Anda di halaman 1dari 160

seminar askep hipertensi semester 3 di R.

S
Vincentius singkawang
OCTOBER 5, 2013 BY NOTYSOJU
BAB I

PENDAHULUAN

1. A. LATAR BELAKANG
Pengertian hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Palmer, 2007). Tekanan darah manusia
secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila
tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ
yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Palmer, 2007).

Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120–140 mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90
mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya >
140/90 mmHg. Sedangkan menurut JNC VII 2003 ( The seventh report of the joint National on
Prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure) tekanan darah pada
orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I
apabila tekanan sistoliknya 140 – 159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 – 99 mmHg.
Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih 160 mmHg
dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg sedangakan hipertensi stadium III apabila tekanan
sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg (Palmer,
2007).

Bila tekanan darah tinggi tidak terkontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian
komplikasi serius dan penyakit kardiovaskuler, sperti angina dan serangan jantung, strol dan
stroke ringan, gagal jantung, kerusakan ginjal dan masalah mata (Palmer, 2007).

1. B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusunan makalah ini dapat digunakan untuk
mengetahui pengertian, konsep dan cara asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
hipertensi.
1. C. TUJUAN
2. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum tentang hipertensi yang terjadi.

1. Tujuan Khusus
a) Mengetahui pengertian ,etiologi, patofisiologi serta komplikasi yang terjadi pada pasien
penderita hipertensi.

b) Mengetahui penatalaksanaan dan asuhan keperawatan yang seharusnya diberikan pada


pasien penderita hipertensi.

1. D. Ruang Lingkup Penulisan


Adapun ruang lingkup makalah ini, penyusun pada pembahasan tentang Keperawatan Medikal
Bedah 2 yang mengenai hipertensi.

1. E. Sistematika Penulisan Makalah


Bab I. Pendahuluan

1. Latar belakang
2. Perumusan masalah
C. Tujuan

D. Ruang lingkup penulisan

E. Sistematika penulisan

Bab II. Pembahasan

A. Mekanisme Penyakit

a. Definisi

b. Etiologi

c. Patofisiologi

d. Manifestasi klinis

e. Komplikasi

f. Pemeriksaan diagnostik

g. penatalaksanaan

h. pengobatan
B. Askep

a. Pengkajian

b. Analisa Data

c. Rencana dan Asuhan keperawatan

d. Catatan Perkembangan

Bab III Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar Pustaka
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. A. DEFINISI
Pengertian hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Palmer, 2007). Tekanan darah manusia
secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila
tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ
yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Palmer, 2007).

Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120–140 mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90
mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya >
140/90 mmHg. Sedangkan menurut JNC VII 2003 ( The seventh report of the joint National on
Prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure) tekanan darah pada
orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I
apabila tekanan sistoliknya 140 – 159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 – 99 mmHg.
Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih 160 mmHg
dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg sedangakan hipertensi stadium III apabila tekanan
sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg (Palmer,
2007).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Hipertensi populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistoliknya di atas 160 mmHg dan tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001).

Hipertensi menurut Adip (2009) dapat dibedakan menjadi empat stadium sesuai dengan tabel
klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas yaitu sebagai berikut:

Tabel Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia 18 Tahun Keatas

Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg

Normal < 130 < 85

Normal Tinggi 130 – 139 85 – 89


Stadium 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99

Stadium 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109

Stadium 3 (berat) 180 – 209 110 – 119

Sangat berat > 210 >120

Sumber : Adib (2009)

Apabila tekanan diastolik dan sistolik pada kelompok yang berbeda, maka harus dipilih
kategori yang tertinggi untuk mengklasifikasikan status tekanan darah seseorang. Misalnya
160/90 mmHg harus diklasifikasikan stadium 2 dan 180/120 mmHg harus diklasifikasikan
stadium 4. hipertensi sistolik mandiri dinyatakan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg
atau lebih tinggi dan tekanan diastoliknya kurang dari 90 mmHg dan diklasifikasikan pada
stadium yang sesuai (misal 170/85 mmHg dianggap sebagai hipertensi sistolik mandiri).

Bila tekanan darah tinggi tidak terkontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian
komplikasi serius dan penyakit kardiovaskuler, sperti angina dan serangan jantung, strol dan
stroke ringan, gagal jantung, kerusakan ginjal dan masalah mata (Palmer, 2007).

1. B. ETIOLOGI
Menurut (Lany Gunawan 2001) Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
2 golongan besar yaitu :

1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui


penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit Hipertensi primer
terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh
hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur
bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras
( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam
yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh
lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin ).

1. C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontologi ,Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh
perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume
sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
( Brunner & Suddarth, 2002 ).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi

Hipertensi

Kelebihan volume cairan

Jenis kelamin

umur

Gaya hidup

obesitas

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah


vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak

ginjal

Pembuluh darah

Retina

Nyeri kepala

Gangguan pola tidur

Suplai O2 otak menurun

sinkop

Gangguan perfusi jaringan


Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal

Blood flow munurun

Respon RAA

Rangsang aldosteron

Retensi Na

edema

sistemik

vasokonstriksi

Afterload meningkat

Penurunan curah jantung

Fatique

Intoleransi aktifitas
koroner

Iskemi miocard

Nyeri dada

Spasme arteriole

diplopia

Resti injuri

Resistensi pembuluh darah otak

Elastisitas , arteriosklerosis

1. D. MANIFESTASI KLINIS
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian
gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal,mata,otak, atau jantung. Gejala lain
yang sering ditemukan adalah sakit kepala,epistaksis,telinga berdengung,rasa berat
ditengkuk,sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.
1. E. KOMPLIKASI
1.Stroke

Suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu.
Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang
dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat
menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu.
2. Infark miokard

Disebabkan oleh penurunan aliran darah koroner yang tiba-tiba atau peningkatan kebutuhan
oksigen miokard tanpa disertai perfusi koroner yang adekuat. Infark terjadi karena iskemia
(yang bersifat reversible) dan nekrosis (yang tidak bersifat reversible)

3.Gagal ginjal

Suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi
mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau
produksi urine.

4.Ensefalopati

Nama umum dari gangguan fungsi otak , yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain infeksi, toksin, kelainan metabolik dan iskemik.

1. F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan
8. Foto dada untuk menunjukkan destruksi Klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung
9. CT scan untuk mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

1. G. PENATALAKSANAAN
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunan risiko penyakit
kardiovasuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai
dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90
mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja
atau dengan obat antihipertensi

Kelompok risiko dikategorikan menjadi:

1. Pasien dengan tekanan darah perbatasan,atau tingkat 1,2,atau 3, tanpa gejala


penyakit kardiovaskuler,kerusakan organ, atau faktor risiko lainnya. Bila dengan modifikasi
gaya hidup tekanan darah belum dapat diturunkan, maka harus diberikan obat
antihipertensi.
2. Pasien tanpa penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ lainnya, tapi memiki satu
atau lebih faktor risiko yang tertera diatas, namun bukan diabetes melitus. Jika terdapat
beberapa faktor maka harus langsung diberikan obat antihipertensi.
3. Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ yang jelas.
Faktor risiko: usia lebih dari 6 tahun, merokok, dislipidemia, diabetes melitus, jenis kelamin
(pria dan wanita menopause), riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga.

Kerusakan organ atau penyakit kardiovaskuler: penyakit jantung (hipertrofi ventrikel kiri, infark
miokard, angina pektoris, gagal jantung, stroke , nefropati, penyakit arteri perifer.

Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi risiko:

Tekanan Darah Kelompok Risiko A Kelompok Risiko B Kelompok Risiko C

130-139/ 85-89 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat

140-159/90-99 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat

≥160/ ≥100 Dengan obat Dengan obat Dengan obat

Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan risiko kardiovasuler dengan biaya
sedikit dan risiko minimal. Tata laksana ini tetap dianjurkan meski harus disertai obat
antihipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat. Langkah-langkah yang
dianjurkan untuk:

1. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks massa tubuh ≥ 27)
2. Membatasi alkohol
3. Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-45 menit/hari)
4. Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na/2,4 g Na/ 6 g NaCl/hari)
5. Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90 mmol/hari)
6. Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat.
7. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam
makanan.
1. H. PENGOBATAN
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pilihan obat untuk penderita hipertensi adalah sebagai berikut:

1. Hipertensi tanpa komplikasi : diuretic, beta blocker.


2. Hipertensi dengan indikasi penyakit tertentu : inhibitor ACE, penghambat reseptor
angiotensin II, alfa blocker, alfa-beta-blocker,beta blocker, antagonis Ca dan diuretic.
3. Indikasi yang sesuai Diabetes Mellitus tipe I dengan proteinuria diberikan inhibitor ACE.
4. Pada penderita dengan gagal jantung diberikan inhibitor ACE dan diuretic.
5. Hipertensi sistolik terisolasi : diuretic, antagonis Ca dihidropiridin kerja sama.
6. Penderita dengan infark miokard : beta blocker (non ISA), inhibitor ACE ( dengan
disfungsi sistolik).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. A. Pengkajian
2. Data Demografi
Identitas pasien meliputi: Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bangsa/suku, pekerjaan,
status perkawinan, ruangan , no bed, tanggal masuk, tanggal pengkajian dan diagnosa.

1. Riwayat Kesehatan Pasien


1. Riwayat kesehatan masa lalu
Keadaan atau penyakit yang pernah diderita oleh pasien mungkin sehubungan dengan riwayat
sekarang.

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


1) Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau
berobat ke rumah sakit.

2) Alasan Masuk Rumah Sakit

Alasan utama sehingga pasien dibawa ke rumah sakit.

1. Riwayat Kesehatan Keluarga


Mencari diantara anggota keluarga apakah ada yang mederita penyakit yang sama dengan
pasien.

1. Genogram
Mengetahui silsilah keluarga dalam bentuk diagram dan mengetahui riwayat suatu penyakit.

1. Pola Fungsi Kesehatan


1. Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol

Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

1. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal
proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan,
sianosis
1. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen
1. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan
penglihatan, episode epistaksis
Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik

1. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler

Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin

1. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum :
1) Keadaan Umum

2) Kesadaran

3) Tanda-tanda vital

4) Skala Nyeri

5) Pemeriksaan anggota tubuh (secara head to toe) dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi.

1. Pemeriksaan khusus (kardiovaskuler)


Jantung diperiksa secara langsung dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dinding
dada. Pendekatan sistemik merupakan dasar pengkajian yang seksama.Pemeriksaan dinding
dada dilakukan pada enam daerah dibawah ini:

1) Daerah aorta-ruang interkostal kedua pada sternum kanan

2) Daerah pulmonal-ruang interkostal kedua pada sternum kiri

3) Titik erb-ruang interkostal ketiga pada sternum kiri

4) Daerah tricuspid atau ventrikel kanan-ruang interkostal empat dan lima pada sternum
kiri

5) Daerah apeks atau ventrikel kiri-ruang interkostal kelima pada sternum kiri

6) Daerah epigastrik-dibawah prosesus xifoideus

Pemeriksaan kebanyakan dilakukan dengan pasien dalam posisi supine dan kepala sedikit
dinaikkan.

a) Inspeksi dan palpasi


Dengan cara sistematis, setiap daerah prekordium diinspeksi dan dipalpasi. Terdapat impuls
normal yang jelas dan terletak tepat di atas apeks jantung,biasanya terlihat pada orang muda
atau tua yang kurus. Impuls ini disebut impuls apical atau titik impuls maksimal (PMI) dan
normalnya terletak pada rongga interkostal kelima kiri pada garis medio-klavikularis. Impuls
apical terkadng dapat pula dipalpasi. Normalnya terasa sebagai denyutan ringan, dengan
diameter 1 sampai 2 cm. Teraba pada saat awitan bunyi jantung pertama dan berlangsung
hanya setengah sistolik. Secara normal, PMI hanya teraba pada satu ruang interkostal. Bila PMI
dapat teraba pada dua daerah yang terpisah dan gerakan denyutnya paradoksal (tidak
bersamaan), harus dicurigai adanya aneurisma ventrikel.

b) Perkusi

Secara normal, hanya batas jantung kiri yang dapat dideteksi pada perkusi. Memanjang dari
garis medioklavikularis diruang interkostal ketiga sampai kelima. Batas kanan terletak
dibawah batas kanan sternum dan tidak dapat dideteksi. Pembesaran jantung baik ke kiri
maupun ke kanan biasanya akan terlihat. Pada beberapa orang yang dadanya sangat tebal
atau obes atau menderita emfisema, jantung terletak jauh di bawah permukaan dada sehingga
bahkan batas kiripun tidak jelas kecuali bila membesar.

c) Auskultasi

Auskultasi system kardiovaskuler meliputi pengkajian dalam mendeteksi bunyi S1 dan S2


normal, mendeteksi adanya bunyi S3 dan S4 yang tidak normal dan bunyi murmur serta bunyi
gesekan, mengidentifikasi lokasi,radiasi,intensitas, nada dan kualitas bunyi murmur. Serta
mengidentifikasi bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen dan arteri femoral.

1. Data Psikologi
Termasuk konsep diri, status emosi, gaya komunikasi,pola koping, pola interaksi

1. Data Sosial
Termasuk pendidikan dan pekerjaan, hubungan sosial dan gaya hidup

1. Data Spiritual
Bagaimana kebiasaan ibadahnya sebelum dan sesudah MRS

1. Data Penunjang
Diambil dari pemeriksaan laboratorium

1. Pengobatan
Diambil dari pengobatan yang dilakukan dirumah sakit, harus mencantumkan nama obat,
dosis dan cara pemberian.

1. B. Diagnosa Keperawatan
1. 1. Nyeri akut ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
2. 2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada kepala.
3. 3. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokonstriksi pembuluh darah.

1. C. Perencanaan Dan Rasional Tindakan


2. Diagnosa 1 : Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
a) NOC

Menghilangkan rasa nyeri

KH : nyeri dapat teratasi dan px dapat bepartisipasi dalam aktivitas

b) Tingkat Ketegantungan

Sedang (dibantu oleh perawat atau keluarga dalam merawat dan memenuhi kebutuhan px
tanpa mengabaikan kesertaan px daam kegiata tersebut).

c) NIC

Manajemen Nyeri

1. Guidance
1. Kaji lokasi, kualitas, waktu serta frekuensi nyeri
R/: Hail pengkajian dipertimbangkan dalam pemilihan intervensi dan mengevaluasi
perkembangan

1. Kaji tanda-tanda vital


R/: TTV yang normal dapat mempercepat kesembuhan pasien

1. Support
1. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
R/: Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman

1. Ajarkan teknik relaksasi


R/: Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman

1. Teaching
Jelaskan kepada pasien tentang hipertensi dan bagaimana terjadinya nyeri.

R/: Pasien dapat memahami penyakit yang diderita serta proses terjadinya nyeri yang
dirasakan

1. Providing Development Environment


Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan klinis pasien

R/: keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat melelahkan pasien.


1. Collaboration
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik

R/: Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan syaraf simpatis.

1. Diagnosa 2 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada kepala


a) NOC

Memenuhi kebutuhan istirahat tidur

KH : Pasien dapat tidur dengan nyenyak dan tidak gelisah

b) Tingkat Ketegantungan

Sedang (dibantu oleh perawat atau keluarga dalam merawat dan memenuhi kebutuhan pasien
tanpa mengabaikan kesertaan pasien dalam kegiatan tersebut).

c) NIC

Manajemen pola istirahat tidur

1. Guidance
1. Observasi TTV
R/: Untuk mengetahui Perubahan TTV

1. Kaji faktor penyebab gangguan tidur pasien


R/: Menyesuaikan intervensi yang akan diberikan

1. Support
Atur posisi senyaman mungkin

R/: Posisi yang nyaman dapat memberikan rasa istirahat yang adekuat.

1. Teaching
Anjurkan pasien untuk relaksasi

R/: Membuat pasien merasa lebih nyaman

1. Providing Development Environment


Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan klinis pasien
R/: keterlibatan dalam pembicaraan panjang akan dapat melelahkan pasien.

1. Collaboration
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat tidur jika diperlukan.

R/: Agar kebutuhan tidur pasien terpenuhi.

1. Diagnosa 3 : Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan


vasokonstriksi pembuluh darah.
a) NOC

Curah jantung normal

KH : Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau beban kerja
jantung, memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

b) Tingkat ketergantungan

Sedang (dibantu oleh perawat atau keluarga dalam merawat dan memenuhi kebutuhan pasie
tanpa mengabaikan kesertaan dalam kegiatan tersebut)

c) NIC

Manajemen penurunan curah jantung

1. Guidance
1. Observasi tekanan darah
R/: untuk mengetahui perubahan tekanan darah

1. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas


R/: untuk mengetahui adanya ketidaknormalan bunyi.

1. Support
Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler

R/: adanya pucat,dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan
dekompensasi atau penurunan curah jantung.

1. Teaching
Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi

R/: dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang sehingga
akan menurunkan tekanan darah.

1. Providing Development Environment


Berikan lingkungan yang nyaman ,tenang, kurangi aktivitas serta batasi jumlah pengunjung
dan lamanya tinggal.
R/: membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis dan meningkatkan relaksasi

1. Collaboration
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi anti hipertensi diuretik.

R/: untuk menurunkan tekanan darah.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI


1. A. PENGKAJIAN
1. Data Demografi
a) Identitas pasien

Nama : Ny.N

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 54 tahun

Alamat : Dusun Kembang Sari karimunting

Agama : Islam

Bangsa/suku : Melayu

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Status perkawinan : Menikah

Ruangan : Kelas III St.Lukas


No RM : 092137

Tanggal masuk : 21 Januari 2013

Tanggal pengkajian : 21 Januari 2013

Diagnosa : Hipertensi

b) Penanggung jawab

Nama : Tn.H

Pekerjaan : PNS

Alamat : Dusun Kembang Sari karimunting

Hub dengan Px : Suami

1. Riwayat Kesehatan Pasien


1. Riwayat kesehatan masa lalu
Px sudah pernah masuk rumah sakit karena penyakit hipertensi sebulan yang lalu

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


1) Keluhan Utama

Saat pengkajian px mengeluh kepalanya pusing dan nyeri, tangan dan kaki kesemutan, badan
terasa lemah, cepat lelah jika beraktivitas dan tidak bisa tidur.
2) Alasan masuk rumah sakit

Satu hari sebelum masuk rumah sakit, px mengeluh pusing dan nyeri kepala kuat sehingga
pada tanggal 21 januari 2013 px masuk rumah sakit karena nyeri kepala tidak hilang

1. Riwayat Kesehatan Keluarga


Px mengatakan bahwa ayah dan ibunya juga menderita penyakit Hipertensi sama dengan px.

1. Genogram
Mengetahui silsilah keluarga dalam bentuk diagram dan mengetahui riwayat penyakit dalam
keluarga.

Ket : laki laki

Perempuan

Laki laki meninggal

Perempuan meninggal

Pasien

1. Pola Fungsi Kesehatan


2. Pola Nutrisi
SMRS : Px makan 3-4 x/hari dengan porsi cukup habis

MRS : Px makan 2 x/hari dan tidak habis hanya setengah porsi karena tidak ada nafsu makan

1. Pola Minum
SMRS : Px minum air putih 7 gelas / hari

MRS : Px minum air putih 5 -6 gelas / hari

1. Pola istirahat tidur


SMRS : px tidur 7-8 jam / hari dengan nyenyak

MRS : px tidur 3-4 jam/ hari dan sering terbangun karena sakit kepala

1. Pola aktivitas
SMRS : Dapat melakukan aktivitas secara mandiri tetapi mudah lelah dan pusing

MRS : aktivitas dibantu keluarga sebagian ; kekamar mandi, makan, dan ganti pakaian

1. Pola kebersihan
SMRS : Px mandi 3 x sehari

MRS : Px mandi 2 xsehari dibantu oleh keluarganya dengan dilap air hangat.

1. Pola Eliminasi
SMRS : BAB 1-2 x / hari BAK 4 x/ hari

MRS : BAB belum ada dalam 2 hari BAK 4x/ hari

1. Pola Nyeri
P : Pada saat bangun

Q : tertusuk tusuk

R : Kepala

S : berat 7

T : sering

1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum :
1) Keadaan Umum : GCS : E=4 V=5 M=6

2) Kesadaran : composmentis

3) Tanda-tanda vital : TD = 160 / 110 mmHg

RR = 20 X/ menit

S = 36,5®c

N = 70 x/ menit

4) Skala Nyeri : 7

5) Pemeriksaan anggota tubuh (secara head to toe) dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi.

 Kepala : Bentuk simetris, rambut lurus, tidak terdapat lesi, tidak terdapat benjolan.
 Wajah : Bentuk wajah bulat, alis simetris dan agak tipis.
 Mata : Mata simetris, Sklera non ikterik, konjungtiva non anemis, reaksi pupil isokor.
 Telinga : Telinga simetris, tidak terdapat lesi dan tidak terdapat serumen.
 Hidung : Bentuk simetris, tidak ada sekret, tidak ada polip, dan penciuman baik.
 Mulut : Bibir simetris dan agak mukosa bibir kering, tidak terdapat radang mukosa, dan
pada tengggorokan tidak terdapat pembengkakan.
 Abdomen :
Inspeksi : Bentuk abdomen datar

Perkusi : terdengar suara normal timpani

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

Auskultasi : terdengar bising usus 7 x/ menit

 Dada
Paru-paru

Inspeksi : Bentuk dada simetris

Palpasi : tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan

Perkusi : terdengar bunyi dullnes pada daerah ( ICS 1 – ICS 7 )

Auskultasi : Terdengar bunyi vesikuler pada lapang paru-paru ( ICS 1- ICS 7 )

Jantung :

Inspeksi : terlihat pulsasi


Palpasi : Ictus cordis teraba ICS 5

Perkusi : terdengar bunyi dullnes di ICS 1 – ICS 7

Auskultasi : Terdengar bunyi Lup dup

 Integumen : warna kulit sawo matang, tidak terdapat lesi dan tangan kulit elastis

 Ekstremitas : 5555 4444


4444 5555

Dekstra sinistra

6) Data Psikologi

Konsep diri : Px terkadang tidak mau di ajak bicara dan terkadang tidak mau menjawab
pertanyaan perawat

Status emosi : Klien dapat mengendalikan emosinya

Gaya komunikasi : Menggunakan bahasa Verbal

Pola koping : Px terkadang menutup diri dan dalam pemecahan masalahnya


meminta pendapat dengan anaknya

Pola interaksi : Klien berinteraksi dengan keluarga dan perawat

7) Data Sosial

Pendidikan : Klien tamat SMP

Pekerjaan : Swasta

Hubungan sosial : Klien bersosialisasi dengan masyrakat

Gaya hidup : Klien jarang berolahraga dan tidak memperhatikan pola


makannya
8) Data Spiritual

Klien beragama islam

SMRS : Klien rajin sholat tepat waktu

MRS : Klien tidak pernah sholat

9) Data Penunjang

Pemeriksaan Laboratirium tanggal 26 Januari 2013

HB 11.2 Gr ℅ Lk: 14-18 Pr: 12-18

Leukosit 3,670 mm3 4000-11000

Eritrosit 4,8 Juta mm3 Lk:4,5-5,5 pr: 4,5

Trombosit 338.000 Mm3 150.000-400.000

Hematokrit 35 % Lk: 40-50 pr: 31-45

10) Pengobatan

1. IVFD RL 20 tpm
Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok
hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan
asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat
metabolisme anaerob.

Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat

Efek samping : Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya atau cara pemberiannya
termasuk timbulnya panas, infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis vena atau flebitis yang
meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi.

1. Ceftriaxone 2 x 1 gram (iv)


Indikasi : Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh patogen yang sensitif terhadap Ceftriaxone,
seperti: infeksi saluran nafas, infeksi THT, infeksi saluran kemih, sepsis, meningitis, infeksi
tulang, sendi dan jaringan lunak, infeksi intra abdominal, infeksi genital (termasuk gonore),
profilaksis perioperatif, dan infeksi pada pasien dengan gangguan pertahanan tubuh.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap cephalosporin dan penicillin (sebagai reaksi alergi
silang).

Efek samping : Reaksi hipersensitivitas (urticaria, pruritus, ruam, reaksi parah seperti
anaphylaxis bisa terjadi); Efek GI (diare, N/V, diare/radang usus besar); Efek lainnya (infeksi
candidal)

1. Amlodipine 1x 10 Mg tab
Indikasi : Amlodipine digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil kronik, angina
vasospastik (angina prinzmetal atau variant angina). Amlodipine dapat diberikan sebagai
terapi tunggal ataupun dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain.

Kontraindikasi : Amlodipine tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap
amlodipine dan golongan dihidropiridin lainnya.

Efek samping : Fatigue, nyeri, peningkatan atau penurunan berat badan.

1. Captopril 2×1 25 mg tab


Indikasi : Pengobatan hipertensi ringan sampai sedang. Pada hipertensi berat digunakan bila
terapi standar tidak efektif atau tidak dapat digunakan. Pengobatan gagal jantung kongestif,
digunakan bersama dengan diuretik dan bila mungkin dengan digitalis.

Kontra indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap Captopril atau penghambat ACE lainnya
(misalnya pasien mengalami angioedema selama pengobatan dengan penghambat ACE
lainnya)..

Efek samping : • Proteinuria, peningkatan ureum darah dan kreatinin.

 • Idiosinkrasi, rash, terutama pruritus.


 • Neutropenia, anemia, trombositopenia.
 • Hipotensi.
1. Diit bubur lunak dan rendah garam
1. B. Analisa Data
No. Data Fokus Etiologi Masalah

1 DS : Peningkatan tekanan darah Nyeri akut

- Px mengatakan pusing dan nyeri di â


daerah kepala dan kaki kesemutan
Vasokontriksi pembuluh darah
Do:
â
- px meringis
Peredaran darah ke seluruh tubuh
– px tampak gelisah berkurang sehingga suplai o2 ke otak
berkurang
Hh Td : 160/110
â
Nh N : 105 x / menit
peningkatan tekanan intra kranial
M S : 36,1’C
â
T RR :20x/menit
Nyeri kepala

P = hipertensi

Q = tertusuk tusuk

R = kepala

S =skala 7

T = Saat
bergerak
Peningkata tekanan darah
DS = px mengatakan tidak bisa
beraktivitas karena pusing, cepat
lelah, dan badan terasa lemah â

Do = px dibantu oleh keluarga jika Vasokontriksi pembuluh darah


ingin melakukan aktivitas
â

Suplai o2 berkurang

Kemampuan melakukan aktivitas


berkurang

Intoleransi aktivitas

2 Intoleransi aktivitas

Saraf simpatis terangsang untuk


mengaktivasi RAS dan mengaktivasi
tubuh

REM menurun

â
DS = px mengatakan susah untuk
tidur, sering terbangun karena kepala
Pasien terjaga
pusing dan Cuma tidur 3-4 jam per
hari

DO= mata px cekung dan agak
3 bengkak Perubahan pola tidur Perubahan pola tidur

DAFTAR MASALAH

No Diagnosa Keperawatan Tanggal masalah paraf


Muncul Teratasi

Nyeri akut ( sakit kepala ) berhubungan dengan


peningkatan tekanan vaskuler serebral ditandai
dengan :
DS : Px mengatakan pusing dan nyeri di daerah kepala
dan kaki kesemutan

Do: - px meringis

– px tampak gelisah

Hh TD : 160/110

Nh N : 105 x / menit

M S : 36,1’C

T RR :20x/menit

Nyeri kepala yang di rasakan px :

P = saat bangun dan beraktivitas

Q = tertusuk tusuk

R = kepala

S =skala 7

T = Saat bergerak

1 21 januari 2013 24 januari 2013

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri


pada kepala ditandai dengan :
DS = px mengatakan tidak bisa beraktivitas karena
pusing, cepat lelah, dan badan terasa lemah

Do = px dibantu oleh keluarga jika ingin melakukan


aktivitas

2 21 januari 2013 24 januari 2013


Resiko tinggi penurunan curah jantung
berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh
darah ditandai dengan :
DS = px mengatakan susah untuk tidur, sering
terbangun karena kepala pusing dan Cuma tidur 3-4
jam per hari

DO = px gelisah, mata px cekung dan agak


bengkak
3 21 januari 2013 24 januari 2013

C.RENCANA DAN ASUHAN KEPERAWATAN

No. Rasional NOC NIC Rasional

1. nyeri b/d: peningkatan Masalah nyeri teratasi Manajemen nyeri


tekanan vaskuler
serebral yang ditandai Tujuan : setelah 1.guidance
dengan dilakukan tindakan
keperawatan 3×24 jam -kaji tingkat dan lokasi -Mengetahui tingkat
DS = nyeri teratasi dengan nyeri dan lokasi nyeri

-Px mengatakan KH:


kepalanya pusing
-Nyeri berkurang 2.support -membantu px
- Px mengatakan nyeri memberikan rasa
pada kepala -px tampak rileks aman dan nyaman
-berikan posisi yang
nyaman bagi px
DO = -px tidak lagi mengeluh
sakit kepala
-Px tampak gelisah -untuk mengurangi
TK: sebagian rasa nyeri
3.teaching
-skala nyeri px 7

-Ajarkan px teknik
relaksasi

4. Dev. Environment

-ciptakan lingkungan yang


kondusif

- memberikan rasa
aman dan nyaman
5.collaboration

-kolaborasi dgn dokter


dalam pemberian obat
analgetik

-mempercepat
penyebuhan dan
menguragi nyeri
melalui obat analgetik

NIC : pengendalian
-mengetahui tingkat
integritas kulit
aktivitas pasien
1. Guidance :

-untuk mencegah
- kaji pola aktivitas
iritasi
2. Support :

- bantu px untuk merubah


posisi secara berkala

3. Teaching :
-melatih pasien untuk
melakukan aktivitas
- ajarkan px untuk
melakukan aktivitas
NOC : integritas kulit
ringan
kembali normal
4. Environment :
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan
Intoleransi aktivitas b/d keperawatan selama - ciptakan suasana yang
3×24 jam,integritas aman dan nyaman
peningkatan tekanan - memberikan rasa
kulit kembali normal dg 5. Collaboration:
darah yg ditandai : aman dan nyaman
K.H :
DS : px mengatakan kepada pasien
tidak bisa beraktivitas - kolaborasi dgn dokter u/ -agar aktivitas yang
karena pusing - pasien dapat kembali terapi obat dan dijalano tidak semakin
DO : semua aktivitas beraktivitas dengan menentukan aktivitas membahayakan
2 dibantu oleh keluarga normal secara mandiri sementara kondisi px

3 Perubahan pola tidur b/dNOC : intoleransi NIC : Manajemen aktivitas


nyeri pada kepala yang aktivitas dapat 1. Guidance :
ditandai : teratasi/dikontrol
- menyesuaikan
intervensi yang akan
diberikan
- kaji TTV pasien

- posisi yang nyaman


dapat membantu
2. Support : pasien mencoba untuk
lebih rileks
- bantu px utk mengubah
posisi senyaman mungkin

3. Teaching :

-melatih px agar bisa


- ajarkan px untuk
lebih rileks dan
melakukan tehnik
Tujuan: setelah dilakukan relaksasi nyaman
tindakan keperawatan 4. Environment :
selama 3×24 jam,
masalah teratasi dgn
- batsi pengunjung sesuai
dengan keadaan klinis - agar krbutuhan tidur
K.H :
DS : px mengatakan pasien pasien terpenuhi
susah tidur pada malam dengan adanya
hari - px dapat tidur nyenyak lingkungan yang
dan mata tidak lagi 5. Collaboration : nyaman
cekung akibat kurang
DO: – mata pasien
tidur
cekung dan ada - kolaborasi dgn dokter -membantu
lingkaran hitam pada dalam pemberian obat mengurangi nyeri dan
mata pasien tidur dan analgetik pola tidur normal px

D.CATATAN PERKEMBANGAN

No. Tgl/Jam Implementasi dan Rasional Paraf Evaluasi paraf

1 21-1-2013 S : Px mengatakan masih pusing


dan nyeri pada kepala
08.45 mengkaji skala nyeri
kepada px O : px tampak lemah
R/Nyeri dirasakan pada daerah
kepala dengan skala 7 TTV

memberikan obat sesuai TD=160/110mmhg


instruksi dokter : ranitidine 1
10.00 amp,cefotaxime 1 amp dan
amlodipine 10 mg RR=20x/menit
R/pasien menerima dan tidak
N=72x/menit

S=36,1’c

P : Hipertensi
terjadi alergi
Q : tertusuk tusuk

R : kepala
mengkaji TTV
TD=160/110mmhg S : skala 7

RR=20x/menit T : pada saat bergerak

N=72x/menit A : masalah nyeri belum teratasi

12.00 S=36,1’c P : intervensi dilanjutkan.

S : px mengatakan sulit tidur dan


sering terbangun

O : mata px cekung dan terdapat


lingkaran hitam pada mata
08.50
mengkaji pola tidur px
TTV
R/px mengatakan sulit tidur jam
tidur Cuma 3-4 jam
TD : 160/110 mmHg
Observasi TTV
TD : 160/110 mmHg RR : 20X/MENIT
12.00
RR : 20X/MENIT N : 72X/menit

N : 72X/menit

S : 36.1c A : masalah pola tidur belum


teratasi
3.mengatur posisi tidur px
P : intevensi dilanjutkan
R/px merasa nyaman dan
2 12.10 rileks

3 S : px mengatakan masih belum


bisa beraktivitas karena nyeri
08.50 Mengkaji aktivitas px
R/ px belum dapat bergerak O : px masih lemah dan berbaring
di tempat tidur
Membantu px untuk
mengubah posisi secara berkala A : Masalah intoleransi aktivitas
12.12
R/ agar px istrhat dengan nyaman belum teratasi

Memberikan suasana yang


kondusif
13.00

R/ agar px nyaman P : intervensi dilanjutkan

22-1-2013

22.00 S : px mengatakan masih pusing


dan nyeri dgan skala 5
1.Obervasi px dan membatasi
jumlah pengunjung
O : px tampak lemah
R/ pasien belum tidur
- P : Hipertensi
06.00 2.Mengobservasi TTV px
- Q : rasa tertusuk
R/TD :140/90
- R : tengkuk kepala
S : 36’C
- S : skala nyeri 5
06.05 3.mengkaji tingkat nyeri
- T : pada saat bergerak
R/px merasakan nyeri dengan skala
5 A : masalah nyeri teratasi
06.10 sebagian
4.mengajarkan tehnik relaksasi
pada p P : Intervensi dilanjutkan

1 R/px mengerti dan mengikuti

2 22.10 Mengatur posisi tidur px S : px mengatakan masih sulit


senyaman mungkin tidur
R/pasien mengikuti instruksi
O : mata pxcekung dan terdapat
Memberikan obat sesuai lingkaran hitam
instruksi dokter.cefotaxime 1 amp
iv. A : masalah pola tidur teratasi
24.00 Mengobservasi TTV PX sebagian
R/ px menerima TD : 140/90 s:36’c

P : Intervensi dilanjutkan.
Memberikan th/po
amlodipine 10 mg sesuai instruksi
dokter

06.00
06.15

22.05

06.17 Mengkaji aktivitas px


R/ px sudah bisa sedikit S : px mengatakan masih sulit
menggerakan kakinya dengan hati- beraktivitas
hati
O : px masih lemah, terpasang
Mengajarkan px aktivitas infus Rl, Aktivitas px dibantu
ringan keluarga
06.20 R/ px menerima dengan
menggerakkan kaki
A : Masalah intoleransi aktivitas
belum teratasi
Membantu mengubah posisi
px secra berkala
P : Intervensi dilanjutkan
R / px menerima

3 06.45 Mengganti cairan infus px


RL 20 tpm
1 23-1-2013 S : px mengatakan masih pusing
dan nyeri berkurang
21.10 Mengkaji tingkat nyeri px
R/ px mengatakan nyeri dengan O : px tampak lemah
skala 4
- P : hipertensi
Mengatur posisi tidur
pasien dengan posisi semi fowler - Q : tertusuk tusuk
R/ px mulai merasa nyaman dan
21.12 lebih rileks
- R : kepala
Mengobservasi ttv
R/ pasien menerima TD : 140/90 - S : skala nyeri 4

S : 36’1 - T : pada saat bergerak

Mengajarkan tehnik A : masalah nyeri teratasi


relaksasi napas dalam sebagian
06.00
R/px mengikuti dan merasa nyaman
P : Intervensi dilanjutkan

06.05
24 .00

Memberikan terapi injeksi


sesuai instruksi dokter
R/ – cefotaxime 1amp (iv)

Mengkaji pola tidur px


05.55 R/ px mengatakan masih sulit untuk
tidur

Mengobservasi TTV
S : px mengatakan masih sulit
R/ TD : 140/90 S: 36,1
untuk tidur

06.00 Mengganti cairan infus RL


O : mata px cekung karena kurang
20 Tpm
tidur
memberikan terapi obat
sesuai instruksi dokter TPM
Amplodipine 10 mg (oral) A : masalah pola tidur teratasi
06.10 Captopril 2×1 25 mg tab sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

2 06.15

Mengkaji aktivitas px
R/ px sudah mampu duduk &
21.00 menggerakkan kaki

Mengajarkan px aktivitas
ringan
R/ px mengerti

Membantu mengubah posisi S : px mengatakan sudah mulai


05.45 px secra berkala beraktivitas
R / px mengikuti
O : terpasang infus RL, aktivitas px
Mengkaji TTV sebagian di bantu keluarga
05.50 R/ TD : 120/80 mmHg
A : Masalah intoleransi aktivitas
RR : 22 x/mnt teratasi sebagian

N : 78x/mnt P : Intervensi di lanjutkan

3 06.00 T : 37 ◦C

BAB IV
PENUTUP

1. A. KESIMPULAN

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg (Smith Tom, 1995). Faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu factor keturunan, ciri perseorangan (jenis
kelamin,umur) dan kebiasaan hidup.Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan
satu-satunya gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada
ginjal,mata,otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit
kepala,epistaksis,maeah, telinga berdengung,rasa berat ditengkuk,sukar tidur, mata
berkunang-kunang dan pusing.

Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunan risiko penyakit


kardiovasuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai
dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90
mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja
atau dengan obat antihipertensi.

1. B. SARAN
Hipertensi dapat dihindari atau dicegah dengan pola hidup sehat dan teratur. Berhenti
merokok dan batasi alkohol, serta mengurangi asupan lemakjenuh dan kolesterol dalam
makanan. Perbanyak minum air putih serta olahraga yang teratur dan hindari stress
berlebihan terutama di usia tua. Mencegah itu lebih baik daripada mengobati, karena
hipertensi dapat menyerang siapa saja.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, dkk. (2002). Keperawatan Medical-Bedah (edisi 8), volume 2. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. (1999). Kapita Selekta Kedokteran (edisi 3), jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius.

Potter dan Perry. (2005). Fundamental Keperawatan (edisi 4), volume 3. Jakarta : EGC.
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, EGC,
Jakarta

Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

BAB I

PENDAHULUAN

1. A. LATAR BELAKANG
Pengertian hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Palmer, 2007). Tekanan darah manusia
secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila
tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ
yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Palmer, 2007).

Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120–140 mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90
mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya >
140/90 mmHg. Sedangkan menurut JNC VII 2003 ( The seventh report of the joint National on
Prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure) tekanan darah pada
orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I
apabila tekanan sistoliknya 140 – 159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 – 99 mmHg.
Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih 160 mmHg
dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg sedangakan hipertensi stadium III apabila tekanan
sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg (Palmer,
2007).

Bila tekanan darah tinggi tidak terkontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian
komplikasi serius dan penyakit kardiovaskuler, sperti angina dan serangan jantung, strol dan
stroke ringan, gagal jantung, kerusakan ginjal dan masalah mata (Palmer, 2007).
1. B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusunan makalah ini dapat digunakan untuk
mengetahui pengertian, konsep dan cara asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
hipertensi.

1. C. TUJUAN
2. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum tentang hipertensi yang terjadi.

1. Tujuan Khusus
a) Mengetahui pengertian ,etiologi, patofisiologi serta komplikasi yang terjadi pada pasien
penderita hipertensi.

b) Mengetahui penatalaksanaan dan asuhan keperawatan yang seharusnya diberikan pada


pasien penderita hipertensi.

1. D. Ruang Lingkup Penulisan


Adapun ruang lingkup makalah ini, penyusun pada pembahasan tentang Keperawatan Medikal
Bedah 2 yang mengenai hipertensi.

1. E. Sistematika Penulisan Makalah


Bab I. Pendahuluan

1. Latar belakang
2. Perumusan masalah
C. Tujuan

D. Ruang lingkup penulisan

E. Sistematika penulisan

Bab II. Pembahasan

A. Mekanisme Penyakit

a. Definisi

b. Etiologi

c. Patofisiologi

d. Manifestasi klinis
e. Komplikasi

f. Pemeriksaan diagnostik

g. penatalaksanaan

h. pengobatan

B. Askep

a. Pengkajian

b. Analisa Data

c. Rencana dan Asuhan keperawatan

d. Catatan Perkembangan

Bab III Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar Pustaka
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. A. DEFINISI
Pengertian hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Palmer, 2007). Tekanan darah manusia
secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila
tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ
yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Palmer, 2007).

Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120–140 mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90
mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya >
140/90 mmHg. Sedangkan menurut JNC VII 2003 ( The seventh report of the joint National on
Prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure) tekanan darah pada
orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I
apabila tekanan sistoliknya 140 – 159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 – 99 mmHg.
Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih 160 mmHg
dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg sedangakan hipertensi stadium III apabila tekanan
sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg (Palmer,
2007).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Hipertensi populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistoliknya di atas 160 mmHg dan tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001).

Hipertensi menurut Adip (2009) dapat dibedakan menjadi empat stadium sesuai dengan tabel
klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas yaitu sebagai berikut:
Tabel Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia 18 Tahun Keatas

Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg

Normal < 130 < 85

Normal Tinggi 130 – 139 85 – 89

Stadium 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99

Stadium 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109

Stadium 3 (berat) 180 – 209 110 – 119

Sangat berat > 210 >120

Sumber : Adib (2009)

Apabila tekanan diastolik dan sistolik pada kelompok yang berbeda, maka harus dipilih
kategori yang tertinggi untuk mengklasifikasikan status tekanan darah seseorang. Misalnya
160/90 mmHg harus diklasifikasikan stadium 2 dan 180/120 mmHg harus diklasifikasikan
stadium 4. hipertensi sistolik mandiri dinyatakan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg
atau lebih tinggi dan tekanan diastoliknya kurang dari 90 mmHg dan diklasifikasikan pada
stadium yang sesuai (misal 170/85 mmHg dianggap sebagai hipertensi sistolik mandiri).

Bila tekanan darah tinggi tidak terkontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian
komplikasi serius dan penyakit kardiovaskuler, sperti angina dan serangan jantung, strol dan
stroke ringan, gagal jantung, kerusakan ginjal dan masalah mata (Palmer, 2007).

1. B. ETIOLOGI
Menurut (Lany Gunawan 2001) Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
2 golongan besar yaitu :

1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui


penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit Hipertensi primer
terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh
hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur
bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras
( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam
yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh
lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin ).

1. C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontologi ,Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh
perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume
sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
( Brunner & Suddarth, 2002 ).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi

Hipertensi

Kelebihan volume cairan

Jenis kelamin

umur

Gaya hidup

obesitas

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur
Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak

ginjal

Pembuluh darah

Retina

Nyeri kepala

Gangguan pola tidur

Suplai O2 otak menurun


sinkop

Gangguan perfusi jaringan

Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal

Blood flow munurun

Respon RAA

Rangsang aldosteron

Retensi Na

edema

sistemik

vasokonstriksi

Afterload meningkat

Penurunan curah jantung


Fatique

Intoleransi aktifitas

koroner

Iskemi miocard

Nyeri dada

Spasme arteriole

diplopia

Resti injuri

Resistensi pembuluh darah otak

Elastisitas , arteriosklerosis
1. D. MANIFESTASI KLINIS
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian
gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal,mata,otak, atau jantung. Gejala lain
yang sering ditemukan adalah sakit kepala,epistaksis,telinga berdengung,rasa berat
ditengkuk,sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.

1. E. KOMPLIKASI
1.Stroke

Suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu.
Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang
dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat
menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu.
2. Infark miokard

Disebabkan oleh penurunan aliran darah koroner yang tiba-tiba atau peningkatan kebutuhan
oksigen miokard tanpa disertai perfusi koroner yang adekuat. Infark terjadi karena iskemia
(yang bersifat reversible) dan nekrosis (yang tidak bersifat reversible)

3.Gagal ginjal

Suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi
mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau
produksi urine.

4.Ensefalopati

Nama umum dari gangguan fungsi otak , yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain infeksi, toksin, kelainan metabolik dan iskemik.

1. F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan
8. Foto dada untuk menunjukkan destruksi Klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung
9. CT scan untuk mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

1. G. PENATALAKSANAAN
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunan risiko penyakit
kardiovasuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai
dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90
mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja
atau dengan obat antihipertensi

Kelompok risiko dikategorikan menjadi:

1. Pasien dengan tekanan darah perbatasan,atau tingkat 1,2,atau 3, tanpa gejala


penyakit kardiovaskuler,kerusakan organ, atau faktor risiko lainnya. Bila dengan modifikasi
gaya hidup tekanan darah belum dapat diturunkan, maka harus diberikan obat
antihipertensi.
2. Pasien tanpa penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ lainnya, tapi memiki satu
atau lebih faktor risiko yang tertera diatas, namun bukan diabetes melitus. Jika terdapat
beberapa faktor maka harus langsung diberikan obat antihipertensi.
3. Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ yang jelas.
Faktor risiko: usia lebih dari 6 tahun, merokok, dislipidemia, diabetes melitus, jenis kelamin
(pria dan wanita menopause), riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga.

Kerusakan organ atau penyakit kardiovaskuler: penyakit jantung (hipertrofi ventrikel kiri, infark
miokard, angina pektoris, gagal jantung, stroke , nefropati, penyakit arteri perifer.

Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi risiko:

Tekanan Darah Kelompok Risiko A Kelompok Risiko B Kelompok Risiko C

130-139/ 85-89 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat

140-159/90-99 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat

≥160/ ≥100 Dengan obat Dengan obat Dengan obat

Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan risiko kardiovasuler dengan biaya
sedikit dan risiko minimal. Tata laksana ini tetap dianjurkan meski harus disertai obat
antihipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat. Langkah-langkah yang
dianjurkan untuk:

1. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks massa tubuh ≥ 27)
2. Membatasi alkohol
3. Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-45 menit/hari)
4. Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na/2,4 g Na/ 6 g NaCl/hari)
5. Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90 mmol/hari)
6. Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat.
7. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam
makanan.

1. H. PENGOBATAN
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pilihan obat untuk penderita hipertensi adalah sebagai berikut:

1. Hipertensi tanpa komplikasi : diuretic, beta blocker.


2. Hipertensi dengan indikasi penyakit tertentu : inhibitor ACE, penghambat reseptor
angiotensin II, alfa blocker, alfa-beta-blocker,beta blocker, antagonis Ca dan diuretic.
3. Indikasi yang sesuai Diabetes Mellitus tipe I dengan proteinuria diberikan inhibitor ACE.
4. Pada penderita dengan gagal jantung diberikan inhibitor ACE dan diuretic.
5. Hipertensi sistolik terisolasi : diuretic, antagonis Ca dihidropiridin kerja sama.
6. Penderita dengan infark miokard : beta blocker (non ISA), inhibitor ACE ( dengan
disfungsi sistolik).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. A. Pengkajian
2. Data Demografi
Identitas pasien meliputi: Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bangsa/suku, pekerjaan,
status perkawinan, ruangan , no bed, tanggal masuk, tanggal pengkajian dan diagnosa.

1. Riwayat Kesehatan Pasien


1. Riwayat kesehatan masa lalu
Keadaan atau penyakit yang pernah diderita oleh pasien mungkin sehubungan dengan riwayat
sekarang.

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


1) Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau
berobat ke rumah sakit.

2) Alasan Masuk Rumah Sakit

Alasan utama sehingga pasien dibawa ke rumah sakit.

1. Riwayat Kesehatan Keluarga


Mencari diantara anggota keluarga apakah ada yang mederita penyakit yang sama dengan
pasien.

1. Genogram
Mengetahui silsilah keluarga dalam bentuk diagram dan mengetahui riwayat suatu penyakit.

1. Pola Fungsi Kesehatan


1. Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol

Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

1. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal
proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan,
sianosis
1. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen
1. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan
penglihatan, episode epistaksis

Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik

1. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler

Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin

1. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum :
1) Keadaan Umum

2) Kesadaran

3) Tanda-tanda vital

4) Skala Nyeri

5) Pemeriksaan anggota tubuh (secara head to toe) dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi.

1. Pemeriksaan khusus (kardiovaskuler)


Jantung diperiksa secara langsung dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dinding
dada. Pendekatan sistemik merupakan dasar pengkajian yang seksama.Pemeriksaan dinding
dada dilakukan pada enam daerah dibawah ini:

1) Daerah aorta-ruang interkostal kedua pada sternum kanan

2) Daerah pulmonal-ruang interkostal kedua pada sternum kiri

3) Titik erb-ruang interkostal ketiga pada sternum kiri

4) Daerah tricuspid atau ventrikel kanan-ruang interkostal empat dan lima pada sternum
kiri

5) Daerah apeks atau ventrikel kiri-ruang interkostal kelima pada sternum kiri
6) Daerah epigastrik-dibawah prosesus xifoideus

Pemeriksaan kebanyakan dilakukan dengan pasien dalam posisi supine dan kepala sedikit
dinaikkan.

a) Inspeksi dan palpasi

Dengan cara sistematis, setiap daerah prekordium diinspeksi dan dipalpasi. Terdapat impuls
normal yang jelas dan terletak tepat di atas apeks jantung,biasanya terlihat pada orang muda
atau tua yang kurus. Impuls ini disebut impuls apical atau titik impuls maksimal (PMI) dan
normalnya terletak pada rongga interkostal kelima kiri pada garis medio-klavikularis. Impuls
apical terkadng dapat pula dipalpasi. Normalnya terasa sebagai denyutan ringan, dengan
diameter 1 sampai 2 cm. Teraba pada saat awitan bunyi jantung pertama dan berlangsung
hanya setengah sistolik. Secara normal, PMI hanya teraba pada satu ruang interkostal. Bila PMI
dapat teraba pada dua daerah yang terpisah dan gerakan denyutnya paradoksal (tidak
bersamaan), harus dicurigai adanya aneurisma ventrikel.

b) Perkusi

Secara normal, hanya batas jantung kiri yang dapat dideteksi pada perkusi. Memanjang dari
garis medioklavikularis diruang interkostal ketiga sampai kelima. Batas kanan terletak
dibawah batas kanan sternum dan tidak dapat dideteksi. Pembesaran jantung baik ke kiri
maupun ke kanan biasanya akan terlihat. Pada beberapa orang yang dadanya sangat tebal
atau obes atau menderita emfisema, jantung terletak jauh di bawah permukaan dada sehingga
bahkan batas kiripun tidak jelas kecuali bila membesar.

c) Auskultasi

Auskultasi system kardiovaskuler meliputi pengkajian dalam mendeteksi bunyi S1 dan S2


normal, mendeteksi adanya bunyi S3 dan S4 yang tidak normal dan bunyi murmur serta bunyi
gesekan, mengidentifikasi lokasi,radiasi,intensitas, nada dan kualitas bunyi murmur. Serta
mengidentifikasi bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen dan arteri femoral.

1. Data Psikologi
Termasuk konsep diri, status emosi, gaya komunikasi,pola koping, pola interaksi

1. Data Sosial
Termasuk pendidikan dan pekerjaan, hubungan sosial dan gaya hidup

1. Data Spiritual
Bagaimana kebiasaan ibadahnya sebelum dan sesudah MRS

1. Data Penunjang
Diambil dari pemeriksaan laboratorium

1. Pengobatan
Diambil dari pengobatan yang dilakukan dirumah sakit, harus mencantumkan nama obat,
dosis dan cara pemberian.

1. B.Diagnosa Keperawatan
1. 1. Nyeri akut ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
2. 2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada kepala.
3. 3. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokonstriksi pembuluh darah.

1. C. Perencanaan Dan Rasional Tindakan


2. Diagnosa 1 : Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
a) NOC

Menghilangkan rasa nyeri

KH : nyeri dapat teratasi dan px dapat bepartisipasi dalam aktivitas

b) Tingkat Ketegantungan

Sedang (dibantu oleh perawat atau keluarga dalam merawat dan memenuhi kebutuhan px
tanpa mengabaikan kesertaan px daam kegiata tersebut).

c) NIC

Manajemen Nyeri

1. Guidance
1. Kaji lokasi, kualitas, waktu serta frekuensi nyeri
R/: Hail pengkajian dipertimbangkan dalam pemilihan intervensi dan mengevaluasi
perkembangan

1. Kaji tanda-tanda vital


R/: TTV yang normal dapat mempercepat kesembuhan pasien

1. Support
1. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
R/: Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman

1. Ajarkan teknik relaksasi


R/: Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman

1. Teaching
Jelaskan kepada pasien tentang hipertensi dan bagaimana terjadinya nyeri.

R/: Pasien dapat memahami penyakit yang diderita serta proses terjadinya nyeri yang
dirasakan

1. Providing Development Environment


Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan klinis pasien

R/: keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat melelahkan pasien.

1. Collaboration
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik

R/: Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan syaraf simpatis.

1. Diagnosa 2 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada kepala


a) NOC

Memenuhi kebutuhan istirahat tidur

KH : Pasien dapat tidur dengan nyenyak dan tidak gelisah

b) Tingkat Ketegantungan

Sedang (dibantu oleh perawat atau keluarga dalam merawat dan memenuhi kebutuhan pasien
tanpa mengabaikan kesertaan pasien dalam kegiatan tersebut).

c) NIC

Manajemen pola istirahat tidur

1. Guidance
1. Observasi TTV
R/: Untuk mengetahui Perubahan TTV

1. Kaji faktor penyebab gangguan tidur pasien


R/: Menyesuaikan intervensi yang akan diberikan

1. Support
Atur posisi senyaman mungkin
R/: Posisi yang nyaman dapat memberikan rasa istirahat yang adekuat.

1. Teaching
Anjurkan pasien untuk relaksasi

R/: Membuat pasien merasa lebih nyaman

1. Providing Development Environment


Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan klinis pasien

R/: keterlibatan dalam pembicaraan panjang akan dapat melelahkan pasien.

1. Collaboration
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat tidur jika diperlukan.

R/: Agar kebutuhan tidur pasien terpenuhi.

1. Diagnosa 3 : Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan


vasokonstriksi pembuluh darah.
a) NOC

Curah jantung normal

KH : Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau beban kerja
jantung, memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

b) Tingkat ketergantungan

Sedang (dibantu oleh perawat atau keluarga dalam merawat dan memenuhi kebutuhan pasie
tanpa mengabaikan kesertaan dalam kegiatan tersebut)

c) NIC

Manajemen penurunan curah jantung

1. Guidance
1. Observasi tekanan darah
R/: untuk mengetahui perubahan tekanan darah

1. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas


R/: untuk mengetahui adanya ketidaknormalan bunyi.

1. Support
Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler

R/: adanya pucat,dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan
dekompensasi atau penurunan curah jantung.
1. Teaching
Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi

R/: dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang sehingga
akan menurunkan tekanan darah.

1. Providing Development Environment


Berikan lingkungan yang nyaman ,tenang, kurangi aktivitas serta batasi jumlah pengunjung
dan lamanya tinggal.

R/: membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis dan meningkatkan relaksasi

1. Collaboration
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi anti hipertensi diuretik.

R/: untuk menurunkan tekanan darah.


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI

1. A. PENGKAJIAN
1. Data Demografi
a) Identitas pasien

Nama : Ny.N

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 54 tahun

Alamat : Dusun Kembang Sari karimunting

Agama : Islam

Bangsa/suku : Melayu

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Status perkawinan : Menikah

Ruangan : Kelas III St.Lukas


No RM : 092137

Tanggal masuk : 21 Januari 2013

Tanggal pengkajian : 21 Januari 2013

Diagnosa : Hipertensi

b) Penanggung jawab

Nama : Tn.H

Pekerjaan : PNS

Alamat : Dusun Kembang Sari karimunting

Hub dengan Px : Suami


1. Riwayat Kesehatan Pasien
1. Riwayat kesehatan masa lalu
Px sudah pernah masuk rumah sakit karena penyakit hipertensi sebulan yang lalu

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


1) Keluhan Utama

Saat pengkajian px mengeluh kepalanya pusing dan nyeri, tangan dan kaki kesemutan, badan
terasa lemah, cepat lelah jika beraktivitas dan tidak bisa tidur.

2) Alasan masuk rumah sakit

Satu hari sebelum masuk rumah sakit, px mengeluh pusing dan nyeri kepala kuat sehingga
pada tanggal 21 januari 2013 px masuk rumah sakit karena nyeri kepala tidak hilang

1. Riwayat Kesehatan Keluarga


Px mengatakan bahwa ayah dan ibunya juga menderita penyakit Hipertensi sama dengan px.

1. Genogram
Mengetahui silsilah keluarga dalam bentuk diagram dan mengetahui riwayat penyakit dalam
keluarga.

Ket : laki laki

Perempuan

Laki laki meninggal


Perempuan meninggal

Pasien

1. Pola Fungsi Kesehatan


2. Pola Nutrisi
SMRS : Px makan 3-4 x/hari dengan porsi cukup habis

MRS : Px makan 2 x/hari dan tidak habis hanya setengah porsi karena tidak ada nafsu makan

1. Pola Minum
SMRS : Px minum air putih 7 gelas / hari

MRS : Px minum air putih 5 -6 gelas / hari

1. Pola istirahat tidur


SMRS : px tidur 7-8 jam / hari dengan nyenyak

MRS : px tidur 3-4 jam/ hari dan sering terbangun karena sakit kepala

1. Pola aktivitas
SMRS : Dapat melakukan aktivitas secara mandiri tetapi mudah lelah dan pusing

MRS : aktivitas dibantu keluarga sebagian ; kekamar mandi, makan, dan ganti pakaian

1. Pola kebersihan
SMRS : Px mandi 3 x sehari

MRS : Px mandi 2 xsehari dibantu oleh keluarganya dengan dilap air hangat.

1. Pola Eliminasi
SMRS : BAB 1-2 x / hari BAK 4 x/ hari

MRS : BAB belum ada dalam 2 hari BAK 4x/ hari

1. Pola Nyeri
P : Pada saat bangun

Q : tertusuk tusuk
R : Kepala

S : berat 7

T : sering

1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum :

1) Keadaan Umum : GCS : E=4 V=5 M=6

2) Kesadaran : composmentis

3) Tanda-tanda vital : TD = 160 / 110 mmHg

RR = 20 X/ menit

S = 36,5®c

N = 70 x/ menit

4) Skala Nyeri : 7

5) Pemeriksaan anggota tubuh (secara head to toe) dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi.

 Kepala : Bentuk simetris, rambut lurus, tidak terdapat lesi, tidak terdapat benjolan.
 Wajah : Bentuk wajah bulat, alis simetris dan agak tipis.
 Mata : Mata simetris, Sklera non ikterik, konjungtiva non anemis, reaksi pupil isokor.
 Telinga : Telinga simetris, tidak terdapat lesi dan tidak terdapat serumen.
 Hidung : Bentuk simetris, tidak ada sekret, tidak ada polip, dan penciuman baik.
 Mulut : Bibir simetris dan agak mukosa bibir kering, tidak terdapat radang mukosa, dan
pada tengggorokan tidak terdapat pembengkakan.
 Abdomen :
Inspeksi : Bentuk abdomen datar

Perkusi : terdengar suara normal timpani

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

Auskultasi : terdengar bising usus 7 x/ menit

 Dada
Paru-paru

Inspeksi : Bentuk dada simetris


Palpasi : tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan

Perkusi : terdengar bunyi dullnes pada daerah ( ICS 1 – ICS 7 )

Auskultasi : Terdengar bunyi vesikuler pada lapang paru-paru ( ICS 1- ICS 7 )

Jantung :

Inspeksi : terlihat pulsasi

Palpasi : Ictus cordis teraba ICS 5

Perkusi : terdengar bunyi dullnes di ICS 1 – ICS 7

Auskultasi : Terdengar bunyi Lup dup

 Integumen : warna kulit sawo matang, tidak terdapat lesi dan tangan kulit elastis

 Ekstremitas : 5555 4444


4444 5555

Dekstra sinistra

6) Data Psikologi

Konsep diri : Px terkadang tidak mau di ajak bicara dan terkadang tidak mau menjawab
pertanyaan perawat

Status emosi : Klien dapat mengendalikan emosinya

Gaya komunikasi : Menggunakan bahasa Verbal

Pola koping : Px terkadang menutup diri dan dalam pemecahan masalahnya


meminta pendapat dengan anaknya

Pola interaksi : Klien berinteraksi dengan keluarga dan perawat

7) Data Sosial
Pendidikan : Klien tamat SMP

Pekerjaan : Swasta

Hubungan sosial : Klien bersosialisasi dengan masyrakat

Gaya hidup : Klien jarang berolahraga dan tidak memperhatikan pola


makannya

8) Data Spiritual

Klien beragama islam

SMRS : Klien rajin sholat tepat waktu

MRS : Klien tidak pernah sholat

9) Data Penunjang

Pemeriksaan Laboratirium tanggal 26 Januari 2013

HB 11.2 Gr ℅ Lk: 14-18 Pr: 12-18

Leukosit 3,670 mm3 4000-11000

Eritrosit 4,8 Juta mm3 Lk:4,5-5,5 pr: 4,5

Trombosit 338.000 Mm3 150.000-400.000

Hematokrit 35 % Lk: 40-50 pr: 31-45

10) Pengobatan

1. IVFD RL 20 tpm
Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok
hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan
asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat
metabolisme anaerob.

Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat


Efek samping : Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya atau cara pemberiannya
termasuk timbulnya panas, infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis vena atau flebitis yang
meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi.

1. Ceftriaxone 2 x 1 gram (iv)


Indikasi : Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh patogen yang sensitif terhadap Ceftriaxone,
seperti: infeksi saluran nafas, infeksi THT, infeksi saluran kemih, sepsis, meningitis, infeksi
tulang, sendi dan jaringan lunak, infeksi intra abdominal, infeksi genital (termasuk gonore),
profilaksis perioperatif, dan infeksi pada pasien dengan gangguan pertahanan tubuh.

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap cephalosporin dan penicillin (sebagai reaksi alergi


silang).

Efek samping : Reaksi hipersensitivitas (urticaria, pruritus, ruam, reaksi parah seperti
anaphylaxis bisa terjadi); Efek GI (diare, N/V, diare/radang usus besar); Efek lainnya (infeksi
candidal)

1. Amlodipine 1x 10 Mg tab
Indikasi : Amlodipine digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil kronik, angina
vasospastik (angina prinzmetal atau variant angina). Amlodipine dapat diberikan sebagai
terapi tunggal ataupun dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain.

Kontraindikasi : Amlodipine tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap
amlodipine dan golongan dihidropiridin lainnya.

Efek samping : Fatigue, nyeri, peningkatan atau penurunan berat badan.

1. Captopril 2×1 25 mg tab


Indikasi : Pengobatan hipertensi ringan sampai sedang. Pada hipertensi berat digunakan bila
terapi standar tidak efektif atau tidak dapat digunakan. Pengobatan gagal jantung kongestif,
digunakan bersama dengan diuretik dan bila mungkin dengan digitalis.

Kontra indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap Captopril atau penghambat ACE lainnya
(misalnya pasien mengalami angioedema selama pengobatan dengan penghambat ACE
lainnya)..

Efek samping : • Proteinuria, peningkatan ureum darah dan kreatinin.

 • Idiosinkrasi, rash, terutama pruritus.


 • Neutropenia, anemia, trombositopenia.
 • Hipotensi.
1. Diit bubur lunak dan rendah garam
1. B. Analisa Data
No. Data Fokus Etiologi Masalah

1 DS : Peningkatan tekanan darah Nyeri akut

- Px mengatakan pusing dan nyeri di â


daerah kepala dan kaki kesemutan
Vasokontriksi pembuluh darah
Do:
â
- px meringis
Peredaran darah ke seluruh tubuh
– px tampak gelisah berkurang sehingga suplai o2 ke otak
berkurang
Hh Td : 160/110
â
Nh N : 105 x / menit
peningkatan tekanan intra kranial
M S : 36,1’C
â
T RR :20x/menit
P = hipertensi

Q = tertusuk tusuk

R = kepala

S =skala 7

T = Saat
bergerak

Nyeri kepala

Peningkata tekanan darah


DS = px mengatakan tidak bisa
beraktivitas karena pusing, cepat
lelah, dan badan terasa lemah â

Do = px dibantu oleh keluarga jika Vasokontriksi pembuluh darah


ingin melakukan aktivitas
â

Suplai o2 berkurang

Kemampuan melakukan aktivitas


berkurang

Intoleransi aktivitas

2 Intoleransi aktivitas

3 DS = px mengatakan susah untuk Saraf simpatis terangsang untuk Perubahan pola tidur
tidur, sering terbangun karena kepala mengaktivasi RAS dan mengaktivasi
pusing dan Cuma tidur 3-4 jam per tubuh
hari
â
DO= mata px cekung dan agak
bengkak REM menurun

Pasien terjaga


Perubahan pola tidur

DAFTAR MASALAH

Tanggal masalah

No Diagnosa Keperawatan Muncul Teratasi paraf

Nyeri akut ( sakit kepala ) berhubungan dengan


peningkatan tekanan vaskuler serebral ditandai
dengan :
DS : Px mengatakan pusing dan nyeri di daerah kepala
dan kaki kesemutan

Do: - px meringis

– px tampak gelisah

Hh TD : 160/110

Nh N : 105 x / menit

M S : 36,1’C

T RR :20x/menit

Nyeri kepala yang di rasakan px :

P = saat bangun dan beraktivitas

Q = tertusuk tusuk

R = kepala

S =skala 7

T = Saat bergerak

1 21 januari 2013 24 januari 2013

2 Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri 21 januari 2013 24 januari 2013
pada kepala ditandai dengan :
DS = px mengatakan tidak bisa beraktivitas karena
pusing, cepat lelah, dan badan terasa lemah

Do = px dibantu oleh keluarga jika ingin melakukan


aktivitas

Resiko tinggi penurunan curah jantung


berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh
darah ditandai dengan :
DS = px mengatakan susah untuk tidur, sering
terbangun karena kepala pusing dan Cuma tidur 3-4
jam per hari

DO = px gelisah, mata px cekung dan agak


bengkak
3 21 januari 2013 24 januari 2013

C.RENCANA DAN ASUHAN KEPERAWATAN

No. Rasional NOC NIC Rasional

1. nyeri b/d: peningkatan Masalah nyeri teratasi Manajemen nyeri


tekanan vaskuler
serebral yang ditandai Tujuan : setelah 1.guidance
dilakukan tindakan
-kaji tingkat dan lokasi
nyeri

2.support

-Mengetahui tingkat
-berikan posisi yang dan lokasi nyeri
nyaman bagi px

-membantu px
3.teaching memberikan rasa
aman dan nyaman
-Ajarkan px teknik
relaksasi

-untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Dev. Environment
dengan
-ciptakan lingkungan yang
DS = keperawatan 3×24 jam kondusif
nyeri teratasi dengan
-Px mengatakan - memberikan rasa
kepalanya pusing KH: aman dan nyaman
5.collaboration
- Px mengatakan nyeri -Nyeri berkurang
pada kepala -kolaborasi dgn dokter
-px tampak rileks dalam pemberian obat
DO = analgetik
-px tidak lagi mengeluh
-Px tampak gelisah sakit kepala

-mempercepat
-skala nyeri px 7 TK: sebagian penyebuhan dan
menguragi nyeri
melalui obat analgetik

2 Intoleransi aktivitas b/d NOC : integritas kulit NIC : pengendalian


peningkatan tekanan kembali normal integritas kulit
darah yg ditandai : Tujuan : setelah 1. Guidance :
DS : px mengatakan dilakukan tindakan
tidak bisa beraktivitas keperawatan selama - kaji pola aktivitas
karena pusing 3×24 jam,integritas -mengetahui tingkat
2. Support :
DO : semua aktivitas kulit kembali normal dg aktivitas pasien
dibantu oleh keluarga K.H :
- bantu px untuk merubah -untuk mencegah
posisi secara berkala
- pasien dapat kembali iritasi
beraktivitas dengan
normal secara mandiri 3. Teaching :

- ajarkan px untuk
melakukan aktivitas
ringan
4. Environment : -melatih pasien untuk
melakukan aktivitas

- ciptakan suasana yang


aman dan nyaman - memberikan rasa
5. Collaboration: aman dan nyaman
kepada pasien
- kolaborasi dgn dokter u/ -agar aktivitas yang
terapi obat dan dijalano tidak semakin
menentukan aktivitas membahayakan
sementara kondisi px

NIC : Manajemen aktivitas


- menyesuaikan
1. Guidance :
intervensi yang akan
diberikan
- kaji TTV pasien

- posisi yang nyaman


dapat membantu
2. Support : pasien mencoba untuk
lebih rileks
- bantu px utk mengubah
posisi senyaman mungkin

NOC : intoleransi 3. Teaching :


aktivitas dapat
teratasi/dikontrol -melatih px agar bisa
- ajarkan px untuk
lebih rileks dan
melakukan tehnik
Tujuan: setelah dilakukan relaksasi nyaman
tindakan keperawatan 4. Environment :
selama 3×24 jam,
Perubahan pola tidur b/dmasalah teratasi dgn
nyeri pada kepala yang - batsi pengunjung sesuai
ditandai : dengan keadaan klinis - agar krbutuhan tidur
K.H :
DS : px mengatakan pasien pasien terpenuhi
susah tidur pada malam dengan adanya
hari - px dapat tidur nyenyak lingkungan yang
dan mata tidak lagi 5. Collaboration : nyaman
cekung akibat kurang
DO: – mata pasien
tidur
cekung dan ada - kolaborasi dgn dokter -membantu
lingkaran hitam pada dalam pemberian obat mengurangi nyeri dan
3 mata pasien tidur dan analgetik pola tidur normal px
D.CATATAN PERKEMBANGAN

No. Tgl/Jam Implementasi dan Rasional Paraf Evaluasi paraf

S : Px mengatakan masih pusing


dan nyeri pada kepala

O : px tampak lemah

TTV

21-1-2013 TD=160/110mmhg

08.45 RR=20x/menit
mengkaji skala nyeri
kepada px
R/Nyeri dirasakan pada daerah N=72x/menit
kepala dengan skala 7
S=36,1’c
memberikan obat sesuai
10.00 instruksi dokter : ranitidine 1
amp,cefotaxime 1 amp dan
amlodipine 10 mg
P : Hipertensi
R/pasien menerima dan tidak
terjadi alergi
Q : tertusuk tusuk

R : kepala
mengkaji TTV
TD=160/110mmhg S : skala 7

RR=20x/menit T : pada saat bergerak

N=72x/menit A : masalah nyeri belum teratasi

1 12.00 S=36,1’c P : intervensi dilanjutkan.

2 08.50 mengkaji pola tidur px S : px mengatakan sulit tidur dan


R/px mengatakan sulit tidur jam sering terbangun
tidur Cuma 3-4 jam
O : mata px cekung dan terdapat
Observasi TTV lingkaran hitam pada mata
TD : 160/110 mmHg
TTV
12.00
RR : 20X/MENIT
TD : 160/110 mmHg
N : 72X/menit
RR : 20X/MENIT
S : 36.1c
N : 72X/menit
3.mengatur posisi tidur px

R/px merasa nyaman dan


rileks A : masalah pola tidur belum
teratasi

P : intevensi dilanjutkan

12.10

08.50

12.12

S : px mengatakan masih belum


Mengkaji aktivitas px
bisa beraktivitas karena nyeri
R/ px belum dapat bergerak
13.00 O : px masih lemah dan berbaring
Membantu px untuk
di tempat tidur
mengubah posisi secara berkala
R/ agar px istrhat dengan nyaman
A : Masalah intoleransi aktivitas
belum teratasi
Memberikan suasana yang
kondusif
3 R/ agar px nyaman P : intervensi dilanjutkan

22-1-2013

22.00 S : px mengatakan masih pusing


dan nyeri dgan skala 5
1.Obervasi px dan membatasi
jumlah pengunjung
O : px tampak lemah
R/ pasien belum tidur
- P : Hipertensi
06.00 2.Mengobservasi TTV px
- Q : rasa tertusuk
R/TD :140/90
- R : tengkuk kepala
S : 36’C
- S : skala nyeri 5
06.05 3.mengkaji tingkat nyeri
- T : pada saat bergerak
R/px merasakan nyeri dengan skala
5 A : masalah nyeri teratasi
06.10 sebagian
4.mengajarkan tehnik relaksasi
pada p P : Intervensi dilanjutkan

1 R/px mengerti dan mengikuti

2 22.10 Mengatur posisi tidur px S : px mengatakan masih sulit


senyaman mungkin
24.00

R/pasien mengikuti instruksi tidur

06.00 Memberikan obat sesuai O : mata pxcekung dan terdapat


instruksi dokter.cefotaxime 1 amp lingkaran hitam
iv.
Mengobservasi TTV PX
A : masalah pola tidur teratasi
R/ px menerima TD : 140/90 s:36’c
sebagian

Memberikan th/po
06.15 P : Intervensi dilanjutkan.
amlodipine 10 mg sesuai instruksi
dokter
22.05

06.17 Mengkaji aktivitas px


R/ px sudah bisa sedikit S : px mengatakan masih sulit
menggerakan kakinya dengan hati- beraktivitas
hati
O : px masih lemah, terpasang
Mengajarkan px aktivitas infus Rl, Aktivitas px dibantu
ringan keluarga
06.20 R/ px menerima dengan
menggerakkan kaki
A : Masalah intoleransi aktivitas
belum teratasi
Membantu mengubah posisi
px secra berkala
P : Intervensi dilanjutkan
R / px menerima

3 06.45 Mengganti cairan infus px


RL 20 tpm
1 23-1-2013 S : px mengatakan masih pusing
dan nyeri berkurang
21.10 Mengkaji tingkat nyeri px
R/ px mengatakan nyeri dengan O : px tampak lemah
skala 4
- P : hipertensi
Mengatur posisi tidur
pasien dengan posisi semi fowler - Q : tertusuk tusuk
R/ px mulai merasa nyaman dan
21.12 lebih rileks
- R : kepala
Mengobservasi ttv
06.00

- S : skala nyeri 4
R/ pasien menerima TD : 140/90
- T : pada saat bergerak
06.05 S : 36’1
A : masalah nyeri teratasi
sebagian
Mengajarkan tehnik
relaksasi napas dalam
R/px mengikuti dan merasa nyaman P : Intervensi dilanjutkan

24 .00

Memberikan terapi injeksi


sesuai instruksi dokter
R/ – cefotaxime 1amp (iv)

Mengkaji pola tidur px


05.55 R/ px mengatakan masih sulit untuk
tidur

Mengobservasi TTV
S : px mengatakan masih sulit
R/ TD : 140/90 S: 36,1
untuk tidur

06.00 Mengganti cairan infus RL


O : mata px cekung karena kurang
20 Tpm
tidur
memberikan terapi obat
sesuai instruksi dokter TPM
Amplodipine 10 mg (oral) A : masalah pola tidur teratasi
06.10 Captopril 2×1 25 mg tab sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

2 06.15

3 21.00 Mengkaji aktivitas px S : px mengatakan sudah mulai


R/ px sudah mampu duduk & beraktivitas
menggerakkan kaki
O : terpasang infus RL, aktivitas px
Mengajarkan px aktivitas sebagian di bantu keluarga
ringan
R/ px mengerti A : Masalah intoleransi aktivitas
05.45
teratasi sebagian
Membantu mengubah posisi
px secra berkala P : Intervensi di lanjutkan
R / px mengikuti
05.50
Mengkaji TTV
R/ TD : 120/80 mmHg

RR : 22 x/mnt

N : 78x/mnt

06.00 T : 37 ◦C

BAB IV

PENUTUP

1. A. KESIMPULAN

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg (Smith Tom, 1995). Faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu factor keturunan, ciri perseorangan (jenis
kelamin,umur) dan kebiasaan hidup.Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan
satu-satunya gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada
ginjal,mata,otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit
kepala,epistaksis,maeah, telinga berdengung,rasa berat ditengkuk,sukar tidur, mata
berkunang-kunang dan pusing.

Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunan risiko penyakit


kardiovasuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai
dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90
mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja
atau dengan obat antihipertensi.

1. B. SARAN
Hipertensi dapat dihindari atau dicegah dengan pola hidup sehat dan teratur. Berhenti
merokok dan batasi alkohol, serta mengurangi asupan lemakjenuh dan kolesterol dalam
makanan. Perbanyak minum air putih serta olahraga yang teratur dan hindari stress
berlebihan terutama di usia tua. Mencegah itu lebih baik daripada mengobati, karena
hipertensi dapat menyerang siapa saja.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, dkk. (2002). Keperawatan Medical-Bedah (edisi 8), volume 2. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. (1999). Kapita Selekta Kedokteran (edisi 3), jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius.

Potter dan Perry. (2005). Fundamental Keperawatan (edisi 4), volume 3. Jakarta : EGC.

Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, EGC,
Jakarta

Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

About these ads


Share this:

 Twitter
 Facebook
 Google

Related
ashep bayi prematur
tugas keperawatan anak
askep tetanus neonatorum
BOOKMARK THE PERMALINK.

POST NAVIGATION
← 10 makanan terbaik untuk kesehatan otak
undangan caping day tahun 2013 →
Leave a Reply
Search

Recent Posts
 Keluargaku
 kelas 3 SMA
 pisces girl
 askep post partum
 ashep bayi prematur

Recent Comments
Archives
 November 2013
 October 2013

Categories
 Uncategorized

Meta
 Register
 Log in
 Entries RSS
 Comments RSS
 WordPress.com
B L O G AT W O R D P R E S S . C O M . | T H E B A L L O O N S T H E M E .
eminar askep hipertensi
semester 3 di R.S Vincentius singkawang
OCTOBER 5, 2013 BY NOTYSOJU
BAB I

PENDAHULUAN

1. A. LATAR BELAKANG
Pengertian hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Palmer, 2007). Tekanan darah manusia
secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila
tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ
yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Palmer, 2007).

Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120–140 mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90
mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya >
140/90 mmHg. Sedangkan menurut JNC VII 2003 ( The seventh report of the joint National on
Prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure) tekanan darah pada
orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I
apabila tekanan sistoliknya 140 – 159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 – 99 mmHg.
Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih 160 mmHg
dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg sedangakan hipertensi stadium III apabila tekanan
sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg (Palmer,
2007).

Bila tekanan darah tinggi tidak terkontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian
komplikasi serius dan penyakit kardiovaskuler, sperti angina dan serangan jantung, strol dan
stroke ringan, gagal jantung, kerusakan ginjal dan masalah mata (Palmer, 2007).

1. B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusunan makalah ini dapat digunakan untuk
mengetahui pengertian, konsep dan cara asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
hipertensi.

1. C. TUJUAN
2. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum tentang hipertensi yang terjadi.

1. Tujuan Khusus
a) Mengetahui pengertian ,etiologi, patofisiologi serta komplikasi yang terjadi pada pasien
penderita hipertensi.

b) Mengetahui penatalaksanaan dan asuhan keperawatan yang seharusnya diberikan pada


pasien penderita hipertensi.

1. D. Ruang Lingkup Penulisan


Adapun ruang lingkup makalah ini, penyusun pada pembahasan tentang Keperawatan Medikal
Bedah 2 yang mengenai hipertensi.

1. E. Sistematika Penulisan Makalah


Bab I. Pendahuluan

1. Latar belakang
2. Perumusan masalah
C. Tujuan

D. Ruang lingkup penulisan

E. Sistematika penulisan

Bab II. Pembahasan

A. Mekanisme Penyakit

a. Definisi

b. Etiologi

c. Patofisiologi

d. Manifestasi klinis

e. Komplikasi

f. Pemeriksaan diagnostik

g. penatalaksanaan

h. pengobatan
B. Askep

a. Pengkajian

b. Analisa Data

c. Rencana dan Asuhan keperawatan

d. Catatan Perkembangan

Bab III Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar Pustaka
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. A. DEFINISI
Pengertian hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Palmer, 2007). Tekanan darah manusia
secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila
tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ
yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Palmer, 2007).

Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120–140 mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90
mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya >
140/90 mmHg. Sedangkan menurut JNC VII 2003 ( The seventh report of the joint National on
Prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure) tekanan darah pada
orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I
apabila tekanan sistoliknya 140 – 159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 – 99 mmHg.
Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih 160 mmHg
dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg sedangakan hipertensi stadium III apabila tekanan
sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg (Palmer,
2007).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Hipertensi populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistoliknya di atas 160 mmHg dan tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001).

Hipertensi menurut Adip (2009) dapat dibedakan menjadi empat stadium sesuai dengan tabel
klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas yaitu sebagai berikut:

Tabel Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia 18 Tahun Keatas

Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg

Normal < 130 < 85

Normal Tinggi 130 – 139 85 – 89


Stadium 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99

Stadium 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109

Stadium 3 (berat) 180 – 209 110 – 119

Sangat berat > 210 >120

Sumber : Adib (2009)

Apabila tekanan diastolik dan sistolik pada kelompok yang berbeda, maka harus dipilih
kategori yang tertinggi untuk mengklasifikasikan status tekanan darah seseorang. Misalnya
160/90 mmHg harus diklasifikasikan stadium 2 dan 180/120 mmHg harus diklasifikasikan
stadium 4. hipertensi sistolik mandiri dinyatakan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg
atau lebih tinggi dan tekanan diastoliknya kurang dari 90 mmHg dan diklasifikasikan pada
stadium yang sesuai (misal 170/85 mmHg dianggap sebagai hipertensi sistolik mandiri).

Bila tekanan darah tinggi tidak terkontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian
komplikasi serius dan penyakit kardiovaskuler, sperti angina dan serangan jantung, strol dan
stroke ringan, gagal jantung, kerusakan ginjal dan masalah mata (Palmer, 2007).

1. B. ETIOLOGI
Menurut (Lany Gunawan 2001) Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
2 golongan besar yaitu :

1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui


penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit Hipertensi primer
terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh
hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur
bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras
( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam
yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh
lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin ).

1. C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontologi ,Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh
perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume
sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
( Brunner & Suddarth, 2002 ).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi

Hipertensi

Kelebihan volume cairan

Jenis kelamin

umur

Gaya hidup

obesitas

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah


vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak

ginjal

Pembuluh darah

Retina

Nyeri kepala

Gangguan pola tidur

Suplai O2 otak menurun

sinkop

Gangguan perfusi jaringan


Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal

Blood flow munurun

Respon RAA

Rangsang aldosteron

Retensi Na

edema

sistemik

vasokonstriksi

Afterload meningkat

Penurunan curah jantung

Fatique

Intoleransi aktifitas
koroner

Iskemi miocard

Nyeri dada

Spasme arteriole

diplopia

Resti injuri

Resistensi pembuluh darah otak

Elastisitas , arteriosklerosis

1. D. MANIFESTASI KLINIS
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian
gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal,mata,otak, atau jantung. Gejala lain
yang sering ditemukan adalah sakit kepala,epistaksis,telinga berdengung,rasa berat
ditengkuk,sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.
1. E. KOMPLIKASI
1.Stroke

Suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu.
Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang
dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat
menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu.
2. Infark miokard

Disebabkan oleh penurunan aliran darah koroner yang tiba-tiba atau peningkatan kebutuhan
oksigen miokard tanpa disertai perfusi koroner yang adekuat. Infark terjadi karena iskemia
(yang bersifat reversible) dan nekrosis (yang tidak bersifat reversible)

3.Gagal ginjal

Suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi
mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau
produksi urine.

4.Ensefalopati

Nama umum dari gangguan fungsi otak , yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain infeksi, toksin, kelainan metabolik dan iskemik.

1. F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan
8. Foto dada untuk menunjukkan destruksi Klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung
9. CT scan untuk mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

1. G. PENATALAKSANAAN
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunan risiko penyakit
kardiovasuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai
dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90
mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja
atau dengan obat antihipertensi

Kelompok risiko dikategorikan menjadi:

1. Pasien dengan tekanan darah perbatasan,atau tingkat 1,2,atau 3, tanpa gejala


penyakit kardiovaskuler,kerusakan organ, atau faktor risiko lainnya. Bila dengan modifikasi
gaya hidup tekanan darah belum dapat diturunkan, maka harus diberikan obat antihipertensi.
2. Pasien tanpa penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ lainnya, tapi memiki satu
atau lebih faktor risiko yang tertera diatas, namun bukan diabetes melitus. Jika terdapat
beberapa faktor maka harus langsung diberikan obat antihipertensi.
3. Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ yang jelas.
Faktor risiko: usia lebih dari 6 tahun, merokok, dislipidemia, diabetes melitus, jenis kelamin
(pria dan wanita menopause), riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga.

Kerusakan organ atau penyakit kardiovaskuler: penyakit jantung (hipertrofi ventrikel kiri, infark
miokard, angina pektoris, gagal jantung, stroke , nefropati, penyakit arteri perifer.

Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi risiko:

Tekanan Darah Kelompok Risiko A Kelompok Risiko B Kelompok Risiko C

130-139/ 85-89 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat

140-159/90-99 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat

≥160/ ≥100 Dengan obat Dengan obat Dengan obat

Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan risiko kardiovasuler dengan biaya
sedikit dan risiko minimal. Tata laksana ini tetap dianjurkan meski harus disertai obat
antihipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat. Langkah-langkah yang
dianjurkan untuk:

1. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks massa tubuh ≥ 27)
2. Membatasi alkohol
3. Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-45 menit/hari)
4. Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na/2,4 g Na/ 6 g NaCl/hari)
5. Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90 mmol/hari)
6. Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat.
7. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam
makanan.
1. H. PENGOBATAN
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pilihan obat untuk penderita hipertensi adalah sebagai berikut:

1. Hipertensi tanpa komplikasi : diuretic, beta blocker.


2. Hipertensi dengan indikasi penyakit tertentu : inhibitor ACE, penghambat reseptor
angiotensin II, alfa blocker, alfa-beta-blocker,beta blocker, antagonis Ca dan diuretic.
3. Indikasi yang sesuai Diabetes Mellitus tipe I dengan proteinuria diberikan inhibitor ACE.
4. Pada penderita dengan gagal jantung diberikan inhibitor ACE dan diuretic.
5. Hipertensi sistolik terisolasi : diuretic, antagonis Ca dihidropiridin kerja sama.
6. Penderita dengan infark miokard : beta blocker (non ISA), inhibitor ACE ( dengan
disfungsi sistolik).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. A. Pengkajian
2. Data Demografi
Identitas pasien meliputi: Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bangsa/suku, pekerjaan,
status perkawinan, ruangan , no bed, tanggal masuk, tanggal pengkajian dan diagnosa.

1. Riwayat Kesehatan Pasien


1. Riwayat kesehatan masa lalu
Keadaan atau penyakit yang pernah diderita oleh pasien mungkin sehubungan dengan riwayat
sekarang.

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


1) Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau
berobat ke rumah sakit.

2) Alasan Masuk Rumah Sakit

Alasan utama sehingga pasien dibawa ke rumah sakit.

1. Riwayat Kesehatan Keluarga


Mencari diantara anggota keluarga apakah ada yang mederita penyakit yang sama dengan
pasien.

1. Genogram
Mengetahui silsilah keluarga dalam bentuk diagram dan mengetahui riwayat suatu penyakit.

1. Pola Fungsi Kesehatan


1. Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol

Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

1. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal
proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan,
sianosis
1. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen
1. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan
penglihatan, episode epistaksis
Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik

1. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler

Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin

1. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum :
1) Keadaan Umum

2) Kesadaran

3) Tanda-tanda vital

4) Skala Nyeri

5) Pemeriksaan anggota tubuh (secara head to toe) dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi.

1. Pemeriksaan khusus (kardiovaskuler)


Jantung diperiksa secara langsung dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dinding
dada. Pendekatan sistemik merupakan dasar pengkajian yang seksama.Pemeriksaan dinding
dada dilakukan pada enam daerah dibawah ini:

1) Daerah aorta-ruang interkostal kedua pada sternum kanan

2) Daerah pulmonal-ruang interkostal kedua pada sternum kiri

3) Titik erb-ruang interkostal ketiga pada sternum kiri

4) Daerah tricuspid atau ventrikel kanan-ruang interkostal empat dan lima pada sternum
kiri

5) Daerah apeks atau ventrikel kiri-ruang interkostal kelima pada sternum kiri

6) Daerah epigastrik-dibawah prosesus xifoideus

Pemeriksaan kebanyakan dilakukan dengan pasien dalam posisi supine dan kepala sedikit
dinaikkan.

a) Inspeksi dan palpasi


Dengan cara sistematis, setiap daerah prekordium diinspeksi dan dipalpasi. Terdapat impuls
normal yang jelas dan terletak tepat di atas apeks jantung,biasanya terlihat pada orang muda
atau tua yang kurus. Impuls ini disebut impuls apical atau titik impuls maksimal (PMI) dan
normalnya terletak pada rongga interkostal kelima kiri pada garis medio-klavikularis. Impuls
apical terkadng dapat pula dipalpasi. Normalnya terasa sebagai denyutan ringan, dengan
diameter 1 sampai 2 cm. Teraba pada saat awitan bunyi jantung pertama dan berlangsung
hanya setengah sistolik. Secara normal, PMI hanya teraba pada satu ruang interkostal. Bila PMI
dapat teraba pada dua daerah yang terpisah dan gerakan denyutnya paradoksal (tidak
bersamaan), harus dicurigai adanya aneurisma ventrikel.

b) Perkusi

Secara normal, hanya batas jantung kiri yang dapat dideteksi pada perkusi. Memanjang dari
garis medioklavikularis diruang interkostal ketiga sampai kelima. Batas kanan terletak
dibawah batas kanan sternum dan tidak dapat dideteksi. Pembesaran jantung baik ke kiri
maupun ke kanan biasanya akan terlihat. Pada beberapa orang yang dadanya sangat tebal
atau obes atau menderita emfisema, jantung terletak jauh di bawah permukaan dada sehingga
bahkan batas kiripun tidak jelas kecuali bila membesar.

c) Auskultasi

Auskultasi system kardiovaskuler meliputi pengkajian dalam mendeteksi bunyi S1 dan S2


normal, mendeteksi adanya bunyi S3 dan S4 yang tidak normal dan bunyi murmur serta bunyi
gesekan, mengidentifikasi lokasi,radiasi,intensitas, nada dan kualitas bunyi murmur. Serta
mengidentifikasi bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen dan arteri femoral.

1. Data Psikologi
Termasuk konsep diri, status emosi, gaya komunikasi,pola koping, pola interaksi

1. Data Sosial
Termasuk pendidikan dan pekerjaan, hubungan sosial dan gaya hidup

1. Data Spiritual
Bagaimana kebiasaan ibadahnya sebelum dan sesudah MRS

1. Data Penunjang
Diambil dari pemeriksaan laboratorium

1. Pengobatan
Diambil dari pengobatan yang dilakukan dirumah sakit, harus mencantumkan nama obat,
dosis dan cara pemberian.

1. B. Diagnosa Keperawatan
1. 1. Nyeri akut ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
2. 2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada kepala.
3. 3. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokonstriksi pembuluh darah.

1. C. Perencanaan Dan Rasional Tindakan


2. Diagnosa 1 : Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
a) NOC

Menghilangkan rasa nyeri

KH : nyeri dapat teratasi dan px dapat bepartisipasi dalam aktivitas

b) Tingkat Ketegantungan

Sedang (dibantu oleh perawat atau keluarga dalam merawat dan memenuhi kebutuhan px
tanpa mengabaikan kesertaan px daam kegiata tersebut).

c) NIC

Manajemen Nyeri

1. Guidance
1. Kaji lokasi, kualitas, waktu serta frekuensi nyeri
R/: Hail pengkajian dipertimbangkan dalam pemilihan intervensi dan mengevaluasi
perkembangan

1. Kaji tanda-tanda vital


R/: TTV yang normal dapat mempercepat kesembuhan pasien

1. Support
1. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
R/: Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman

1. Ajarkan teknik relaksasi


R/: Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman

1. Teaching
Jelaskan kepada pasien tentang hipertensi dan bagaimana terjadinya nyeri.

R/: Pasien dapat memahami penyakit yang diderita serta proses terjadinya nyeri yang
dirasakan

1. Providing Development Environment


Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan klinis pasien

R/: keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat melelahkan pasien.


1. Collaboration
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik

R/: Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan syaraf simpatis.

1. Diagnosa 2 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada kepala


a) NOC

Memenuhi kebutuhan istirahat tidur

KH : Pasien dapat tidur dengan nyenyak dan tidak gelisah

b) Tingkat Ketegantungan

Sedang (dibantu oleh perawat atau keluarga dalam merawat dan memenuhi kebutuhan pasien
tanpa mengabaikan kesertaan pasien dalam kegiatan tersebut).

c) NIC

Manajemen pola istirahat tidur

1. Guidance
1. Observasi TTV
R/: Untuk mengetahui Perubahan TTV

1. Kaji faktor penyebab gangguan tidur pasien


R/: Menyesuaikan intervensi yang akan diberikan

1. Support
Atur posisi senyaman mungkin

R/: Posisi yang nyaman dapat memberikan rasa istirahat yang adekuat.

1. Teaching
Anjurkan pasien untuk relaksasi

R/: Membuat pasien merasa lebih nyaman

1. Providing Development Environment


Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan klinis pasien
R/: keterlibatan dalam pembicaraan panjang akan dapat melelahkan pasien.

1. Collaboration
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat tidur jika diperlukan.

R/: Agar kebutuhan tidur pasien terpenuhi.

1. Diagnosa 3 : Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan


vasokonstriksi pembuluh darah.
a) NOC

Curah jantung normal

KH : Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau beban kerja
jantung, memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

b) Tingkat ketergantungan

Sedang (dibantu oleh perawat atau keluarga dalam merawat dan memenuhi kebutuhan pasie
tanpa mengabaikan kesertaan dalam kegiatan tersebut)

c) NIC

Manajemen penurunan curah jantung

1. Guidance
1. Observasi tekanan darah
R/: untuk mengetahui perubahan tekanan darah

1. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas


R/: untuk mengetahui adanya ketidaknormalan bunyi.

1. Support
Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler

R/: adanya pucat,dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan
dekompensasi atau penurunan curah jantung.

1. Teaching
Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi

R/: dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang sehingga
akan menurunkan tekanan darah.

1. Providing Development Environment


Berikan lingkungan yang nyaman ,tenang, kurangi aktivitas serta batasi jumlah pengunjung
dan lamanya tinggal.
R/: membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis dan meningkatkan relaksasi

1. Collaboration
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi anti hipertensi diuretik.

R/: untuk menurunkan tekanan darah.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI


1. A. PENGKAJIAN
1. Data Demografi
a) Identitas pasien

Nama : Ny.N

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 54 tahun

Alamat : Dusun Kembang Sari karimunting

Agama : Islam

Bangsa/suku : Melayu

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Status perkawinan : Menikah

Ruangan : Kelas III St.Lukas


No RM : 092137

Tanggal masuk : 21 Januari 2013

Tanggal pengkajian : 21 Januari 2013

Diagnosa : Hipertensi

b) Penanggung jawab

Nama : Tn.H

Pekerjaan : PNS

Alamat : Dusun Kembang Sari karimunting

Hub dengan Px : Suami

1. Riwayat Kesehatan Pasien


1. Riwayat kesehatan masa lalu
Px sudah pernah masuk rumah sakit karena penyakit hipertensi sebulan yang lalu

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


1) Keluhan Utama

Saat pengkajian px mengeluh kepalanya pusing dan nyeri, tangan dan kaki kesemutan, badan
terasa lemah, cepat lelah jika beraktivitas dan tidak bisa tidur.
2) Alasan masuk rumah sakit

Satu hari sebelum masuk rumah sakit, px mengeluh pusing dan nyeri kepala kuat sehingga
pada tanggal 21 januari 2013 px masuk rumah sakit karena nyeri kepala tidak hilang

1. Riwayat Kesehatan Keluarga


Px mengatakan bahwa ayah dan ibunya juga menderita penyakit Hipertensi sama dengan px.

1. Genogram
Mengetahui silsilah keluarga dalam bentuk diagram dan mengetahui riwayat penyakit dalam
keluarga.

Ket : laki laki

Perempuan

Laki laki meninggal

Perempuan meninggal

Pasien

1. Pola Fungsi Kesehatan


2. Pola Nutrisi
SMRS : Px makan 3-4 x/hari dengan porsi cukup habis

MRS : Px makan 2 x/hari dan tidak habis hanya setengah porsi karena tidak ada nafsu makan

1. Pola Minum
SMRS : Px minum air putih 7 gelas / hari

MRS : Px minum air putih 5 -6 gelas / hari

1. Pola istirahat tidur


SMRS : px tidur 7-8 jam / hari dengan nyenyak

MRS : px tidur 3-4 jam/ hari dan sering terbangun karena sakit kepala

1. Pola aktivitas
SMRS : Dapat melakukan aktivitas secara mandiri tetapi mudah lelah dan pusing

MRS : aktivitas dibantu keluarga sebagian ; kekamar mandi, makan, dan ganti pakaian

1. Pola kebersihan
SMRS : Px mandi 3 x sehari

MRS : Px mandi 2 xsehari dibantu oleh keluarganya dengan dilap air hangat.

1. Pola Eliminasi
SMRS : BAB 1-2 x / hari BAK 4 x/ hari

MRS : BAB belum ada dalam 2 hari BAK 4x/ hari

1. Pola Nyeri
P : Pada saat bangun

Q : tertusuk tusuk

R : Kepala

S : berat 7

T : sering

1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum :
1) Keadaan Umum : GCS : E=4 V=5 M=6

2) Kesadaran : composmentis

3) Tanda-tanda vital : TD = 160 / 110 mmHg

RR = 20 X/ menit

S = 36,5®c

N = 70 x/ menit

4) Skala Nyeri : 7

5) Pemeriksaan anggota tubuh (secara head to toe) dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi.

 Kepala : Bentuk simetris, rambut lurus, tidak terdapat lesi, tidak terdapat benjolan.
 Wajah : Bentuk wajah bulat, alis simetris dan agak tipis.
 Mata : Mata simetris, Sklera non ikterik, konjungtiva non anemis, reaksi pupil isokor.
 Telinga : Telinga simetris, tidak terdapat lesi dan tidak terdapat serumen.
 Hidung : Bentuk simetris, tidak ada sekret, tidak ada polip, dan penciuman baik.
 Mulut : Bibir simetris dan agak mukosa bibir kering, tidak terdapat radang mukosa, dan
pada tengggorokan tidak terdapat pembengkakan.
 Abdomen :
Inspeksi : Bentuk abdomen datar

Perkusi : terdengar suara normal timpani

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

Auskultasi : terdengar bising usus 7 x/ menit

 Dada
Paru-paru

Inspeksi : Bentuk dada simetris

Palpasi : tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan

Perkusi : terdengar bunyi dullnes pada daerah ( ICS 1 – ICS 7 )

Auskultasi : Terdengar bunyi vesikuler pada lapang paru-paru ( ICS 1- ICS 7 )

Jantung :

Inspeksi : terlihat pulsasi


Palpasi : Ictus cordis teraba ICS 5

Perkusi : terdengar bunyi dullnes di ICS 1 – ICS 7

Auskultasi : Terdengar bunyi Lup dup

 Integumen : warna kulit sawo matang, tidak terdapat lesi dan tangan kulit elastis

 Ekstremitas : 5555 4444


4444 5555

Dekstra sinistra

6) Data Psikologi

Konsep diri : Px terkadang tidak mau di ajak bicara dan terkadang tidak mau menjawab
pertanyaan perawat

Status emosi : Klien dapat mengendalikan emosinya

Gaya komunikasi : Menggunakan bahasa Verbal

Pola koping : Px terkadang menutup diri dan dalam pemecahan masalahnya


meminta pendapat dengan anaknya

Pola interaksi : Klien berinteraksi dengan keluarga dan perawat

7) Data Sosial

Pendidikan : Klien tamat SMP

Pekerjaan : Swasta

Hubungan sosial : Klien bersosialisasi dengan masyrakat

Gaya hidup : Klien jarang berolahraga dan tidak memperhatikan pola


makannya
8) Data Spiritual

Klien beragama islam

SMRS : Klien rajin sholat tepat waktu

MRS : Klien tidak pernah sholat

9) Data Penunjang

Pemeriksaan Laboratirium tanggal 26 Januari 2013

HB 11.2 Gr ℅ Lk: 14-18 Pr: 12-18

Leukosit 3,670 mm3 4000-11000

Eritrosit 4,8 Juta mm3 Lk:4,5-5,5 pr: 4,5

Trombosit 338.000 Mm3 150.000-400.000

Hematokrit 35 % Lk: 40-50 pr: 31-45

10) Pengobatan

1. IVFD RL 20 tpm
Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok
hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan
asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat
metabolisme anaerob.

Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat

Efek samping : Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya atau cara pemberiannya
termasuk timbulnya panas, infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis vena atau flebitis yang
meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi.

1. Ceftriaxone 2 x 1 gram (iv)


Indikasi : Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh patogen yang sensitif terhadap Ceftriaxone,
seperti: infeksi saluran nafas, infeksi THT, infeksi saluran kemih, sepsis, meningitis, infeksi
tulang, sendi dan jaringan lunak, infeksi intra abdominal, infeksi genital (termasuk gonore),
profilaksis perioperatif, dan infeksi pada pasien dengan gangguan pertahanan tubuh.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap cephalosporin dan penicillin (sebagai reaksi alergi
silang).

Efek samping : Reaksi hipersensitivitas (urticaria, pruritus, ruam, reaksi parah seperti
anaphylaxis bisa terjadi); Efek GI (diare, N/V, diare/radang usus besar); Efek lainnya (infeksi
candidal)

1. Amlodipine 1x 10 Mg tab
Indikasi : Amlodipine digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil kronik, angina
vasospastik (angina prinzmetal atau variant angina). Amlodipine dapat diberikan sebagai
terapi tunggal ataupun dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain.

Kontraindikasi : Amlodipine tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap
amlodipine dan golongan dihidropiridin lainnya.

Efek samping : Fatigue, nyeri, peningkatan atau penurunan berat badan.

1. Captopril 2×1 25 mg tab


Indikasi : Pengobatan hipertensi ringan sampai sedang. Pada hipertensi berat digunakan bila
terapi standar tidak efektif atau tidak dapat digunakan. Pengobatan gagal jantung kongestif,
digunakan bersama dengan diuretik dan bila mungkin dengan digitalis.

Kontra indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap Captopril atau penghambat ACE lainnya
(misalnya pasien mengalami angioedema selama pengobatan dengan penghambat ACE
lainnya)..

Efek samping : • Proteinuria, peningkatan ureum darah dan kreatinin.

 • Idiosinkrasi, rash, terutama pruritus.


 • Neutropenia, anemia, trombositopenia.
 • Hipotensi.
1. Diit bubur lunak dan rendah garam
1. B. Analisa Data
No. Data Fokus Etiologi Masalah

1 DS : Peningkatan tekanan darah Nyeri akut

- Px mengatakan pusing dan nyeri di â


daerah kepala dan kaki kesemutan
Vasokontriksi pembuluh darah
Do:
â
- px meringis
Peredaran darah ke seluruh tubuh
– px tampak gelisah berkurang sehingga suplai o2 ke otak
berkurang
Hh Td : 160/110
â
Nh N : 105 x / menit
peningkatan tekanan intra kranial
M S : 36,1’C
â
T RR :20x/menit
Nyeri kepala

P = hipertensi

Q = tertusuk tusuk

R = kepala

S =skala 7

T = Saat
bergerak
Peningkata tekanan darah
DS = px mengatakan tidak bisa
beraktivitas karena pusing, cepat
lelah, dan badan terasa lemah â

Do = px dibantu oleh keluarga jika Vasokontriksi pembuluh darah


ingin melakukan aktivitas
â

Suplai o2 berkurang

Kemampuan melakukan aktivitas


berkurang

Intoleransi aktivitas

2 Intoleransi aktivitas

Saraf simpatis terangsang untuk


mengaktivasi RAS dan mengaktivasi
tubuh

REM menurun

â
DS = px mengatakan susah untuk
tidur, sering terbangun karena kepala
Pasien terjaga
pusing dan Cuma tidur 3-4 jam per
hari

DO= mata px cekung dan agak
3 bengkak Perubahan pola tidur Perubahan pola tidur

DAFTAR MASALAH

No Diagnosa Keperawatan Tanggal masalah paraf


Muncul Teratasi

Nyeri akut ( sakit kepala ) berhubungan dengan


peningkatan tekanan vaskuler serebral ditandai
dengan :
DS : Px mengatakan pusing dan nyeri di daerah kepala
dan kaki kesemutan

Do: - px meringis

– px tampak gelisah

Hh TD : 160/110

Nh N : 105 x / menit

M S : 36,1’C

T RR :20x/menit

Nyeri kepala yang di rasakan px :

P = saat bangun dan beraktivitas

Q = tertusuk tusuk

R = kepala

S =skala 7

T = Saat bergerak

1 21 januari 2013 24 januari 2013

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri


pada kepala ditandai dengan :
DS = px mengatakan tidak bisa beraktivitas karena
pusing, cepat lelah, dan badan terasa lemah

Do = px dibantu oleh keluarga jika ingin melakukan


aktivitas

2 21 januari 2013 24 januari 2013


Resiko tinggi penurunan curah jantung
berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh
darah ditandai dengan :
DS = px mengatakan susah untuk tidur, sering
terbangun karena kepala pusing dan Cuma tidur 3-4
jam per hari

DO = px gelisah, mata px cekung dan agak


bengkak
3 21 januari 2013 24 januari 2013

C.RENCANA DAN ASUHAN KEPERAWATAN

No. Rasional NOC NIC Rasional

1. nyeri b/d: peningkatan Masalah nyeri teratasi Manajemen nyeri


tekanan vaskuler
serebral yang ditandai Tujuan : setelah 1.guidance
dengan dilakukan tindakan
keperawatan 3×24 jam -kaji tingkat dan lokasi -Mengetahui tingkat
DS = nyeri teratasi dengan nyeri dan lokasi nyeri

-Px mengatakan KH:


kepalanya pusing
-Nyeri berkurang 2.support -membantu px
- Px mengatakan nyeri memberikan rasa
pada kepala -px tampak rileks aman dan nyaman
-berikan posisi yang
nyaman bagi px
DO = -px tidak lagi mengeluh
sakit kepala
-Px tampak gelisah -untuk mengurangi
TK: sebagian rasa nyeri
3.teaching
-skala nyeri px 7

-Ajarkan px teknik
relaksasi

4. Dev. Environment

-ciptakan lingkungan yang


kondusif

- memberikan rasa
aman dan nyaman
5.collaboration

-kolaborasi dgn dokter


dalam pemberian obat
analgetik

-mempercepat
penyebuhan dan
menguragi nyeri
melalui obat analgetik

NIC : pengendalian
-mengetahui tingkat
integritas kulit
aktivitas pasien
1. Guidance :

-untuk mencegah
- kaji pola aktivitas
iritasi
2. Support :

- bantu px untuk merubah


posisi secara berkala

3. Teaching :
-melatih pasien untuk
melakukan aktivitas
- ajarkan px untuk
melakukan aktivitas
NOC : integritas kulit
ringan
kembali normal
4. Environment :
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan
Intoleransi aktivitas b/d keperawatan selama - ciptakan suasana yang
3×24 jam,integritas aman dan nyaman
peningkatan tekanan - memberikan rasa
kulit kembali normal dg 5. Collaboration:
darah yg ditandai : aman dan nyaman
K.H :
DS : px mengatakan kepada pasien
tidak bisa beraktivitas - kolaborasi dgn dokter u/ -agar aktivitas yang
karena pusing - pasien dapat kembali terapi obat dan dijalano tidak semakin
DO : semua aktivitas beraktivitas dengan menentukan aktivitas membahayakan
2 dibantu oleh keluarga normal secara mandiri sementara kondisi px

3 Perubahan pola tidur b/dNOC : intoleransi NIC : Manajemen aktivitas


nyeri pada kepala yang aktivitas dapat 1. Guidance :
ditandai : teratasi/dikontrol
- menyesuaikan
intervensi yang akan
diberikan
- kaji TTV pasien

- posisi yang nyaman


dapat membantu
2. Support : pasien mencoba untuk
lebih rileks
- bantu px utk mengubah
posisi senyaman mungkin

3. Teaching :

-melatih px agar bisa


- ajarkan px untuk
lebih rileks dan
melakukan tehnik
Tujuan: setelah dilakukan relaksasi nyaman
tindakan keperawatan 4. Environment :
selama 3×24 jam,
masalah teratasi dgn
- batsi pengunjung sesuai
dengan keadaan klinis - agar krbutuhan tidur
K.H :
DS : px mengatakan pasien pasien terpenuhi
susah tidur pada malam dengan adanya
hari - px dapat tidur nyenyak lingkungan yang
dan mata tidak lagi 5. Collaboration : nyaman
cekung akibat kurang
DO: – mata pasien
tidur
cekung dan ada - kolaborasi dgn dokter -membantu
lingkaran hitam pada dalam pemberian obat mengurangi nyeri dan
mata pasien tidur dan analgetik pola tidur normal px

D.CATATAN PERKEMBANGAN

No. Tgl/Jam Implementasi dan Rasional Paraf Evaluasi paraf

1 21-1-2013 S : Px mengatakan masih pusing


dan nyeri pada kepala
08.45 mengkaji skala nyeri
kepada px O : px tampak lemah
R/Nyeri dirasakan pada daerah
kepala dengan skala 7 TTV

memberikan obat sesuai TD=160/110mmhg


instruksi dokter : ranitidine 1
10.00 amp,cefotaxime 1 amp dan
amlodipine 10 mg RR=20x/menit
R/pasien menerima dan tidak
N=72x/menit

S=36,1’c

P : Hipertensi
terjadi alergi
Q : tertusuk tusuk

R : kepala
mengkaji TTV
TD=160/110mmhg S : skala 7

RR=20x/menit T : pada saat bergerak

N=72x/menit A : masalah nyeri belum teratasi

12.00 S=36,1’c P : intervensi dilanjutkan.

S : px mengatakan sulit tidur dan


sering terbangun

O : mata px cekung dan terdapat


lingkaran hitam pada mata
08.50
mengkaji pola tidur px
TTV
R/px mengatakan sulit tidur jam
tidur Cuma 3-4 jam
TD : 160/110 mmHg
Observasi TTV
TD : 160/110 mmHg RR : 20X/MENIT
12.00
RR : 20X/MENIT N : 72X/menit

N : 72X/menit

S : 36.1c A : masalah pola tidur belum


teratasi
3.mengatur posisi tidur px
P : intevensi dilanjutkan
R/px merasa nyaman dan
2 12.10 rileks

3 S : px mengatakan masih belum


bisa beraktivitas karena nyeri
08.50 Mengkaji aktivitas px
R/ px belum dapat bergerak O : px masih lemah dan berbaring
di tempat tidur
Membantu px untuk
mengubah posisi secara berkala A : Masalah intoleransi aktivitas
12.12
R/ agar px istrhat dengan nyaman belum teratasi

Memberikan suasana yang


kondusif
13.00

R/ agar px nyaman P : intervensi dilanjutkan

22-1-2013

22.00 S : px mengatakan masih pusing


dan nyeri dgan skala 5
1.Obervasi px dan membatasi
jumlah pengunjung
O : px tampak lemah
R/ pasien belum tidur
- P : Hipertensi
06.00 2.Mengobservasi TTV px
- Q : rasa tertusuk
R/TD :140/90
- R : tengkuk kepala
S : 36’C
- S : skala nyeri 5
06.05 3.mengkaji tingkat nyeri
- T : pada saat bergerak
R/px merasakan nyeri dengan skala
5 A : masalah nyeri teratasi
06.10 sebagian
4.mengajarkan tehnik relaksasi
pada p P : Intervensi dilanjutkan

1 R/px mengerti dan mengikuti

2 22.10 Mengatur posisi tidur px S : px mengatakan masih sulit


senyaman mungkin tidur
R/pasien mengikuti instruksi
O : mata pxcekung dan terdapat
Memberikan obat sesuai lingkaran hitam
instruksi dokter.cefotaxime 1 amp
iv. A : masalah pola tidur teratasi
24.00 Mengobservasi TTV PX sebagian
R/ px menerima TD : 140/90 s:36’c

P : Intervensi dilanjutkan.
Memberikan th/po
amlodipine 10 mg sesuai instruksi
dokter

06.00
06.15

22.05

06.17 Mengkaji aktivitas px


R/ px sudah bisa sedikit S : px mengatakan masih sulit
menggerakan kakinya dengan hati- beraktivitas
hati
O : px masih lemah, terpasang
Mengajarkan px aktivitas infus Rl, Aktivitas px dibantu
ringan keluarga
06.20 R/ px menerima dengan
menggerakkan kaki
A : Masalah intoleransi aktivitas
belum teratasi
Membantu mengubah posisi
px secra berkala
P : Intervensi dilanjutkan
R / px menerima

3 06.45 Mengganti cairan infus px


RL 20 tpm
1 23-1-2013 S : px mengatakan masih pusing
dan nyeri berkurang
21.10 Mengkaji tingkat nyeri px
R/ px mengatakan nyeri dengan O : px tampak lemah
skala 4
- P : hipertensi
Mengatur posisi tidur
pasien dengan posisi semi fowler - Q : tertusuk tusuk
R/ px mulai merasa nyaman dan
21.12 lebih rileks
- R : kepala
Mengobservasi ttv
R/ pasien menerima TD : 140/90 - S : skala nyeri 4

S : 36’1 - T : pada saat bergerak

Mengajarkan tehnik A : masalah nyeri teratasi


relaksasi napas dalam sebagian
06.00
R/px mengikuti dan merasa nyaman
P : Intervensi dilanjutkan

06.05
24 .00

Memberikan terapi injeksi


sesuai instruksi dokter
R/ – cefotaxime 1amp (iv)

Mengkaji pola tidur px


05.55 R/ px mengatakan masih sulit untuk
tidur

Mengobservasi TTV
S : px mengatakan masih sulit
R/ TD : 140/90 S: 36,1
untuk tidur

06.00 Mengganti cairan infus RL


O : mata px cekung karena kurang
20 Tpm
tidur
memberikan terapi obat
sesuai instruksi dokter TPM
Amplodipine 10 mg (oral) A : masalah pola tidur teratasi
06.10 Captopril 2×1 25 mg tab sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

2 06.15

Mengkaji aktivitas px
R/ px sudah mampu duduk &
21.00 menggerakkan kaki

Mengajarkan px aktivitas
ringan
R/ px mengerti

Membantu mengubah posisi S : px mengatakan sudah mulai


05.45 px secra berkala beraktivitas
R / px mengikuti
O : terpasang infus RL, aktivitas px
Mengkaji TTV sebagian di bantu keluarga
05.50 R/ TD : 120/80 mmHg
A : Masalah intoleransi aktivitas
RR : 22 x/mnt teratasi sebagian

N : 78x/mnt P : Intervensi di lanjutkan

3 06.00 T : 37 ◦C

BAB IV
PENUTUP

1. A. KESIMPULAN

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg (Smith Tom, 1995). Faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu factor keturunan, ciri perseorangan (jenis
kelamin,umur) dan kebiasaan hidup.Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan
satu-satunya gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada
ginjal,mata,otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit
kepala,epistaksis,maeah, telinga berdengung,rasa berat ditengkuk,sukar tidur, mata
berkunang-kunang dan pusing.

Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunan risiko penyakit


kardiovasuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai
dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90
mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja
atau dengan obat antihipertensi.

1. B. SARAN
Hipertensi dapat dihindari atau dicegah dengan pola hidup sehat dan teratur. Berhenti
merokok dan batasi alkohol, serta mengurangi asupan lemakjenuh dan kolesterol dalam
makanan. Perbanyak minum air putih serta olahraga yang teratur dan hindari stress
berlebihan terutama di usia tua. Mencegah itu lebih baik daripada mengobati, karena
hipertensi dapat menyerang siapa saja.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, dkk. (2002). Keperawatan Medical-Bedah (edisi 8), volume 2. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. (1999). Kapita Selekta Kedokteran (edisi 3), jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius.

Potter dan Perry. (2005). Fundamental Keperawatan (edisi 4), volume 3. Jakarta : EGC.
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, EGC,
Jakarta

Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

BAB I

PENDAHULUAN

1. A. LATAR BELAKANG
Pengertian hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Palmer, 2007). Tekanan darah manusia
secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila
tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ
yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Palmer, 2007).

Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120–140 mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90
mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya >
140/90 mmHg. Sedangkan menurut JNC VII 2003 ( The seventh report of the joint National on
Prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure) tekanan darah pada
orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I
apabila tekanan sistoliknya 140 – 159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 – 99 mmHg.
Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih 160 mmHg
dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg sedangakan hipertensi stadium III apabila tekanan
sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg (Palmer,
2007).

Bila tekanan darah tinggi tidak terkontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian
komplikasi serius dan penyakit kardiovaskuler, sperti angina dan serangan jantung, strol dan
stroke ringan, gagal jantung, kerusakan ginjal dan masalah mata (Palmer, 2007).
1. B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusunan makalah ini dapat digunakan untuk
mengetahui pengertian, konsep dan cara asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
hipertensi.

1. C. TUJUAN
2. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum tentang hipertensi yang terjadi.

1. Tujuan Khusus
a) Mengetahui pengertian ,etiologi, patofisiologi serta komplikasi yang terjadi pada pasien
penderita hipertensi.

b) Mengetahui penatalaksanaan dan asuhan keperawatan yang seharusnya diberikan pada


pasien penderita hipertensi.

1. D. Ruang Lingkup Penulisan


Adapun ruang lingkup makalah ini, penyusun pada pembahasan tentang Keperawatan Medikal
Bedah 2 yang mengenai hipertensi.

1. E. Sistematika Penulisan Makalah


Bab I. Pendahuluan

1. Latar belakang
2. Perumusan masalah
C. Tujuan

D. Ruang lingkup penulisan

E. Sistematika penulisan

Bab II. Pembahasan

A. Mekanisme Penyakit

a. Definisi

b. Etiologi

c. Patofisiologi

d. Manifestasi klinis
e. Komplikasi

f. Pemeriksaan diagnostik

g. penatalaksanaan

h. pengobatan

B. Askep

a. Pengkajian

b. Analisa Data

c. Rencana dan Asuhan keperawatan

d. Catatan Perkembangan

Bab III Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar Pustaka
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. A. DEFINISI
Pengertian hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Palmer, 2007). Tekanan darah manusia
secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila
tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ
yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Palmer, 2007).

Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120–140 mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90
mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya >
140/90 mmHg. Sedangkan menurut JNC VII 2003 ( The seventh report of the joint National on
Prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure) tekanan darah pada
orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I
apabila tekanan sistoliknya 140 – 159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 – 99 mmHg.
Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih 160 mmHg
dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg sedangakan hipertensi stadium III apabila tekanan
sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg (Palmer,
2007).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Hipertensi populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistoliknya di atas 160 mmHg dan tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001).

Hipertensi menurut Adip (2009) dapat dibedakan menjadi empat stadium sesuai dengan tabel
klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas yaitu sebagai berikut:
Tabel Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia 18 Tahun Keatas

Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg

Normal < 130 < 85

Normal Tinggi 130 – 139 85 – 89

Stadium 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99

Stadium 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109

Stadium 3 (berat) 180 – 209 110 – 119

Sangat berat > 210 >120

Sumber : Adib (2009)

Apabila tekanan diastolik dan sistolik pada kelompok yang berbeda, maka harus dipilih
kategori yang tertinggi untuk mengklasifikasikan status tekanan darah seseorang. Misalnya
160/90 mmHg harus diklasifikasikan stadium 2 dan 180/120 mmHg harus diklasifikasikan
stadium 4. hipertensi sistolik mandiri dinyatakan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg
atau lebih tinggi dan tekanan diastoliknya kurang dari 90 mmHg dan diklasifikasikan pada
stadium yang sesuai (misal 170/85 mmHg dianggap sebagai hipertensi sistolik mandiri).

Bila tekanan darah tinggi tidak terkontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian
komplikasi serius dan penyakit kardiovaskuler, sperti angina dan serangan jantung, strol dan
stroke ringan, gagal jantung, kerusakan ginjal dan masalah mata (Palmer, 2007).

1. B. ETIOLOGI
Menurut (Lany Gunawan 2001) Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
2 golongan besar yaitu :

1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui


penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit Hipertensi primer
terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh
hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur
bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras
( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam
yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh
lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin ).

1. C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontologi ,Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh
perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume
sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
( Brunner & Suddarth, 2002 ).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi

Hipertensi

Kelebihan volume cairan

Jenis kelamin

umur

Gaya hidup

obesitas

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur
Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak

ginjal

Pembuluh darah

Retina

Nyeri kepala

Gangguan pola tidur

Suplai O2 otak menurun


sinkop

Gangguan perfusi jaringan

Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal

Blood flow munurun

Respon RAA

Rangsang aldosteron

Retensi Na

edema

sistemik

vasokonstriksi

Afterload meningkat

Penurunan curah jantung


Fatique

Intoleransi aktifitas

koroner

Iskemi miocard

Nyeri dada

Spasme arteriole

diplopia

Resti injuri

Resistensi pembuluh darah otak

Elastisitas , arteriosklerosis
1. D. MANIFESTASI KLINIS
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian
gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal,mata,otak, atau jantung. Gejala lain
yang sering ditemukan adalah sakit kepala,epistaksis,telinga berdengung,rasa berat
ditengkuk,sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.

1. E. KOMPLIKASI
1.Stroke

Suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu.
Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang
dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat
menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu.
2. Infark miokard

Disebabkan oleh penurunan aliran darah koroner yang tiba-tiba atau peningkatan kebutuhan
oksigen miokard tanpa disertai perfusi koroner yang adekuat. Infark terjadi karena iskemia
(yang bersifat reversible) dan nekrosis (yang tidak bersifat reversible)

3.Gagal ginjal

Suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi
mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau
produksi urine.

4.Ensefalopati

Nama umum dari gangguan fungsi otak , yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain infeksi, toksin, kelainan metabolik dan iskemik.

1. F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan
8. Foto dada untuk menunjukkan destruksi Klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung
9. CT scan untuk mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

1. G. PENATALAKSANAAN
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunan risiko penyakit
kardiovasuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai
dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90
mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja
atau dengan obat antihipertensi

Kelompok risiko dikategorikan menjadi:

1. Pasien dengan tekanan darah perbatasan,atau tingkat 1,2,atau 3, tanpa gejala


penyakit kardiovaskuler,kerusakan organ, atau faktor risiko lainnya. Bila dengan modifikasi
gaya hidup tekanan darah belum dapat diturunkan, maka harus diberikan obat antihipertensi.
2. Pasien tanpa penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ lainnya, tapi memiki satu
atau lebih faktor risiko yang tertera diatas, namun bukan diabetes melitus. Jika terdapat
beberapa faktor maka harus langsung diberikan obat antihipertensi.
3. Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ yang jelas.
Faktor risiko: usia lebih dari 6 tahun, merokok, dislipidemia, diabetes melitus, jenis kelamin
(pria dan wanita menopause), riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga.

Kerusakan organ atau penyakit kardiovaskuler: penyakit jantung (hipertrofi ventrikel kiri, infark
miokard, angina pektoris, gagal jantung, stroke , nefropati, penyakit arteri perifer.

Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi risiko:

Tekanan Darah Kelompok Risiko A Kelompok Risiko B Kelompok Risiko C

130-139/ 85-89 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat

140-159/90-99 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat

≥160/ ≥100 Dengan obat Dengan obat Dengan obat

Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan risiko kardiovasuler dengan biaya
sedikit dan risiko minimal. Tata laksana ini tetap dianjurkan meski harus disertai obat
antihipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat. Langkah-langkah yang
dianjurkan untuk:

1. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks massa tubuh ≥ 27)
2. Membatasi alkohol
3. Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-45 menit/hari)
4. Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na/2,4 g Na/ 6 g NaCl/hari)
5. Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90 mmol/hari)
6. Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat.
7. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam
makanan.

1. H. PENGOBATAN
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pilihan obat untuk penderita hipertensi adalah sebagai berikut:

1. Hipertensi tanpa komplikasi : diuretic, beta blocker.


2. Hipertensi dengan indikasi penyakit tertentu : inhibitor ACE, penghambat reseptor
angiotensin II, alfa blocker, alfa-beta-blocker,beta blocker, antagonis Ca dan diuretic.
3. Indikasi yang sesuai Diabetes Mellitus tipe I dengan proteinuria diberikan inhibitor ACE.
4. Pada penderita dengan gagal jantung diberikan inhibitor ACE dan diuretic.
5. Hipertensi sistolik terisolasi : diuretic, antagonis Ca dihidropiridin kerja sama.
6. Penderita dengan infark miokard : beta blocker (non ISA), inhibitor ACE ( dengan
disfungsi sistolik).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. A. Pengkajian
2. Data Demografi
Identitas pasien meliputi: Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bangsa/suku, pekerjaan,
status perkawinan, ruangan , no bed, tanggal masuk, tanggal pengkajian dan diagnosa.

1. Riwayat Kesehatan Pasien


1. Riwayat kesehatan masa lalu
Keadaan atau penyakit yang pernah diderita oleh pasien mungkin sehubungan dengan riwayat
sekarang.

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


1) Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau
berobat ke rumah sakit.

2) Alasan Masuk Rumah Sakit

Alasan utama sehingga pasien dibawa ke rumah sakit.

1. Riwayat Kesehatan Keluarga


Mencari diantara anggota keluarga apakah ada yang mederita penyakit yang sama dengan
pasien.

1. Genogram
Mengetahui silsilah keluarga dalam bentuk diagram dan mengetahui riwayat suatu penyakit.

1. Pola Fungsi Kesehatan


1. Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol

Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

1. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal
proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan,
sianosis
1. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen
1. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan
penglihatan, episode epistaksis

Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik

1. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler

Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin

1. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum :
1) Keadaan Umum

2) Kesadaran

3) Tanda-tanda vital

4) Skala Nyeri

5) Pemeriksaan anggota tubuh (secara head to toe) dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi.

1. Pemeriksaan khusus (kardiovaskuler)


Jantung diperiksa secara langsung dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dinding
dada. Pendekatan sistemik merupakan dasar pengkajian yang seksama.Pemeriksaan dinding
dada dilakukan pada enam daerah dibawah ini:

1) Daerah aorta-ruang interkostal kedua pada sternum kanan

2) Daerah pulmonal-ruang interkostal kedua pada sternum kiri

3) Titik erb-ruang interkostal ketiga pada sternum kiri

4) Daerah tricuspid atau ventrikel kanan-ruang interkostal empat dan lima pada sternum
kiri

5) Daerah apeks atau ventrikel kiri-ruang interkostal kelima pada sternum kiri
6) Daerah epigastrik-dibawah prosesus xifoideus

Pemeriksaan kebanyakan dilakukan dengan pasien dalam posisi supine dan kepala sedikit
dinaikkan.

a) Inspeksi dan palpasi

Dengan cara sistematis, setiap daerah prekordium diinspeksi dan dipalpasi. Terdapat impuls
normal yang jelas dan terletak tepat di atas apeks jantung,biasanya terlihat pada orang muda
atau tua yang kurus. Impuls ini disebut impuls apical atau titik impuls maksimal (PMI) dan
normalnya terletak pada rongga interkostal kelima kiri pada garis medio-klavikularis. Impuls
apical terkadng dapat pula dipalpasi. Normalnya terasa sebagai denyutan ringan, dengan
diameter 1 sampai 2 cm. Teraba pada saat awitan bunyi jantung pertama dan berlangsung
hanya setengah sistolik. Secara normal, PMI hanya teraba pada satu ruang interkostal. Bila PMI
dapat teraba pada dua daerah yang terpisah dan gerakan denyutnya paradoksal (tidak
bersamaan), harus dicurigai adanya aneurisma ventrikel.

b) Perkusi

Secara normal, hanya batas jantung kiri yang dapat dideteksi pada perkusi. Memanjang dari
garis medioklavikularis diruang interkostal ketiga sampai kelima. Batas kanan terletak
dibawah batas kanan sternum dan tidak dapat dideteksi. Pembesaran jantung baik ke kiri
maupun ke kanan biasanya akan terlihat. Pada beberapa orang yang dadanya sangat tebal
atau obes atau menderita emfisema, jantung terletak jauh di bawah permukaan dada sehingga
bahkan batas kiripun tidak jelas kecuali bila membesar.

c) Auskultasi

Auskultasi system kardiovaskuler meliputi pengkajian dalam mendeteksi bunyi S1 dan S2


normal, mendeteksi adanya bunyi S3 dan S4 yang tidak normal dan bunyi murmur serta bunyi
gesekan, mengidentifikasi lokasi,radiasi,intensitas, nada dan kualitas bunyi murmur. Serta
mengidentifikasi bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen dan arteri femoral.

1. Data Psikologi
Termasuk konsep diri, status emosi, gaya komunikasi,pola koping, pola interaksi

1. Data Sosial
Termasuk pendidikan dan pekerjaan, hubungan sosial dan gaya hidup

1. Data Spiritual
Bagaimana kebiasaan ibadahnya sebelum dan sesudah MRS

1. Data Penunjang
Diambil dari pemeriksaan laboratorium

1. Pengobatan
Diambil dari pengobatan yang dilakukan dirumah sakit, harus mencantumkan nama obat,
dosis dan cara pemberian.

1. B. Diagnosa Keperawatan
1. 1. Nyeri akut ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
2. 2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada kepala.
3. 3. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokonstriksi pembuluh darah.

1. C. Perencanaan Dan Rasional Tindakan


2. Diagnosa 1 : Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
a) NOC

Menghilangkan rasa nyeri

KH : nyeri dapat teratasi dan px dapat bepartisipasi dalam aktivitas

b) Tingkat Ketegantungan

Sedang (dibantu oleh perawat atau keluarga dalam merawat dan memenuhi kebutuhan px
tanpa mengabaikan kesertaan px daam kegiata tersebut).

c) NIC

Manajemen Nyeri

1. Guidance
1. Kaji lokasi, kualitas, waktu serta frekuensi nyeri
R/: Hail pengkajian dipertimbangkan dalam pemilihan intervensi dan mengevaluasi
perkembangan

1. Kaji tanda-tanda vital


R/: TTV yang normal dapat mempercepat kesembuhan pasien

1. Support
1. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
R/: Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman

1. Ajarkan teknik relaksasi


R/: Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman

1. Teaching
Jelaskan kepada pasien tentang hipertensi dan bagaimana terjadinya nyeri.

R/: Pasien dapat memahami penyakit yang diderita serta proses terjadinya nyeri yang
dirasakan

1. Providing Development Environment


Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan klinis pasien

R/: keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat melelahkan pasien.

1. Collaboration
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik

R/: Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan syaraf simpatis.

1. Diagnosa 2 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada kepala


a) NOC

Memenuhi kebutuhan istirahat tidur

KH : Pasien dapat tidur dengan nyenyak dan tidak gelisah

b) Tingkat Ketegantungan

Sedang (dibantu oleh perawat atau keluarga dalam merawat dan memenuhi kebutuhan pasien
tanpa mengabaikan kesertaan pasien dalam kegiatan tersebut).

c) NIC

Manajemen pola istirahat tidur

1. Guidance
1. Observasi TTV
R/: Untuk mengetahui Perubahan TTV

1. Kaji faktor penyebab gangguan tidur pasien


R/: Menyesuaikan intervensi yang akan diberikan

1. Support
Atur posisi senyaman mungkin
R/: Posisi yang nyaman dapat memberikan rasa istirahat yang adekuat.

1. Teaching
Anjurkan pasien untuk relaksasi

R/: Membuat pasien merasa lebih nyaman

1. Providing Development Environment


Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan klinis pasien

R/: keterlibatan dalam pembicaraan panjang akan dapat melelahkan pasien.

1. Collaboration
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat tidur jika diperlukan.

R/: Agar kebutuhan tidur pasien terpenuhi.

1. Diagnosa 3 : Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan


vasokonstriksi pembuluh darah.
a) NOC

Curah jantung normal

KH : Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau beban kerja
jantung, memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

b) Tingkat ketergantungan

Sedang (dibantu oleh perawat atau keluarga dalam merawat dan memenuhi kebutuhan pasie
tanpa mengabaikan kesertaan dalam kegiatan tersebut)

c) NIC

Manajemen penurunan curah jantung

1. Guidance
1. Observasi tekanan darah
R/: untuk mengetahui perubahan tekanan darah

1. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas


R/: untuk mengetahui adanya ketidaknormalan bunyi.

1. Support
Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler

R/: adanya pucat,dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan
dekompensasi atau penurunan curah jantung.
1. Teaching
Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi

R/: dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang sehingga
akan menurunkan tekanan darah.

1. Providing Development Environment


Berikan lingkungan yang nyaman ,tenang, kurangi aktivitas serta batasi jumlah pengunjung
dan lamanya tinggal.

R/: membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis dan meningkatkan relaksasi

1. Collaboration
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi anti hipertensi diuretik.

R/: untuk menurunkan tekanan darah.


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI

1. A. PENGKAJIAN
1. Data Demografi
a) Identitas pasien

Nama : Ny.N

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 54 tahun

Alamat : Dusun Kembang Sari karimunting

Agama : Islam

Bangsa/suku : Melayu

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Status perkawinan : Menikah

Ruangan : Kelas III St.Lukas


No RM : 092137

Tanggal masuk : 21 Januari 2013

Tanggal pengkajian : 21 Januari 2013

Diagnosa : Hipertensi

b) Penanggung jawab

Nama : Tn.H

Pekerjaan : PNS

Alamat : Dusun Kembang Sari karimunting

Hub dengan Px : Suami


1. Riwayat Kesehatan Pasien
1. Riwayat kesehatan masa lalu
Px sudah pernah masuk rumah sakit karena penyakit hipertensi sebulan yang lalu

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


1) Keluhan Utama

Saat pengkajian px mengeluh kepalanya pusing dan nyeri, tangan dan kaki kesemutan, badan
terasa lemah, cepat lelah jika beraktivitas dan tidak bisa tidur.

2) Alasan masuk rumah sakit

Satu hari sebelum masuk rumah sakit, px mengeluh pusing dan nyeri kepala kuat sehingga
pada tanggal 21 januari 2013 px masuk rumah sakit karena nyeri kepala tidak hilang

1. Riwayat Kesehatan Keluarga


Px mengatakan bahwa ayah dan ibunya juga menderita penyakit Hipertensi sama dengan px.

1. Genogram
Mengetahui silsilah keluarga dalam bentuk diagram dan mengetahui riwayat penyakit dalam
keluarga.

Ket : laki laki

Perempuan

Laki laki meninggal


Perempuan meninggal

Pasien

1. Pola Fungsi Kesehatan


2. Pola Nutrisi
SMRS : Px makan 3-4 x/hari dengan porsi cukup habis

MRS : Px makan 2 x/hari dan tidak habis hanya setengah porsi karena tidak ada nafsu makan

1. Pola Minum
SMRS : Px minum air putih 7 gelas / hari

MRS : Px minum air putih 5 -6 gelas / hari

1. Pola istirahat tidur


SMRS : px tidur 7-8 jam / hari dengan nyenyak

MRS : px tidur 3-4 jam/ hari dan sering terbangun karena sakit kepala

1. Pola aktivitas
SMRS : Dapat melakukan aktivitas secara mandiri tetapi mudah lelah dan pusing

MRS : aktivitas dibantu keluarga sebagian ; kekamar mandi, makan, dan ganti pakaian

1. Pola kebersihan
SMRS : Px mandi 3 x sehari

MRS : Px mandi 2 xsehari dibantu oleh keluarganya dengan dilap air hangat.

1. Pola Eliminasi
SMRS : BAB 1-2 x / hari BAK 4 x/ hari

MRS : BAB belum ada dalam 2 hari BAK 4x/ hari

1. Pola Nyeri
P : Pada saat bangun

Q : tertusuk tusuk
R : Kepala

S : berat 7

T : sering

1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum :

1) Keadaan Umum : GCS : E=4 V=5 M=6

2) Kesadaran : composmentis

3) Tanda-tanda vital : TD = 160 / 110 mmHg

RR = 20 X/ menit

S = 36,5®c

N = 70 x/ menit

4) Skala Nyeri : 7

5) Pemeriksaan anggota tubuh (secara head to toe) dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi.

 Kepala : Bentuk simetris, rambut lurus, tidak terdapat lesi, tidak terdapat benjolan.
 Wajah : Bentuk wajah bulat, alis simetris dan agak tipis.
 Mata : Mata simetris, Sklera non ikterik, konjungtiva non anemis, reaksi pupil isokor.
 Telinga : Telinga simetris, tidak terdapat lesi dan tidak terdapat serumen.
 Hidung : Bentuk simetris, tidak ada sekret, tidak ada polip, dan penciuman baik.
 Mulut : Bibir simetris dan agak mukosa bibir kering, tidak terdapat radang mukosa, dan
pada tengggorokan tidak terdapat pembengkakan.
 Abdomen :
Inspeksi : Bentuk abdomen datar

Perkusi : terdengar suara normal timpani

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

Auskultasi : terdengar bising usus 7 x/ menit

 Dada
Paru-paru

Inspeksi : Bentuk dada simetris


Palpasi : tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan

Perkusi : terdengar bunyi dullnes pada daerah ( ICS 1 – ICS 7 )

Auskultasi : Terdengar bunyi vesikuler pada lapang paru-paru ( ICS 1- ICS 7 )

Jantung :

Inspeksi : terlihat pulsasi

Palpasi : Ictus cordis teraba ICS 5

Perkusi : terdengar bunyi dullnes di ICS 1 – ICS 7

Auskultasi : Terdengar bunyi Lup dup

 Integumen : warna kulit sawo matang, tidak terdapat lesi dan tangan kulit elastis

 Ekstremitas : 5555 4444


4444 5555

Dekstra sinistra

6) Data Psikologi

Konsep diri : Px terkadang tidak mau di ajak bicara dan terkadang tidak mau menjawab
pertanyaan perawat

Status emosi : Klien dapat mengendalikan emosinya

Gaya komunikasi : Menggunakan bahasa Verbal

Pola koping : Px terkadang menutup diri dan dalam pemecahan masalahnya


meminta pendapat dengan anaknya

Pola interaksi : Klien berinteraksi dengan keluarga dan perawat

7) Data Sosial
Pendidikan : Klien tamat SMP

Pekerjaan : Swasta

Hubungan sosial : Klien bersosialisasi dengan masyrakat

Gaya hidup : Klien jarang berolahraga dan tidak memperhatikan pola


makannya

8) Data Spiritual

Klien beragama islam

SMRS : Klien rajin sholat tepat waktu

MRS : Klien tidak pernah sholat

9) Data Penunjang

Pemeriksaan Laboratirium tanggal 26 Januari 2013

HB 11.2 Gr ℅ Lk: 14-18 Pr: 12-18

Leukosit 3,670 mm3 4000-11000

Eritrosit 4,8 Juta mm3 Lk:4,5-5,5 pr: 4,5

Trombosit 338.000 Mm3 150.000-400.000

Hematokrit 35 % Lk: 40-50 pr: 31-45

10) Pengobatan

1. IVFD RL 20 tpm
Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok
hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan
asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat
metabolisme anaerob.

Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat


Efek samping : Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya atau cara pemberiannya
termasuk timbulnya panas, infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis vena atau flebitis yang
meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi.

1. Ceftriaxone 2 x 1 gram (iv)


Indikasi : Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh patogen yang sensitif terhadap Ceftriaxone,
seperti: infeksi saluran nafas, infeksi THT, infeksi saluran kemih, sepsis, meningitis, infeksi
tulang, sendi dan jaringan lunak, infeksi intra abdominal, infeksi genital (termasuk gonore),
profilaksis perioperatif, dan infeksi pada pasien dengan gangguan pertahanan tubuh.

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap cephalosporin dan penicillin (sebagai reaksi alergi


silang).

Efek samping : Reaksi hipersensitivitas (urticaria, pruritus, ruam, reaksi parah seperti
anaphylaxis bisa terjadi); Efek GI (diare, N/V, diare/radang usus besar); Efek lainnya (infeksi
candidal)

1. Amlodipine 1x 10 Mg tab
Indikasi : Amlodipine digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil kronik, angina
vasospastik (angina prinzmetal atau variant angina). Amlodipine dapat diberikan sebagai
terapi tunggal ataupun dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain.

Kontraindikasi : Amlodipine tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap
amlodipine dan golongan dihidropiridin lainnya.

Efek samping : Fatigue, nyeri, peningkatan atau penurunan berat badan.

1. Captopril 2×1 25 mg tab


Indikasi : Pengobatan hipertensi ringan sampai sedang. Pada hipertensi berat digunakan bila
terapi standar tidak efektif atau tidak dapat digunakan. Pengobatan gagal jantung kongestif,
digunakan bersama dengan diuretik dan bila mungkin dengan digitalis.

Kontra indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap Captopril atau penghambat ACE lainnya
(misalnya pasien mengalami angioedema selama pengobatan dengan penghambat ACE
lainnya)..

Efek samping : • Proteinuria, peningkatan ureum darah dan kreatinin.

 • Idiosinkrasi, rash, terutama pruritus.


 • Neutropenia, anemia, trombositopenia.
 • Hipotensi.
1. Diit bubur lunak dan rendah garam
1. B. Analisa Data
No. Data Fokus Etiologi Masalah

1 DS : Peningkatan tekanan darah Nyeri akut

- Px mengatakan pusing dan nyeri di â


daerah kepala dan kaki kesemutan
Vasokontriksi pembuluh darah
Do:
â
- px meringis
Peredaran darah ke seluruh tubuh
– px tampak gelisah berkurang sehingga suplai o2 ke otak
berkurang
Hh Td : 160/110
â
Nh N : 105 x / menit
peningkatan tekanan intra kranial
M S : 36,1’C
â
T RR :20x/menit
P = hipertensi

Q = tertusuk tusuk

R = kepala

S =skala 7

T = Saat
bergerak

Nyeri kepala

Peningkata tekanan darah


DS = px mengatakan tidak bisa
beraktivitas karena pusing, cepat
lelah, dan badan terasa lemah â

Do = px dibantu oleh keluarga jika Vasokontriksi pembuluh darah


ingin melakukan aktivitas
â

Suplai o2 berkurang

Kemampuan melakukan aktivitas


berkurang

Intoleransi aktivitas

2 Intoleransi aktivitas

3 DS = px mengatakan susah untuk Saraf simpatis terangsang untuk Perubahan pola tidur
tidur, sering terbangun karena kepala mengaktivasi RAS dan mengaktivasi
pusing dan Cuma tidur 3-4 jam per tubuh
hari
â
DO= mata px cekung dan agak
bengkak REM menurun

Pasien terjaga


Perubahan pola tidur

DAFTAR MASALAH

Tanggal masalah

No Diagnosa Keperawatan Muncul Teratasi paraf

Nyeri akut ( sakit kepala ) berhubungan dengan


peningkatan tekanan vaskuler serebral ditandai
dengan :
DS : Px mengatakan pusing dan nyeri di daerah kepala
dan kaki kesemutan

Do: - px meringis

– px tampak gelisah

Hh TD : 160/110

Nh N : 105 x / menit

M S : 36,1’C

T RR :20x/menit

Nyeri kepala yang di rasakan px :

P = saat bangun dan beraktivitas

Q = tertusuk tusuk

R = kepala

S =skala 7

T = Saat bergerak

1 21 januari 2013 24 januari 2013

2 Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri 21 januari 2013 24 januari 2013
pada kepala ditandai dengan :
DS = px mengatakan tidak bisa beraktivitas karena
pusing, cepat lelah, dan badan terasa lemah

Do = px dibantu oleh keluarga jika ingin melakukan


aktivitas

Resiko tinggi penurunan curah jantung


berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh
darah ditandai dengan :
DS = px mengatakan susah untuk tidur, sering
terbangun karena kepala pusing dan Cuma tidur 3-4
jam per hari

DO = px gelisah, mata px cekung dan agak


bengkak
3 21 januari 2013 24 januari 2013

C.RENCANA DAN ASUHAN KEPERAWATAN

No. Rasional NOC NIC Rasional

1. nyeri b/d: peningkatan Masalah nyeri teratasi Manajemen nyeri


tekanan vaskuler
serebral yang ditandai Tujuan : setelah 1.guidance
dilakukan tindakan
-kaji tingkat dan lokasi
nyeri

2.support

-Mengetahui tingkat
-berikan posisi yang dan lokasi nyeri
nyaman bagi px

-membantu px
3.teaching memberikan rasa
aman dan nyaman
-Ajarkan px teknik
relaksasi

-untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Dev. Environment
dengan
-ciptakan lingkungan yang
DS = keperawatan 3×24 jam kondusif
nyeri teratasi dengan
-Px mengatakan - memberikan rasa
kepalanya pusing KH: aman dan nyaman
5.collaboration
- Px mengatakan nyeri -Nyeri berkurang
pada kepala -kolaborasi dgn dokter
-px tampak rileks dalam pemberian obat
DO = analgetik
-px tidak lagi mengeluh
-Px tampak gelisah sakit kepala

-mempercepat
-skala nyeri px 7 TK: sebagian penyebuhan dan
menguragi nyeri
melalui obat analgetik

2 Intoleransi aktivitas b/d NOC : integritas kulit NIC : pengendalian


peningkatan tekanan kembali normal integritas kulit
darah yg ditandai : Tujuan : setelah 1. Guidance :
DS : px mengatakan dilakukan tindakan
tidak bisa beraktivitas keperawatan selama - kaji pola aktivitas
karena pusing 3×24 jam,integritas -mengetahui tingkat
2. Support :
DO : semua aktivitas kulit kembali normal dg aktivitas pasien
dibantu oleh keluarga K.H :
- bantu px untuk merubah -untuk mencegah
posisi secara berkala
- pasien dapat kembali iritasi
beraktivitas dengan
normal secara mandiri 3. Teaching :

- ajarkan px untuk
melakukan aktivitas
ringan
4. Environment : -melatih pasien untuk
melakukan aktivitas

- ciptakan suasana yang


aman dan nyaman - memberikan rasa
5. Collaboration: aman dan nyaman
kepada pasien
- kolaborasi dgn dokter u/ -agar aktivitas yang
terapi obat dan dijalano tidak semakin
menentukan aktivitas membahayakan
sementara kondisi px

NIC : Manajemen aktivitas


- menyesuaikan
1. Guidance :
intervensi yang akan
diberikan
- kaji TTV pasien

- posisi yang nyaman


dapat membantu
2. Support : pasien mencoba untuk
lebih rileks
- bantu px utk mengubah
posisi senyaman mungkin

NOC : intoleransi 3. Teaching :


aktivitas dapat
teratasi/dikontrol -melatih px agar bisa
- ajarkan px untuk
lebih rileks dan
melakukan tehnik
Tujuan: setelah dilakukan relaksasi nyaman
tindakan keperawatan 4. Environment :
selama 3×24 jam,
Perubahan pola tidur b/dmasalah teratasi dgn
nyeri pada kepala yang - batsi pengunjung sesuai
ditandai : dengan keadaan klinis - agar krbutuhan tidur
K.H :
DS : px mengatakan pasien pasien terpenuhi
susah tidur pada malam dengan adanya
hari - px dapat tidur nyenyak lingkungan yang
dan mata tidak lagi 5. Collaboration : nyaman
cekung akibat kurang
DO: – mata pasien
tidur
cekung dan ada - kolaborasi dgn dokter -membantu
lingkaran hitam pada dalam pemberian obat mengurangi nyeri dan
3 mata pasien tidur dan analgetik pola tidur normal px
D.CATATAN PERKEMBANGAN

No. Tgl/Jam Implementasi dan Rasional Paraf Evaluasi paraf

S : Px mengatakan masih pusing


dan nyeri pada kepala

O : px tampak lemah

TTV

21-1-2013 TD=160/110mmhg

08.45 RR=20x/menit
mengkaji skala nyeri
kepada px
R/Nyeri dirasakan pada daerah N=72x/menit
kepala dengan skala 7
S=36,1’c
memberikan obat sesuai
10.00 instruksi dokter : ranitidine 1
amp,cefotaxime 1 amp dan
amlodipine 10 mg
P : Hipertensi
R/pasien menerima dan tidak
terjadi alergi
Q : tertusuk tusuk

R : kepala
mengkaji TTV
TD=160/110mmhg S : skala 7

RR=20x/menit T : pada saat bergerak

N=72x/menit A : masalah nyeri belum teratasi

1 12.00 S=36,1’c P : intervensi dilanjutkan.

2 08.50 mengkaji pola tidur px S : px mengatakan sulit tidur dan


R/px mengatakan sulit tidur jam sering terbangun
tidur Cuma 3-4 jam
O : mata px cekung dan terdapat
Observasi TTV lingkaran hitam pada mata
TD : 160/110 mmHg
TTV
12.00
RR : 20X/MENIT
TD : 160/110 mmHg
N : 72X/menit
RR : 20X/MENIT
S : 36.1c
N : 72X/menit
3.mengatur posisi tidur px

R/px merasa nyaman dan


rileks A : masalah pola tidur belum
teratasi

P : intevensi dilanjutkan

12.10

08.50

12.12

S : px mengatakan masih belum


Mengkaji aktivitas px
bisa beraktivitas karena nyeri
R/ px belum dapat bergerak
13.00 O : px masih lemah dan berbaring
Membantu px untuk
di tempat tidur
mengubah posisi secara berkala
R/ agar px istrhat dengan nyaman
A : Masalah intoleransi aktivitas
belum teratasi
Memberikan suasana yang
kondusif
3 R/ agar px nyaman P : intervensi dilanjutkan

22-1-2013

22.00 S : px mengatakan masih pusing


dan nyeri dgan skala 5
1.Obervasi px dan membatasi
jumlah pengunjung
O : px tampak lemah
R/ pasien belum tidur
- P : Hipertensi
06.00 2.Mengobservasi TTV px
- Q : rasa tertusuk
R/TD :140/90
- R : tengkuk kepala
S : 36’C
- S : skala nyeri 5
06.05 3.mengkaji tingkat nyeri
- T : pada saat bergerak
R/px merasakan nyeri dengan skala
5 A : masalah nyeri teratasi
06.10 sebagian
4.mengajarkan tehnik relaksasi
pada p P : Intervensi dilanjutkan

1 R/px mengerti dan mengikuti

2 22.10 Mengatur posisi tidur px S : px mengatakan masih sulit


senyaman mungkin
24.00

R/pasien mengikuti instruksi tidur

06.00 Memberikan obat sesuai O : mata pxcekung dan terdapat


instruksi dokter.cefotaxime 1 amp lingkaran hitam
iv.
Mengobservasi TTV PX
A : masalah pola tidur teratasi
R/ px menerima TD : 140/90 s:36’c
sebagian

Memberikan th/po
06.15 P : Intervensi dilanjutkan.
amlodipine 10 mg sesuai instruksi
dokter
22.05

06.17 Mengkaji aktivitas px


R/ px sudah bisa sedikit S : px mengatakan masih sulit
menggerakan kakinya dengan hati- beraktivitas
hati
O : px masih lemah, terpasang
Mengajarkan px aktivitas infus Rl, Aktivitas px dibantu
ringan keluarga
06.20 R/ px menerima dengan
menggerakkan kaki
A : Masalah intoleransi aktivitas
belum teratasi
Membantu mengubah posisi
px secra berkala
P : Intervensi dilanjutkan
R / px menerima

3 06.45 Mengganti cairan infus px


RL 20 tpm
1 23-1-2013 S : px mengatakan masih pusing
dan nyeri berkurang
21.10 Mengkaji tingkat nyeri px
R/ px mengatakan nyeri dengan O : px tampak lemah
skala 4
- P : hipertensi
Mengatur posisi tidur
pasien dengan posisi semi fowler - Q : tertusuk tusuk
R/ px mulai merasa nyaman dan
21.12 lebih rileks
- R : kepala
Mengobservasi ttv
06.00

- S : skala nyeri 4
R/ pasien menerima TD : 140/90
- T : pada saat bergerak
06.05 S : 36’1
A : masalah nyeri teratasi
sebagian
Mengajarkan tehnik
relaksasi napas dalam
R/px mengikuti dan merasa nyaman P : Intervensi dilanjutkan

24 .00

Memberikan terapi injeksi


sesuai instruksi dokter
R/ – cefotaxime 1amp (iv)

Mengkaji pola tidur px


05.55 R/ px mengatakan masih sulit untuk
tidur

Mengobservasi TTV
S : px mengatakan masih sulit
R/ TD : 140/90 S: 36,1
untuk tidur

06.00 Mengganti cairan infus RL


O : mata px cekung karena kurang
20 Tpm
tidur
memberikan terapi obat
sesuai instruksi dokter TPM
Amplodipine 10 mg (oral) A : masalah pola tidur teratasi
06.10 Captopril 2×1 25 mg tab sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

2 06.15

3 21.00 Mengkaji aktivitas px S : px mengatakan sudah mulai


R/ px sudah mampu duduk & beraktivitas
menggerakkan kaki
O : terpasang infus RL, aktivitas px
Mengajarkan px aktivitas sebagian di bantu keluarga
ringan
R/ px mengerti A : Masalah intoleransi aktivitas
05.45
teratasi sebagian
Membantu mengubah posisi
px secra berkala P : Intervensi di lanjutkan
R / px mengikuti
05.50
Mengkaji TTV
R/ TD : 120/80 mmHg

RR : 22 x/mnt

N : 78x/mnt

06.00 T : 37 ◦C

BAB IV

PENUTUP

1. A. KESIMPULAN

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg (Smith Tom, 1995). Faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu factor keturunan, ciri perseorangan (jenis
kelamin,umur) dan kebiasaan hidup.Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan
satu-satunya gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada
ginjal,mata,otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit
kepala,epistaksis,maeah, telinga berdengung,rasa berat ditengkuk,sukar tidur, mata
berkunang-kunang dan pusing.

Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunan risiko penyakit


kardiovasuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai
dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90
mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja
atau dengan obat antihipertensi.

1. B. SARAN
Hipertensi dapat dihindari atau dicegah dengan pola hidup sehat dan teratur. Berhenti
merokok dan batasi alkohol, serta mengurangi asupan lemakjenuh dan kolesterol dalam
makanan. Perbanyak minum air putih serta olahraga yang teratur dan hindari stress
berlebihan terutama di usia tua. Mencegah itu lebih baik daripada mengobati, karena
hipertensi dapat menyerang siapa saja.

Anda mungkin juga menyukai