Anda di halaman 1dari 2

HAK SIPIL WARGA NEGARA BAGI MASYARAKAT DESA

Secara singkat, hak sipil adalah hak kebebasan fundamental yang diperoleh sebagai hakikat dari
keberadaan seorang manusia Arti kata sipil adalah kelas yang melindungi hak-hak kebebasan
individu dari pelanggaran yang tidak beralasan oleh pemerintah dan organisasi swasta, dan
memastikan kemampuan seseorang untuk berpartisipasi dalam kehidupan sipil dan politik negara
tanpa diskriminasi atau penindasan.1
PBB mulai mengesahkan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR), pada
tanggal 16 Desember 1966 dan berlaku pada 23 Maret 1976. Negara Indonesia sendiri telah
meratifikasi ICCPR pada 28 Oktober 2005 melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan International Covenant On Civil And Political Rights
(Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil Dan Politik) yang disertai dengan Deklarasi
terhadap Pasal 1 tentang Pengesahan Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik.2
Hak-hak sipil yang ada di setiap negara dijamin secara konstitusional. Hak-hak sipil bervariasi di
setiap negara karena perbedaan dalam demokrasi, namun adalah mungkin untuk menunjukkan
beberapa hak-hak sipil yang sebagian besar tetap umum. Beberapa hak-hak sipil universal dikenal
seseorang adalah kebebasan berbicara, berpikir dan berekspresi, agama serta pengadilan yang adil
dan tidak memihak.3
Dalam kovenan hak sipil dan politik tidak memberikan pengertian secara definitif tentang hak sipil
dan politik. Namun menurut Ifdhal Kasim dalam bukunya yang berjudul hak sipil dan politik,
cetakan pertama tahun 2001, beliau menyimpulkan bahwa hak-hak sipil dan politik adalah hak
yang bersumber dari martabat dan melekat pada setiap manusia yang dijamin dan dihormati
keberadaannya oleh negara agar manusia bebas menikmati hak-hak dan kebebasannya dalam
bidang sipil dan politik yang pemenuhannya menjadi tanggung jawab Negara.
Berdasarkan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang telah di
rativikasi oleh Negara Indonesia melalui undang-undang N0. 12 tahun 2005, maka hak sipil dan
politik terdiri dari:
1. Hak hidup
2. Hak bebas dari penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi
3. Hak bebas dari perbudakan dan kerja paksa
4. Hak atas kebebasan dan keamanan pribadi
5. Hak atas kebebasan bergerak dan berpindah
6. Hak atas pengakuan dan perlakuan yang sama dihadapan hukum
7. Hak untuk bebas berfikir, berkeyakinan dan beragama

1
"Hak Sipil sebagai Pelindung Kebebasan Fundamental Individu". LBH Yogyakarta. 2013-04-04. Diakses tanggal 8
Juni 2018
2
http://icjr.or.id/mengenal-kovenan-internasional-hak-sipil-dan-politik/. Diakses pada tanggal 8 Juni 2018
3
"Hak Sipil sebagai Pelindung Kebebasan Fundamental Individu". LBH Yogyakarta. 2013-04-04. Diakses tanggal 8
Juni 2018
8. Hak untuk bebas berpendapat dan berekspresi
9. Hak untuk berkumpul dan berserikat
10. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan
Dari uraian diatas, hak sipil warga negara mungkin saja menjadi istilah yang asing bagian sebagian
besar masyarakat Indonesia yang tinggal di Pedesaan. Kalaupun secara naluri kemanusiaan mereka
memiliki harapan dan keinginan yang sama dengan warga Negara lainnya yang tinggal di
perkotaan yaitu berkecukupan dalam hal sandang, pangan dan papan (rumah tinggal).
Kesederhanaan dalam mengaktualisasikan keinginan dan harapan masyarakat Desa tidak terlepas
dari sumber pengetahuan yang mereka dapatkan. Mereka telah bergelut sekian lama dengan
sumber pengetahuan yang lebih didominasi dengan dogma keagamaan ketimbang sumber-sumber
pengetahuan yang bersifat emfiris.
Penindasan, sikap diskriminatif, dan pembatasan hak politik warga Desa oleh negara atau warga
sipil lainnya seolah telah diterima sebagai kewajaran (steriotif), sebagai kausalitas relasi sosial
yang berstruktur baik dalam aspek ekonomi si kaya dan si miskin, aspek klas sosial (Mayoritas-
minoritas), bahkan aspek kultural (Priyayi/Kyai/Ustad-masyarakat biasa). Sedianya konvenan Hak
sipil dan Politik adalah pelindung utama, malah kemudian ini dianggap sebagai ancaman bagi
harminisasi kehidupan masyarakat Desa. Kondisi demikian tentunya menjadi problem akut dalam
mewujudkan Desa yang mandiri, maju dan berinovasi sebagaimana prinsip tujuan lahirnya
undang-undang Desa.

Anda mungkin juga menyukai