PENDAHULUAN
Dalam tahapan tumbuh kembangnya, anak perlu variasi nutrisi dengan porsi
tertentu sesuai pedoman gizi. Selain nutrisi, pola makan anak juga harus dibentuk
sedini mungkin. Secara umum ada tiga hal yang perlu diperhatikan para ibu untuk
membentuk pola makan anak, yaitu jumlah, jenis dan jadwal. Makanan dengan
jumlah sesuai kebutuhan tidak kurang, tidak berlebih, dengan jenis yang tepat sesuai
kebutuhan gizinya, serta jadwal makan yang teratur dapat mengoptimalkan proses
pertumbuhan anak (Anna, 2011). Ketidaksesuaian jumlah asupan zat gizi dengan
Energi Protein (KEP), anemia defisiensi zat besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium
(GAKY), Kurang Vitamin A (KVA), dan sekarang muncul masalah gizi baru yaitu
Menurut Weil BW 1991, angka kejadian di Amerika meningkat 40% (dari 15%
menjadi 21%). Sedangkan angka kejadian di Indonesia masih belum ada datanya.
Tetapi dari pengamatan sehari-hari mulai banyak ditemukan kasus obesitas pada anak
(Soetjiningsih, 1998). Survey yang dilakukan secara terpisah di beberapa kota besar
menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak sekolah dan remaja cukup tinggi.
1
2
didapatkan data, jumlah siswa di SD tersebut sebanyak 120 siswa. Jumlah siswa
masing masing kelas sebanyak 20 siswa. Dari hasil pengamatan terhadap anak kelas
VI, ditemukan lebih kurang 10 anak (50 %) mengalami obesitas. Dari hasil
wawancara dengan 5 anak yang terkesan mengalami obesitas didapatkan 5 orang (100
%) mengatakan makan 4-5 kali sehari dengan lauk sosis, telur, ayam goreng dll. 5
orang (100 %) mengatakan saat jam istirahat, mereka selain menghabiskan bekal
makanan yang dibawa dari rumah mereka juga jajan di kantin sekolah. Hal ini
menunjukkan adanya pola makan yang tidak sehat pada siswa yang terkesan
anak (60 %) mengatakan orang tua mereka juga gemuk, dan 5 (100 %) anak
mengatakan mengalami kesulitan saat mengikuti pelajaran olah raga terutama lari.
energi yang dikeluarkan. Obesitas terjadi jika seseorang banyak makan tetapi kurang
aktivitas fisik. Anak yang obesitas tidak hanya lebih berat dari anak seusianya, tetapi
juga lebih cepat matang pertumbuhan tulangnya. Anak yang obesitas relatif lebih
tinggi pada masa remaja awal, tetapi pertumbuhan memanjangnya selesai lebih
cepat, sehingga hasil akhirnya mempunyai tinggi badan relatif lebih pendek dari anak
sebayanya. Bentuk muka anak yang obesitas tidak proporsional, hidung dan mulut
relatif lebih kecil, dagu ganda. Terdapat timbunan pada daerah payudara, dimana
pada anak laki-laki sering merasa malu karena payudaranya seolah-olah tumbuh.
Perut menggantung, alat kelamin pada anak laki-laki seolah-olah kecil karena adanya
3
timbunan lemak pada daerah pangkal paha. Paha dan lengan atas besar, jari-jari
tangan relatif kecil dan runcing. Akibatnya sering terjadi gangguan psikologis krisis
Akibat dari obesitas dilihat dari segi fisik diantaranya : naiknya berat badan,
degeneratif, gangguan pernapasan pada waktu tidur, gangguan pencernaan. Dari segi
psikologis anak yang banyak beraktivitas pasif kalah dibandingkan anak yang
melakukan aktivitas sedang. Perkembangan otak dan gerak anak yang obesitas kalah
jantung. Sekitar Pada anak obesitas juga sering dijumpai kejadian obstructive sleep
apnoea, kejadian ini terjadi pada 1/100 anak dengan gejala mengorok. Penyebabnya
adalah penebalan jaringan lemak didaerah dinding dada dan perut yang menggangu
pergerakkan dinding dada dan diafragma, sehingga terjadi penurunan volume dan
perubahan pola ventilasi paru serta meningkatnya beban kerja otot pernapasan.
(Syarif, 2003).
Beberapa cara dalam membangun pola makan sehat pada anak diantaranya : pada
saat menyusui, ibu harus rajin mengkonsumsi beragam buah dan sayur. Bayi yang
terpapar beragam rasa jenis makanan sejak menyusui cenderung kurang pilih-pilih
makanan nantinya. Anak jangan sering disuapi, biarkan anak makan sendiri.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi hingga anak-anak yang sering disuapi
cenderung lebih gemuk dan menyukai makanan manis dibanding bayi yang makan
4
sendiri. Membiasakan diri makan bersama akan membuat anak mau mencoba jenis
makanan yang lain dan baru. saat makan bersama, orang tua juga menikmati makanan
obesitas, dengan kondisi pola makan yang kurang baik, menjadi alasan peneliti untuk
Obesitas Pada Anak Usia Sekolah”. (Suatu Studi Di Kelas VI SD Islam Hasanudin
Kecamatan Kepanjen).
Adakah hubungan pola makan dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah?
Menganalisa hubungan pola makan dengan kejadian obesitas pada anak usia
3 Menganalisa hubungan pola makan dengan kejadian obesitas pada anak usia
Sebagai sumber data dan masukan bagi penelitian selanjutnya dan dapat
obesitas.
Sebagai masukan untuk lebih bijak dalam memandang masalah pola makan
Batasan penelitian pola makan anak diukur berdasarkan metode food recall 24
jam dengan menggunakan instrumen Form Pencatatan Pola Makan. Kejadian obesitas
Kecamatan Kepanjen.
6
Pola makan adalah susunan dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau
berlebihan dari pada yang diperlukan untuk fungsi tubuh (Mansjoer, 2000).