Anda di halaman 1dari 18

Jumat, 5 Jun 2009

Peraturan Pemerintah
Kendaraan dan Pengemudi
48 ayat (4) : Persyaratan teknis dan laik jalan, 50 ayat (4) : uji tipe dan unit pelaksana, 51 ayat (6) :
modifikasi dan uji tipe, 56 : uji berkala, 57 ayat (4) : perlengkapan Kendaraan Bermotor, 59 ayat (6) :
persyaratan, prosedur, dan tata cara pemasangan lampu isyarat dan sirene, 60 ayat (6) : persyaratan dan
tata cara penyelenggaraan bengkel umum, 61 ayat (4) : persyaratan keselamatan (kendaraan tidak
bermotor), dan 76 ayat (5) : kriteria dan tata cara pengenaan sanksi administratif (Bab VII tentang
Kendaraan), 92 ayat (3) : kriteria dan tata cara pengenaan sanksi administratif (Bab VIII tentang
Pengemudi)
Keamanan, Keselamatan, ketertiban ,dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
13 ayat (5) : Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, 18 : Penyusunan dan penetapan Rencana Induk
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, 19 ayat (5) : Jalan kelas khusus, 20 ayat (3) :
Pengelompokan kelas Jalan dan tata cara penetapan kelas Jalan, 21 ayat (5) : Batas kecepatan, 25 ayat
(2) : Perlengkapan Jalan, 42 : Fungsi, klasifikasi, tipe, penetapan lokasi, fasilitas, lingkungan kerja,
pembangunan, dan pengoperasian Terminal, 44 ayat (2) : Pengguna Jasa fasilitas Parkir, perizinan,
persyaratan, dan tata cara penyelenggaraan fasilitas dan Parkir untuk umum, 46 ayat (2) :
pembangunan, pengelolaan, pemeliharaan, serta spesifikasi teknis fasilitas pendukung Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, 101 ayat (3) : pelaksanaan analisis dampak Lalu Lintas, 102 ayat (2) : kekuatan
hukum Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka, 133 ayat (5) :
manajemen kebutuhan Lalu Lintas, 136 ayat (3) : kriteria dan tata cara pengenaan sanksi administratif
(Bab IX tentang Lalu Lintas), 137 ayat (5) : mobil barang yang digunakan untuk angkutan orang, 150 :
angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek, 164 ayat (4) : angkutan multimoda,
persyaratan, dan tata cara memperoleh izin, 172 : pengawasan muatan angkutan barang, 185 ayat (2) :
pemberian subsidi angkutan Penumpang umum, 192 ayat (5) : besarnya ganti kerugian (Perusahaan
angkutan umum menggangkut penumpang), 193 ayat (5) : besarnya ganti kerugian (Perusahaan
angkutan umum menggangkut barang), 198 ayat (3) : standar pelayanan dan persaingan yang sehat,
205 : penetapan rencana umum nasional Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan kewajiban
Perusahaan Angkutan Umum membuat, melaksanakan, dan menyempurnakan sistem manajemen
keselamatan, serta persyaratan alat member! informasi Kecelakaan Lalu Lintas, 207 : pengawasan
Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, 209 ayat (2) : pencegahan dan
penanggulangan pencemaran lingkungan hidup di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, 210 ayat
(2), tata cara, persyaratan, dan prosedur penanganan ambang batas emisi gas buang dan tingkat
kebisingan yang diakibatkan oleh Kendaraan Bermotor , 218 ayat (2) : mengenai tata cara dan kriteria
pengenaan sanksi administratif (Bab XII tentang Dampak Lingkungan ) 225 : pengembangan industri
dan teknologi prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, 242 ayat (3) : pemberian perlakuan khusus di
bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan kepada penyandang cacat, manusia usia lanjut, anak-anak,
wanita hamil, dan orang sakit, 244 ayat (2) : kriteria dan tata cara pengenaan sanksi administratif (Bab
XV tentang perlakuan khusus bag! penyandang cacat, manusia usia la n jut, anak-anak, wanita hamil,
dan orang sakit), 252 : Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, 255 :
pengembangan sumber daya manusia di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
59 ayat (7) : tata cara penggunaan lampu isyarat dan sirene, 64 ayat (6) : Registrasi (Kendaraan
Bermotor), 68 ayat (6) : Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor, 69 ayat (3) : persyaratan dan tata cara pemberian dan penggunaan Surat Tanda Coba
Kendaraan Bermotor dan Tanda Coba Nomor Kendaraan Bermotor, 72 ayat (2) : Registrasi Kendaraan
Bermotor Kepolisian Negara Republik Indonesia, 72 ayat (3) : Registrasi Kendaraan Bermotor
perwakilan negara asing dan lembaga internasional, 75 : Buku Pemilik Kendaraan Bermotor,
penghapusan registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor, 88 : tata cara, persyaratan, pengujian,
dan penerbitan Surat Izin Mengemudi, 89 : pemberian tanda atau data pelanggaran, 91 : tata cara dan
prosedur pengenaan sanksi administrative (Bab VIII tentang Pengemudi), 104 ayat (4) : Ketentuan
(dalam keadaan tertentu untuk Ketertiban dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan), 130 :
penggunaan Jalan selain untuk kegiatan Lalu Lintas, 202 : penetapan program nasional Keamanan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, 228 : tata cara penanganan Kecelakaan Lalu Lintas.
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
MARKAS BESAR
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ….. TAHUN 20O9
TENTANG UNDANG - UNDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan
dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional harus
dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran berlalu lintas dan Angkutan Jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan
pengembangan wilayah;
c. bahwa perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasional menuntut penyelenggaraan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
otonomi daerah, serta akuntabilitas penyelenggaraan negara;
d. bahwa Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sudah tidak
sesuai lagi dengan kondisi, perubahan lingkungan strategis, dan kebutuhan penyelenggaraan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan saat ini sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf
d perlu membentuk Undang-Undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
Mengingat :
Pasal 5 ayat (1) serta Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TENTANG UNDANG - UNDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
1. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas adalah serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan
dalam rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran Lalu Lintas.
2. Keamanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terbebasnya setiap orang, barang,
dan/atau Kendaraan dari gangguan perbuatan melawan hukum, dan/atau rasa takut dalam berlalu
lintas.
3. Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari
risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, Kendaraan, Jalan, dan/atau
lingkungan.
4. Ketertiban Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan berlalu lintas yang berlangsung
secara teratur sesuai dengan hak dan kewajiban setiap Pengguna Jalan.
5. Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan berlalu lintas dan penggunaan
angkutan yang bebas dari hambatan dan kemacetan di Jalan.
6. Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah sekumpulan subsistem
yang saling berhubungan dengan melalui penggabungan, pemrosesan, penyimpanan, dan
pendistribusian data yang terkait dengan penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
7. Penyidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil
tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.
8. Penyidik Pembantu adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang karena diberi
wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam Undang-Undang ini.
9. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pemimpin Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan penanggung jawab penyelenggaraan fungsi kepolisian yang meliputi bidang keamanan
dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
BAB II
Tata cara Penggunaan Lampu Isyarat dan Sirene
BAB III Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor
Pasal 5
Registrasi Kendaraan Bermotor baru
Pasal 6
Registrasi Perubahan Identitas Kendaraan Bermotor dan Pemilik
Pasal 7
Registrasi Perpanjangan Kendaraan Bermotor
Pasal 8
Registrasi Pengesahan kendaraan Bermotor
BAB IV
Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor
Pasal 9
Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor
Pasal 10
Tanda Nomor Kendaraan Bermotor
Pasal ….
Tanda Nomor Kendaraan Bermotor khusus dan/atau Tanda Nomor Kendaraan Bermotor rahasia
BAB V
Persyaratan dan Tata Cara Pemberian dan Penggunaan Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor dan
Tanda Coba Kendaraan Bermotor
Pasal 11
Persyaratan Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor
Pasal 12
Persyaratan Tanda Coba Kendaraan Bermotor
Pasal 13
Tata Cara Pemberian Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor
Pasal 14
Tata Cara Pemberian Tanda Coba Kendaraan Bermotor
Pasal 15
PenggunaanSurat Tanda Coba Kendaraan Bermotor
Pasal 16
Penggunaan Tanda Coba Kendaraan Bermotor
BAB VI
Registrasi Kendaraan Bermotor Kepolisian Negara Republik Indonesia
Pasal 17
Persyaratan Registrasi Kendaraan Bermotor Kepolisian Negara Republik Indonesia
BAB VII
Registrasi Kendaraan Bermotor Perwakilan Negara Asing dan Lembaga Internasional
Pasal 18
Persyaratan Registrasi Kendaraan Bermotor Perwakilan Negara Asing dan Lembaga Internasional
BAB VIII
Buku Pemilik Kendaraan Bermotor, Penghapusan Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor
Pasal 19
Persyaratan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor
Pasal 20
Penghapusan Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor
BAB IX
Tata Cara, Persyaratan, Pengujian, dan Penerbitan Surat izin mengemudi
Pasal 21
Tata Cara Mendapatkan Surat izin mengemudi
Pasal 22
Persyaratan Mendapatkan Surat izin mengemudi
Pasal 23
Pengujian Surat izin mengemudi
Pasal 24
Penerbitan Surat izin mengemudi
BABX
Pemberian Tanda Atau Data Pelanggaran Pa da Surat izin mengemudi
Pasal 25
Tata Cara Pemberian Tanda Atau Data Pelanggaran Pada Surat izin mengemudi
BAB XI
Tata Cara dan Prose dur Pengenaan Sanksi Administratif Petugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia di Bidang Penerbitan
Surat Izin Mengemudi
Pasal 26
Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif
Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia di Bidang Penerbitan
Surat Izin Mengemudi
Pasal 27
Prosedur Pengenaan Sanksi Administratif
Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia di Bidang Penerbitan
Surat Izin Mengemudi
BAB XII
Pengutamaan Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia
Pasal 28
Pengutamaan Petugas Dalam keadaan tertentu untuk Ketertiban dan Kelancaran Lalu Lintas
BAB XIII Penggunaan Jalan Selain Untuk Kegiatan Lalu Lintas
Pasal 29
Penggunaan Jalan Selain untuk Kegiatan Lalu Lintas yang Diperbolehkan
Pasal 30
Tata Cara Penggunaan Jalan Selain untuk Kegiatan Lalu Lintas
Pasal 31
Tanggung Jawab Menempatkan Petugas
BAB XIV
Penetapan Program Nasional Keamanan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
Paragraf Kesatu
Pasal 32
Penyusunan Program Nasional Keamanan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
Pasal 33
Penyediaan Dan Pemeliharaan Fasilitas Dan Perlengkapan Keamanan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
Pasal 34
Pelaksanaan Pendidikan, Pelatihan, Pembimbingan, Penyuluhan, dan Penerangan Berlalu Lintas
Pasal 35
Pengkajian Masalah Keamanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pasal 36
Manajemen Keamanan Lalu Lintas
Pasal 37
Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan, dan/atau Patroli
Pasal 38
Registrasi Dan Identifikasi Kendaraan Bermotor dan Pengemudi
Pasal 39
Penegakan Hukum Lalu Lintas
Paragraf Kedua
Pasal 40
Pelaksanaan program nasional Keamanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bagi Perusahaan Angkutan
Umum
Pasal 41
Alat Pemberi Informasi Untuk Pendeteksian Kejadian Kejahatan pada Kendaraan Bermotor Umum
BAB XV Tata Cara Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas
Pasal 42
Tata Cara Mendatangi Tempat Kejadian
Pasal 43
Tata Cara menolong korban
Pasal 44
Tata Cara Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Perkara
Pasal 45
Tata Cara Mengolah Tempat Kejadian Perkara
Pasal 46
Tata Cara Mengatur Kelancaran Arus Lalu Lintas
Pasal 47
Tata Cara Mengamankan Barang Bukti
Pasal 48
Tata Cara Melakukan Penyidikan Perkara
BAB XVI PENUTUP
pp…/…,….
Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP)
Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Nomor: … TAHUN … (…/….) Tanggal: … (JAKARTA)
Sumber: LN … /…; TLN NO. ….
Tentang: Kendaraan dan Pengemudi
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a. bahwa dalam Undang-undang Nomor …Tahun … tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah
diatur ketentuan-ketentuan mengenai kendaraan dan pengemudi;
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a di atas, dipandang
perlu mengatur ketentuan mengenai kendaraan dan pengemudi dengan Peraturan Pemerintah;
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor … Tahun … tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara
Tahun … Nomor … , Tambahan Lembaran Negara Nomor …) jo Undang-undang Nomor 22 Tahun
1992 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang tentang Penangguhan Mulai
Berlakunya Undang-undang Nomor … Tahun … tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai
Undang-undang (Lembaran Negara Tahun … Nomor …, Tambahan Lembaran Negara Nomor….);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG KENDARAAN
DAN PENGEMUDI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang di maksud dengan :
1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan
Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
Kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan, serta pengelolaannya.
2. Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan.
3. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan.
4. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah serangkaian Simpul dan/atau ruang kegiatan yang
saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
5. Simpul adalah tempat yang diperuntukkan bagi pergantian antarmoda dan intermoda yang berupa
Terminal, stasiun kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan sungai dan danau, dan/atau bandar udara.
6. Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Ruang Lalu Lintas, Terminal, dan Perlengkapan
Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, alat pengendali dan pengaman
Pengguna Jalan, alat pengawasan dan pengamanan Jalan, serta fasilitas pendukung.
7. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan Bermotor dan Kendaraan
Tidak Bermotor.
8. Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa
mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel.
9. Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau
hewan.
10. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap Kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang
dan/atau orang dengan dipungut bayaran.
11. Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah,
di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.
12. Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk mengatur
kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan
moda angkutan.
13. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas adalah perangkat elektronik yang menggunakan isyarat lampu
yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk mengatur Lalu Lintas orang dan/atau Kendaraan di
persimpangan atau pada ruas Jalan.
14. Sepeda Motor adalah Kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan
dengan atau tanpa kereta samping atau Kendaraan Bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.
15. Perusahaan Angkutan Umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa angkutan orang
dan/atau barang dengan Kendaraan Bermotor Umum.
16. Pengguna Jasa adalah perseorangan atau badan hukum yang menggunakan jasa Perusahaan
Angkutan Umum.
17. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang telah memiliki
Surat Izin Mengemudi.
18. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
19. Menteri adalah pembantu Presiden yang memimpin kementerian negara dan bertanggung jawab
atas urusan pemerintahan di bidang Jalan, bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, bidang industri, bidang pengembangan teknologi, atau bidang pendidikan dan pelatihan.
20. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pemimpin Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan penanggung jawab penyelenggaraan fungsi kepolisian yang meliputi bidang keamanan
dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
BAB II
Persyaratan teknis dan laik jalan
Bagian Pertama Persyaratan Teknis Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan dan Kereta Tempelan
Paragraf 1 Jenis dan Konstruksi Kendaraan Bermotor
Pasal 2
Paragraf 2 Rangka Landasan
Pasal 3
Paragraf 3 Motor Penggerak
Pasal 4
Paragraf 4 Sistem Pembuangan
Pasal 5
Paragraf 5 Penerus daya
Pasal 6
Paragraf 6 Sistem Roda
Pasal 7
Paragraf 7 Sistem Suspensi
Pasal8
Paragraf 8 Alat Kemudi
Pasal 9
Paragraf 9 Sistem Rem
Pasal 10
Paragraf 10 Lampu-lampu dan Alat Pemantul Cahaya
Pasal 11
Paragraf 11 Komponen Pendukung
Pasal 12
Paragraf 12 Badan Kendaraan Bermotor
Pasal 13
Paragraf 13 Peralatan dan Perlengkapan Kendaraan
Pasal 14
Paragraf 14 Persyaratan Tambahan Khusus Untuk Mobil Bus
Pasal 15
Paragraf 15 Persyaratan Tambahan Khusus Untuk Mobil Bus Sekolah
Pasal 16
Paragraf 16 Persyaratan Tambahan Khusus Mobil Barang
Pasal 17
Paragraf 17
Persyaratan Tambahan Khusus Untuk Rangkaian Kendaraan, Kereta Gandengan dan KeretaTempelan
Pasal 18
Paragraf 18 Ukuran dan Muatan Kendaraan Bermotor
Pasal 19
Paragraf 19 Rancangan Bangun dan Rekayasa
Pasal 20
Bagian Kedua Persyaratan Laik Jalan Kendaraan Bermotor
Paragraf 1 Ambang Batas Laik Jalan
Pasal 22
Paragraf 2 Pengesahan dan Sertifikat Tipe
Pasal 23
BAB III PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR
Bagian Pertama Jenis dan Persyaratan Umum
Paragraf1 Jalan Pengujian
Pasal 24
Paragraf 2 Persyaratan Umum Pengujian
Pasal 25
Bagian Kedua Uji Tipe
Pasal 26
Bagian Ketiga Uji Berkala
Pasal 27
Bagian Keempat modifikasi
Pasal 28
Bagian Kelima Unit Penguji
Pasal 28
BAB IV
perlengkapan Kendaraan Bermotor
Pasal 46
Jenis-jenis perlengkapan kendaraan bermotor
Pasal 47
Helm Standar Nasional Indonesia
Pasal 48
Bermotor beroda empat atau lebih sekurang-kurangnya terdiri atas:
a. sabuk keselamatan;
b. ban cadangan;
c. segitiga pengaman;
d. dongkrak;
e. pembuka roda;
f, helm dan rompi pemantul cahaya bagi Pengemudi Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih
yang tidak memiliki rumah-rumah; dan
g. peralatan pertolongan pertama pada Kecelakaan Lalu Lintas
BABV
persyaratan, prosedur, dan tata cara pemasangan lampu isyarat dan sirene
Pasal 49
lampu isyarat warna biru dan sirene digunakan untuk mobil petugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
Pasal 50
lampu isyarat warna merah dan sirene digunakan untuk mobil tahanan, pengawalan Tentara Nasional
Indonesia, pemadam kebakaran, ambulans, palang merah, dan jenazah; dan
Pasal 51
lampu isyarat warna kuning tanpa sirene digunakan untuk mobil patroli jalan tol, pengawasan sarana
dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, perawatan dan pembersihan fasilitas umum, menderek
Kendaraan, dan angkutan barang khusus.
BAB VI bengkel umum
Pasal 52
Persyaratan Bengkel Umum
Pasal 53
tata cara penyelenggaraan bengkel umum
BAB VII
persyaratan keselamatan kendaraan tidak bermotor
Pasal 55
persyaratan keselamatan Kendaraan Tidak Bermotor
Pasal 56
Persyaratan teknis
Pasal 57
Laik jalan
BAB VIII
tata cara dan kriteria pengenaan sanksi administratif pengemudi
Pasal 113
pergantian Pengemudi Kendaraan Umum
Pasal 114
Bentuk Sanksi administratif
BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 123
BABX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 124
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 125
Pada tanggal mulai berlakunya Peraturan Pemerintah ini, semua peraturan perundang-undangan yang
lebih rendah dari Peraturan Pemerintah ini, yang mengatur ketentuan mengenai kendaraan dan
pengemudi dinyatakan tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang
baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 126
(1) Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, peraturan yang mengatur penyerahan sebagian
urusan pemerintahan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan kepada Daerah Tingkat I dan Daerah
Tingkat II dinyatakan tetap berlaku.
(2) Urusan pemerintahan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) yang telah ditindaklanjuti dengan penyerahan secara nyata, tetap dilaksanakan oleh Daerah Tingkat
I atau Daerah Tingkat II yang bersangkutan.
Pasal 127
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka Peraturan Lalu Lintas Jalan (Staatsblad 1936
Nomor 451) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 1964 dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 128
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal….
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada
tanggal….
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Ttd
Diundangkan di Jakarta pada
tanggal….
MENTERI NEGARA SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK
INDONESIA
ttd.
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1993 NOMOR 64
Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI Kepala Biro Hukum dan Perundang-
undangan
Ttd
pp … / …, ….
Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP)
Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Nomor: … TAHUN … (…/….) Tanggal: … (JAKARTA)
Sumber: LN … /…; TIN NO. ….
Tentang: Keamanan, Keselamatan, Ketertiban dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a, bahwa dalam Undang-undang Nomor …Tahun … tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah
diatur ketentuan-ketentuan mengenai kendaraan dan pengemudi;
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a di atas,dipandang perlu
mengatur ketentuan mengenai kendaraan dan pengemudi dengan Peraturan Pemerintah;
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor … Tahun … tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara
Tahun … Nomor … , Tambahan Lembaran Negara Nomor …) jo Undang-undang Nomor 22 Tahun
1992 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang tentang Penangguhan Mulai
Berlakunya Undang-undang Nomor … Tahun … tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai
Undang-undang (Lembaran Negara Tahun … Nomor …, Tambahan Lembaran Negara Nomor….);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG KENDARAAN
DAN PENGEMUDI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang di maksud dengan :
1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan
Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
Kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan, serta pengelolaannya.
2. Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan.
3. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan.
4. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah serangkaian Simpul dan/atau ruang kegiatan yang
sallng terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
5. Simpul adalah tempat yang diperuntukkan bagi pergantian antarmoda dan intermoda yang berupa
Terminal, stasiun kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan sungai dan danau, dan/atau bandar udara.
6. Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Ruang Lalu Lintas, Terminal, dan Perlengkapan
Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, alat pengendali dan pengaman
Pengguna Jalan, alat pengawasan dan pengamanan Jalan, serta fasilitas pendukung.
7. Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang,
dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung.
8. Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah,
di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.
9. Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk mengatur
kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan
moda angkutan.
10. Halte adalah tempat pemberhentian Kendaraan Bermotor Umum untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang.
11. Parkir adalah keadaan Kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat dan
ditinggalkan pengemudinya.
12. Berhenti adalah keadaan Kendaraan tidak bergerak untuk sementara dan tidak ditinggalkan
pengemudinya.
13. Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat,
dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi
Pengguna Jalan.
14. Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan Jalan atau di atas permukaan Jalan yang
meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong, serta
lambang yang berfungsi untuk mengarahkan arus Lalu Lintas dan membatasi daerah kepentingan Lalu
Lintas.
15. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas adalah perangkat elektronik yang menggunakan isyarat lampu
yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk mengatur Lalu Lintas orang dan/atau Kendaraan di
persimpangan atau pada ruas Jalan.
16. Perusahaan Angkutan Umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa angkutan orang
dan/atau barang dengan Kendaraan Bermotor Umum.
17. Pengguna Jasa adalah perseorangan atau badan hukum yang menggunakan jasa Perusahaan
Angkutan Umum.
18. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang telah memiliki
Surat Izin Mengemudi.
19. Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di Jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja
melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan korban manusia
dan/atau kerugian harta benda.
20. Penumpang adalah orang yang berada di Kendaraan selain Pengemudi dan awak Kendaraan.
21. Pejalan Kaki adalah setiap orang yang berjalan di Ruang Lalu Lintas Jalan.
22. Pengguna Jalan adalah orang yang menggunakan Jalan untuk berLalu Lintas.
23. Dana Preservasi Jalan adalah dana yang khusus digunakan untuk kegiatan pemeliharaan,
rehabilitasi, dan rekonstruksi Jalan secara berkelanjutan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
24. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas adalah serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan
dalam rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran Lalu Lintas.
25. Keamanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terbebasnya setiap orang, barang,
dan/atau Kendaraan dari gangguan perbuatan melawan hukum, dan/atau rasa takut dalam berlalu
lintas. _;<
26. Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari
risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, Kendaraan, Jalan, dan/atau
lingkungan.
27. Ketertiban Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan berlalu lintas yang berlangsung
secara teratur sesuai dengan hak dan kewajiban setiap Pengguna Jalan.
28. Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan berlalu lintas dan penggunaan
angkutan yang bebas dari hambatan dan kemacetan di Jalan.
29. Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah sekumpulan subsistem
yang saling berhubungan dengan melalui penggabungan, pemrosesan, penyimpanan, dan
pendistribusian data yang terkait dengan penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
30. Penyidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil
tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.
31. Penyidik Pembantu adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang karena diberi
wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam Undang-Undang ini.
32. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
33. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
34. Menteri adalah pembantu Presiden yang memimpin kementerian negara dan bertanggung jawab
atas urusan pemerintahan di bidang Jalan, bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, bidang industri, bidang pengembangan teknologi, atau bidang pendidikan dan pelatihan.
35. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pemimpin Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan penanggung jawab penyelenggaraan fungsi kepolisian yang meliputi bidang keamanan
dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
BAB II
FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
Pasal 2
Koordinasi antarinstansi penyelenggara yang memerlukan keterpaduan dalam merencanakan dan
menyelesaikan masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Pasal 3
Keanggotaan Forum terdiri atas unsur pembina, penyelenggara, akademisi, dan masyarakat
BAB III
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA INDUK JARINGAN LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN
Bagian Kesatu Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nasional
Pasal 6
Bagian Kesatu Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Provinsi
Pasal 7
Bagian Ketiga Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten/Kota
Pasal 8
BAB IV
Jalan
Bagian Kesatu
Jalan kelas khusus
Pasal 11
Bagian Kedua
Pengelompokan kelas Jalan dan tata cara penetapan kelas Jalan
Pasal 15
Bagian Ketiga
Batas kecepatan
Pasal 18
Bagian Keempat
Perlengkapan Jalan
Pasal 20
BABV TERMINAL
Bagian Kesatu
Fungsi, Klasifikasi, dan Tipe Terminal
Pasal 11
Bagian Kedua
Penetapan Lokasi Terminal
Pasal 15
Bagian Ketiga
Fasilitas Terminal
Pasal 18
Bagian Keempat
Lingkungan Kerja Terminal
Pasal 18
Bagian Kelima
Pembangunan dan Pengoperasian Terminal
Pasal 20
BAB VI
PARKIR
Pasal 28
Penyediaan fasilitas Parkir untuk umum
Pasal 32
Penyelenggaraan fasilitas Parkir di luar Ruang Milik Jalan
Pasal 33
Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas Parkir
BAB VII
FASILITAS PENDUKUNG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
Pasal 34
BAB VIII
ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS
Pasal 59
Pasal 60
Pasal 61
BAB IX
KEKUATAN HUKUM ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS, RAMBU LALU LINTAS,
DAN/ATAU
MARKA
Pasal 62
Pasal 63
Pasal 64
BABX
MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS
Pasal 65
Pasal 66
Pasal 67
BAB XI
ANGKUTAN
Bagian Kesatu
Mobil barang yang digunakan untuk angkutan orang
Pasal 68
Bagian Kedua
Angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek
Pasal 70
Bagian Ketiga
Angkutan multimoda, persyaratan, dan tata cara memperoleh izin
Pasal 73
Bagian Keempat
Pengawasan muatan angkutan barang
Pasal 76
Bagian Kelima
Pemberian subsidi angkutan Penumpang umum
Pasal 79
Bagian Keenam Besarnya ganti kerugian
Paragraf 1
Perusahaan angkutan umum menggangkut penumpang
Pasal 83
Paragraf 2
Perusahaan angkutan umum menggangkut barang
Pasal 85
Bagian Ketujuh
Standar pelayanan dan persaingan yang sehat
Pasal 88
BAB XII
KESELAMATAN LALAU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
Bagian Kesatu
penetapan rencana umum nasional Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pasal 91
Bagian Kedua
kewajiban Perusahaan Angkutan Umum membuat, melaksanakan, dan menyempurnakan sistem
manajemen keselamatan, serta persyaratan alat memberi informasi Kecelakaan Lalu
Lintas
Pasal 92
Bagian Ketiga
pengawasan Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pasal 93
BAB XII
Dampak Lingkungan
Bagian Kesatu
Pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup di bidang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Pasal 95
Bagian Kedua
Tata cara, persyaratan, dan prosedur penanganan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan
yang diakibatkan oleh Kendaraan Bermotor
Pasal 98
Pasal 99
Pasal 100
BAB XIV
PENGEMBANGAN INDUSTRI DAN TEKNOLOGI PRASARANA LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN
JALAN
Pasal 101
Pasal 102
Pasal 103
BAB XV
PEMBERIAN PERLAKUAN KHUSUS DI BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
KEPADA PENYANDANG CACAT, MANUSIA USIA LANJUT, ANAK-ANAK, WANITA HAMIL,
DAN ORANG SAKIT
Pasal 104
Pasal 105
Pasal 106
BAB XVI
Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pasal 107
Pasal 108
Pasal 109
BAB XVII
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN
JALAN
Pasal 110
Pasal 111
Pasal 112
BAB XVII
TATA CARA DAN KRITERIA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF
Bagian Kesatu
Kendaraan
Pasal 113
Pasal 114
Bagian Kedua
Lalu Lintas
Pasal 115
Pasal 116
Bagian Ketiga
Dampak Lingkungan
Pasal 117
Pasal 118
Bagian Keempat
perlakuan khusus bagi penyandang cacat, manusia usia lanjut, anak-anak, wanita hamil, dan
orang sakit
Pasal 121
Pasal 122
BAB XXVII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 123
BAB XXVIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 124
BABX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 125
Pada tanggal mulai berlakunya Peraturan Pemerintah ini, semua peraturan perundang-undangan yang
lebih rendah dari Peraturan Pemerintah ini, yang mengatur ketentuan mengenai kendaraan dan
pengemudi dinyatakan tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang
baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 126
(1) Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, peraturan yang mengatur penyerahan sebagian
urusan pemerintahan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan kepada Daerah Tingkat I dan Daerah
Tingkat II dinyatakan tetap berlaku.
(2) Urusan pemerintahan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) yang telah ditindaklanjuti dengan penyerahan secara nyata, tetap dilaksanakan oleh Daerah Tingkat
I atau Daerah Tingkat II yang bersangkutan.
Pasal 127
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka Peraturan Lalu Lintas Jalan (Staatsblad 1936
Nomor 451) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 1964 dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 128
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal….
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada
tanggal….
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
Diundangkan di Jakarta pada
tanggal….
MENTERI NEGARA SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK
INDONESIA
ttd.
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1993 NOMOR 64
Sallnan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI Kepala Biro Hukum dan Perundang-
undangan
ttd

Anda mungkin juga menyukai