FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
OLEH :
Nur Syuhadah Binti Ahmad Khairil Anwar
C11115832
PEMBIMBING RESIDEN :
dr. Edy Husnul
SUPERVISOR PEMBIMBING :
DR.dr.H.M. Faisal Idrus, Sp KJ(K)
NIM : C11115832
Adalah benar telah menyelesaikan referat dan laporan kasus berjudul “Dementia
Alzheimer” dan telah disetujui serta telah dibacakan di hadapan pembimbing dan
supervisor dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu
menyelesaikan referat ini dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah
KJ(K) dan dr. Edy Husnul selaku pembimbing di Ilmu Penyakit Jiwa Fakultas
Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
tulisan saya. Saya berharap agar referat yang saya tulis ini berguna bagi semua
Penulis.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak
di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada tahun 2010 atau 9,6 persen dari jumlah
penduduk dan diprediksi akan terus meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025.
Besarnya jumlah penduduk lansia di Indonesia di masa depan membawa dampak positif
maupun negatif. Berdampak positif, apabila penduduk lansia berada dalam keadaan sehat,
aktif dan produktif. Disisi lain, besarnya jumlah penduduk lansia menjadi beban jika lansia
memiliki masalah penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya pelayanan
kesehatan, penurunan pendapatan/penghasilan, peningkatan disabilitas, tidak adanya
dukungan sosial dan lingkungan yang tidak ramah terhadap penduduk lansia.1 Menurut World
Health organization (WHO), demensia adalah sindroma klinis
yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga
menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari.2
2.1 Definisi
Demensia adalah kumpulan gejala (syndrome) karena penyakit otak, biasanya kronis
(menahun) atau progresif (bertahap, perlahan-lahan), terjadi kerusakan fungsi kortikal lebih
tinggi yang multipel, termasuk memori, berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan,
kapasitas belajar, bahasa, dan pertimbangan, serta kesadaran tidak berkabut. Kerusakan
kognitif ini umumnya disertai, dan terkadang didahului, oleh kemunduran kendali emosi,
perilaku sosial, atau motivasi. Demensia Alzheimer merupakan proses penyakit (patologis)
yang akhirnya menghasilkan kumpulan gejala klinis DA. DA memiliki karakteristik pola
kognitif yang termasuk domain kognitif spesifik dan sebagai akibat cacat atau
ketidakmampuan.4
2.2 Klasifikasi
Demensia dapat dibagi menjadi demensia yang reversible dan ireversibel yaitu :
Reversibel :
- Penyakit umum berat
- Gangguan psikiatri
- Normal pressure Hydrocephalus
- Demensia Vaskular
Ireversibel :
- Demensia Alzheimer
- Pick’s Disease
- Parkinson’s Disease Dementia5
2.3 Epidemiologi
Dari 220 juta penduduk di Indonesia, akan ditemukan sekitar 2,2 juta penderita demensi.
DiAsia Pasifik, penderita demensia diperkirakan akan meningkat dari 13,7 juta orang pada
tahun 2005 menjadi 64,6 juta orang pada tahun 2050. Demensia Alzheimer (DA) menjadi
penyebab kematian keempat pada kelompok usia lanjut di negara maju. Diperkirakan 25 juta
penduduk dunia menderita DA. Angka ini diperkirakan meningkat menjadi 63 juta pada
tahun 2030 dan 114 juta pada tahun 2050.
Prevalensi DA bervariasi. Pada orang berusia di atas 65 tahun mencapai 1,1%. Di AS, sekitar
4 juta orang menderita demensia Alzheimer pada tahun 1990, dengan biaya perawatan
sekitar US$100 juta per tahunnya. Angka ini akan meningkat menjadi 7,5–14 juta jiwa pada
tahun 2050, dengan biaya perawatan sekitar US$300-350 juta. Secara umum, prevalensi DA
sebesar 3-10% pada usia 65 tahun, dan berkisar 25-50% pada usia 85 tahun ke atas. Wanita
lebih dominan daripada pria, kemungkinan disebabkan umur rata-rata wanita lebih panjang
daripada pria. Selama belum tersedia obat yang menyembuhkan, kecenderungan ini akan
terus meningkat.4
2.4 Etiologi
1. faktor genetik
2. lingkungan dan toksin
3. faktor infeksi
4. autoimun
5. trauma6
Faktor Genetik
Oleh banyak sarjana ditekankan bahwa bila permulaan demensia terjadi sebelum umur 60
tahun, maka resiko untuk anak-anaknya adalah 50 %. Bila demensia Alzhemer terjadi
setelah usia 70 tahun, maka resiko untuk anak-anaknya seperti penduduk biasa.6
Faktor Infeksi
Penemuan Gadjusek tentang virus Kuru dan penyakit JacobCreutzfeldt membawa banyak
sarjana kearah pemikiran bahwa demensia Alzheimer juga disebabkan oleh suatu virus. Baik
penyakit Jacob-Creutzfeldt maupun demensia Alzheimer mulai pada umur yang sama
(presenilis), keduanya juga menunjukkan kerusakan intelejensi yang progresif, keduanya
juga sering menunjukkan kelainan EEG, dan sering menunjukkan adanya miklonus. Tetapi
transmisi virus dari manusia ke kera dan dari manusia ke manusia hanya dapat dibuktikan
pada penyakit Jacob-Creutzfeldt, belum pada demensia Alzheimer.6
Autoimun
Pada waktu ini banyak sarjana percaya akan teori autoimun sebagai penyebab demensia
Alzheimer.6
Trauma
Adanya demensia pugilistika, dan demensia pada petinju yang sering terpukul kepalanya,
membawa sarjana berpikir bahwa mungkin demensia Alzheimer juga disebabkab oleh
rudapaksa kepala yang berulang. Tetapi degenerasi substansia nigra, forniks, serta korpus
mamilaris jarang terlihat pada demensia Alzheimer, sehingga teori taruma tidak banyak
pendukungnya.6
Demensia tipe Alzheimer (DTA) mencapai hampir 50% dari semua tipe demensia (5% -
10% orang berusia diatas 65 tahun, 50% diatas 85 tahun). DTA dapat dimulai pada usia lima
puluhan (awitan dini, familial, bentuk pra-senil, sekitar 2% dari seluruh kasus) atau dapat
pula dimulai pada usia 60 tahunan sampai 80 tahunan (awitan lambat, umumnya lebih
banyak) dan berkembang sampai kematian dalam waktu 6-10 tahun. Gejala DTA yang
tampak dalam kehidupan sehari hari adalah kegelisahan yang terjadi terus menerus dan
sering mencari dalih untuk menghindari kegiatan, namun respons sosial sering kali masih
utuh sampai saat akhir.7
Tanda dan gejala :
d. Hendaya intelektual
Pasien menjadi kurang tajam pemikirannya dibandingkan biasanya. Apakah pasien
mempunyai masalah dalam mengerjakan sesuatu yang biasanya dapat dikerjakan dengan
mudah? Pengetahuan umum (menyebut lima nama presiden terakhir, enam kota besar di
Indonesia), kalkulasi (perkalian, mengurangi 100 dengan 7 sebanyak lima kali), persamaan
(apa persamaan bola dengan jeruk? Tikus dengan gajah?).
e. Gangguan daya nilai (judgment)
Tidak mengantisipasi akibat dari perbuatannya. Apakah pasien bertindak secara impulsif?
“Apa yang harus anda lakukan jika menemukan sebuah amplop yang berperangko?”.
f. Gejala psikotik
Halusinasi, ilusi, delusi, ide-ide mirip waham.
g. Hendaya berbahasa
Seringkali samar dan tidak begitu persis; kadang-kadang hampir mutisme. Adakah
perseverasi, blocking, atau afasia? (bila ada afasia dini, dicurigai patologi fokal). Tanyakan
tentang penyakit kronis atau gangguan psikiatrik yang pernah dialaminya, penyakit
psikiatrik dalam keluarga, penyalahgunaan obat atau alkohol, trauma kepala, dan paparan
terhadap zat racun (toksin).7
2.6 Diagnosis
1. Kriteria Diagnosis di bidang psikiatri untuk demensia Alzheimer menurut Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder 3rd Ed (DSM III), adalah :
a. Hilangnya kemampuan intelektual yang cukup berat sehingga mengganggu fungsi sosial
maupun fungsi pekerjaan
b. Terganggunya memori
2. Kriteria diagnosis di bidang neurologi untuk dimensia Alzhiemer yang banyak dipakai
adalah sebagai berikut:
C. Gejala klinis lain yang sesuai dengan diagnosis probable dimensia Alzheimer
(setelah dikesampingkan dimensia akibat etiologi lain) adalah :
a. Plateau pada perjalanan progresivitas penyakit.
b. Gejala ikutan seperti depresi, insomnia, inkontinensia, waham ilusi, halusinasi
katastropik, ledakan emosi, verbal atau fisik, gangguan seks, dan kehilangan berat badan.
c. Kejang pada dimensia Alzheimer yang berat
d. CTscan yang normal untuk umur penderita.
-Delirium (F05)
Yang paling nyata perbedaannya adalah mengenai awitannya, yaitu delirium awitannya tiba-
tiba, sedangkan pada demensia berjalan perlahan, meskipun kedua kondisi tersebut
mengalami gangguan kognitif, tetapi pada demensia lebih stabil, sedangkan pada delirium
berfluktuatif.
2.8 Treatment
TERAPI FARMAKOLOGIS7
• Terapi Simtomatik
a. Ansietas akut, kegelisahan, agresi, agitasi : Haloperidol 0,5 mg per oral 3 kali sehari;
Risperidon 1 mg peroral sehari. Hentikan setelah 4-6 minggu.
b. Ansietas non psikotik, agitasi : Diazepam 2 mg peroral 2xsehari, venlafaxin XR.
Hentikan setelah 4-6 minggu.
c. Agitasi kronik : SSRI (misal Fluoxetine 10-20 mg/hari) dan atau Buspiron (15 mg 2x
sehari); juga pertimbangkan Beta Bloker dosis rendah.
d. Depresi : pertimbangan SSRI dan anti depresan baru lainnya dahulu; dengan Trisiklik
mulai perlahan-lahan dengan tingkatan sampai ada efek - misal desipramin 75-150 mg
per oral sehari.
e. Insomnia : hanya untuk penggunaan jangka pendek.
2.9 Penatalaksanaan
TERAPI NON-FARMAKOLOGIS7
-Berikan perawatan fisik yang baik, misalnya nutrisi yang lebih bagus, kacamata, alat bantu
dengar, alat proteksi (untuk anak tangga, kompor, obat-obatan) dan lain lain. Sewaktu-waktu
mungkin perlu pembatasan / pengekangan secara fisik.
-Pertahankan pasien berada dalam lingkungan yang sudah dikenalnya dengan baik, jika
dimungkinkan. Usahakan pasien dikelilingi oleh teman-teman lamanya dan benda-benda
yang biasa ada di dekatnya. Tingkatkan dava pengertian dan partisipasi anggota keluarga.
-Pertahankan keterlibatan pasien melalui kontak personal, orientasi yang sering
(mengingatkan nama hari, jam dsb). Diskusikan berita actual bersama pasien. Pergunakan
kalender, radio, televisi. Aktivitas harian dibuat terstruktur dan terencana.
-Bantulah untuk mempertahankan rasa percaya diri pasien. Rawatlah mereka sebagai orang
dewasa (jangan perlakukan sebagai anak kecil, jaga dignity dari pasien - komentar
penterjemah). Rencana diarahkan kepada kekuatan / kelebihan pasien. Bersikaplah
menerima dan menghargai pasien.
-Hindari suasana yang remang-remang, terpencil; juga hindari stimulus yang berlebihan.
2.10 Prognosis
Prognosis demensia bervariasi tergantung pada penyakit atau kondisi medik yang
mendasarinya. Bilamana penyebab demensia dapat dikoreksi atau disembuhkan maka
prognosis baik, namun untuk jenis penyakit degeneratif yang belum ada obatnya (penyakit
Alzheimer) maka prognosis kurang baik. DTA (Demensia Tipe Alzheimer) dapat
berlangsung 10-15 tahun dengan kemunduran yang perlahan tapi pasti menuju akhir hidup.
Beberapa jenis demensia yang mungkin dapat membaik adalah demensia yang disebabkan
oleh infeksi, defisiensi vitamin, hidrosefalus tekanan normal, gangguan vaskularisasi dan
gangguan metabolik.7
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang biasanya terjadi pada orang dengan usia
lanjut. Pada penyakit ini tidak terjadi penurunan kesdaran. Gejala-gejalanya dapat
dilihat dari perubahan tingkah lakunya sehari-hari yaitu penurunan kemapuan
kognitif dan kemampuan berbicara. Faktor yang menyebabkan penyakit Alzheimer
masih belum diketahui dengan pasti, namun riwayat keluarga sangat
berpengaruhterhadap penyakit ini. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah terapi
farmakologi dan terapi suportif untuk paisen dan keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA
Pemeriksaan dilakukan pada hari Selasa, 5 Februari 2019 di UGD RSKD Dadi. Sumber
anamnesa : catatan medis dan autoanamnesa.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
No. RM : 016915
Umur : 31 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/ tanggal Lahir : Makassar, 30 Februari 1988
Agama : Katolik
Suku : Flores
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Pekerjaan : Supir Pertamina
Diagnosis Sementara : Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk ketiga kalinya pada tanggal 5 Februari 2019,
pukul 15:30 WITA, diantar oleh bapa kandung pasien dan teman pasien.
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis dari :
Nama : Tn, K
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Pendidikan Terakhir : SLTP
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : JL. Galangan Kapal, Kaluku Bodoa, Makassar
Hubungan dengan pasien : Bapa Kandung
A. Keluhan Utama
Mengamuk
B. Riwayat Gangguan Sekarang
b.Riwayat Pernikahan
Pasien belum pernah menikah.
c.Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Katolik dan sering beribadat ke gereja.
G. Situasi Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama ibu dan ayahnya.
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikiran
Produktivitas : Cukup
Kontinuitas : Relevan, koheren
Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
2. Isi Pikiran
Preokupasi : Memikirkan tentang masalah dirinya yang sulit
tidur karena sering diganggu dengan suara
wanita yang berbisik ke telinganya
Gangguan isi pikiran : waham persekutorik
-Pasien meyakini ayahnya ingin membunuh dan
mencelakainya
F. Pengendalian Impuls
Tidak terganggu (pada saat dilakukan wawancara)
G. Daya Nilai
1. Norma sosial : Tidak terganggu
2. Uji daya nilai : Tidak terganggu
3. Penilaian realitas : Terganggu
H. Tilikan (Insight)
Derajat 1 (Penyangkalan total terhadap penyakitnya)
I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya
2. Aksis II
Sebelum sakit, pasien dikenal sebagai orang yang ramah dan memiliki banyak
teman.
3. Aksis III
Tidak ada diagnosis.
4. Aksis IV
Masalah stressor sosial dan keluarga
5. Aksis V
GAF Scale saat ini: 50-41 (gejala berat dan disabilitas berat yang berhubungan
dengan realita dan komunikasi interpersonal).
4. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang-orang di
sekitarnya. Sehingga dapat menerima dan menciptakan suasana lingkungan yang
mendukung
IX. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad functionam : dubia ad Malam
Quo ad sanationam : dubia ad Malam
a. Faktor pendukung
● Tidak terdapat kelainan organik
b. Faktor penghambat
● Onset di usia muda
● Pengobatan yang tidak teratur
● Adanya riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya, selain itu menilai
efektivitas dan kemungkinan efek samping obat yang diberikan.
XI. PEMBAHASAN
Pada pasien ditemukan adanya halusinasi auditorik dan waham persekutorik, disertai
dengan hendaya dibidang pekerjaan sehingga pasien tidak dapat lagi melalukan pekerjaan
sehingga diagnosis mengarah pada skizofrenia paranoid. Medikasi antipsikotik adalah inti
dari pengobatan skizofrenia, tetapi intervensi psikososial dapat memperkuat perbaikan klinis.
Penatalaksanaan psikososial umumnya lebih efektif pada saat pasien berada dalam fase
perbaikan dibanding fase akut. Terapi berorientasi keluarga dapat dilakukan dengan
memberikan penjelasan tentang gangguan yang dialami pasien dan menciptakan
suasana yang baik agar dapat mendukung proses pemulihan pasien.
Halusinasi merupakan gejala yang paling sering muncul pada penderita skizofrenia di
mana sekitar 90% dari mereka mengalami halusinasi. Halusinasi pendengaran merupakan
gangguan persepsi yang paling sering. Misalnya suara melengking, bising, mungkin juga
dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Suara itu dirasakan tertuju pada dirinya, sehingga
kadang terlihat penderita bertengkar atau bicara (sendiri) dengan suara yang didengarnya.
Sumber suara dapat berasal dari bagian tubuhnya sendiri, dari sesuatu yang jauh atau dekat.
Kadang berhubungan dengan sesuatu yang mengancam, mencela, memaki dan sebagainya.
Sering juga dirasakan sebagai suruhan yang mengancam, mencela, memaki dan sebagainya.1
Skizofrenia diketahui umum merupakan suatu gangguan yang tidak dapat sembuh
secara total. Jadi meskipun dirawat dengan baik di rumah sakit, gejalanya masih dapat ada
tetapi mungkin lebih berkurang. Ketika penderitaskizofrenia dikembalikan ke rumah, ada
tantangan-tantangan baru yang membuat penderita harus bertahan dalam kehidupannya yang
belum tentu lebih baik. Untuk itu penting bagi seorang penderita skizofrenia untuk mencari
makna dalam hidupnya mengingat pentingnya makna hidup bagi setiap manusia. Secara tidak
langsung, penderita skizofrenia dapat mempertahankan kesembuhan dan meminimalisir
potensi untuk relaps. Penilaian bagaimana penderita skizofrenia memaknai hidupnya juga
bergantung dengan status mental penderita.2
WAWANCARA
P : Bisa dok.
P : MAE dok.
D : Kerjanya apa?
D : Sudah menikah?
P : Belum.
P : Bapaku.
P : Sejak 4 minggu yang lalu dok. Tapi 5 hari terakhir ini saya rasa makin parah.
Bukan itu saja dok, tidurku juga amat terganggu sejak akhir-akhir ini.
P : Maksudnya?
P : Iya. Rasa seperti tidak enak badanku. Tidak segar. Rasa malas mau bikin apa-
apa.
D : Apa yang kita pikirkan sehingga sulit sekali mau pejamkan mata ?
D : Berapa suara yang didengar? Laki-laki atau perempuan? Apa yang kita dengar?
P : Satu suara dok, perempuan. Dia bicara sama saya dan kadang menyuruh saya
melakukan sesuatu dok.
P: Suara itu minta saya memukul ibu bapa saya dok. Jadi lakukan mi.
P: Iya dok. Itu yang saya khuatirkan jangan sampai suara itu minta saya bunuh
diri dok.
D : Iya, bagus sekali begitu karena kita’ rasa ada sesuatu yang aneh toh, jadi kita’
langsung datang berobat. Tabe, bisa kita’ jelaskan kapan saja suaranya itu
terdengar? Pada waktu siang atau malam?
D : Ada apa-apa yang mengganggu pikiran ta? Bisa kita’ ceritakan sama saya?
P : Saya sebenarnya sewaktu di sekolah sering diejek oleh teman di tempat saya
belajar karena miskin. Di tempat kerja juga sering diganggu oleh teman.
P : Bagus dok.
D : Kita’ pernah sakit parah sampai dirawat inap di rumah sakit, atau kecelakaan
sampai terbentur kepala?
P : Saya merokok sejak SMP lagi dan pernah minum alcohol. Yang lain nda pernah
dok.