Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam tahapan tumbuh kembangnya, anak perlu variasi nutrisi dengan porsi

tertentu sesuai pedoman gizi. Selain nutrisi, pola makan anak juga harus dibentuk

sedini mungkin. Secara umum ada tiga hal yang perlu diperhatikan para ibu untuk

membentuk pola makan anak, yaitu jumlah, jenis dan jadwal. Makanan dengan

jumlah sesuai kebutuhan tidak kurang, tidak berlebih, dengan jenis yang tepat sesuai

kebutuhan gizinya, serta jadwal makan yang teratur dapat mengoptimalkan proses

pertumbuhan anak (Anna, 2011). Ketidaksesuaian jumlah asupan zat gizi dengan

kebutuhan anak dapat menimbulkan berbagai masalah gizi, diantaranya : Kurang

Energi Protein (KEP), anemia defisiensi zat besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium

(GAKY), Kurang Vitamin A (KVA), dan sekarang muncul masalah gizi baru yaitu

obesitas. (Supariasa dkk, 2002).

Angka kejadian obesitas pada anak di negara-negara maju terus bertambah.

Menurut Weil BW 1991, angka kejadian di Amerika meningkat 40% (dari 15%

menjadi 21%). Sedangkan angka kejadian di Indonesia masih belum ada datanya.

Tetapi dari pengamatan sehari-hari mulai banyak ditemukan kasus obesitas pada anak

(Soetjiningsih, 1998). Survey yang dilakukan secara terpisah di beberapa kota besar

menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak sekolah dan remaja cukup tinggi.

Pada anak SD prevalensi obesitas mencapai 9,7 % di Yogyakarta dan 15,8% di

Denpasar (Hadi, 2004).

1
2

Dari hasil studi pendahuluan di SD Islam Hasanudin Kecamatan Kepanjen,

didapatkan data, jumlah siswa di SD tersebut sebanyak 120 siswa. Jumlah siswa

masing masing kelas sebanyak 20 siswa. Dari hasil pengamatan terhadap anak kelas

VI, ditemukan lebih kurang 10 anak (50 %) mengalami obesitas. Dari hasil

wawancara dengan 5 anak yang terkesan mengalami obesitas didapatkan 5 orang (100

%) mengatakan makan 4-5 kali sehari dengan lauk sosis, telur, ayam goreng dll. 5

orang (100 %) mengatakan saat jam istirahat, mereka selain menghabiskan bekal

makanan yang dibawa dari rumah mereka juga jajan di kantin sekolah. Hal ini

menunjukkan adanya pola makan yang tidak sehat pada siswa yang terkesan

mengalami obesitas di SD Islam Hasanudin Kecamatan Kepanjen. Dari 5 anak yang

diwawancarai tersebut, didapatkan 5 anak (100 %) mengatakan gemuk sejak kecil, 3

anak (60 %) mengatakan orang tua mereka juga gemuk, dan 5 (100 %) anak

mengatakan mengalami kesulitan saat mengikuti pelajaran olah raga terutama lari.

Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang dikonsumsi dengan

energi yang dikeluarkan. Obesitas terjadi jika seseorang banyak makan tetapi kurang

aktivitas fisik. Anak yang obesitas tidak hanya lebih berat dari anak seusianya, tetapi

juga lebih cepat matang pertumbuhan tulangnya. Anak yang obesitas relatif lebih

tinggi pada masa remaja awal, tetapi pertumbuhan memanjangnya selesai lebih

cepat, sehingga hasil akhirnya mempunyai tinggi badan relatif lebih pendek dari anak

sebayanya. Bentuk muka anak yang obesitas tidak proporsional, hidung dan mulut

relatif lebih kecil, dagu ganda. Terdapat timbunan pada daerah payudara, dimana

pada anak laki-laki sering merasa malu karena payudaranya seolah-olah tumbuh.

Perut menggantung, alat kelamin pada anak laki-laki seolah-olah kecil karena adanya
3

timbunan lemak pada daerah pangkal paha. Paha dan lengan atas besar, jari-jari

tangan relatif kecil dan runcing. Akibatnya sering terjadi gangguan psikologis krisis

kepercayaan diri pada anak yang mengalami obesitas (Soetjiningsih, 1995).

Akibat dari obesitas dilihat dari segi fisik diantaranya : naiknya berat badan,

meningkatnya glukosa darah dan insulin, meningkatnya tekanan darah, menurunnya

kemampuan belajar serta aktivitas motorik, meningkatkan timbulnya penyakit

degeneratif, gangguan pernapasan pada waktu tidur, gangguan pencernaan. Dari segi

psikologis anak yang banyak beraktivitas pasif kalah dibandingkan anak yang

melakukan aktivitas sedang. Perkembangan otak dan gerak anak yang obesitas kalah

dibandingkan anak dengan berat badan seimbang (Syarif, 2003).

Anak obesitas cenderung mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut

jantung. Sekitar Pada anak obesitas juga sering dijumpai kejadian obstructive sleep

apnoea, kejadian ini terjadi pada 1/100 anak dengan gejala mengorok. Penyebabnya

adalah penebalan jaringan lemak didaerah dinding dada dan perut yang menggangu

pergerakkan dinding dada dan diafragma, sehingga terjadi penurunan volume dan

perubahan pola ventilasi paru serta meningkatnya beban kerja otot pernapasan.

(Syarif, 2003).

Beberapa cara dalam membangun pola makan sehat pada anak diantaranya : pada

saat menyusui, ibu harus rajin mengkonsumsi beragam buah dan sayur. Bayi yang

terpapar beragam rasa jenis makanan sejak menyusui cenderung kurang pilih-pilih

makanan nantinya. Anak jangan sering disuapi, biarkan anak makan sendiri.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi hingga anak-anak yang sering disuapi

cenderung lebih gemuk dan menyukai makanan manis dibanding bayi yang makan
4

sendiri. Membiasakan diri makan bersama akan membuat anak mau mencoba jenis

makanan yang lain dan baru. saat makan bersama, orang tua juga menikmati makanan

sehat, lama-kelamaan anak akan mencontohnya (Angela, 2012)

Fenomena banyak anak di kelas VI SD Islam Hasanudin yang diduga mengalami

obesitas, dengan kondisi pola makan yang kurang baik, menjadi alasan peneliti untuk

melakukan penelitian dengan judul ”Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian

Obesitas Pada Anak Usia Sekolah”. (Suatu Studi Di Kelas VI SD Islam Hasanudin

Kecamatan Kepanjen).

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan pola makan dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisa hubungan pola makan dengan kejadian obesitas pada anak usia

sekolah di Kelas VI SD Islam Hasanudin Kecamatan Kepanjen.

1.3.2 Tujuan Khusus

1 Mengidentifikasi pola makan anak usia sekolah di Kelas VI SD Islam

Hasanudin Kecamatan Kepanjen

2 Mengidentifikasi kejadian obesitas anak usia sekolah di Kelas VI SD Islam

Hasanudin Kecamatan Kepanjen


5

3 Menganalisa hubungan pola makan dengan kejadian obesitas pada anak usia

sekolah di Kelas VI SD Islam Hasanudin Kecamatan Kepanjen.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi pendidikan

Untuk menambah wawasan khususnya mahasiswa jurusan Ilmu Keperawatan

dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak usia 6 – 12 tahun.

1.4.2 Bagi Peneliti

Sebagai sumber data dan masukan bagi penelitian selanjutnya dan dapat

digunakan untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep pola makan dan

obesitas.

1.4.3 Bagi Lahan Penelitian

Sebagai masukan untuk lebih bijak dalam memandang masalah pola makan

anak dengan obesitas.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan penelitian pola makan anak diukur berdasarkan metode food recall 24

jam dengan menggunakan instrumen Form Pencatatan Pola Makan. Kejadian obesitas

diukur berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan menggunakan instrumen :

timbangan, mikrotoise, kalkulator, lembar pencatatan Indeks Massa Tubuh. IMT

selanjutnya dibandingkan dengan grafik klasifikasi status gizi menurut CDC-NCHS

(2000). Responden penelitian dibatasi pada anak kelas VI SD Islam Hasanudin

Kecamatan Kepanjen.
6

1.6 Batasan Istilah

Pola makan adalah susunan dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau

kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati dkk, 2004).]

Obesitas adalah keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang

berlebihan dari pada yang diperlukan untuk fungsi tubuh (Mansjoer, 2000).

Anda mungkin juga menyukai