Anda di halaman 1dari 13

ABSTRAK

Latar Belakang : Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang merupakan


salah satu penyebab utama kematian di dunia. Organisasi kesehatan dunia (World
Health Organization/ WHO) mengestimasikan saat ini prevalensi hipertensi secara
global sebesar 22% dari total penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebut,
hanya kurang dari seperlima yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan
darah yang dimiliki. Hipertensi adalah salah satu penyakit kardiovaskular yang paling
umum dan paling banyak dialami masyarakat dan dalam praktek klinik sehari-hari.
Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross
sectional). Laporan dari data Puskesmas Cendrawasih dari Januari-Desember 2020
dikelola dengan menggunakan Excel.
Hasil : Dari 974 total kunjungan pasien hipertensi di Puskesmas Cendrawasih bulan
Januari-Desember 2020 didapatkan pasien perempuan sebanyak 76,80%
sedangkan laki-laki sebanyak 23,20%. Kunjungan terbanyak paling banyak pada
bulan Januari 2020 sebanyak 13,86%, sedangkan kunjungan terendah pada bulan
April 2020 sebanyak 5,54%.
Kesimpulan : Profil pasien hipertensi paling banyak pada perempuan dan kelompok
Kunjungan terbanyak yaitu pada bulan Januari 2020.

Kata kunci : Hipertensi, Puskesmas Cendrawasih, Makassar, Profil Hipertensi

LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan salah satu faktor penting sebagai pemicu penyakit tidak
menular (Non Communicable Disease) sepertipenyakit jantung, stroke, dan lain-lain
yang saat ini menjadi momok penyebab kematian pertama didunia. Hasil penelitian
sporadis yang dilakukan pada 15 kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2011-2012
oleh Badan Litbangkes Kemkes memberikan fenomena 17,7% kematian disebabkan
oleh stroke dan 10,0% kematian disebabkan oleh Ischaemic Heart Disease (IHD).
Dua penyakt penyebab kematian tertinggi ini soulmate faktornya adalah hipertensi.
Kematian yang disebabkan stroke dan IHD lebih banyak dirumah dibandingkan di
Rumah Sakit. Sejumlah 19,3% kematian akibat stroke terjadi dirumah dan 12%
kematian akibat IHD juga terjadi di rumah. Mencermati fenomena ini dimana trend
penyakit dan penyebab kematian adalah stroke dan IHD dan lokasi kejadiannya
banyak dirumah serta secara teori hipertensi merupakan pemicu yang paling dekat,
maka tidaklah berlebihan jika hipertensi dikatakan sebagai the silent killer.
Menurut JNC VII seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan sistoliknya melebihi
140 mmHg dan atau diastoliknya melebihi 90 mmHg berdasarkan rerata dua atau
tiga kali kunjungan. Menurut Institute For Health Metrics and Evaluation (IHME) 2017
menyatakan tentang faktor resiko penyebab kematian prematur dan disabilitas di
dunia berdasarkan angka Disability Adjusted Life Years (DAILYs) untuk semua
kelompok umur. Berdasarkan DAILYs tersebut tiga factor resiko tertinggi pada laki-
laki adalah merokok, peningkatan tekanan darah sistolik, dan peningkatan kadar
gula. Sedangkan factor resiko pada wanita yaitu peningkatan tekanan darah sistolik,
peningkatan kadar gula darah, dan IMT (Indeks Massa Tubuh) tinggi. (Kemenkes,
2019).
Penderita hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, dari data World Health
Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia
menyandang hipertensi. Diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang
yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal
akibat hipertensi dan komplikasinya (Kemenkes RI, 2019).
Berdasarkan data Riskesdas 2018 perevelensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, pada kelompok usia 31-
44 tahun (31,6%), usia 45-54 tahun (45,3%), dan usia 55-64 tahun (55,2%). Dari
prevelensi hipertensi sebesar 34,1% tersebut diketahui bahwa sebesar 8,8%
terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum
obat serta 32,3% tidak rutin minum obat.Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya hipertensi sehingga penderita
hipertensi tidak mendapatkan pengobatan. (Riskesdas,2018)
Dari prevelensi hipertensi tidak minum obat antara lain karena penderita
hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke Fasilitas Layanan
Kesehatan ( 31,3%), minum obat tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain
(12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat efek
samping obat (4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasilitas Layanan
Kesehatan (2%). (Kemenkes,2019)
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan persentase
hipertensi di Sulawesi Selatan tahun 2016 sebanyak 21,90%, dengan kasus tertinggi
di Kabupaten Selayar ( 32,49%), Kabupaten Soppeng ( 24,92%) dan Kabupaten
Takalar (14,28%) (Dinkes Sulsel, 2017). Data Dinas Kesehatan Kota Makassar
menyatakan hipertensi merupakan urutan ke 2 dari 10 penyakit terbanyak.
Prevalensi hipertensi di Kota Makassar pada tahun 2016 mencapai 27,61%
sedangkan angka mortalitasnya mencapai 18,6% (Dinkes Makassar, 2016).
Data Riskesdas 2018 pada penduduk usia 15 tahun keatas didapatkan data
faktor resiko seperti proporsi masyarakat yang kurang makan sayur dan buah
sebesar (95,5%), proporsi kurang aktivitas fisik ( 35,5%), proporsi merokok (29,3%),
proporsi obesitas sentral (31%), dan proporsi obesitas umum 21,8%. Data tersebut
diatas menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan data Riskesdas 2013.
(Kemenkes, 2019).
Laporan ini dibuat untuk mengetahui prevelensi kasus hipertensi di wilayah
Puskesmas Cendrawasih, dengan tujuan agar dapat menekan angka penderita
hipertensi dengan menentukan strategi pencegahan hipertensi.

METODE

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan (cross sectional). Data


diperoleh dari Laporan Puskesmas Cendrawasih dari Januari-Desember 2020,
dikelola dengan menggunakan program excel. Data yang dipilih adalah data
prevalensi pasien hipertensi yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan
periode kunjungan dari Januari-Desember 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih yang melakukan kunjungan
pada bulan Januari hingga Desember 2020. Kriteria inklusi untuk hipertensi adalah
apabila didapatkan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau ≥90 mmHg pada
pengukuran di fasilitas layanan kesehatan.
Tipe pasien meliputi laki-laki dan perempuan. Selanjutnya data yang diambil
adalah pasien yang melakukan kunjungan untuk pengobatan penyakit hipertensi di
Puskesmas Cendrawasih pada tahun 2020, serta total keseluruhan pasien dengan
penyakit hipertensi di Puskesmas Cendrawasih pada tahun 2020 dengan rentan
waktu dari Januari hingga Desember 2020.
HASIL

Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah Kelurahan, Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja


Puskesmas Cendrawasih Tahun 2018

Tabel 1. Profil demografi wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih Tahun 2018

Kelurahan Kepadatan Penduduk Jumlah Luas Wilayah


2 2
(/km ) Penduduk (km )
Tamparang 0,05 5.129 35.807
keke
Sambung Jawa 0,3 10.912 84.150
Karang Anyar 0,2 4.113 28.433
Baji 0,15 4.332 32.841
Mappakasungg
u

Pa’batang 0,11 4.841 71.411


Parang 0,09 6.528 22.045
Bonto Lebang 0,12 4.004 43.327
Jumlah 1,02 39.859 39.077

Distribusi kasus Hipertensi menurut jenis kelamin (Gambar 1 dan 2), kasus
hipertensi pada bulan Januari-Desember tahun 2020 di Puskesmas Cendrawasih
lebih banyak terjadi pada perempuan (n=748, 76.80%) dibanding laki-laki (n=226,
23.20%).
Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin
800

700

600

500

400

300

200

100

0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jumlah

Gambar 1. Distribusi pasien hipertensi berdasarkan jenis kelamin

Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki
23%

Perempuan
77%

Gambar 2. Distribusi pasien hipertensi berdasarkan jenis kelamin

Dari total pasien hipertensi yang datang berkunjung ke puskesmas


Cendrawasih pada bulan Januari – Desember 2020, kunjungan terbayak terjadi pada
bulan Januari sebanyak 135 (13,86%) kunjungan. Kunjungan terendah terjadi pada
bulan April sebesar 54 (5,54%) kunjungan.
160

140 135

120 113
101
100
89
80 75 73
70 67 68
63 66
60 54

40

20

0
ri ar
i et ril ei ni li us r er er r
ua ru ar Ap M Ju Ju st be ob vb be
a n b M u em t em
J F e A g
pt Ok ve
m s
Se No De

Jumlah

Gambar 5. Persentasi pasien hipertensi berdasarkan periode kunjungan

Desember; 6.78

November; 6.99
Januari; 13.86

Oktober; 6.47

Februari; 11.6
September; 6.87

Agustus; 9.14 Maret; 10.37

Juli; 7.5
Mei; 7.7 April; 5.54

Juni; 7.18

Gambar 6. Persentasi pasien hipertensi berdasarkan periode kunjungan

PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil penelitian di Puskesmas Cendrawasih ditemukan
bahwa sebanyak 76,80% pasien dengan hipertensi berjenis kelamin perempuan dan
23,20% berjenis kelamin laki-laki. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Mahmudah, S (2015) yang menyatakan bahwa distribusi pasien
hipertensi berdasarkan jenis kelamin lebih banyak terjadi pada perempuan yaitu
sebanyak 92%, sedangkan pada laki-laki sebanyak 8% dari seluruh jumlah
responden. Resiko hipertensi pada perempuan akan meningkat setelah masa
menopause karena dipengaruhi oleh kadar Hingh Density Lipoprotein (HDL).
Kolestrol HDL yang menurun seiring bertambahnya usia akan menyebabkan
terjadinya proses aterosklerosis. Pada premenopouse wanita mulai kehilangan
sedikit demi sedikit hormone estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah
dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormone estrogen tersebut
berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya
mulai terjadi saat wanita berumur 44-55 tahun. (Mahmudah, S, 2015). Hal ini
didukung juga oleh pendapat (Cortas 2008) dan Anggraini (2011) yang mengatakan
bahwa wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen
yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) sehingga
adanya efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas
wanita pada usia premenopause. Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan
jenis kelamin dengan hipertensi di puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar pada
Agustus 2016 didapatkan bahwa lansia yang menderita hipertensi didominasi oleh
wanita dibandingkan dengan laki laki yaitu sebanyak 55% dan responden yang
menderita hipertensi berat juga 100% dialami oleh wanita. (Kartika, 2016)
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Louisa, Sulistiyani, &
Joko (2018) yang menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada laki-laki lebih
besar jika dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar 60% akibat gaya hidup
seperti perilaku merokok , alcohol yang mayoritas mengiringi resiko tinggi pada laki-
laki untuk hipertensi. Penelitian ini juga didukung oleh National Longitudinal Study of
Adolescent to Adult Health yang berfokus pada pemuda di US yang menunjukkan
bahwa tingkat kepedulian terhadap penyakit hipertensi lebih besar pada perempuan
(35%) dibandingkan dengan laki-laki (25%).

Terhitung dari bulan Januari-Desember 2020 kunjungan pasien hipertensi di


Puskesmas Cendrawasih terbanyak pada bulan Januari 2020 sebanyak 13,86% dari
total kunjungan. Berdasarkan data yang didapatkan, bulan Januari hingga Maret
2020 tidak memiliki perbedaan yang signifikan, namun pada bulan April hingga
Desember, kunjungan pasien menjadi semakin menurun. Hal ini dapat dikaitkan
dengan adanya pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia, sehingga masyarakat
umumnya enggan memeriksakan atau mengontrol kesehatannya lagi ke
Pusekesmas.

Untuk mengelola penyakit hipertensi termasuk penyakit tidak menular lainnya,


Kemenkes membuat beberapa kebijakan, yaitu:
- Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara aktif
(skrining).
- Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui
kegiatan Posbindu PTM
- Meningkatkan akses penderita terhadap pengobatan hipertensi melalui
revitalisasi puskesmas untuk pengendaliaan PTM melalui peningkatan
sumberdaya tenaga kesehatan yang professional dan kompoten dalam upaya
pengendalian PTM khususnya tatalaksana PTM difasilitas pelayanan kesehatan
dasar seperti Puskesmas, peningkatan manajemen pelayanan pengendalian
PTM secara komprehensif (terutama promotif dan preventif) dan holistic, serta
peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana promotif-preventif, maupun
sarana prasarana diagnostik dan pengobatan. Upaya pencegahan dan
penanggulangan hipertensi dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat
dan perubahan pola hidup kearah yang lebih sehat (Kemenkes, 2017).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 tenta


ng Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) mengatakan bahwa fasilitas pelayana
n kesehatan menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan secara komprehensif b
aik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif dengan menyelenggarakan fungsi
upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) tingkat
pertama. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan dasar perlu melakukan
pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi faktor resik
o hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi, melalui promosi kesehatan seperti di
et yang sehat, dengan cara makan cukup sayur dan buah, rendah lemak dan garam,
rajin melakukan aktivitas dan tidak merokok. Puskesmas juga perlu melakukan penc
egahan sekunder yang lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk menemukan
penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan secara dini. Sem
entara pencegahan tersier difokuskan pada upaya mempertahankan kualitas hidup p
enderita. Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan
hipertensi yang tepat serta minum obat teratur agar tekanan darah dapat terkontrol d
an tidak memberikan komplikasi seperti penyakit ginjal kronik, stroke dan jantung. Pe
nanganan respon cepat juga menjadi hal yang utama agar kecatatan dan kematian d
ini akibat penyakit hipertensi dapat terkendali dengan baik. Pencegahan tertier dilaks
anakan agar penderita hipertensi terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut serta unt
uk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahan hidup (Kemenkes,
2017).

Cara untuk mendeteksi atau menegakkan diagnosis penyakit hipertensi,


sangat sederhana yaitu dengan mengukur tekanan darah menggunakan tensimeter.
Hipertensi ditegakkan bila tekanan darah 140/90 mm/Hg. Pengobatan atau
penatalaksanaan hipertensi membutuhkan waktu lama, seumur hidup dan harus
terus menerus. Jika modifikasi gaya hidup tidak menurunkan tekanan darah ke
tingkat yang diinginkan, maka harus dibeikan obat. Saran dan prasarana untuk
diagnosis dan mengobati hipertensi, termasuk mendeteksi kemungkinan terjadi
kerusakan organ target atau komplikasi pada dasarnya sudah tersedia di fasilitas
pelayanan kesehatan. (Kemenkes,2017).
Hal yang paling penting adalah meningkatkan perilaku hidup sehat.
Keberadaan Posbindu PTM di masyarakat lebih tepat untuk mengendalikan faktor
resiko Penyakit Tidak Menular (obesitas, hiperkolesterol, hipertensi, hiperglikemia,
diet tidak sehat, kurang aktivitas, dan merokok). Kegiatan deteksi dini Posbindu PTM
dilakukan melalui monitoring faktor resiko secara terintegrasi, rutin dan periodik.
Kegiatan monitoring mencakup kegiatan minimal yaitu hanya memantau masalah
konsumsi sayur/buah dan lemak, aktivitas fisik, indeks massa tubuh (IMT), dan
tekanan darah, dan kegiatan monitoring lengkap yaitu memantau kadar glukosa
darah, dan kolesterol dara, pemeriksaan uji fungsi paru sederhana dan IVA. Tindak
lanjut dini berupa peningkatan pengetahuan masyarakat tentang cara mencegah dan
mengendalikan faktor resiko PTM dilakukan melalui penyuluhan/dialog interaktif
secara massal dan atau konseling faktor resiko secara terintegrasi pada individu
dengan faktor resiko sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kasus faktor resiko PTM
yang ditemukan dan tidak dapat dilakukan melalui konseling dirujuk ke fasilitas
pelayanan dasar di masyarakat (Puskesmas, klinik swasta, dan dokter keluarga)
untuk tindak lanjut dini (Kemenkes,2017)
Terdapat program-program yang dibuat oleh Puskesmas Cendrawasih dalam
menangani kejadian hipertensi, diantaranya dengan melaksanakan program
PROLANIS (program pengelolaan penyakit kronis), selain itu dilaksankan pula
POSBINDU PTM dimasyarakat yang bertujuan untuk mendeteksi dan
mengendalikan faktor resiko PTM salah satunya mengendalikan faktor resiko
penyakit Hipertensi. Disamping program-program yang telah disebutkan sebelumnya
program lainnya yaitu kunjungan rumah yang mana petugas kesehatan mengunjungi
rumah pasien untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan memberikan edukasi
kesehatan, diterapkan pula program PRB (Program Rujuk Balik) yang mana
merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada penderita penyakit kronis
seperti hipertensi dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan jangka
panjang seperti pemberiaan obat rutin dan pemeriksaan tekanan darah secara rutin.
Petugas kesehatan di Puskesmas Cendrawasih melakukan screening dan
pemeriksaan, selain melakukan pemeriksaan kesehatan petugas puskesmas juga
memberikan edukasi mengenai hidup sehat dan makanan seimbang khususnya bagi
penderita hipertensi, selain itu mereka juga memberikan informasi mengenai betapa
pentingnya kontrol rutin bagi penderita hipertensi. Kegiatan tersebut berefek positif
dalam menanggulangi kejadian hipertensi di wilayah Puskesmas Cendrawasih.
Adanya pandemic covid 19 sedikit-banyak mempengaruhi kegiatan dari
petugas kesehatan, kegiatan pemeriksaan kesehatan berupa kunjungan rumah
sudah tidak dapat dilaksanakan mengingat pandemic Covid-19 masih berlangsung
hingga kini. Program lain seperti PROLANIS (program pengelolaan penyakit kronis)
untuk sementara dilakukan penundaan begitu juga dengan POSBINDU PTM juga
dilakukan penundaan. Program pengendalian penyakit Hipertensi yang masih
berjalan hingga sekarang yaitu program PRB (program rujuk balik) dimana pasien
masih datang untuk kontrol dan sambung obat serta melakukan pemeriksaan
tekanan darah secara rutin di Puskesmas.

KESIMPULAN
Profil pasien hipertensi yang terdata di Puskesmas Cendrawasih paling banyak
merupakan pasien perempuan dan kunjungan terbanyak selama bulan Januari-
Desember 2020 yaitu pada bulan Januari dengan jumlah kunjungan sebesar
13,86%. Adapun program pengendalian penyakit hipertensi yang dilaksanakan di
Puskesmas Cendrawasih adalah diantaranya PROLANIS (program pengelolaan
penyakit kronis), POSBINDU PTM, kunjungan rumah, serta PRB (program rujuk
balik), namun selama pandemik covid 19 program yang dapat terlaksana hanya
program PRB (program rujuk balik).
DAFTAR PUSTAKA

1. Bethany Everett,Anna Zajacova (2016) Gender Differences in Hypertension and


Hypertension Awareness Among Young Adults
2. Dessy Amanda, Santi Martini (2018) Hubungan Karakteristik dan Obesitas
Sentral dengan Kejadian Hipertensi
3. Dinas Kesehatan Kota Makassar (2015). Profil Kesehatan Kota Makassar.
Makassar : Dinkes
4. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan (2017). Profil Dinas Kesehatan
Sulawesi Selatan: Dinkes
5. Global Burden of Disease (GBD). Institute for Health Metrics and Evaluation.2017
www.healthdata.org
6. Kartika sari. (2016). Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Lansia di Puskesmas Ngelegok kabupaten Blitar.
7. Kemenkes RI (2017). “Hipertensi dan penanganannya”.
8. Nuraini Bianti. (2015). Risk Factor of Hypertension. J Majority, 4, 10.
9. P2PTM Kemenkes RI (2019). Hari Hipertensi Dunia 2019: “Know Your Number,
Kendalikan Tekanan Darahmu dengan CERDIK”.
10. Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan RI. From: www.kemkes.go.id
11. Soeparman dkk, 2007 Ilmu Penyakit Dalam, Ed 2, Penerbit FK UI, Jakarta
12. The Eight Joint National Committee. Evidence based guideline for the
management of high blood pressure in adults-report from the panel members
appointed to the eight joint national committee.2014
13. WHO, (2013). A global brief on hypertension silent killer. World Health
Organization
14. Widjaya, N; dkk (2018). Hubungan Usia Dengan Kejadian Hipertensi di
Kecamatan Kresek dan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang. JURNAL
KEDOKTERAN YARSI 26 (3) : 131-138
15. World Health Organization (2019). Hypertension. Available from :
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hypertension

Anda mungkin juga menyukai