Anda di halaman 1dari 86

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh Protozoa dari genus

plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.

Malaria Falciparum adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa dari

genus plasmodium falciparum yang memiliki gejala demam, pusing, mual,

muntah, diare ringan, serta dapat disertai dengan gangguan kesadaran sampai

coma.

Malaria merupakan endemik di Asia dan Afrika. Tapi seiring dengan

perjalanan waktu, banyak kasus malaria dilaporkan dari seluruh dunia. Ada 4

jenis malaria yang menyerang manusia, yaitu Malaria Tertiana yang

disebabkan oleh Plasmodium Vivax, Malaria Quartana yang disebabkan oleh

Plasmodium Malarie, Malaria Ovale yang disebabkan oleh Plasmodium

Ovale dan Malaria Tropika disebabkan oleh Plasmodium Falciparum. Malaria

tropika termasuk yang paling berat diantara keempat jenis malaria (Brook,

Geo F. 2007 : 690).

Di Pontianak, khususnya di Rumah Sakit Santo Antonius Pontianak

pada tahun 2008 terdapat 267 kasus dan empat orang diantaranya meninggal

dunia. Adapun datanya sebagai berikut :

1
DATA PASIEN PENDERITA MALARIA DI RSSA PONTIANAK DARI BULAN

JANUARI 2008-DESEMBER 2008

Jumlah Penderita Berdasarkan Jenis


Jumlah Penderita Berdasarkan Umur
Bulan Kelamin

0 -28 28hr-<1 1 - 4 5 -14 t 15 -24 25 -44 45 -46 64+


LK PR Keluar Meninggal
hr thn hn thn Thn thn
thn thn

Januari - - - 1 3 15 7 - 19 7 26 -

Februari - - - - 6 8 3 2 19 - 19 -

Maret - - - - 4 4 3 - 9 2 11 -

April - 1 - 1 6 11 2 1 15 7 22 -

Mei - - - - 6 16 5 1 26 2 28 1

Juni - - - 1 7 9 5 - 16 6 22 1

Juli - - 1 2 7 15 1 1 17 10 27 -

Agustus - - - 1 3 17 6 1 22 6 28 -

September - - 1 2 6 8 4 - 11 10 21 -

Oktober - - - 3 6 10 7 2 20 8 28 1

November - - - - 1 5 2 - 3 5 8 1

Desember - - - - 4 14 4 1 21 2 23 -

Jumlah - 1 2 11 46 142 49 9 198 65 263 4

(Sumber : Rekam Medis RSSA 2008)

Dengan angka kejadian tenaga kesehatan umumnya dan tenaga

keperawatan khususnya perlu untuk mengadakan penaggulangan secara

intensif terhadap malaria. Dengan pertimbangan diatas peran tenaga

kesehatan yang lebih sering kontak dengan keluarga dan pasien.

2
Berdasarkan hal tersebut maka penulis merasa tertarik untuk

menyusun laporan kasus dengan judul Asuhan Keperawatan pada Ny. S

dengan Gangguan Sistem Hematologi : Malaria Falciparum di Unit St.

Fransiskus Rumah Sakit Santo Antonius Pontianak.

B.Ruang Lingkup

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis hanya membatasi

pembahasan pada Asuhan Keperawatan terhadap Ny. S dengan Gangguan

Sistem Haematologi : Malaria Falciparum yang dirawat di Unit St.

Fransiskus Rumah Sakit Santo Antonius pontianak pada tanggal 30 Maret

2009 sampai 31 Maret 2009. Mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

rencana keperawatan, implementasi sampai evaluasi dari tindakan yang

dilakukan.

C. Tujuan penulisan

Adapun tujuan dari penulisan yang diharapkan dalam pembuatan

laporan kasus ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memperdalam pengertian atau pengetahuan tentang proses

perawatan pasien dengan Malaria Falciparum.

2. Untuk mendapatkan pengalaman yang lebih nyata dalam penerapan

Askep pada pasien dengan Malaria Falciparum sesuai dengan teori yang

didapat.

3
3. Meningkatkan kemampuan perawat dalam menciptakan hubungan

terapeutik dilingkungan Rumah Sakit St. Antonius Pontianak.

4. Sebagai salah satu tugas akhir untuk memenuhi persyaratan dalam

menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan.

D. Metode penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan laporan kasus ini

adalah metode deskriktif yaitu suatu metode yang memberikan gambaran

tentang penulisan yang dibuat dengan cara mengumpulkan data dan

menganalisa data dan menarik kesimpulan dari suatu kasus yang diamati.

1. Study kasus

Study kasus ini dilakukan dengan dua metode yaitu :

a. Observasi : Dimana penulis melakukan pengamatan dan observasi secara

langsung pada pasien dengan Malaria Falciparum

b. Wawancara : Mengadakan wawancara langsung dengan pasien / keluarga

pasien untuk mengumpulkan data yang diperlukan.

2. Study kepustakaan

Mempelajari teori, pedoman dan membaca literatur yang berhubungan

dengan laporan kasus.

3. Study Dokumentasi

Mempelajari dokumen yang ada kaitannya dengan judul kasus.

4
E. Sistematika penulisan

BAB I : PENDAHULUAN terdiri dari Bagian ini memuat tentang latar

belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika

penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORITIS terdiri dari Bagian ini memuat tentang

Konsep Dasar Medik : definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi,

tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medik,

komplikasi. Konsep Dasar Keperawatan : Pengkajian keperawatan, diagnosa

keperawatan, rencana keperawatan, penatalaksanaan keperawatan dan

evaluasi keperawatan.

BAB III : PENGAMATAN KASUS yang terdiri dari Bagian ini menguraikan

tentang pengkajian keperawatan, analisa data, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi.

BAB IV : PEMBAHASAN KASUS yang terdiri dari Bagian ini memuat

tentang pembahasan dan perbandingan antara teori dan praktek langsung di

lapangan. Uraian pembahasan dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

BAB V : PENUTUP yang terdiri dari Bagian ini memuat tentang

kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

5
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIK

1. Definisi

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa dari genus

plasmodium. (Prof. dr. H.M. Sjaifoellah,2002 : 505).

Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan melalui

gigtan nyamuk anopheles dengan gambaran penyakit berupa demam yang

sering periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala

oleh karena pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati dan

ginjal. (Prabowo, Arlan, 2004,http://www.ppmplp).

Malaria adalah penyakit tropis yang disebabkan oleh salah satu

genus plasmodium dan ditularkan lewat karier nyamuk genus Anopheles

yang terinfeksi. (Hinchliff, Sue, 1999 : 267).

Malaria adalah penyakit akut dan dapat menjadi kronik yang

disebabkan oleh protozoa (genus plasmodium) yang hidup intra sel

(Iskandar Zulkarnain, 1999, http://www.ppmplp).

6
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik,

yang disebabkan oleh protozoa genus plasmodium ditandai dengan

demam, anemia, dan splenomegali (pembesaran limpa).

Malaria adalah penyakit yang dapat menyebabkan terjadi

kerusakan eritrosit dan trombosis pembuluh darah.

Malaria Falciparum adalah parasit Plasmodium Falciparum yang

menyerang semua bentuk eritrosit mulai dari retikulosit sampai eritrosit

yang matang yang masa inkubasinya adalah 9 – 14 hari.

2. Anatomi Fisiologi

Gambar 1. Gambar Sel Darah, Broos.(2002 : 97)

7
Darah adalah cairan didalam pembuluh darah yang berfungsi

sebagai transportasi nutrien dan O 2 dari usus dan paru-paru kapada sel

diseluruh tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme ke organ

pembuangan. Di samping itu, darah juga pembawa dan penghantar

hormon-hormon dari kelenjar endokrin ke organ sasarannya, disamping

semua itu peran penting yang dilakukan darah yaitu dalam pengaturan

suhu tubuh karena dengan cara konduksi ia membawa panas tubuh dari

pusat produksi panas (hepar dan otot) ke permukaan tubuh dan akhirnya

diatur pelepasannya dalam homeostasis suhu.

Jumlah darah manusia bervariasi tergantung berat badan

seseorang. Rata-rata jumlah darah 70 cc/kgBB. Darah terdiri dari dua

bagian yaitu bagian yang padat dan bagian yang cair, yang cair disebut

plasma, volumenya 55 %, sedangkan yang padat volumenya 45 % yang

terdiri atas eritrosit, leukosit dan trombosit.

a. Eritrosit

Bentuknya bulat pipih dengan cekungan ditengahnya. Sel eritrosit

normal tidak mempunyai inti sel, diameternya 7 micron, sifatnya kenyal

sehingga berubah bentuk menyesuaikan dengan pembuluh darah yang

dilalui nya. Eritrosit dibuat di sumsum tulang. Untuk proses

pembentukkannya diperlukan Fe, Vit B12, Asam Folat, Rantai globin

yang merupakan senyawa protein. Sedangkan untuk pematangan eritrosit

diperlukan hormon eritropoietin yang dibut oleh ginjal.usia eritrosit 105-

8
120 hari untuk kemudian dihancurkan di organ limpa. Pada proses

penghancurannya dilepaskan Fe dan pigmen bilirubun didalam hati terjadi

proses konjungsi kimiawi menjadi pigmen empedu dan keluar bersama

cairan empedu ke dalam usus.

Dalam sel eritrosit didapat hemoglobin yang adalah suatu senyawa

kimia yang terdiri atas molekul Hem yang mempunyai ion Fe yang terkait

dengan rantai globin (suatu senyawa protein). Peran HB adalah sebagai

transportasi O2. jumlah HB pada laki-laki 14-16 gr% dan pada wanita 12-

14 gr%.

b. Leukosit

Fungsi mutama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh dengan

cara menghancrkan antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada lima

jenis leukosit yang masuk, yakni :

1) Neutrofil jumlahnya 65%-75%

2) Eosinofil jumlahnya 2%-5%

3) Basofil jumlahnya 0,5%-1%

4) Limfosit jumlahnya 20%- 25%

5) Monosit jumlahnya 3%-8%

Leukosit sebagai bala tentara pertahanan mempunyai kekhasan. Leukosit

dikerahkan ke tempat-tempat infeksi dan jumlahnyapun dapat dilipat

gandakan dalam keadaan infeksi.

9
c. Trombosit

Trombosit bukanlah berupa sel, melainkan berbentuk keping-

keping yang mereupakan bagian kecil dari sel besar yang membuatnya

yaitu megakaryosit. Trombosit dibuat di sumsum tulang, paru-paru dan

l,impa. Ukurannya 2 mikron. Umur peredarannya tidak lama hanya

sekitar 10 hari. Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan :

1) Daya aglutinasi (membeku atau menggumpal)

2) Daya adesi (saling melekat)

3) Daya agregasi (berkelompok).

Jumlah trombosit didalam tubuh antara 150.000 sampai 350.000

keping/mm 3 darah. Rata-rata 250.000 keping darah/mm 3 darah. Adapun

fungsi trombosit adalah hemostasis (penghentian aliran darah/perdarahan)

dan pembekuan darah. Funsi ini di mungkinkan karena trombosit

mempunyai dua zat yaitu prostaglandin dan trombosit yang segera

dikeluarkan bila terjadi kerusakan dinding pembuluh darah. Zat ini juga

mempunyai efek vasokonstiksi pembuluh darah hingga aliran darah

berkurang dan membantu proses pembekuan darah.

d. Plasma

Plasma terdiri dari 91-92% air yang berperan sebagai medium transfor

dan 7 – 9 % terdiri dari zat padat (protein seperti albumin, globulin,

fibrinogen, juga ada unsur natrium, kalsium, kalium, fosfor, besi, asam

amino, kolesterol, glukosa dan enzim). Albumin yang dibentuk dihati

10
merupakan 53 % dari seluruh protein serum, berperan dalam

mempertahankan volume darah dengan menjaga tekanan osmotic koloid,

pH dan keseimbangan elektrolit.

3. Etiologi

Plasmodium falcifarum (malaria tropika/malaria tertiana berat),

menimbulkan malaria falsifarum, Malaria pernisiosa dan blackwater

fever.

Malaria dapat juga ditularkan dengan transfusi darah dari donor

yang terkena infeksi atau dengan semprit terkontaminasi. Sebagian besar

dari penularan dengan transfusi darah diiklim dingin disebabkan oleh

plasmodium malariae, oleh karena parasit ini dapat tetap dalam donor

tanpa diketahui selama 30 tahun atau lebih.

4. Patofisiologi

Ada tiga stadium yang terjadi pada penyakit ini :

a. Stadium dingin (frigoris) berlangsung 20 - 60 menit

b. Stadium panas (febris) berlangsung 1 - 4 jam

c. Stadium berkeringat (sudoris) berlangsung 1 - 3 jam.

Parasit plasmodium falciparum menyerang semua bentuk aritrosit

mulai dari retikulosit sampai eritrosit mulai yang matang. Masa

inkubasinya adalah 0 – 14 hari, masa yang paling singkat diantaranya

11
malaria lainnya. Sebelum mencapai erotrosit parasit pertama kali masuk

ke sinusoid dan sinoplasma sel-sel sehingga dapat terjadinya gangguan

sel-sel hati.

Didalam hati parasit (sporozoid-sporozoid) membelah diri dan

membentuk sporozoid-sporozoid, sporozoid-sporozoid ini menginvasi

sel-sel eritrosit dan mengakibatkan kerusakan merozoid. Pada kasus berat

malaria tropika merozoid dapat menyerang sampai 20 % eritrosit. Puing-

puing eritrosit ini dilepaskan didalam plasma, hemolisis dari eritrosit ini

sering mengarah ke peningkatan bilirubin serum sehingga dapat

menimbulkan haemoglobinuria dan ikterik.

Kerusakan eritosit menimbulkan menimbulkan penurunan jumlah

eritrosit hingga terjadi anemia. Pigmen dan puing-puing eritrosit yang

dikeluarkan dalam sirkulasi ini pada saat disintegrasi akan berakumulasi

ke dalam sel-se;l retoculoendotel limpa dimana akan menjadi hyperplastis

pada folikel-folikel sehingga akan mengakibatkan splenomegali dan

kadang terjadi nekrotis dalam sel hati, dalam sum-sum tulang, otak dan

organ-organ lainnya.

Delapan belas jam setelah parasit memasuki eritosit, sel-sel ini saling

melekat satu sama lain dan melekat pada pembuluh darah, terutama jika

sirkulasi lambat. Sel yang melekat itu terfiksasi dan tidak mampu kembali

ke sirkulasi umum. Dengan demikian banyaknya sel yang melekat maka

aliran pembuluh darah mengalami hambatan dan sumbatan

12
5. Tanda dan Gejala

Manifestasi klinis malaria sangat khas dengan adanya serangan demam

yang intermiten (selang seling), anemi sekunder dan splenomegali. Selain

itu penyakit ini cendrung untuk beralih dari keadaan akut ke keadaan

menahun.

Malaria Falciparum

a. Masa tunas 0-14 hari

Gejala awal : nyeri kepala, pegal linu dan nyeri pinggang, lengan dan

tungkai dingin, mual, muntah dan mencret.

b. Demam ringan

Gejala lanjut : limfa membengkak dan lembek, hepar membengkak,

ikterik, pasien ngeracau, banyak keringat, nadi meningkat dan batuk.

6. Pemeriksaan Diagnostik

Cara untuk mendiagnosis infeksi malaria adalah menemukan parasit

plasmodium dengan pemeriksaan darah secara mikroskopis yaitu dengan

pemeriksaan preparat malaria, atau juga dengan :

a. Lab. Darah : Malaria positif, hemoglobin, leukosit, trombosit.

b. Fhoto Thorax : bila timbul batuk dan sputum berdarah.

13
7. Penatalaksanaan medik

a. Perawatan

Penderita malaria perlu dirawat di rumah sakit baik secara isolasi

maupun tidak. Penderita perlu mendapat tindakan observasi yang ketat

dalam pengontrolan suhu tubuh dan pengobatan serta kadar hemoglobin

dalam darah.

b. Diet

Makanan yang baik untuk penderita malaria adalah makanan lunak,

cukup mengandung kalori, tinggi protein serta cukup zat besi untuk

membantu proses pembentukan hemoglobin dalam darah.

c. Obat

Obat anti malaria dapat dibagi dalam 9 golongan yaitu :

1) Kuinin (kina)

2) Mepakrin

3) Klorokuin, Amodiakuin

4) Proquanil, Klorproquanil

5) Primaquin

6) Pirimetamin

7) Sulfon dan Sulfonamida

8) Kuinolin metanol

9) Antibiotik.

14
8. Komplikasi

a. Malaria serebral (Malaria Komatosa) ditandai dengan gangguan

kesadaran sampai koma, delirium, timbul kejang, parase paralise dan

afasia.

b. Malaria Heparpiretika, yaitu penderita tidak mampu berkeringat

sehingga suhu meningkat hingga 42 sampai 43.

c. Gangguan pada hepar, yaitu timbul ikterik karena kerusakan parenkim

hati (nekrosis daerah serebral lobulus hati) dan hemalisis eritrosit.

d. Bilious remittent fever yang berhubungan dengan adanya komplikasi

hepar yang ditandai dengan timbulnya muntah-muntah berwarna hijau

empedu

e. Gangguan pada traktur gastrointestinal sehingga timbul diare hebat,

mengandung lendir dan darah yang disebabkan oleh adanya

perdarahan dan lepasnya mukosa usus.

f. Timbulnya nekrosis lobuler akut sebagai akibat iskemia ginjal.

g. “Black Water Fever”, yaitu urine menjadi merah tua atau hitam karena

hemoglobinuria akibat hemolisis berlebihan.

15
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

1) Asal tempat tinggal : dekat hutan, kumuh atau dekat tempat

pembuangan sampah.

2) Fasilitas kesehatanyang ada didekat tempat tinggal.

3) Kebersihan lingkungan tempat tinggal, banyak nyamuk, pakaian

bergantungan.

4) Apakah pernah mendapat pengobatan tertentu (malaria).

5) Pernahkah menerima transfusi (donor darah).

b. Pola nutrisi metabolik

1) Kurang nafsu makan

2) Berat badan cendrung turun

3) Apakah mulut terasa pahit

4) Peningkatan suhu tubuh, siang, sore atau malam

5) Apakah sering demam : menggigil, selang-seling, keringatan

6) Intake cairan kurang dari 2 liter/hari

7) Nyeri epigastrik.

c. Pola eliminasi

1) Perut terasa kembung

2) Sakit saat BAK

3) Urine warna hitam

16
4) BAB lancar/sembelit/normal.

d. Pola aktivitas dan latihan

1) Cepat lelah

2) Nyeri sendi, otot, punggung dan kepala

3) Suhu meningkat

4) Bradikardia

5) Mudah sesak

6) Jenis pekerjaan : satpam, karyawan perusahaan kayu, tukang

bangunan.

e. Pola tidur dan istirahat

1) Cendrung tidur

2) Bila terjadi gangguan kesadaran, pasien akan gelisah sehingga

pola tidur pasien akan terganggu

3) Sering terbangun karena nyeri epigastrik dan rasa haus.

f. Pola kognitif dan persepsi sensori

1) Pegal-pegal seluruh tubuh

2) Sakit kepala

3) Nyeri otot, persendian, otot pinggang dan kepala

4) Nyeri tekan epigastrik

5) Wajah tampak panas

6) Hepar, lien membesar dan nyeri tekan.

17
g. Pola persepsi dan konsep diri

1) Bagaimana klien memandang dirinya

2) Peran tidak berdaya dan putus asa

h. Pola peran dan hubungan dengan sesama

1) Perhatian keluarga terhadap klien saat ini

2) Bantuan keluarga dan orang terdekat terhadap klien

3) Bagaimana klien dapat beradaptasi terhadap lingkungan

i. Pola reproduksi seksualitas

1) Adakah efek terapi terhadap kemampuan seksualitas

2) Penurunan libido

j. Pola mekanisma koping

1) Adanya perasaan cemas dan takut

2) Membicarakan masalah dengan orang terdekat

3) Adanya perasaan marah / emosi

k. Pola sistem kepercayaan

1) Percaya bahwa Tuhan akan memberikan penyembuhan

2) Apakah pasien menyerahkan penyakitnya kepada Tuhan

2. Diagnosa Keperawatan

a. Hypertermi yang berhubungan dengan adanya proses penyakit

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan mual, muntah dan Anorexia

18
c. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik

d. Perubahan pola tidur kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

hypertermi

e. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan fisik

3. Perencanaan Keperawatan

a. Hypertermi yang berhubungan dengan adanya proses penyakit

Tujuan : masalah hypertermi dapat teratasi setelah dilakukan tindakan

keperawatan 3x24 jam.

Hasil yang diharapkan:

- Suhu tubuh dalam batas normal (36ºC - 37 2ºC).

- Keseimbangan cairan tubuh stabil.

Intervensi :

1) Observasi tanda-tanda vital tiap 3-4 jam atau lebih bila ada

indikasi tertentu.

Rasional: Mendeteksi secara dini peningkatan suhu tubuh yang

merupakan indikasi penurunan kesadaran.

2) Beri kompres air hangat

Rasional: Membantu mengurangi nyeri pada kepala dan pelebaran

pembuluh darah kapiler.

19
3) Beri minum yang banyak (2-3 liter/hari) jika tidak ada kontra

indikasi.

Rasional: Rehidrasi cairan tubuh yang hilang.

4) Jelaskan penyebab peningkatan suhu tubuh pasien

Rasional : Mengurangi ansietas, agar keluarga/pasien lebih

kooperatif

5) Anjurkan pasien untuk bedrest total dan mengurangi aktivitas

Rasional : Istrahat untuk mengurangi metabolisme tubuh sehingga

mencegah peningkatan suhu tubuh.

6) Anjurkan pasien menggunakan pakaian tipis yang menyerap

keringat

Rasional : Mengurangi penguapan tubuh.

7) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik dan

antimalaria.

Rasional: Antipiretik membantu menurunkan suhu tubuh dan

antimalaria mematikan kuman.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan mual, muntah dan anorexia.

Tujuan : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh

setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam.

20
Hasil yang diharapkan:

- Pasien dapat menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang

disediakan

- Tidak ada keluhan mual, muntah dan anorexia.

Intervensi

1) Kaji status nutrisi klien,BB,TB, makanan yang disukai, adanya

mual, muntah dan kurang nafsu makan.

Rasional: status nutrisi dan keluhan-keluhan tersebut

mempengaruhi pemenuhan nutrisi.

2) Berikan makanan porsi sedikit tapi sering

Rasional: sebagai salah satu tehnik untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi

3) Berikan posisi semifowler

Rasional: posisi yang nyaman sangat membantu dalam meredakan

mual dan muntah

4) Jelaskan pentingnya nutrisi dalam proses penyembuhan

Rasional: nutrisi sangat berperan penting bagi kesehatan

5) Ajarkan dan anjurkan pasien tehnik relaxasi saat mual datang

Rasional: tehnik tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasi

dan mengurangi mual.

21
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antiemetik

Rasional: kolaborasi untuk pemberian antimual juga membantu

dalam pengobatan.

7) Kolaborasi dalam pemberian nutrisi parenteral

Rasional: kolaborasi sangat membantu dalam proses keperawatan.

c. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan : intoleransi aktivitas dapat teratasi setelah dilakukan tindakan

keperawatan 3x24 jam.

Hasil yang diharapkan :

- Klien dapat melakukan aktivitasnya kembali dengan bai

- TTV dalam batas normal

Intervensi :

1) Kaji keluhan dan kemampuan klien saat beraktivitas

Rasional: mengidentifikasi kemampuan beraktivitasberpengaruh

untuk intervensi berikutnya

2) Beri waktu istirahat yang cukup

Rasional: istirahat akan memberikan energi yang cukup dan

membantu dalam proses penyembuhan

3) Bantu pemenuhan kebutuhan harian klien

Rasional: supaya terpenuhi secara optimal kebutuhan klien

22
4) Jelaskan pentingnya istirahat dalam proses penyembuhan

Rasional: informasi yang jelas sangat mendukung intervensi

5) Dekatkan bel,serta alat-alat kebutuhan klien

Rasional : supaya mempermudah klien jika memerlukan bantuan

6) Anjurkan klien untuk istirahat

Rasional : untuk memulihkan enrgi kembali

7) Kolaborasi dengan tim medik lain untuk fisiotherapi dan dikontrol

dalam pemberian program medik yang tepat.

Rasional : kolaborasi sangat membantu dalam proses

penyembuhan.

d. Perubahan pola tidur kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

hypertermi.

Tujuan : perubahan pola tidur dapat terpenuhi setalah dilakukan

tindakan keperawatan 3x24 jam.

Hasil yang diharapkan:

- Pasien memahami faktor-faktor yang menyebab gangguan pola

tidur

- Pasien mampu menentukan kemungkinan penyebab tidur yang

tidak adekuat

- Pasien mengungkapkan kebutuhan tidur terpenuhi

23
Intervensi

1) Komunikasikan dengan pasien kemungkinan penyebab gangguan

tidur (rasa khawatir, perhatian, rasa nyeri).

Rasional: Menentukan intervensi yang sesuai dengan

penyebabnya.

2) Ciptakan lingkungan yang jauh dari kebisingan dan nyaman

Rasional: Lingkungan yang tenang meningkatkan tingkatrelaksasi

waktu tidur.

3) Pencanakan perawatan untuk memberikan terkecil gangguan

selama periode tidur (pengobatan, observasi tanda-tanda vital

dilakukan saat pasien terjaga).

Rasional: Memperkecil kemungkinan terjaga dari tidur.

e. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan : Defisit perawatan diri dapat terpenuhi setelah dilakukan

tindakan keperawatan 3x24 jam.

Hasil yang diharapkan: - Higiene diri terpenuhi

- Kondisi klien kembali membaik

- TTV dalam batas normal.

24
Intervensi

1) Kaji ulang kemampuan klien dalam memenuhi setiap kebutuhan

dirinya

Rasional: Untuk memudah dalam pemberian intervensi

2) Pantau extra TTV bila ada keluhan yang serius

Rasional: TTV dalam batas normal sangat mendukung untuk

kondisi klien

3) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan higiene dirinya

Rasional: Memberi kemudahan pada klien untuk memenuhi

kebutuhan dirinya

4) Anjurkan pada keluarga untuk selalu menemani klien

Rasional: Memberi rasa aman terhadap klien

5) Bila memungkinkan anjurkan klien untuk belajar mandiri

Rasional: Supaya klien bisa mandiri dan tidak selalu bergantung

pada orang lain.

f. Perencanaan Pulang

a. Kriteria rencana perawatan :

1) Menjaga stamina fisik (makan makanan dengan gizi seimbang)

2) Mamapu untuk mengatur pengobatan (minum anti malaria pada

jangka waktu tertentu)

3) Mampu mengerti dan mengikuti program diet

25
4) Kuatnya support sistem dirumah

5) Tidak ada tanda-tanda kambuh

6) Mampu untuk mengerti tanda dan gejala kambuh

7) Tanda-tanda vital dalam batas normal dan stabil

8) Mampu untuk melakukan upaya mencegah kambuh a9tidur pakai

kelambu).

b. Pasien dan keluarga dapat mendemonstrasikan dan mengerti tentang :

1) Proses penyakit dan implikasinya

2) Obat-obatan, tujuan, dosis dan efek sampingnya

3) Tanda dan gejala komplikasi : ikterik, pucat, edema, demam,

kencing hitam, mual, muntah, bingung, delirium, dan

melaporkannya bila perlu

4) Tanggal, waktu dan tempat pengontrolan kembali

5) Bagaimana menghubungi dokter

c. Dokomentasi :

1) Status klinik

2) Perubahan penting dalam status

3) Hasil pemeriksaan laboratorium dan test diagnostik

4) Periode hipertemi dan suhu tertinggi

5) Rencana diet saat suhu tinggi/demam

6) Pengelolaan latihan dan aktivitas

7) Therapi dan pengobatan

26
8) Rencana pulang

d. Rencana perawatan dengan tim medik bila ada komplikasi :

1) Parasitemia

2) Gagal ginjal, hemoglobinuria

3) Anemia

4) Malaria cerebral

5) Hapar, limfa membesar

6) Black water fever

7) Hypotensi

8) Edema paru.

27
28
BAB III

PENGAMATAN KASUS

Ny. S berusia 22 tahun, beragama Islam, Jalan Khatulistiwa, Siantan Hilir.

Gang Teluk Intan No 50, bekerja sebagai ibu rumah tangga, pasien baru menikah 1

bulan yang lalu, dan sebelumnya. Pasien bekerja di Malaysia sebagai TKW.

Sekarang pasien tinggal bersama suami dan kedua orang tua di Siantan, pada

tanggal 18 Maret 2009 pasien mengalami demam tinggi disertai menggigil, mual,

muntah, pusing kemudian pasien dibawa suami berobat ke dokter Puskesmas di

Siantan dan mendapat obat. Setelah ± 1 minggu pasien tidak kunjung sembuh juga,

pasien dan suami memutuskan untuk kembali ke Puskesmas dan dari dokter

Puskesmas, dianjurkan berobat ke Rumah Sakit dan dokter memberikan surat

rujukan ke Rumah Sakit St. Antonius.

Akhirnya pasien dibawa ke Rumah Sakit St. Antonius pada tanggal 25

Maret 2009 di IGD pasien langsung dianjurkan untuk opname dan pasien masuk ke

ruangan St. Markus kemudian satu hari kemudian pasien dipindahkan ke ruangan

St. Fransiskus kamar 02/02 karena pasien antri kelas III.

Pada saat pengkajian tanggal 30 Maret 2009, pasien sudah dirawat selama 5

hari dengan keluahan demam / pusing, mual, muntah, anorexia, badan lemah,

demam timbul tidak teratur, kadang setiap hari dan sudah 2 hari ini demam tidak

timbul lagi, mengkaji keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran

compos mentis, terpasang infus Dextrose 5 % drif Quinin ± 1 ampul kolf IV 20

29
tts/mnt, observasi tanda-tanda vital, TD : 100/70 mmHg, Suhu : 36,5ºC, N : 72

x/mnt, dari hasil pemeriksaan pada tanggal 28 Maret 2009 pasien positif Malaria

Falciparum, pada saat pengkajian berlangsung, pasien dan kurangnya sangat

kooperatif.

30
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa yang Mengkaji : Debora NIM: 20070413 / K

Unit : St. Fransiskus Tgl. Pengkajian : 30 Maret 2009

Ruang / Kamar : St. Fransiskus / 02 /2 Waktu Pengkajian : 08.00 Wib

Tgl. Masuk RS : 25 Maret 2009 Auto Anamnese : Klien

Allo Anamnese : Tn. E.S

No. RM :

1. IDENTIFIKASI

I. KLIEN

Nama Initial : Ny. S

Tempat/tgl lahir (umur) : Sui Ayak / 16 Januari 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Status perkawinan : Menikah

Agama/Suku : Islam

Warga Negara : Indonesia

Bahasa yang digunakan : Indonesia

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

31
Alamat rumah : Jalan Khatulistiwa, Siantan Hilir. Gang Teluk

Intan No 50

II. PENANGGUNG JAWAB

Nama Initial : Tn. E.S

Alamat rumah : Jalan Khatulistiwa Siantan Hilir Gang Teluk

Intan No 50

Hubungan dengan klien : Suami

2. DATA MEDIK

I. Dikirim oleh : UGD

II. Diagnosa medik :

 Saat Masuk : Febris

 Saat pengkajian : Malaria Falciparum

3. Keadaan Umum

I. KEADAAN SAKIT : Klien tampak sakit sedang.

Alasan : tampak berbaring lemah, terpasang infus Dextrose 5% drif

Quinin 1 ampul 20 tetes/menit.

II. TANDA-TANDA VITAL

a. Kesadaran

Kualitatif : Compos mentis

32
Kuantitatif

Skala Coma Glasgow : - Respon Motorik :6 Jumlah

- Respon Bicara :5 15
- Respon Membuka Mata : 4

Kesimpulan : Pasien dalam keadaan sadar penuh

Flapping Tremor/Asterixis : Negatif

b. Tekanan darah : 100 / 70 mmhg

M.A.P : 80 mmHg

Kesimpulan : Fungsi Ginjal Memadai

c. Suhu : 36,5°C

d. Nadi : Frekuensi : 72 x/menit

Irama : Teratur

Kedalaman : Teraba jelas.

e. Pernafasan : Frekuensi : 16 x/menit

Irama : Teratur

Jenis : Dada

33
III. PENGUKURAN

a. Lingkar lengan atas : 26 cm

b. Lingkar kulit tricep : 4 cm

c. Tinggi badan : 155 cm Berat Badan : 50 Kg

IMT (Index Masa Tubuh) : 19,16 Kg/M²

Kesimpulan : Tubuh kurang pangan

Catatan : Postur tubuh klien tampak kurus.

34
IV. Genogram

2
1

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

X : Meninggal

: Tinggal serumah

: Pasien

35
4. PENGKAJIAN POLA GORDON

I. KAJIAN PERSEPSI KESEHATAN – PEMELIHARAAN KESEHATAN

Riwayat penyakit yang pernah dialami :

(sakit berat, dirawat, kecelakaan, operasi, gangguan kehamilan / persalinan,

abotus, transfusi, reaksi alergi)

Catatan :

-------------------------

-------------------------

------------------------

Catatan :

-------------------------

-------------------------

------------------------

a. Data subjektif

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan, ”selama ini tidak pernah mengalami sakit yang

serius, dan tidak pernah sampai dirawat di Rumah Sakit. Jika demam

ringan atau flu biasanya langsung di bawa ke Puskesmas untuk

36
memperoleh perawatan dan pengobatan. Saya tinggal di Komplek

yang padat penduduknya, sehingga jika hujan drainase air terhambat

akibatnya dapat menjadi sarang nyamuk”.

2. Keadaan Sejak Sakit :

Pasien mengatakan “awalnya saya demam mulai tanggal 18 Maret

2009 kemudian suami membawa ke Puskesmas tapi saya masih

demam terus setelah minum obat Puskesmas kemudian saya dirujuk

untuk dirawat di RS St. Antonius saya masuk dari tanggal 25 Maret

2009 sampai dengan saat ini”.

b. Data obyektik

1. Observasi

 Keadaan rambut : Bersih

 Kulit kepala : Bersih, tidak berketombe

 Kebersihan kulit : Bersih

 Higiene rongga mulut : Bersih

 Kebersihan genetalia : Bersih

 Kebersihan anus : Bersih

37
II. KAJIAN NUTRISI METABOLIK

a. Data Subyektif

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan, “makan teratur 3 x sehari minum air putih 2 – 3

liter / ahri selama ini saya tidak pernah ada pantangan atau diit”.

2. Keadaan sejak sakit :

Semenjak sakit saya makan kurang, tidak ada selera dan hanya

menghabiskan ½ porsi makan saja, minum kira-kira 1 – 2 liter saja”.

b. Data obyektif

1. Observasi

Intake dan output : BAB 1 x / liter, BAK lancar

2. Pemeriksaan Fisik

- Keadaan rambut : Bersih tidak kusam

- Hidrasi kulit : Baik

- Palpebrae : Tidak edema, Conjungtiva : tidak anemik

- Sclera : Tampak Ikterik

- Hidung : Tidak ada polip dan septum ditengah

- Rongga mulut : Bersih, Gusi : Baik

- Gigi geligi : Bersih Gigi palsu : tidak ada

- Kemampuan mengunyah keras : Baik mampu mengunyah keras

38
- Lidah : Bersih, Tonsil : Baik.

- Pharing : Tidak ada tanda-tanda peradangan.

- Kelenjar getah bening leher : tidak ada pembesaran.

- Kelenjar parotis : Baik, kelenjar thyroid : Baik, tidak ada radang

- Abdomen

Inspeksi : Datar

 Bayangan Vena : tidak tampak

 Benjolan Vena : tidak tampak

Auskultasi : Peristaltik 10 x/menit

Palpasi : tidak ada nyeri umum

Massa : Tidak ada

Hidrasi kulit : Baik, tidak acites

Hepar : Tidak ada pembesaran

Lien : Tidak ada pembesaran

Perkusi :-

Negatif, Lingkar perut / / cm

Kelenjar limfe inguinal : Baik

Kulit : Spider naevi : Negatif

Uremic frost : Negatif

Edema : Negatif

Icterik : Negatif

39
Tanda-tanda radang : Tidak ada.

Lesi : Tidak ada

3. Pemeriksaan diagnostik

- Laboratorium :

- Malaria : ( + ) Positif Falciparum

- Cek Paket

3. Terapi :

- Renatac Injeksi 2 x 1 Flc - Analgesix 3 x 1

- Socef 2 x 1 gram - Sistenol 3 x 1

III. KAJIAN POLA ELIMINASI

a. Data subyektif

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan “sebelum sakit, BAB lancar 1 x sehari, Buang air

kecil lancar, bisa 5 – 6 x/hari tergantung banyaknya minum dalam

sehari, setiap buang air kecil kira-kira 200 cc”.

2. Keadaan sejak sakit :

Pasien mengatakan “sehari setelah masuk ruangan saya mengalami

diare, tetapi sekarang sudah tidak ada masalah sekarang sudah normal,

saya buang air 1 kali sehari, sedangkan buang air kecil lancar bisa 4 –

5 x/hari tergantung banyaknya saya minum sehari, setiap Buang air

kecil kira-kira 100 – 200 cc”.

40
b. Data objektif

1. Observasi : Blas kosong

2. Pemeriksaan fisik

- Palapsi suprapubica kandung kemih : Kosong

- Nyeri ketuk ginjal : Kiri : Negatif

Kanan : Negatif

- Mulut Urethra : Tidak ada peradangan

- Anus : Peradangan : Negatif

Fisura : Negatif

Hamoroid : Negatif

Prolapsus Uteri : Negatif

2. Terapi :

IV. KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN

a. Data subyektif

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan “selama ini dapat melakukan aktifitas dengan

baik, pasien sehari-hari melakukan pekerjaan rumah tangga. Sebelum

menilah bekerja di Malaysia sebagai TKW”.

41
2. Keadaan sejak sakit :

Pasien mengatakan, “selama sakit tidak bisa melakukan aktifitas,

hanya terbaring lemah ditempat tidur, untuk kebutuhan mandi dibantu

oleh suami”.

b. Data obyektif

1. Observasi

- Aktivitas harian :

 Makan :0

 Mandi :2

 Berpakaian :2

 Kerapian :0

 Buang air kecil :0

 Buang air besar :0

 Mobilisasi ditempat tidur :2

 Ambulasi :0

- Postur tubuh : Tegap dalam posisi baring datar.

- Gaya jalan : Tegap

- Anggota gerak yang cacat : Tidak ada

- Fiksasi : Tidak ada

- Tracheostomie : Tidak ada

42
2. Pemeriksaan Fisik

- JVP : 5-2 cm H2O

Kesimpulan : pemompaan ventrikel memadai

- Perfusi pembuluh perifer kuku : Dapat kembali dalam waktu < 3

detik

- Thorak dan pernafasan :

Inspeksi : Bentuk thorak : Simetris / Normal.

Stridor : Negatif

Dyspepsia d'Effort : Negatif

Cyanosisi : Negatif

Palpasi : Vokal Fremitus : Normal

Perkusi : Sonor.

Batas paru-hepar : di ICS 4 Dextra

Kesimpulan : Paru-paru dapat mengembang

dengan baik.

Auskultasi : Suara Nafas : Vesikuler

Suara ucapan : Jelas

Suara tambahan : Normal, tidak ada suara

tambahan.

- Jantung

Inspeksi : Ictus cordis : Terlihati

43
Klien menggunakan alat pacu jantung : Negatif.

Palpasi : Ictus cordis : Teraba

Thrill : Negatif

Perkusi : Batas atas jantung : Pada ICS 3 sinistra

Batas kanan jantung : ICS 2 linea sternalis kanan

Batas kiri jantung : ICS 2 linea mediolavicularis

kiri.

Auskultasi : Bunyi jantung II A : Tunggal

Bunyi jantung II P : Tunggal

Bunyi jantung I T : Tunggal

Bunyi jantung I M : Tunggal

Bunyi jantung III Irama Gallop : Negatif

Murmur : Negatif

HR : 80 x/mnt.

Bruit : Aorta : Negatif

A. Renalis : Negatif

A. Femoralis : Negatif

Lengan dan tungkai

Atrofi otot : Negatif

Rentang gerak : Bebas melakukan gerakan

Mati sendi : Tidak ada

Kaku sendi :Tidak ada

44
Uji kekuatan otot Kiri :4

Kanan : 4

Refkeks patologik : Babinski : Kiri : Positif

Kanan : Positif

Clubing jari-jari : Negatif

Varices tungkai : Negatif

Columna vertebralis

Inspeksi Kelainan bentuk : Tidak ada

Palpasi Nyeri tekan : Negatif

N. III – IV – VI : Pasien dapat menggerakkan bola mata kiri

dan kanan

N. VIII Romberg Test : Negatif.

N. IX : Reflek menelan tidak ada gangguan

Kaku kuduk : Tidak ada.

Terapi :

V. KAJIAN POLA TIDUR DAN ISTRAHAT

a. Data Subjektif

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan “sebelum sakit kebiasaan tidur malam 7 – 8 jam,

kadang terjaga tengah malam untuk buang air kecil, tidur siang

45
kadang-kadang ½ jam, serta tidak pernah menggunakan obat tidur”.

2. Keadaan sejak sakit :

Tidur malam sering terganggu karena di ruangan kadang rebut oleh

pasien yang lain.

b. Data obyektif

1. Observasi

Ekspresi wajah mengantuk : Negatif.

Banyak menguap : Negatif.

Palpebrae inferior berwarna gelap : Negatif.

VI.KAJIAN POLA PERSEPSI KOGNITIF

a. Data subyektif

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan, “tidak ada gangguan pendengaran, penglihatan

baik, pengecapan dan penghiduan juga baik, tidak ada gangguan

dalam proses berfikir dan mengingat sesuatu”.

2. Keadaan sejak sakit :

Pasien mengatakan,“tidak ada gangguan penglihatan, pendengaran,

pengecapan dan penghiduan selama sakit”.

46
Data obyektif

1. Observasi : Pasien tidak menggunakan ikut Bantu.

2. Pemeriksaan fisik

- Penglihatan

Cornea : Bersih

Visus : 6/6 Dapat melihat dengan baik

Pupil : Isokor

Lensa mata : Jernih

Tekanan Intra Okuler (TIO) : Tekanan bola mata kiri dan kanan baik

- Pendengaran

Pina : Ada (lengkap)

Canalis : Ada, bersih

Membran tympani : Utuh

Test pendengaran : Kualitas pendengaran kiri dan kanan sama baik

- Pengenalan pada gerakan lengan dan tungkai :

Dapat mengikuti perintah yang dianjurkan perawat.

- N. I : Baik, pasien dapat mencium bau wangi.

- N. II : Baik, pasien dapat melihat dengan baik.

- N. V sensorik : Baik, pasien dapat menunjukkan rasa nyeri

- N. VII Sensorik : Baik, pasien dapat merasakan gesekan kapas .

47
- N. VIII Pendengaran : Baik, pasien tidak ada gangguan

pendengaran.

VII. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI

a. Data subyektif

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien merasa puas dengan keadaannya / kehidupannya, tidak merasa

putus asa atau frustasi”.

2. Keadaan sejak sakit :

Pasien mengatakan ingin cepat sembuh pasien merasa menderita dengan

keadaannya saat ini.

Data obyektif

1. Observasi

Kontak mata : Baik

Rentang perhatian : Baik, perhatian penuh saat wawancara

Suara dan cara bicara : Jelas

Postur tubuh : Tegap

2. Pemeriksaan fisik

Kelainan bawaan yang nyata : Tidak ada

Kulit : lesi kulit : Tidak ada

48
VIII. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA

a. Data subyektif

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan hubungan dengan kelurga baik, dengan tetangga

juga baik tidak ada masalah”.

2. Keadaan sejak sakit :

Pasien mengatakan, ”keluarga sangat perhatian dan selalu

memberikan support untuk kesembuhannya”.

b. Data Objektif

1. Observasi :

- Tampak keluarga sedang menjaga

- Pasien dan keluarga juga datang membesuk

IX.KAJIAN POLA REPRODUKSI – SEKSUALITAS.

a. Data subyektif

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan, ”datang bulan sejak umur 16 tahun, periode

menstruasi teratur tidak ada masalah”.

Pasien mengatakan baru menikah 1 bulan yang lalu

2. Keadaan sejak sakit :

49
Tidak ada masalah reproduksi atau seksualita

b. Data obyektif

1. Observasi

Tidak ada penyimpangan prilaku pasien.

2. Pemeriksaan fisik

Tidak ada kelainan fisik

X. KAJIAN POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI

TERHADAP STRESS

a. Data subyektif

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan bila ada masalah diceritakan dengan keluarga dan

berusaha mencari jalan keluarnya”.

2. Keadaan sejak sakit :

Pasien mengatakan sedih dan cemas dengan keadaanya saat ini dan

saya berharap secepatnya sembuh dan cepat pulang ke rumah”.

b. Data obyektif

1. Observasi

Pasien tampak berbaring lemah ditempat tidur, tapi tetap bersemangat

bila di ajak berkomunikasi

50
2. Pemeriksaan fisik

Takanan darah : Berbaring : 100 / 70 mmHg

Duduk : - mmHg

Berdiri : - mmHg

Kesimpulan : Hipotensi orthostatik : Negatif

HR : 80 x/mnt

Kulit Keringat dingin : Tidak ada lagi

Basah : Tidak ada

XI.KAJIAN POLA SISTEM KEPERCAYAAN

a. Data subyektif

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan, “beragam Islam dan saya rajin sholat”.

2. Keadaan sejak sakit :

Pasien mengatakan, ”walau dalam keadaan sakit, saya tetap berdoa

kepada Tuhan untuk meminta kesembuhan”.

51
Data obyektif

1. Observasi

Pasien tampak terbaring ditempat tidur

Tanda tangan mahasiswa yang mengkaji

( Debora )

52
ANALISA DATA

Nama/Umur : Ny. S / 22 tahun

Ruang/Kamar : St. Fransiskus 02 / 02

No. Data Etiologi Masalah

1. DS : Mual, muntah dan Perubahan

- Pasien mengatakan,” mual anorexia. nutrisi kurang

muntah”. dari kebutuhan

- Pasien mengatakan,” tidak ada tubuh.

nafsu makan”.

- Pasien mengatakan,” lidah terasa

pahit”.

- Pasien mengatakan,” hanya

mampu makan ½ porsi dari yang

disediakan”.

DO :

- Pasien makan hanya ½ porsi dari

yang disediakan

- Mukosa mulut kering

53
- BB sebelum sakit : 50 kg, TB : 155

cm.

- IMT : 19,16 kg/m²

- BB saat sakit : 46 kg

- Observasi TD : 100/70 mmHg, S :

36,5ºC, N : 72 x/mnt, P : 16 x/mnt

2. DS : Kelemahan fisik Intoleransi

- Pasien mengatakan,” pada saat aktivitas

bangun dari tempat tidur badan

saya lemah”.

- Pasien mengatakan,” tidak mampu

mandi sendiri”.

- Pasien mengatakan.” semua

kebutuhan dibantu oleh suami dan

keluarga”.

DO :

- Pasien tampak berbaring lemah di

tempat tidur

- Kebutuhan ADL di bantu sebagian

oleh keluarga dan perawat

54
- Observasi TD : 100/70 mmHg, S :

36,5ºC, N : 72 x/mnt, P : 16 x/mnt

- Ambulasi dibantu sebagian oleh

keluarga dan perawat

3. DS : Adanya prosedur Resiko tinggi

- Pasien mengatakan,”tangan yang invasif infeksi

terpasang infus kadang terasa

nyeri”.

DO :

- Tampak terpasang infuse di tangan

sebelah kiri Dextrose 5% drif

Quinin 1 ampul 20 tts/mnt

- Leukosit : 4,54 (10³/ul)

- Observasi TD : 100/70 mmHg, S :

36,5ºC, N : 72 x/mnt, P : 16 x/mnt.

55
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama/Umur : Ny. S / 22 tahun

Ruang/Kamar : St. Fransiskus 02 / 02

No. Tgl/Waktu Diagnosa Keperawatan Nama Jelas Teratasi

1. 30 Maret Perubahan nutrisi kurang dari

2009 kebutuhan tubuh yang Teratasi

Pkl. 08.00 berhubungan dengan mual, Debora Tgl 31 / 03

muntah dan anorexia. 2009

2. 30 Maret Intoleransi aktivitas yang Teratasi

2009 berhubungan dengan Debora Tgl 31 / 03

Pkl. 08.00 kelemahan fisik. 2009

3. 30 Maret Resiko tinggi infeksi yang Teratasi

2009 berhubungan dengan adanya Debora Tgl 31 / 03

Pkl. 08.00 prosedur invasif 2009

56
RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Ny. S Ruang : St. Fransiskus

Umur/Jenis Kelamin : 22 tahun / Perempuan No. Tempat Tidur : 02/02

Diagnosa Medik : Malaria Falciparum Dokter yang merawat : Dr. Rudd y.

Rencana Tindakan

Observasi, Tindakan Paraf


No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Sasaran Rasional
Perawat, Tindakan Nama

Kolaborasi, Penyuluhan

1 Perubahan nutrisi kurang Kebutuhan nutrisi - Pasien dapat 1. Kaji status nutrisi, BB, 1. Status nutrisi dan

dari kebutuhan tubuh yang dapat terpenuhi menghabiskan TB, adanya mual, keluhan-keluhan

berhubungan dengan mual, sesuai kebutuhan makanan sesuai muntah dan kurang tersebut dapat Debora

muntah dan anorexia yang tubuh setelah dengan porsi nafsu makan. mempengaruhi

ditandai oleh : dilakukan yang disediakan pemenuhan nutrisi.

tindakan ( 1 porsi )

keperawatan - Tidak ada 2. Berikan makan porsi 2. Sebagai salah satu


DS : selama 3 x 24 jam keluhan mual, kecil tapi sering. teknik untuk

- Pasien mengatakan,” muntah dan memenuhi

mual muntah”. anoreksia kebutuhan nutrisi.

- Pasien mengatakan,” - IMT : 20 – 22 3. Berikan posisi yang 3. Posisi yang nyaman

tidak ada nafsu kg/m² nyaman. dapat membantu

makan”. dalam meredakan

- Pasien mengatakan,” mual dan muntah.

lidah terasa pahit”. 4. Jelaskan pentingnya 4. Nutrisi sangat

- Pasien mengatakan,” nutrisi dalam proses berperan penting

hanya mampu penyembuhan. bagi kesehatan.

makan ½ porsi dari 5. Ajarkan dan anjurkan 5. Teknik tarik nafas

yang disediakan”. teknik relaksasi saat dalam membantu

mual datang. merelaksasi dan

mengurangi mual.

6. Berikan diit makanan 6. Memungkinkan


DO : ringan dengan variasi makanan

- Pasien makan hanya tambahan makanan akan membantu

½ porsi dari yang yang disukai bila ada. pasien mempunyai

disediakan pilihan yang

- Mukosa mulut kering dinikmati.

- BB sebelum sakit : 50 7. Timbang BB setiap hari 7. Membuat data dasar,

kg, TB : 155 cm. dan bandingkan dengan mambantu

- IMT : 19,16 kg/m² BB sebelumnya. penurunan dan

- BB saat sakit : 46 kg penambahan BB.

- Observasi TD : 8. Kolaborasi dengan 8. Kolaborasi untuk

100/70 mmHg, S : program medik dalam pemberian anti

36,5ºC, N : 72 x/mnt, pemberian antimietik. mual.

P : 16 x/mnt
RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Ny. S Ruang : St. Fransiskus

Umur/Jenis Kelamin : 22 tahun / Perempuan No. Tempat Tidur : 02/02

Diagnosa Medik : Malaria Falciparum Dokter yang merawat : Dr. Ruddy.

Rencana Tindakan

Observasi, Tindakan Paraf


No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Sasaran Rasional
Perawat, Tindakan Nama

Kolaborasi, Penyuluhan

II Intoleransi aktivitas yang Intoleransi - Pasien dapat 1. Kaji keluhan dan 1. Mengindentifikasi

berhubungan dengan aktivitas dapat melakukan kemampuan pasien saat kemampuan

kelemahan fisik yang teratasi setelah aktivitas beraktivitas. beraktivitas

ditandai oleh : dilakukan kembali secara berpengaruh untuk Debora

tindakan mandiri (dapat intervensi

keperawatan mandi, bangun berikutnya.

selama 3 x 24 jam dari tempat 2. Bantu pemenuhan 2. Memberi


DS : tidur tanpa kebutuhan harian dan kemudahan kepada

- Pasien mengatakan,” bantuan orang kebutuhan higiene pasien untuk

pada saat bangun lain pasien. memenuhi

dari tempat tidur - Tanda-tanda kebutuhan dirinya.

badan saya lemah”. vital dalam 3. Anjurkan kepada 3. Memberi rasa aman

- Pasien mengatakan,” batas normal keluarga untuk selalu kepada pasien.

tidak mampu mandi Suhu : 36-37°C menemani pasien.

sendiri”. Nadi : 76 x/mnt 4. Bila memungkinkan 4. Agar pasien bias

- Pasien mengatakan.” TD : 100/70 anjurkan pasien untuk mandiri secara

semua kebutuhan mmHg belajar mandiri. bertahap dan tidak

dibantu oleh suami P : 16 x/mnt selalu bergantung

dan keluarga”. pada orang lain.

5. Kaji tanda-tanda vital 5. Tanda-tanda vital

pasien. dalam batas normal


DO : sangat mendukung

- Pasien tampak untuk kondisi

berbaring lemah di pasien.

tempat tidur 6. Kolaborasi dengan 6. Kolaborasi sangat

- Kebutuhan ADL di program medis dalam membantu proses

bantu sebagian oleh pemberian therapy. penyembuhan.

keluarga dan perawat

- Observasi TD :

100/70 mmHg, S :

36,5ºC, N : 72 x/mnt,

P : 16 x/mnt

- Ambulasi dibantu

sebagian oleh

keluarga dan perawat.


RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Ny. S Ruang : St. Fransiskus

Umur/Jenis Kelamin : 22 tahun / Perempuan No. Tempat Tidur : 02/02

Diagnosa Medik : Malaria Falciparum Dokter yang merawat : Dr. Ruddy.

Rencana Tindakan

Observasi, Tindakan Paraf


No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Sasaran Rasional
Perawat, Tindakan Nama

Kolaborasi, Penyuluhan

III Resiko tinggi infeksi Resiko tinggi - Tidak terjadi 1. Observasi tanda-tanda 1. Mengetahui keadaan

yang berhubungan infeksi dapat infeksi akibat vital ( Suhu, nadi, TD akut infeksi pada

dengan adanya prosedur teratasi setelah pemberian dan pernafasan). pasien.

invasif yang ditandai oleh dilakukan prosedur invasif 2. Anjurkan pada pasien 2. Mengidentifikasi Debora

tindakan TTV Suhu : 36- untuk selalu menjaga masalah untuk

keperawatan 37°C, daerah yang terpasang intervensi

selama 3 x 24 jam
DS : Nadi : 76 x/mnt, infus. berikutnya.

- Pasien TD : 100/70 3. Jelaskan sebab-sebab 3. Informasi yang

mengatakan,”tangan mmHg, P : 16 terjadinya infeksi. dapat memberikan

yang terpasang infus x/mnt dukungan emosi dan

kadang terasa - Bebas dari mambantu dalam

nyeri”. tanda-tanda kerjasama dengan

DO : infeksi seperti pasien.

- Tampak terpasang merah, panas, 4. Lakukan perawatan 4. terjaganya hygiene

infuse di tangan bengkak, dan pada pemberian prosedur invasive

sebelah kiri Dextrose bernanah prosedur invasif seperti dapat meminimalis

5% drif Quinin 1 merawat infus. resiko terjadinya

ampul 20 tts/mnt infeksi.

- Tidak tampak adanya 5. Berikan obat antibiotik. 5. Therapy antibiotic

tanda-tanda infeksi dapat mencegah

- Leukosit : 4,54 tejadinya infeksi dan


(10³/ul) penularan bakteri

- Observasi TD : dalam tubuh.

100/70 mmHg, S :

36,5ºC, N : 72 x/mnt,

P : 16 x/mnt
PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Nama/Umur : Ny. S / 22 tahun

Ruang/Kamar : St. Fransiskus 02 / 02

Nama
Tgl DP Waktu Pelaksanaan Keperawatan
Jelas

30 Maret 07.30 Mengkaji keadaan umum pasien tampak sakit

2009 sedang, kesadaran compos mentis, terpasang

infus Dextrose 5% drif Quinin 1 ampul 20 Debora

tts/mnt kolf V. Pasien mengatakan sudah di

mandikan oleh suami, alat tenun kotor diganti

dan dirapikan, pasien mengatakan sudah tidak

demam lagi, kepala pusing kadang-kadang,

mual-mual dan tidak ada selera makan. Selama

sakit pasien dianjurkan untuk menarik nafas

dalam bila ada mual dan makan porsi kecil tapi

sering.--------------------------------------------------

07.40 Mengobervasi Suhu : 36,5°C, Nadi : 72 x/mnt,

TD : 100/70 mmHg, Pernafasan : 16 x/mnt, HR :

80 x/mnt, menimbang BB : 46 kg, TB : 155 cm. Debora


Pasien mengatakan sebelum sakit BB : 50 kg.----

08.00 Melakukan pengkajian keperawatan untuk

mendapatkan data dari pasien dan keluarga.------ Debora

08.05 Dr. Willy visite atas intruksi cek leboratorium

LED dan Foto Thorax, therapy yang lain Debora

dilanjutkan.--------------------------------------------

08.30 Mengambil darah vena untuk cek laboratorium.-

Memberi injeksi Renatac ± 1 flacon intra vena Debora

via infus.-----------------------------------------------

10.30 Mengkaji kemampuan aktivitas pasien, pasien

mengatakan badan masih lemah, kalau bangun Debora

dari tempat tidur kadang pusing, pasien

dianjurkan untuk bila bangun secara bertahap,

duduk dulu baru bangun, bila perlu bantuan

perawatnya panggil saja.----------------------------

11.00 Mengkaji daerah pemasangan infus, tidak ada

tanda-tanda plebitis, menganjurkan pasien untuk Debora

menjaga daerah infus jangan banyak digerakkan,

melakukan perawatan infus.-------------------------

11.30 Memberi therapy injeksi Socef 1 gr intra vena

via infus.----------------------------------------------- Debora


12.00 Mengkaji pola makan pasien, tampak sedang

makan di suapi oleh suami pasien, tampak Debora

pasien makan menghabiskan ½ porsi dari yang

tersedia.------------------------------------------------

12.15 Mengantar pasien ke ruangan Radiologi untuk

dilakukan Foto Thorax.------------------------------ Debora

13.00 Mengkaji keadaan umum pasien, tampak sakit

sedang, kesadaran compos mentis, terpasang

infus Dextrose 5% drif Quinin 20 tts/mnt kolf V, Debora

di tangan sebelah kanan, keluhan mual masih

ada. Mengobervasi tanda-tanda vital Suhu :

36,5°C, Nadi : 76 x/mnt, TD :100/70 mmHg, HR

: 80 x/mnt.---------------------------------------------
PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Nama/Umur : Ny. S / 22 tahun

Ruang/Kamar : St. Fransiskus 02 / 02

Nama
Tgl DP Waktu Pelaksanaan Keperawatan
Jelas

31 Maret 07.30 Mengkaji keadaan umum pasien tampak lemah,

2009 kesadaran compos mentis, infus masih terpasang

RL 20 tts/mnt, pasien mengatakan badannya Debora

sudah lebih segar, keluhan mual dan muntah

juga sudah hilang, pasien makan sudah

menghabiskan 1 porsi dari yang disediakan.

Pasien tampak rileks dan lebih segar daripada

hari kemarin, pasien sudah mandi sendiri ke

kamar mandi harus di bantu oleh suami.----------

08.00 Mengobservasi Suhu : 36,5°C, Nadi ; 80 x/mnt,

TD : 130/90 mmHg, Pernafasan : 16 x/mnt, HR : Debora

80 x/mnt.----------------------------------------------

08.30 Melakukan perawatan infus, tidak tampak

adanya tanda-tanda infeksi pada tangan yang di Debora


pasang infus.------------------------------------------

09.00 Pasien mengatakan ingin pulang, pasien

dianjurkan untuk menunggu dokter dan Debora

menunggu hasil laboratorium Malaria ulang.-----

11.30 Mengkaji pola makan pasien, pasien makan

menghabiskan 1 porsi makanan yang sudah Debora

disediakan, therapy oral siang ini tidak ada.------

13.00 Mengkaji keadaan umum pasien, tampak lebih

rileks, infus terpasang RL 20 tts/mnt. Keluhan : Debora

tidak ada. Pasien menunggu dokter visite agar

diperbolehkan pulang.-------------------------------
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama/Umur : Ny. S / 22 tahun

Ruang/Kamar : St. Fransiskus 02 / 02

Tgl No DP Waktu Evaluasi ( S O A P ) Nama Jelas

30 Maret I 13.00 S:

2009 - Pasien mengatakan, ”masih merasa

mual, muntah tidak ada”. Debora

- Pasien mengatakan, ”nafsu makan

masih kurang”.

- Pasien mengatakan, ”hanya mampu

menghabiskan ½ porsi dari 1 porsi

yang disediakan”.

O:

- Tampak pasien makan hanya ½

porsi dari 1 porsi yang disediakan

- Mukosa mulut kering

A : Masalah perubahan nutrisi belum

teratasi

P : Rencana tindakan keperawatan

1,2,3,4,5,6,7,8 dilanjutkan
II 13.00 S:

- Pasien mengatakan, ”badan masih

terasa lemah”. Debora

- Pasien mengatakan, ”kebutuhan

dibantu oleh keluarga dan perawat”.

O:

- Pasien tampak lemah

- Kebutuhan ADL sebagian dibantu

oleh keluarga dan perawat

A : Masalah Intoleransi aktivitas

belum teratasi

P : Rencana tindakan keperawatan

1,2,3,4,5,6 dilanjutkan

S : Pasien mengatakan, ”tangan yang

III 13.00 terpasang infus kadang terasa

nyeri”.

O: Debora

- Tampak infus Dextrose 5 % drif

Quinin 1 ampul 20 tts/menit

ditangan sebelah kiri


- Tidak tampak adanya tanda-tanda

infeksi.

A : Masalah resiko infeksi tidak

terjadi

P : Rencana tindakan keperawatan

1,2 dan 4 dilanjutkan, rencana

no 3 distop

EVALUASI KEPERAWATAN
Nama/Umur : Ny. S / 22 tahun

Ruang/Kamar : St. Fransiskus 02 / 02

Tgl No DP Waktu Evaluasi ( S O A P ) Nama Jelas

31 Maret I 13.00 S:

2009 - Pasien mengatakan, ”tidak ada

keluhan mual dan muntah lagi”. Debora

- Pasien mengatakan, ”nafsu makan

sudah ada”.

- Pasien mengatakan, ”sudah mampu

menghabiskan 1 porsi makanan

yang diberikan”.

O:

- Pasien menghabiskan 1 porsi

makanan yang disediakan

- Mukosa mulut lembab

A : Masalah perubahan nutrisi teratasi

P : Rencana tindakan keperawatan

1,2,3,4,5,6,7,8 di stop

II 13.00 S:
- Pasien mengatakan, ”badan sudah

lebih segar dan rileks”. Debora

- Pasien mengatakan, ”sudah mampu

mandi ke kamar mandi tanpa harus

dibantu suami”.

O:

- Pasien tampak lebih segar dan

rileks

- Pasien sudah mampu bangun dari

tempat tidur dan mandi sendiri

A : Masalah Intoleransi aktivitas

teratasi

P : Rencana tindakan keperawatan

1,2,3,4,5,6 di stop

III 13.00 S : Pasien mengatakan, ”tangan yang

dipasang infus tidak terasa nyeri”. Debora

O : Merawat infus dan tidak ada

tanda-tanda infeksi.

A : Masalah resiko infeksi tidak

terjadi
P : Rencana tindakan keperawatan

1,2 dan 4 distop

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Pada pembahasan kasus akan dibahas mengenai masalah yang ditemukan

dalam Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan gangguan system Hematologi:

Malaria Falciparum di unit St. Fransiskus Rumah Sakit St.Antonius Pontianak.

Ruang lingkup pembahasan kasus ini adalah sesuai dengan proses keperawatan

yang dimulai dari : Pengkajian, Analisa Data, Diagnosa Keperawatan, Rencana

Keperawatan, Implementasi dan Evaluasi.

a. Pengkajian

Dalam konsep dasar medis dijelaskan bahwa Malaria Falciparum

adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium

Falciparum yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina dengan

gejala demam (terdiri dari 3 stadium, yaitu menggigil, demam tinggi,

kekeringan), sakit kepala, kelemahan fisik, mual dan muntah, nyeri

epigastrium, pembesaran limpa, anemia, dan ikterus. Jika tidak segera

ditangani, Malaria ini akan membuat kondisi penderita makin memburuk,

karena dapat menyerang otak, ginjal dan gangguan atau kerusakan hati.
Demam pengamatan kasus pada Ny. S yang berusia 22 tahun,

ditemukan beberapa gejala atau tanda, yaitu Pasien mengatakan,” mual

muntah, tidak ada nafsu makan, lidah terasa pahit, hanya mampu makan ½

porsi dari yang disediakan, pada saat bangun dari tempat tidur, badan saya

lemah, tidak mampu mandi sendiri, semua kebutuhan dibantu oleh suami dan

keluarga, tangan yang terpasang infus kadang terasa nyeri”. Pasien makan

hanya ½ porsi dari yang disediakan, mukosa mulut kering, BB sebelum

sakit : 50 kg, BB saat sakit : 46 kg, Pasien tampak berbaring lemah di tempat

tidur, Kebutuhan ADL di bantu sebagian oleh keluarga dan perawat,

Observasi TD : 100/70 mmHg, S : 36,5ºC, N : 72 x/mnt, P : 16 x/mnt,

Ambulasi dibantu sebagian oleh keluarga dan perawat, Leukosit : 4,54

(10³/ul).

Adanya perbedaan antara konsep dasar medis dan dalam kasus nyata

disebabkan adanya perbedaan kondisi pasien. Pasien dalam konsep dasar

medis digambarkan lebih berat dari kondisi nyata yang penulis amati dan

terlebih lagi pada saat pengambilan kasus ini pasien sudah mendapatkan

perawatan setelah dirawat terlebih dahulu di Puskesmas.

b. Diagnosa Keperawatan

Didalam landasan teoritis masalah keperawatan yang dapat kita

dapatkan, yaitu :

1) Hypertermi yang berhubungan dengan adanya proses penyakit


2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan mual, muntah dan Anorexia

3) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik

4) Perubahan pola tidur kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

hypertermi

5) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan fisik

Ada 3 diagnosa keperawatan secara teori yang tidak penulis dapatkan

dalam kasus nyata Ny. S dikarenakan data yang diperoleh tidak mencukupi

atau tidak mendukung. Berikut data penulis dapatkan :

1) Hypertermi yang berhubungan dengan adanya proses penyakit

2) Perubahan pola tidur kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

hypertermi

3) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan fisik

Dalam pengamatan kasus yang diterapkan langsung pada Ny. S di

Ruang St. Fransiskus ditemukan masalah keperawatan sebagai berikut :

1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

mual, muntah dan anorexia.

2) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik.

3) Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan adanya prosedur

invasif
c. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan disusun berdasarkan prioritas masalah yang

ada dan disesuaikan dengan kondisi pasien. Tujuan ditetapkan mengacu pada

masalah yang akan dihilangkan atau diminimalkan berdasarkan diagnosa

keperawatan yang telah diangkat dan yang menjadi alat ukurnya adalah

sasaran atau kriteria hasil. Dalam rencana keperawatan perawat membuat

suatu intervensi keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien. Tindakan

yang akan dilakukan diarahkan langsung pada diagnosa keperawatan.

Adapun tujuan dari diagnosa keperawatan yang penulis susun, yaitu

status nutrisi baik atau teratasi, intoleransi aktivitas teratasi, resiko tinggi

infeksi teratasi.

d. Pelaksanaan Keperawatan

Pada pelaksanaan keperawatan, penulis melakukan tindakan

berdasarkan rencana keperawatan yang telah disusun, yaitu mengkaji tanda-

tanda vital, memberi posisi yang nyaman bagi klien, menganjurkan pasien

untuk beristirahat dan membatasi aktifitas, membantu ADL pasien yang tidak

bisa dilakukan secara mandiri, mengkaji tingkat kebutuhan nutrisi bagi

tubuh, mengkaji tingkat kemampuan aktivitas dan tindakan kolaborasi

dengan tim kesehatan lain.


e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yaitu

evaluasi terhadap Asuhan Keperawatan yang dilakukan kepada pasien, untuk

melihat apakah tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan diagnosa

keperawatan yang diangkat dapat tercapai. Evaluasi dilakukan sebagai

patokan untuk memulai intervensi selanjutnya.

Dalam praktek keperawatan, penulis melakukan evaluasi

keperawatan dalam bentuk catatan keperawatan dimana evaluasi tersebut

dilakukan setiap 1 jam sebelum pergantian shift dan didokumentasikan di

dalam catatan perkembangan (SOAP).

Dari evaluasi yang dilakukan penulis semua masalah dapat teratasi

yaitu :

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan mual, muntah dan anorexia ditandai dengan Pasien mengatakan,

”tidak ada keluhan mual dan muntah lagi, nafsu makan sudah ada,

sudah mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang diberikan”. Pasien

menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan, Mukosa mulut

lembab.

2. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai

dengan Pasien mengatakan, ”badan sudah lebih segar dan rileks, Pasien

mengatakan, ”sudah mampu mandi ke kamar mandi tanpa harus dibantu


suami”. Pasien tampak lebih segar dan rileks, Pasien sudah mampu

bangun dari tempat tidur dan mandi sendiri

3. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan adanya prosedur invasif

ditandai dengan Pasien mengatakan, ”tangan yang dipasang infus tidak

terasa nyeri”. Merawat infus dan tidak ada tanda-tanda infeksi.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan pengamatan dan pembahasan kasus maka dapat

diambil kesimpulan bahwa asuhan keperawatan yang diberikan kepada

pasien Ny. S dengan Malaria Falciparum hampir dapat mencapai hasil yang

optimal. Akan tetapi peran keluarga terutama pasien sendiri sangat besar

membantu perawatan menuju ke proses penyembuhan, sehingga masalah-

masalah ada yang dapat teratasi.

Proses penyembuhan penyakit ini juga tergantung pada berat

ringannya penyakit. Peran perawat diperlukan saat pasien sembuh dan pulang

sehingga pasien dan keluarga dapat meneruskan apa yang telah dilakukan di

rumah sakit karena seperti yang kita ketahui, yakni ;

Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, yang

disebabkan oleh protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam,

anemia, dan splenomegali (pembesaran limfa).

Malaria Falciparum adalah parasit Plasmodium Falciparum yang

menyerang semua bentuk eritrosit mulai dari retikulosit sampai eritrosit yang

matang yang masa inkubasinya adalah 0 – 14 hari.

Dan juga peran perawat harus menjelaskan kepada klien dan keluarga

dalam bagaimana cara mencegah malaria Falciparum jika sudah dirumah :


Jaga kebersihan lingkungan, hindari adanya genangan air disekitar rumah,

hindari tempat atau rumah yang terlalu berdekatan, buat rumah dengan

pencahayaan cukup dan tidak lembab, membunuh jentik di sarang-sarang

nyamuk dengan larvasida, penyemprotan dinding rumah dengan insektisida,

tidur harus menggunakan kelambu.

Dari evaluasi yang dilakukan penulis semua masalah dapat teratasi

yaitu :

1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan mual, muntah dan anorexia ditandai dengan Pasien mengatakan,

”tidak ada keluhan mual dan muntah lagi, nafsu makan sudah ada,

sudah mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang diberikan”. Pasien

menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan, Mukosa mulut

lembab.

2) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai

dengan Pasien mengatakan, ”badan sudah lebih segar dan rileks, Pasien

mengatakan, ”sudah mampu mandi ke kamar mandi tanpa harus dibantu

suami”. Pasien tampak lebih segar dan rileks, Pasien sudah mampu

bangun dari tempat tidur dan mandi sendiri.

3) Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan adanya prosedur invasif

diitandai dengan Pasien mengatakan, ”tangan yang dipasang infus tidak

terasa nyeri”. Merawat infus dan tidak ada tanda-tanda infeksi


B. SARAN

Berdasarkan pengalaman penulis selama praktek di Rumah Sakit

Santo Antonius Pontianak sudah terdapat keselarasan antara teori dan

praktek, terutama pada proses pemberian asuhan keperawatan pada pasien

dengan Gangguan Sistem Hematologi : Malaria Falciparum. Hal diatas terus

berkesinambungan, maka penulis menyarankan :

1. Untuk Tim Kesehatan : agar kerjasama antara tim kesehatan selalu dibina

karena dengan adanya kerjasama maka Asuhan Keperawatan dapat

diberikan secara optimal kepada pasien.

2. Untuk Perawat Rumah Sakit umum Santo Antonius, khususnya perawat

di Ruang Santo Fransiskus : diharapkan untuk terus meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan perawatan pasien dengan Gangguan

Sistem Hematologi : Malaria Falciparum serta selalu menjalankan setiap

intervensi yang ada.

3. Untuk Institusi Rumah Sakit umum Santo Antonius : diharapkan dari

pihak rumah sakit untuk bisa menambah tenaga kerja terlatih di ruang

perawatan agar sesuai dengan standar jumlah pasien sehingga proses

keperawatan dapat berjalan dengan baik.

4. Untuk Institusi pendidikan Akademi Keperawatan Dharma Insan :

diharapkan untuk menambah perbendaharaan literatur berupa buku-buku

terbaru untuk menunjang mahasiswa dalam proses belajar dan pembuatan

Asuhan Keperawatan.
5. Untuk pasien : diharapkan mau bekerja sama dengan perawat dalam hal

proses keperawatan sehingga bisa mempercepat proses penyembuhan dan

setelah sembuh dan pulang lebih berhati-hati dan menjaga kesehatan

dirinya, minum obat secara teratur dan menjaga kebrsihan lingkungan

agar tidak menjadi sarang bagi nyamuk.

Anda mungkin juga menyukai