNJUK PEMBUATAN MAKALAH
A. Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kadar kalsium dalam darah
2. Mahasiswa dapat menginterprestasikan hasil pemeriksaan kadar kalsium dalam
darah
3. Melakukan diagnosis dini penyakit apa saja yang berkaitan dengan kadar kalsium
darah abnormal dengan bantuan hasil praktikum yang dilakukan
B. Dasar Teori
Kalsium
Ion kalsium mengatur sejumlah proses fisiologis dan biokimia yang penting.
Proses ini mencakup eksitabilitas neuromuscular, koagulasi darah, proses sekresi,
integritas membrane plasma, reaksi enzim, pelepasan hormone dan neurotransmitter,
dan kerja intraseluler sejumlah hormone. Konsentrasi Ca2+ dan PO43- di dalam
periosteum serta cairan ekstrasel yang tepat bagi proses mineralisasi tulang. Untuk
menjamin agar semua proses ini dapat bekerja normal, konsentrasi Ca2+ di dalam
plasma dipertahankan dalam batas- batas yang sangat sempit.
Di dalam tubuh manusia terdapat kurang lebih 1 kg kalsium. 99 % dari jumlah ini
berada di dalam tulang tempat kalsium bersama dengan fosfat membentuk Kristal
hidroksiapatit yang menyediakan komponen anorganik dan struktural skeleton. Tulang
merupakan jaringan yang dinamis dan terus menjalani remodeling ketika tekanan-
tekanan berubah; pada kondisi yang stabil terdapat keseimbangan antara
pembentukan tulang yang baru dan resorpsi tulang. Sebagian besar kalsium di dalam
tulang tidak dapat dipertukarka secara bebas dengan kalsium ekstra seluler.
1
Kalsium plasma terdapat dalam tiga bentuk yaitu bentuk senyawa kompleks
dengan asam organic, bentuk yang terikat protein, dan bentuk terionisasi. Kurang lebih
6% dari jumlah total kalsium membentuk senyawa kompleks dengan sitrat, fosfat , dan
anion lainnya. Sisanya dapat dibagi hampir sama besarnya antara bentuk yang terikat
protein (terutama terikat dengan albumin) dan bentuk yang terionisasi (bentuk tak
terikat).
Kalsium dalam bentuk terionisasi (Ca2+) merupakan fraksi bilogis aktif. Bentuk ini
terdapat pada sebagian besar mamalia, burung, serta ikan air tawar. Jika kadar kalsium
terionisasi turun, organisme tersebut akan semakin mudah tereksitasi (hipereksitabel)
dan dapat menderita serangan kejang tetani. Kenaikan kalsium yang nyata dapat
mengakibatakan kematian karena paralisis otot dan koma.
Perubahan konsentrasi protein plasma (terutama albumin, walaupun globulin
juga mengikat kalsium) mengakibatkan perubahan pararel pada jumlah total kalsium
plasma. Contohnya adalah hipoalbuminemia akan mengakibatkan penurunan jumlah
total kalsium plasma sebesar kurang lebih 0,8 mg / dl untuk setiap g/ dl penurunan
albumin. Perubahan ini akan tampak ketika albumin plasma meningkat. Kaitan kalsium
dengan protein plasma bergantung pada pH. Asidosis akan memudahkan terbentuknya
kalsium terionisasi, sedangkan alkalosis akan meningkatkan pengikatan dan sekaligus
penurunan kadar Ca 2+. Alkalosis mungkin menjadi penyebab rasa baal serta
kesemutan yang menyertai sindroma hiperventilasi, dan menimbulkan keadaan
alkalosis respiratorik akut.
Metabolisme kalsium
Homeostasis kalsium diatur oleh hormone berikut:
1. Paratiroid Hormon (PTH)
Paratiroid hormone merupakan peptide dengan 84-asam amino. Hormon ini
memiliki berat molekul 9,5 kDa, dan tidak mengandung molekul karbohidrat
ataupun molekul yang terikat secara kovalen lainnya. Aktivitas biologiknya yang
penuh terletak di ujung terminal amino sepertiga molekul ersebut. PTH disintesis
sebagai molekul prekursor dengan 115 asam amino. Prekursor langsung PTH
adalah proPTH, yang berbeda dengan hormone aslinya karena mempunyai
extension heksapeptida yang bersifat sangat alkalis pada ujung terminal amino
dengan fungsi yang masih belum jelas.
PTH bekerja melalui reseptor membrane yang tunggal dengan massa
molekul sekitar 70 kDa. Reseptor ini identik di dalam tulang serta ginjal, dan tidak
ditemukan di sel yang bukan merupakan sel target. Interaksi hormone – reseptor
akan memulai serangkaian proses yang khas yaitu:
Aktivasi adelilil siklase → peningkatan cAMP intrasel → peningkatan kadar kalsium
intrasel→ fosforilasi protein spesifik intrasel oleh enzim kinase → aktivasi gen yang
spesifik dan enzim intrasel yang akhirnya memperatarai kerja biologic PTH. Sistem
respon PTH seperti halnya sistem bagi banyak hormon peptide dan protein lainnya
berada dalam “down regulation” jumlah reseptor dan “desensitisasi” yang
mungkin melibatkan mekanisme pasca cAMP
1) Menurunkan bersihan ginjal atau ekskresi kalsium sehingga melalui kerja ini ,
terjadi peningkatan konsentrasi kalsium dalam CES.
2) Meningkatkan laju disolusi tulang, termasuk fase organik dan anorganik, yang
menggerakan kalsium ke dalam CES.
3) Meningkatkan efisiensi absorbsi kalsium dari dalam usus, dengan
meningkatkan sintesis 1,25 (OH)2-D3.
Perubahan paling cepat terjadi melalui kerja pada ginjal kendati efek yang
paling besar berasal dari tulang. Pada defisiensi kalsium dari makanan yang
berlangsung lama dengan absorbs kalsium yang tidak memadai di dalam usus, PTH
akan mencegah hipoklsemia dengan mengrbankan substansi tulang.
Jumlah PTH yang tidak mencukupi mengakibatkan hipoparatiroidisme.
Tanda biokimiawi yang menunjukkan keadaan ini adalah penurunan kalsium dan
kenaikan kadar fosfat dalam serum. Gejalanya mencakup iritabilitas neuromuskuler
yang akan menimbulkan kram otot dan tetani.
Hipoklasemia yang akut dan berat akan mengakibatkan pralisis tetanik
otot–otot respiratorius, laringospasme, konvulsi berat dan kematian..
Hipokalsemia yang berlangsung lama akan mengakibatkan perubahan warna kulit,
katarak,dan gangguan kalsifikasi ganglia basalis otak.
Penyebab hipoparatiroidisme yang sering adalah pengangkatan atau
kerusakan kelenjar paratiroid tanpa sengaja ketika dilakukan pembedahan pada
bagian leher yang disebut hipoparatiroid sekunder. Hipoparatiroid bisa juga terjadi
secara primer yaitu akibat destruksi autoimun kelenjar paratiroid.
Jumlah PTH yang berlebihan akan mengakibatkan hiperparatiroidisme.
Kedaan ini biasanya terjadi akibat adanya adenoma paratiroid dan hyperplasia
paratiroid. Hiperparatiroid ditandai dengan peningkatan kalsium dan penurunan
fosfat dalam darah. Hiperparatiroid yang sudah berlangsung lama , gejalanya
menyangkut resorpsi ekstensif tulang dan sejumlah akibat pada ginjal termasuk
batu ginjal , nefrokalsinosis , infeksi pada traktus urinarius dan penurunan fungsi
ginjal. Hiperparatiroidisme sekunder , yang ditandai oleh hiperplasi kelenjar
paratiroid dan hipersekresi PTH, dapat dilihat pada penderita gagal ginjal
progresif. Hiperparatiroidisme sekunder disebabkan oleh penurunan konversi
25(OH)-D3 menjadi 1,25(OH)2-D3 dalam parenkim ginjal yang sakit, sehingga
mengakibatkan absorbsi kalsium yang tidak efisien di dalam usus dan pelepasan
sekunder PTH sebagai upaya kompensasi untuk mempertahankan kadar normal
kalsium dalam cairan ekstrasel.
2. 1,25(OH)2-D3 atau 1,25-dihidroksikolekalsiferol
1). Kulit
Sejumlah kecil vitamin D terdapat dalam makanan (minyak ikan, dan kuning telur)
tetapi sebagian besar vitamin D yang tersedia bagi sintesis 1,25(OH)2-D3 dihasilkan
oleh lapisan Malpighi epidermis dari senyawa 7-dehidrokolesterol dalam suatu
reaksi fotolisis nonenzimatik yag diperantarai oleh sinar UV. Taraf konversi ini
berbanding lurus dengan intensitas “pemajanan” dan berbanding terbalik dengan
usia dan mungkin berhubungan dengan keseimbangan negative kalsium yang
menyertai usia lanjut.
2). Hati
Protein pengangkut spesifik yang disubut protein pengikat vitamin D akan mengikat
vitamin D3 beserta metabolitnya, an menggerakkan vitamin D3 dari kulit atau usus
ke hati tempat vitamin ini akan menjalani reaksi hidroksilasi, yaitu suatu reaksi
wajib pertama di dalam proses memproduksi 1,25(OH)2-D3. 25 hidroksilasi terjadi di
reticulum endoplasma dalam sebuah reaksi yang memerlukan magnesium, NADPH,
oksigen molecular, dan faktor sitoplasmik yang tidak khas. Dua jenis enzim yaitu
sitokrom P450 reduktase yang bergantung pada NADPH dan sitokrom P450 turut
terlibat. Reaksi ini tidak diatur dan juga terjadi dengan efisiensi rendah di ginjal
serta intestinum.
3). Ginjal.
3. Calsitonin
Calcitonin merupakan peptida terdiri dari 32 sam amino yang dihasilkan oleh sel
C kelenjar tiroid dan berfungsi dalam menghambat resorpsi tulang oleh
osteoklas. Sekresi Calcitonin secara akut diatur oleh kadar kalsium di dalam
darah dan secara kronik dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Kadar
Calcitonin pada bayi lebih tinggi daripada oran dewasa. Pada wanita kadar
Calcitonin ternyata juga lebih rendah dibandingkan laki- laki.
Fungsi kalsium
Fraksi Ca2+ bebas dalam CES yang kecil akan beperan penting dalam sejumlah
aktivitas esensial, antara lain
1. Ekstabilitas neuromuskuler Bahkan variasi minor kontraksi Ca2+ bebas CES
dapat menimbulkan dampak yang besar dan segera pada sensitivitas jaringan
peka rangsang. Penurunan Ca2+ bebas menyebabkan saraf dan otot sangat
mudah terangsang, sebaliknya, peningkatan Ca2+ bebas menekan eksitabilitas
neuromuskular. Efek-efek ini terjadi karena pengaruh Ca2+ pada permeabilitas
membran terhadap Na+. Penurunan Ca2+ bebas meningkatkan permeabilitas
Na+, sehingga menyebabkan influks Na+ dan bergesernya potensial istirahat
mendekati ambang. Akibatnya, pada hipokalsemia, jaringan peka rangsang
dapat dibawa ke ambang oleh rangsangan fisiologis yang normalnya tidak
efektif sehingga otot rangka melepaskan muatan berkontraksi secara spontan.
Jika cukup parah maka kontraksi spastik otot pernafasan menyebabkan
kematian akibat asfiksia. Hiperkalsemia juga mengancam nyawa sebab
menimbulkan aritmia jantung dan penurunan umum ekstabilitas
neuromuscular
2. Penggabungan eksitasi-kontraksi di otot jantung dan otot polos.
Masuknya Ca2+. CES ke dalam sel otot jantung dan otot polos, akibat
peningkatan permeabilitas Ca2+ sebagai respon kontraksi. Peningkatan Ca2+
sitosol di dalam sel otot menyebabkan kontraksi, sementara peningkatan Ca 2+
bebas dalam CES menurunkan ekstabilitas neuromuskular serta mengurangi
kontraksi.
3. Penggabungan rangsangan reaksi
Masuknya Ca2+ ke dalam sel sektretorik memicu pelepasan produk sekretorik
melalui proses eksitosis. Proses ini penting untuk sekresi neurotransmiter oleh
sel saraf untuk sekresi hormon peptida dan katekolamin oleh sel endokrin.
4. Pemeliharan taut eran antara sel-sel
Kalsium membentuk bagian dari semen intrasel yang menyatukan sel-sel secara
erat.
5. Pembekuan darah
Kalsium berfungsi sebagai kofaktor dalam beberapa tahap pada jenjang reaksi
yang menyebabkan pembekuan darah.
E. CARA KERJA
2. Bahan
a. Reagen Calcium
b. Serum Darah Vena
Cara Kerja
Tabung 1 (Blanko) Tabung 2 (Sampel)
Serum/Sampel 20 µl
Regen Calcium 1000 µl 1000 µl
Cmpur/Homogenkan, Selanjutnya baca pada phptometer dengan panjang
gelombang 546 nm
F. NILAI NORMAL
Kadar kalsium serum atau plasma : 8,1 – 10,5 mg/dl atau 2,02 – 2,60 mmol / L.
Lampiran
TOPIK
PEMERIKSAAN KOLINESTERASE
A. Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kadar kolinesterase dalam darah
2. Mahasiswa dapat menginterprestasikan hasil pemeriksaan kadar kolinesterase
dalam darah
3. Melakukan diagnosis dini penyakit apa saja yang berkaitan dengan kadar
kolinesterase darah abnormal dengan bantuan hasil praktikum yang dilakukan.
B. Dasar Teori
2. Bahan
a. Reagen Cholen Resterase
b. Serum Darah Vena
H. CARA KERJA
Blanko Sampel
Sampel 20 µl
Reagen 1 1000 µl 1000 µl
Campur/Homogenkan, Inkubasi 3 Menit
Reagen 2 250 µl 250 µl
Campur/Homogenkan setelah itu baca pada photometer
I. NILAI NORMAL
Laki-laki : 4.62 – 10.8 kU/L
Perempuan : 3.93 - 10.8 kU/L
J. LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Biokima Harper. Robert K murray, Daryl K. Granner, Victor W. Rodwell. Edisi 27.
EGC.2013. Jakarta
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Fisiologi Kehamilan. Guyton, Hall. Edisi 9, EGC. 2002.
Jakarta
Kapita Selekta Patologi Klinik. D.N Baron. Edisi 4.EGC. 2015. Jakarta
Kertia, Nyoman. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Setiyohadi, Bambang. 2009. Struktur dan Metabolisme Tulang dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi V Jilid III. Jakarta : FKUI.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC