PENDAHULUAN
1. ETIOLOGI
Sebelum antibiotik berkembang, pneumokokus (Streptococus pneumoniae) dan
Streptococus beta hemoliticus (Streptococus pyogenes) adalah penyebab empiema yang
terbesar dibandingkan sekarang. Basil gram negatif seperti Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa, Proteus species dan Klebsiella pneumoniae merupakan grup
yang terbesar hampir 30% dijumpai pada hasil isolasi setelah berkurangnya kejadian
empuea sebagai komplikasi pneumonia pneumokokus.
Staphilococus aureus adalah bakteri gram positif dengan sifatnya yang dapat
menghemolisa darah dan mengkoagulasi plasma. Bakteri ini tumbuh dalam keadaan
aerob, bakteri ini dapat memproduksi eksotoksin yang dapat menghemolisis eritrosit
kemudian leukocidin yang dapat membunuh leukosit dan menyebabkan peradangan
peradangan pada rongga pleura. Empiema juga dapat disebabkan organisme yang lain
seperti empiema tuberkulosis, jamur terutama pada penderita yang yang mengalami
penurunan daya tahan tubuh (immunocomproised). Aspegilus species dapat
menginfeksi si rongga pleura dan dapat menyebabkan empiema.
2. KLASIFIKASI
Klasifikasi empiema thoraks dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Empiema Akut
Empiema akut disebabkan oleh infeksi akut di paru atau diluar paru. Contoh
infeksi di paru adalah pneumonia, abses paru, bronkiektasis, TB paru, dan lain-
lain, sedangkan yang diluar paru yaitu truma thoraks, pembedahan thoraks yang
tidak steril, amoebic liver abses. Pada fase infeksi, cairan tidak tampak sebagai
pus tetapi sebagai cairan jernih kuning atau kekuning-kuningan. Pada rongga
pleura mulai terbentuk cairan eksudat.
b. Empiema Kronik
Empiema kronis merupakan empiema yang sudah terjadi lebih dari 3 bulan.
Empiema disebut kronik apabila paru sudah tidak bisa mengempis lagi ketika
rongga pleura dibukaa atau ketika dibuat hubungan langsung dengan dunia luar,
umumnya keadaan ini disebabkan oleh terbentukanya fibrin yang merupakan
pembungkus tebal dan keras yang disebut korteks empiema. Karena adanya
korteks ini, paru tidak dapat menguncup bila rongga pleura dibuka. Kadang
empiema menumbus dinding dada sampai menyebabkan fistel kulit, keadaan ini
disebut empiema nesesitasis. Apabila pleura parietalis dan viseralis menyatu
pada tempat tertentu terjadi yang disebut lakunasi, sehingga empiema terdapat
dibeberapa ruang. Empiema kronik ini dapat terjadi karena penyebab empiema
tidak dihilangkan, mungkin juga kerena adanya benda asing.
3. PATOFISIOLOGI
Efusi pleura yang terinfeksi disebut sebagai efusi parapneumonia dengan
penyulit, bila ditemukan pus yang kental dalam rongga pleura didefinisikan sebagai
empiema. Menurut American Thoracic Association, empiema dibagi menjadi 3
stadium yaitu:
a. Stadium Akut (Eksudat)
Stadium eksudatif ditandai dengan penumpukan cairan pleura steril dalam
rongga pleura. Cairan pleura berasal dari ruang interstitial paru dan kapiler pleura
visceralis akibat peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan permeabilitas ini
disebabkan oleh respon sitokin: interleukin-6 (IL), IL-8, tumor necrosis factor α
(TNF-α) dan vascular endothelial growth factor (VEGF). Glukosa cairan pleura
dapat meningkat di atas 60 mg/dL, pH lebih dari 7,2 dan efusi dapat hilang
dengan antibiotik Stadium ini terjadi selama 24 – 72 jam.
b. Stadium Fibrinopurulen (Transisional)
Stadium fibrinopurulen berkaitan dengan invasi bakteri dalam pleura yang
terjadi dalam waktu 3-7 hari. Invasi bakteri pada rongga pleura menyebabkan
kerusakan endotel yang akan menurunkan respons terhadap fibrinolitik, sehingga
pada stadium fibrinopurulen terjadi deposit fibrin pada kedua permukaan pleura
dan terbentuk sekat-sekat (lokulasi). Fibrinolisis dan aktivasi koagulan
menghasilkan fibrin dan menyebabkan terjadi adhesi, serta pengumpulan cairan
yang terlokulasi. Cairan efusi mengandung sejumlah besar sel polimorfonuklear,
bakteri dan sel mati. Peningkatan aktivitas metabolik menyebabkan pH dan kadar
glukosa rendah, serta kadar LDH meningkat.
c. Stadium Lanjut (Organizer)
Karakteristik stadium organisasi ditandai dengan pertumbuhan fibroblast
yang timbul 2-3 minggu jika efusi tidak diobati dengan secara tepat. Selama
stadium organisasi berbagai variasi faktor pertumbuhan timbul, seperti: basic
fibroblast growth factor, platelet derived growth factor, transforming growth
factor β. Fibroblas yang berasal dari permukaan pleura parietalis dan visceralis
bertambah dan cairan menjadi bertambah eksudat dan menghasilkan membran
yang tidak elastik disebut plural peel. Stadium ini ditandai oleh deposit fibrin dan
fibrosis pleura atau skar, sehingga mengurangi pengembangan paru.
Kebanyakan bentuk infeksi pleura menunjukkan suatu proses yang progresif,
mulai dari efusi parapneumonia yang dapat sembuh sendiri berubah menjadi fibrotik
multilokulasi dengan penyulit dan akumulasi pus yang mengganggu pernapasan dan
hanya dapat dikurangi dengan drainage pembedahan.
Kejadian empiema berkaitan dengan pleuritis TB dan invasi Micobacterium
tuberculosis ke rongga pleura, biasanya berasal dari ruptur kavitas atau fokus
kaseosa di subpleura yang berdekatan dengan rongga pleura dan masuk melalui
fistula bronkopleura, terjadi 6 sampai 12 minggu setelah infeksi primer. Infeksi TB
diawali dengan beberapa organisme mencapai rongga pleura dan menimbulkan
respons hipersensitivitas. Bentuk pleuritis TB ini sering tidak dikenali dan proses ini
secara spontan dapat sembuh sendiri.
BAB III
MANIFESTASI KLINIS
DAN DIAGNOSIS
1. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari empiema dibagi menurut jenis empiemanya.
a. Empiema Akut
Empiema akut terjadi akibat dari infeksi tempat lain (infeksi sekunder), bukan
primer dari pleura. Pada permulaan, gejala-gejalanya mirip dengan pneumonia,
yaitu panas tinggi dan nyeri dada pleuritik. Bila stadium ini dibiarkan sampai
beberapa minggu maka akan timbul toksemia, anemia, dan clubbing finger. Jika
nanah tidak segera dikeluarkan akan timbul fisterl bronkopleura. Adanya fistel
ditandai dengan batuk yang makin produktif, bercampur nanah dan darah masif,
serta kadang-kadang bisa timbul sufokasi.
b. Empiema Kronik
Empiema kronik jika empiema berlangsung selama lebih dari tiga bulan.
Penderita mengeluh badannya terasa lemas, kesehatan semakin menurun, pucat,
clubbing fingers, dada datar, dan adanya tanda-tanda cairan pleura. Bila terjadi
fibrotorak, trakea dan jantung akan tertarik ke sisi yang sakit.
Tanda gejala empiema yaitu demam, keluar keringat malam, nyeri dada, dispnea,
batuk dengan produksi sputum yang purulen, hingga anoreksia dan penurunan berat
badan.
2. Diagnosis
Pada pasien dengan empiema ditanyakan beberapa hal berupa batuk lama
dengan sputum, keringat malam hari, demam, nyeri dada, sesak nafas, perununan
berat badan, nafsu makan. Pada pemeriksaaf fisik biasanya ditemukan tanda-tanda
seperti pleural effusion. Bentuk thoraks asimetrik,