Anda di halaman 1dari 6

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN

PENYAKIT GINJAL KRONIS DI RSUD


KANJURUHAN KABUPATEN MALANG

Kaiden Budi Wahono1*, Janny Fajar Dita2, Dila Riyan Intan3, Fifin Ambarsari4,
Agus Sucipto5, Yuly Peristiowati5
1,2,3,4,5,6
Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
*
kaidenbudi@gmail.com

ABSTRAK

Penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan global dengan prevalensi dan insidensi serta
pembiayaan pengobatan cukup tinggi yang meningkatkan kebutuhan pelayanan dialisis. Fakta
dilapangan, jumlah penderita penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di rumah sakit
semakin hari semakin meningkat. Penyelidikan epidemiologi ini bertujuan mendeskripsikan
penyakit ginjal kronis berdasarkan jenis kelamin, pembiayaan dan penyebab penyakit pada pasien
di Ruang Hemodialisis RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang semester 1 tahun 2023. Penelitian
deskriptif eksploratif menggunakan data sekunder dari Laporan Instalasi Dialisis RSUD
Kanjuruhan Kabupaten Malang Semester 1 Tahun 2023. Populasi seluruh Pasien hemodialisis di
Instalasi Dialisis RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang pada bulan Januari sampai Juni 2023,
menggunakan teknik total sampling, besar sampel sejumlah 486 orang. Hasil menunjukkan
selama periode januari-Juni 2023, jumlah pasien perempuan (288 orang) lebih banyak
dibandingkan pasien laki-laki (198 orang). Berdasarkan pembiayaan, pasien BPJS sejumlah 474
pasien, lebih banyak dibandingkan pasien umum (7 orang) dan JAMKESDA (4 orang).
Berdasarkan penyebab penyakit tertinggi adalah hipertensi (287 kasus). Upaya pengendalian
tekanan darah menjadi kunci dalam mencegah perkembangan penyakit ginjal kronis yang serius.

KATA KUNCI: Kejadian, Penyakit Ginjal Kronis

PENDAHULUAN
Penyakit ginjal kronis (PGK) adalah kondisi ketika fungsi ginjal menurun akibat kerusakan
jaringan ginjal yang terjadi dalam tiga bulan atau lebih. PGK dapat menjadi berbahaya karena
menyebabkan penumpukan cairan, elektrolit, dan limbah di dalam tubuh. Penyakit ini merupakan
masalah kesehatan global dengan prevalensi dan insidensi serta pembiayaan pengobatan cukup
tinggi. Seiring dengan peningkatan tersebut akan meningkatkan kebutuhan pelayanan dialisis.
Fakta dilapangan, jumlah penderita penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di rumah
sakit semakin hari semakin meningkat (Wicaksono et al., 2023).
Penyakit ginjal kronis telah muncul sebagai salah satu penyebab utama kematian di seluruh
dunia, dan merupakan salah satu dari sejumlah kecil penyakit tidak menular yang menunjukkan
peningkatan kematian terkait selama dua dekade terakhir. Penelitian dengan tinjauan sistematis
komprehensif dan meta-analisis terhadap 100 penelitian yang terdiri dari 6.908.440 pasien,
melaporkan prevalensi global sebesar 13,4% untuk PGK stadium 1–5 dan 10,6% untuk PGK
stadium 3–5. 8 Prevalensi masing-masing stadium PGK adalah 3,5% (stadium 1), 3,9% (stadium
2), 7,6% (stadium 3), 0,4% (stadium 4), dan 0,1% (stadium 5) (Hill et al., 2016). Menurut data
Kidney Disease Surveillance System, jumlah total individu yang terkena PGK stadium 1-5 saat ini
di seluruh dunia diperkirakan mencapai 843,6 juta jiwa (Kovesdy, 2022). Sementara itu,
berdasarkan data di Indonesian Renal Registry (IRR), (2016), sebanyak 98% penderita gagal
ginjal menjalani terapi hemodialisis dan 2% menjalani terapi Peritoneal Dialisis (PD). Penyebab
penyakit ginjal kronis terbesar adalah nefropati diabetik (52%), hipertensi (24%), kelainan
bawaan (6%), asam urat (1%), penyakit lupus (1%) dan lain-lain. Menurut kasil utama Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, dalam 10 tahun terakhir secara nasional terjadi
peningkatan prevalensi PGK, dari sebesar 2% pada tahun 2013 meningkat menjadi 3,8% pada
tahun 2018. Hasil Riskesdas juga mengungkapkan bahwa proporsi penduduk yang pernah/sedang
cuci darah sebesar 19,3%, sedangkan Jawa Timur menempati urutan ke-9 tertinggi dengan
proporsi pernah pernah/sedang cuci darah sebesar 23,14% jauh diatas angka nasional
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Penyebab meningkatnya angka kejadian penyakit ginjal kronis adalah masalah yang
kompleks dan multifaktorial. Terdapat beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seseroang
mengalami penyakit gagal ginjal kronis diantaranya, riwayat keluarga dengan diabetes dan
hipertensi, perilaku tidak sehat seperti mengonsumsi makanan tinggi natrium dalam jangka
panjang, konsumsi obat tertentu, glomerulonefritis, penyakit ginjal polikistik, penyakit autoimun
dan proses obstruksi yang terjadi akibat batu ginjal atau tumor (Gliselda, 2021). Akibat gagal
ginjal kronis adalah berbagai komplikasi seperti, gangguan elektrolit, penumpukan fosfor dan
hiperkalemia atau kenaikan kadar kalium yang tinggi dalam darah, gangguan keseimbangan asam
dan basa di dalam tubuh, seperti asidosis, penyakit jantung dan pembuluh darah, penumpukan
kelebihan cairan di rongga tubuh, misalnya edema paru atau asites, selain itu bisa juga terjadi
anemia. Hal ini karena ginjal berfungsi membentuk sel darah merah. Dalam banyak kasus, gagal
ginjal kronis dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan kejang
(Siregar, 2020)
Upaya rumah sakit dalam menurunkan angka kejadian penyakit ginjal kronis dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, mendorong kesadaran masyarakat tentang pentingnya
gaya hidup sehat, termasuk pola makan yang seimbang dan rutin berolahraga, untuk mengurangi
faktor risiko seperti diabetes dan hipertensi. Selain itu, rumah sakit juga berperan aktif dalam
deteksi dini melalui pemeriksaan rutin dan pemantauan pasien dengan penyakit kronik. Upaya ini
dilakukan dengan menyediakan layanan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang
manajemen penyakit ginjal kronik, termasuk pengendalian tekanan darah dan asupan garam.
Rumah sakit juga sebaiknya terlibat dalam penelitian dan pengembangan terapi inovatif untuk
merawat pasien dengan penyakit ginjal kronis (Rosiana, 2019).
Hasil pengamatan awal pada bulan September 2023 di Instalasi Hemodialisis RSUD
Kanjuruhan, menurut data di Instalasi Dialisis RSUD Kanjuruhan (2023), diketahui bahwa,
ketersediaan mesin hemodialisis sejumlah 17 mesin, Jumlah tindakan hemodialisis periode bulan
Januari-Juni 2023 sebanyak 1951 tindakan, tertinggi terjadi pada bulan Mei 2023, sejumlah 351
orang. Dengan prevalensi kasus gagal ginjal kronis yang terus meningkat, dirasakan perlu untuk
mengetahui gambaran pasien yang menderita gagal ginjal kronis di Kabupaten Malang.
Penyelidikan epidemiologi ini bertujuan mendeskripsikan penyakit ginjal kronis berdasarkan
jenis kelamin, pembiayaan dan penyebab penyakit pada pasien di Ruang Hemodialisis RSUD
Kanjuruhan Kabupaten Malang semester 1 tahun 2023.

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang menggunakan data sekunder
dari Laporan Instalasi Dialisis RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang Semester 1 Tahun 2023
sebagai sumber data (Instalasi Dialisis RSUD Kanjuruhan, 2023). Populasi seluruh pasien
hemodialisis di Instalasi Dialisis RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang pada bulan Januari
sampai Juni 2023, menggunakan teknik total sampling, besar sampel sejumlah 486 orang.
HASIL
1. Pasien Hemodialisis berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 1 Distribusi Frekuensi Pasien Hemodialisis Laki-laki dan Perempuan di Ruang
Hemodialisis RSUD Kanjuruhan Januari-Juni 2023
70
59
60 55
50 47 46
41 40 41 41
40 37 35
30 24
20
20
10
0
Januari Februari Maret April Mei Juni

Laki-laki Perempuan
(Sumber: Laporan Instalasi Dialisis RSUD Kanjuruhan Semester 1 Tahun 2023)
Gambar 1 menjelaskan distribusi frekuensi pasien hemodialisis laki-laki dan perempuan di
Ruang Hemodialisis RSUD Kanjuruhan Januari-Juni 2023. Diketahui jumlah total pasien dalam
periode tersebut sejumlah 486 pasien, terdiri dari 198 laki-laki dan 288 perempuan. Jumlah pasien
perempuan perbulan selalu lebih banyak dibandingkan pasien laki-laki. Jumlah pasien perempuan
terbanyak pada bulan Juni 2023 sejumlah 59 orang, jumlah pasien laki-laki terbanyak terjadi pada
bulan100
Januari dan Maret sejumlah 41 orang.
2. Jumlah Pasien Hemodialisis Berdasarkan Jenis Pembiayaan
90 86
Gambar 2 Distribusi
82 Frekuensi Pasien Hemodialisis Berdasarkan Jenis Pembiayaan di Ruang
Hemodialisis RSUD Kanjuruhan 75 79
Januari-Juni 2023 78
80
74
70

60

50

40

30

20

10
3 3 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0
0
Januari Februari Maret April Mei Juni

Umum BPJS JAMKESDA

(Sumber: Laporan Instalasi Dialisis RSUD Kanjuruhan Semester 1 Tahun 2023)


Gambar 2 menjelaskan distribusi frekuensi pasien hemodialisis berdasarkan jenis
pembiayaan di Ruang Hemodialisis RSUD Kanjuruhan Januari-Juni 2023. Diketahui dalam
periode tersebut jumlah pasien yang memanfaatkan fasilitas pembiayaan BPJS sejumlah 474
pasien, 7 umum (biaya sendiri) dan 4 pasien menggunakan fasilitas pembiayaan Jaminan
Kesehatan Daerah (JAMKESDA). Jenis pembiayaan BPJS selalu lebih banyak dibandingkan
jenis pembiayaan umum dan JAMKESDA. Jumlah pasien BPJS terbanyak pada bulan Maret
2023 sejumlah 86 orang.
3. Pasien Hemodialisis Berdasarkan Jenis Penyebab Penyakit
Gambar 3 Distribusi Nefritis
FrekuensiDM
PasienHipertensi
HemodialisisBatu Berdasarkan
Ginjal Ca Jenis Penyebab Penyakit di
Lain-Lain
60 Ruang Hemodialisis RSUD Kanjuruhan Januari-Juni 2023
50
49 49 51
46 48
40 44
30
20
19 21
17 17 17
10 13 12
9 11 9 1111
7
0 2 0 3 3 4 4
Januari 1 0 2
Februari 2 0
Maret 1 0
April Mei1 0 1 2
Juni

(Sumber: Laporan Instalasi Dialisis RSUD Kanjuruhan Semester 1 Tahun 2023)


Gambar 3 menjelaskan distribusi frekuensi pasien hemodialisis berdasarkan jenis penyebab
penyakit di Ruang Hemodialisis RSUD Kanjuruhan periode Januari-Juni 2023. Diketahui
sepanjang periode tersebut, jenis penyebab penyakit tertinggi adalah hipertensi sejumlah 287
kasus, disusul diabetes melitus (102 kasus), nefritis (65 kasus), batu ginjal (8 kasus), kanker/ca (2
kasus) dan lain-lain (23 kasus). Angka kejadian hipertensi tertinggi pada bulan Juni 2023,
sejumlah 51 kasus.

PEMBAHASAN
1. Pasien Hemodialisis berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil penyelidikan epidemiologi menunjukkan sepanjang bulan Januari sampai Juni 2023,
jumlah pasien perempuan selalu lebih banyak dibandingkan pasien laki-laki. Jumlah pasien
perempuan terbanyak pada bulan Juni 2023 sejumlah 59 orang dan laki-laki 20 orang. Data
tersebut tampak berbeda jika dibandingkan dengan data Indonesian Renal Registry (IRR) tahun
2022, yang mengungkapkan bahwa jumlah terbanyak pasien hemodialisis adalah berjenis kelamin
laki-laki.
Hasil penyelidikan ini mendukung penelitian di Spanyol menunjukkan justru perempuan
lebih banyak mengalami penurunan fungsi ginjal dibandingkan laki-laki (16,6% pada perempuan;
13,2% pada laki-laki; p<0,001). Hal ini disebabkan karena pengaruh perbedaan hormon
reproduksi, perempuan lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih, masalah peningkatan
tekanan darah, sehubungan dengan kehamilan, penyakit sistemik yang menyebabkan komplikasi
gagal ginjal.
Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi yang menunjukkan peningkatan jumlah
pasien perempuan dibandingkan dengan pasien laki-laki dalam rentang bulan Januari hingga Juni
2023, hasil ini menciptakan gambaran menarik mengenai perubahan pola epidemiologi penyakit
ginjal. Hasil ini juga menunjukkan perbedaan signifikan dengan data Indonesian Renal Registry
tahun 2022 yang menunjukkan dominasi pasien laki-laki dalam kasus hemodialisis. Penjelasan
yang mengaitkan perubahan ini dengan faktor-faktor hormonal, risiko infeksi saluran kemih,
tekanan darah tinggi sehubungan dengan kehamilan, dan komplikasi penyakit sistemik yang
berpotensi menyebabkan gagal ginjal pada perempuan, menambah kompleksitas pemahaman kita
tentang faktor risiko dan perubahan tren dalam masalah kesehatan ginjal. Temuan ini juga
menggarisbawahi pentingnya penelitian lebih lanjut untuk memahami dengan lebih baik
perbedaan gender dalam hal kesehatan ginjal dan upaya-upaya pencegahan yang dapat
disesuaikan secara lebih efektif untuk setiap kelompok gender.
2. Pasien Hemodialisis Berdasarkan Jenis Pembiayaan
Hasil penyelidikan epidemiologi menunjukkan berdasarkan jenis pembiayaan di Ruang
Hemodialisis RSUD Kanjuruhan Januari-Juni 2023. Diketahui Jenis pembiayaan BPJS selalu
lebih banyak dibandingkan jenis pembiayaan umum dan Jaminan Kesehatan Daerah
(JAMKESDA). Jumlah pasien BPJS terbanyak pada bulan Maret 2023 sejumlah 86 orang. Hasil
ini sejalan dengan penelitian Chayati dan Destyanto (2021), yang mengungkapkan bahwa sumber
biaya pasien hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta lebih banyak menggunakan
asuransi BPJS dibandingkan dengan dana pribadi sebanyak 118 pasien (99,3%).
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) memiliki peran yang sangat penting dalam
pembiayaan perawatan hemodialisis di Indonesia. Program asuransi kesehatan ini telah
memberikan akses ke perawatan hemodialisis yang mahal bagi banyak individu yang menderita
penyakit ginjal dan membutuhkan perawatan ini. Dengan BPJS, pasien yang sebelumnya
mungkin kesulitan mendapatkan perawatan hemodialisis yang vital, sekarang dapat menerima
perawatan tersebut dengan biaya yang lebih terjangkau atau bahkan sepenuhnya ditanggung oleh
program ini. Hal ini secara signifikan meningkatkan aksesibilitas dan kualitas hidup pasien
dengan masalah ginjal. Meskipun BPJS memiliki dampak positif, penting untuk terus mengawasi
dan memastikan keberlanjutan program ini untuk memenuhi tuntutan perawatan ginjal yang
semakin meningkat di Indonesia.
Fenomena tingginya penggunaan fasilitas BPJS pada pasien dengan penyakit ginjal kronis
menggambarkan signifikansi peran BPJS dalam pembiayaan perawatan hemodialisis di
Indonesia, khususnya di RSUD Kanjuruhan. Terlihat bahwa sebagian besar pasien memanfaatkan
program asuransi BPJS untuk akses ke perawatan medis yang mahal seperti hemodialisis.
Meskipun ini positif dalam memastikan akses perawatan bagi banyak individu, juga penting
untuk memastikan keberlanjutan dan kualitas layanan dalam kerangka program BPJS. Hal ini
menunjukkan potensi perluasan program asuransi kesehatan nasional untuk mencakup lebih
banyak jenis perawatan dan penyakit kronis guna memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat
secara efektif.
3. Pasien Hemodialisis Berdasarkan Jenis Penyebab Penyakit
Berdasarkan hasil penelitian epidemiologi yang mengidentifikasi jenis penyebab penyakit
pada pasien hemodialisis di Ruang Hemodialisis RSUD Kanjuruhan, temuan menunjukkan
bahwa hipertensi menjadi penyebab utama dalam kasus tindakan hemodialisis pada bulan Juni
2023, dengan jumlah 51 kasus. Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Santika
dan Rahman (2021), yang juga menunjukkan bahwa hipertensi merupakan faktor penyebab
penyakit ginjal kronik yang paling umum pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis di
Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida Medan
Hipertensi menjadi penyebab utama dalam kasus tindakan hemodialisis. Hal ini sejalan
dengan pendapat Pardede et al., (2020), yang menyatakan bahwa hipertensi atau tekanan darah
tinggi adalah kondisi ketika tekanan darah dalam arteri tubuh meningkat secara persisten.
Tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah dan memaksa jantung bekerja lebih keras.
Ini menyebabkan peningkatan beban kerja pada ginjal yang berfungsi untuk menyaring limbah
dari darah. Akibatnya, ginjal dapat mengalami kerusakan jangka panjang dan akhirnya
menyebabkan penyakit ginjal kronis. Tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah dalam
ginjal dan mengurangi kemampuan ginjal untuk menghilangkan limbah dan cairan berlebih dari
tubuh. Oleh karena itu, pengendalian tekanan darah merupakan faktor penting dalam mencegah
perkembangan penyakit ginjal kronis yang serius.
Peran pengendalian tekanan darah menjadi sangat penting dalam upaya mencegah
perkembangan penyakit ginjal kronis yang serius. Temuan ini memperkuat urgensi dalam
mengatasi masalah hipertensi untuk melindungi kesehatan ginjal dan mengurangi jumlah kasus
hemodialisis yang disebabkan oleh hipertensi atau tekanan darah tinggi.

KESIMPULAN
Hasil penelitian memberikan wawasan yang berharga tentang masalah kesehatan ginjal dan
pelayanan hemodialisis di RSUD Kanjuruhan. Pertama, terdapat perubahan menarik dalam
distribusi jenis kelamin pasien hemodialisis selama Januari hingga Juni 2023, dengan jumlah
pasien perempuan yang mendominasi. Kedua, penelitian mengungkapkan dominasi jenis
pembiayaan BPJS dalam pembiayaan perawatan hemodialisis, yang memberikan akses yang
lebih besar bagi individu yang memerlukan perawatan tersebut. Meskipun hal ini positif, penting
untuk memastikan keberlanjutan dan kualitas layanan dalam kerangka program BPJS. Terakhir,
temuan dalam penyebab penyakit menegaskan peran krusial hipertensi dalam kasus tindakan
hemodialisis, dan perluasan upaya pengendalian tekanan darah menjadi kunci dalam mencegah
perkembangan penyakit ginjal kronis yang serius. Keseluruhan, penelitian ini menyiratkan
perlunya penelitian lebih lanjut dan upaya pencegahan yang sesuai untuk setiap kelompok
gender, pemantauan serta peningkatan program asuransi kesehatan nasional, dan penekanan pada
pengendalian tekanan darah untuk melindungi kesehatan ginjal dan mengurangi beban penyakit
ginjal kronis yang bisa dicegah.

REFERENSI

Chayati, N., & Destyanto, A. A. (2021). Mekanisme koping dengan kualitas hidup: Studi korelasi
pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Journal of Innovation Research and Knowledge, 1(2), 115–124.
Gliselda, V. K. (2021). Diagnosis dan Manajemen Penyakit Ginjal Kronis (PGK). Jurnal Medika
Hutama, 2(04 Juli), 1135–1141.
Hill, N. R., Fatoba, S. T., Oke, J. L., Hirst, J. A., O’Callaghan, C. A., Lasserson, D. S., & Hobbs,
F. D. R. (2016). Global prevalence of chronic kidney disease–a systematic review and meta-
analysis. PloS One, 11(7), e0158765.
Indonesian Renal Registry (IRR). (2016). 9th Report Of Indonesian Renal Registry 2016.
https://www.indonesianrenalregistry.org/data/INDONESIAN RENAL REGISTRY 2016.pdf
Instalasi Dialisis RSUD Kanjuruhan. (2023). Laporan Instalasi Dialisis RSUD Kanjuruhan
Kabupaten Malang Semester 1 Tahun 2023.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama RISKESDAS 2018. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Kovesdy, C. P. (2022). Epidemiology of chronic kidney disease: an update 2022. Kidney
International Supplements, 12(1), 7–11.
Pardede, P., Manalu, E. D., & Purba, B. B. D. (2020). Pengaruh Riwayat Merokok, Aktivitas Fisik,
Obesitas dan Hipertensi Terhadap Stroke Di Rumah Sakit Bunda Thamrin Medan Tahun
2018. Jurnal Kajian Kesehatan Masyarakat, 1(2), 16–22.
Rosiana. (2019). Peningkatan Pengetahuan Masyarakat tentang Kesehatan Ginjal. Jurnal Abdimas
Medika Mengabdi, 1(1).
Santika, K., & Rahman, S. (2021). Faktor Penyebab Penyakit Ginjal Kronik Pada Pasien Yang
Menjalani Terapi Hemodialisis di Unit Hemodialisis Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida
Medan Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Simantek, 5(2), 15–19.
Siregar, C. T. (2020). Buku Ajar Manajemen Komplikasi Pasien Hemodialisa. Deepublish.
Wicaksono, K., Hastuti, A. S. O., & Pujiastuti, T. T. (2023). Pengalaman Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit Swasta Yogyakarta. Lentera:
Multidisciplinary Studies, 1(4), 255–262.

Anda mungkin juga menyukai