Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya sistem pencernaan makanan yang terbentang dari mulut atau
oris sampai ke anus dalam manusia dibagi menjadi tiga bagian. Proses penghancuran
makanan yang terjadi dalam mulut sampai ke lambung, proses penyerapan sari
makanan yang terjadi di dalam usus, dan proses pengeluaran sisa-sisa makanan
melalui anus.
Setelah makanan dikunyah dan ditelan, makanan akan berpindah ke perut,
Sebagian makanan dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk dikirim ke
usus halus bagian terpanjang dari sistem pencernaan. yaitu sekitar 20 meter usus halus
juga menguraikan makanan dan menyerap sebagian besar nutrisi. Ujung dari usus
halus adalah usus besar yang panjangnya 5 meter usus besar berfungsi menyerap air
dan nutrisi dan makanan dan sebagai tempat penyimpanan Iimbah (tinja) Selanjutnya,
tinja bergerak dari usus besar ke dalam rektum terakhir dari sistem pencernaan dari
sana Iimbah keluar dari tubuh melalui lubang anus .
Kanker usus besar rektum atau yang sering disebut kanker Kolorektal
merupakan salah satu jenis kanker yang terjadi pada jaringan kolon atau usus besar
dan rektum. Kanker usus besar dan kanker rektum memiliki banyak kesamaan.
Kebanyakan kasus kanker kolorekial berkembang secara perlahan selama bertahun-
tahun. Sebagian besar kanker bermula sebagai polip usus, kemudian dapat
berkembang menjadi kanker.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi sistem pencernaan
2. Untuk mengetahui pengertian kanker kolorektal
3. Untuk mengetahui etiologi kanker kolorektal
4. Untuk mengetahui gejala kanker kolorektal
5. Untuk mengetahui pemeriksaan kanker kolorektal
6. Untuk mengetahui stadium kanker kolorektal
7. Untuk mengetahui pengobatan kanker kolorektal
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kanker kolorektal

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi sistem percernaan

Kanker kolon don dubur dimulai dari dalam sistem pencernaan yang disebut
sistem gastro Intestinal (GI). Sistem pencernaan memproses makanan yang masuk ke
dalam tubuh untuk menghasilkan energi. Bagian akhir sistem pencernaan adalah
kolon atau usus besar yang bertugas menyerap cairan dan membentuk Iimbah padat
(tinja) dan mengeluarkannya dari tubuh.

Pada dasarnya sistem pencernaan makanan yang terbentang dari mulut atau oris
sampai ke anus dalam manusia dibagi menjadi tiga bagian. Proses penghancuran
makanan yang terjadi dalam mulut sampai ke lambung, proses penyerapan sari
makanan yang terjadi di dalam usus, dan proses pengeluaran sisa-sisa makanan
melalui anus.

Gambar 2.1. organ sistem pencernaan

2
1. Proses Pencernaan Makanan
Setelah makanan dikunyah dan ditelan, makanan akan berpindah ke perut,
Sebagian makanan dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk dikirim
ke usus halus bagian terpanjang dari sistem pencernaan. yaitu sekitar 20 meter
usus halus juga menguraikan makanan dan menyerap sebagian besar nutrisi.
Ujung dari usus halus adalah usus besar yang panjangnya 5 meter usus besar
berfungsi menyerap air dan nutrisi dan makanan dan sebagai tempat penyimpanan
Iimbah (tinja) Selanjutnya, tinja bergerak dari usus besar ke dalam rektum
terakhir dari sistem pencernaan dari sana Iimbah keluar dari tubuh melalui lubang
anus .
2. Bagian Kolon
a. Sekum
Kantong lebar terletak pada fosa iliak dekstra. Ilium memasuki fossa iliaka
sisi kiri ostium iliosekalis. Pada bagian bawah sekum terdapat apendiks
vermiformis.
b. Kolon asendens
Memanjang dari sekum ke fosa iliaka kanan sampai sebelah kanan
abdomen, panjangnya 13cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan
dibawah hati, membelok ke kiri. Lengkungan ini disebut fleksura hepatika
(flexura koli dekstra) dilanjutkan dengan kolon transversum.
c. Kolon transversum
Panjangnya kira-kira 38cm, membujur dari kolon asendens sampai ke
kolon desendens.berada dibawah abdomen sebelah kanan tempat belokan
yang disebut fleksura lienalis (flexura coli sinistra). Mempunyai
mesenterium melekat pada permukaan posterior. Terdapat tirai disebut
omentum mayus.
d. Kolon desendens
Panjangnya lebih kurang 25cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri dari
atas ke bawah, dari depan fleksura lienalis samapi di depan ilium kiri,
bersambung dengangan sigmoid dan dibelakang peritoneum.
e. Kolon sigmoid
Lanjutan dari kolon desendens. Panjangnya 40cm. Terletak miring dalam
pelvis sebelah kiri, berbentuk huruf S. Ujung bawahnya berhubungan

3
dengan rektum, berakhir setinggi vertebre sarkalis 3-4. Kolon sigmoid ini
ditunjang oleh mesenterium yang disebut mesokolon sigmoideum.
B. Pengertian kanker Kolorectal
Kanker usus besar rektum atau yang sering disebut kanker Kolorektal
merupakan salah satu jenis kanker yang terjadi pada jaringan kolon atau usus besar
dan rektum. Kanker usus besar dan kanker rektum memiliki banyak kesamaan.
Kebanyakan kasus kanker kolorekial berkembang secara perlahan selama bertahun-
tahun. Sebagian besar kanker bermula sebagai polip usus, kemudian dapat
berkembang menjadi kanker. Mengangkat polip sedini mungkin dapat mengurangi
kemungkinan terkena kanker lebih dari 95% kasus kanker usus besar dan rektum
adalah adenokarsinoma. Kanker ini dimulai pada sel-sel yang melapisi bagian dalam
usus besar dan rektum.

Gambar 2.2. Kanker kolorectal

C. Etiologi Kanker Kolorektal


Penyebab kanker kolorektal hingga saat ini belum diketahui pasti Namun, ada
beberapa faktor risiko yang meningkatkan terjadinya kanker kolorektal. sebagai
berikut :
1. Usia
Statistik menunjukkan bahwa 90% dan penderita kanker usus besar adalah
golongan orang tua (berusia di atas 50 tahun).
2. Riwayat Polip Usus
Orang-orang yang sering mengalami polip usus lebih besar memiliki risiko untuk
terkena kanker kolorektal.

4
3. Riwayat Penyakit Usus
Orang-orang yang menderita penyakit inflamasi usus, seperti ulcerative colitis
atau penyakit Crohn berisiko lebih besar terkena kanker kolorektal.
4. Riwayat Keluarga Terkena Kanker Kolorektal
Jika seseorang memiIiki keluarga dekat (orang tua saudara, atau anak-anak) yang
telah menderita kanker. maka risiko orang tersebut terkena kanker akan
meningkat.
D. Gejala Kanker Kolorectal
Kanker Kolorektal biasanya tidak menimbulkan gejala pada stadium awal.
Gejala kanker biasanya baru timbul pada stadium lanjut. Berikut beberapa gejala
kanker kolorektal.
1. Tinja berbentuk runcing, seperti pensil
2. Adanya darah dalam tinja.
3. Perubahan kebiasaan BAB (diare atau sembelit yang semakin sering).
4. Sakit perut.
5. Sering kelelahan
6. Penurunan bobot badan secara drastis tanpa penyebab yang jelas.
E. Pemeriksaan Kanker Kolorektal
Sangat disarankan bagi khususnya yang memihkl riwayat kanker usus dalam
keluarga untuk melakukan skrining tahunan deteksi dini kanker usus Beberapa
pemeriksaan yang biasa dilakukan sebagai berikut :
1. Guaniac Fecal Occult Blood Test (gFOBT)
Pemeriksaan ini digunakan untuk menemukan darah di dalam tinja, gejala awal
kanker usus dan biasanya dilanjutkan dengan kolonoskopi.
2. Enema Barium
Barium dimasukkan ke dalam usus besar melalui anus kemudian dilakukan foto
rontgen.
3. Kolonoskopi
Biasa disebut dengan teropong usus besar
4. Digital Rectal Examinations (DRE) atou senng disebut colok dubur
5. Test penanda tumor CEA dan CA 19-9.
Pemeriksaan melalui pengambilan sampel darah untuk meneliti adanya
peningkatan protein tertentu yang terkait dengan keberadaan kanker khususnya
pada usus.

5
F. Stadium Kanker Kolorectal
Ada lima tahapan perkembangan kanker kolorektal yang umum disebut
dengan stadium 0, I, II, Ill, dan IV.Berikut penjelasan masingm asing stadium.
Stadium Keterangan
0 Merupakan tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya pada lapisan
terdalam kolon atau rektum.
I Merupakan tahapan dimana sel-sel kanker telah tumbuh ke dinding
dalam kolon atau rektum, tetapi belum menembus keluar.
II Merupakan tahapan kanker yang mungkin telah menyerang
jaringan di sekitarnya, tetapi belum menyebar ke kelenjar getah
bening.
III Merupakan tahapan kanker yang telah menyebar ke kelenjar getah
bening disekitaranya, tetapi belum menyebar ke bagian tubuh yang
lain.
IV Merupakan tahapan kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh
yang lain, misalnya hati atau paru-paru.

G. Pengobatan Kanker Kolorektal


Pengobatan utama Kanker kolorektal ada empat jenis, yaitu pembedahan, radioterapi,
kemoterapi dan target terapi. Pengobatan kanker yang akan dilakukan tergantung pada
tahap kanker yang. Jenis pengobatan yang boleh dilakukan bisa dua jenis atau Ieblh
pada saat yang sama atau dilakukan satu per satu. Berikut penjelasannya.
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan pengobatan utama penderita kanker usus stadium awal
Ada istilah poIipectomi, yaitu suatu metode yang biasa digunakan dokter ahli
endoskopi untuk mengangkat polip usus yang dianggap berbahaya atau mengarah
prakanker saat dilakukannya kolonoskopi. Apabila gejala yang ada diduga
menjadi kanker, maka perlu dilakukan operasi kolektomi atau reseksi segmental.
Bagian usus yang terkena kanker akan diangkat termasuk getah bening di
dekatnya, kemudian disambungkan kembali dengan bagian usus yang tersisa.
Biasanya dokter akan membuatkan lubang pembuangan tinja sementara (ostomi)
di pinggang pasien agar usus cepat sembuh.

6
Gambar 2.3 Operasi Kolonostomi

Ada teknik pembedahan yang lebih canggih dan tidak memerlukan sayatan
panjang seperti operasi pembedahan pada umumnya (open surgery). Metode ini
disebut dengan operasi laparoskopi. Manfaat bagi pasien yang melakukan metode ini
adalah tidak perlu rawat inap di rumah sakit leblh lama dan rasa sakit yang dialami
jauh berkurang.

Gambar 2.4 Pembedahan Laparoskopi

Pada kasus kanker rektum tahap II dan III mungkin diperlukan penanganan
atau pembedahan yang lebih serius. Berikut beberapa metode yang dapat dilakukan:

a. Reaksi Low Anterior : Metode ini dilakukan jika posisi kanker terletak di
atas rektum dan dekat dengan perbatasan usus besar. Dokter bedah perlu
membuat sayatan terbuka di bagian perut untuk mengangkat bagian yang
terkena kanker beserta kelenjar getah bening yang terinfeksi tanpa

7
memengaruhi fungsi anus. Pada metode ini pasien masih dapat BAB
melalui anus.

b. Proctectomy dengan Cob-anal Anastomosis : Apabila letak kanker di


antara bagian tengah dan dua pertiga bawah dubur, maka seluruh rektum
dan usus besar yang melekat pada anus perlu diangkat. Proses ini disebut
dengan colo-anal anastomosis (anastomosis berarti koneksi) Operasi jenis
ini sulit dilakukan Dokter akan membuat kantong pembuangan tinja
sementara (ostomi) sampai usus sembuh. Operasi kedua diperlukun untuk
menutup pembukaan ostomi.
c. Reseksi Abdominopeilneol (AP) : Apabila letak kanker berada di bagian
bawah rektum dekat dengan anus. maka perlu dilakukan pengangkatan
anus. Akibatnya, perlu dibuat sebuah lubang pembuangan tinja (ostomi)
permanen untuk mengeluarkan tinja dari tubuh pasien.
d. Eksenterasi Panggul : Apabila kanker rektum telah menyebar ke organ-
organ terdekat, maka perlu dilakukan pembedahan radikal, yaltu
pengangkatan usus besar, anus, kandung kemih, prostat, atau rahim yang
terinfeksi Perlu dilakukan ostomi atau urotomi, yaltu pembuka untuk
pembuangan air seni.

2. Radioterapi

Rodioterapi biasa digunakan untuk mengobati kanker ketika sel-sel kanker sudah
menempel ke dalam perut atau organ lain. Radioterapi dilakukan setelah operasi
pengangkatan sel kanker dengan tujuan untuk memastikan apakah sel-sel kanker
yang tersisa telah mati dan mencegah kekambuhan.

3. Kemoterapi

Kemoterapi dilakukan apabila kanker kolorektal telah menyebar dan tindakan


pembedahan tidak dapat membantu penyembuhan. Tujuan kemoterapi adalah
meningkatkan harapan hidup pasien. Obot kemoterapi dapat disuntikkan langsung
ke dalam pembuluh darah yang menuju ke hati apabila kanker telah menyebar ke
hati. Pengobatan ini terbilang mahal, tetapi mampu memberikan lebih banyak
keuntungan dibandingkan kemoterapi biasa walaupun memerlukan penelitian
lebih lanjut.

8
4. Target Terapi

Target terapi sering disebut sebagai smart drugs. Hal ini disebabkan tujuan
pengobatan hanya mematikan sel-sel kanker sehingga tidak mengganggu sel
normal lainnya. Target terapi biasa dilakukan bersamaan dengan kemoterapi
dengan tujuan meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan.

H. Asuhan Keperawatan Kanker Kolorektal

1. Pengkajian

a. Dapatkan nwayat kesehatan.


b. Perhatikan adanya dan karakter nyeri abdominal dan rektal,pola eliminasi
yang lalu dan sekarang, terapi obat yang terbaru, riwayat medis yang lalu,
deskripsi warna, bau. konsistensi feses dan adanya darah atau mukus,
penurunan berat badan, kebiasaan diit termasuk penggunaan alkohol,keletihan
yang tidak lazim.
c. Auskultasi abdomen terhadap bising usus, palpasi terhadap area nyeri tekan,
distensi, massa padat dan inspeksi terhadap darah dalam feses.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Konstipasi yang berhubungan dcngan lesi obstruktif.


b. Nyeri yang berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi.
c. Risiko terhadap kurang volume cairan yang berhubungan dengan muntah dan
dehidrasi.
d. Ansietas yang berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan
diagnosa kanker.
e. Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan, dan
perawatan diri setelah pulang dan perawatan di rumah sakit.
f. Gangguan citra diri yang berhuhungan dengan kolostomi.

3. Intervensi dan Implementasi

Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dan produk sisa tubuh.
Reduksi/peningkatan nyeri. peningkatan toleransi aktivitas, penc apaian tingkat
nutrisi yang optimal, pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit, reduksi
ansietas, penjelasan informasi tentang diagnosa, prosedur pembedahan, perawatan

9
diri setelah pulang dari rumah sakit, pemeliharaan penyembuhan jaringan yang
optimal, perlindungan kulit periostomal yang adekuat, eksplorasi dan
pengungkapan tentang perasaan dan keprihatinan tentang kolostomi dan
dampaknya pada diri, dan tidak terdapatnya komplikasi potensial.

a. Intervensi keperawatan : Preoperatif

1) Mempertahankan eliminasi: Pantau frekuensi dan konsistensi defekasi;


berikan laksatif dan enema sesual yang diresepkan.
2) Menghilangkan nyeri: Berikan analgesik sesuai yang diresepkan. Atur
Iingkungan untuk memungkinkan relaksasi. Berikan tindakan yang
memberikan rasa nyaman, misalnya pijat punggung, perubahan posisi.
3) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit: Catat masukan
keluar dan batasi cairan dan makanan per oral untuk mencegah muntah.
Berikan antiemetik sesuai yang diresepkan. Pantau elektrolit serum untuk
mendeteksi adanya hipokalemia dan hiponatremia. Kaji tanda-tanda vital
untuk mendeteksi tanda-tanda hipovolemia: takikardia. hipotensi, dan
penurunan volume nadi. Kaji status hidrasi dan laporkan penurunan turgor
kulit. kekeringan membran mukosa, pemekatan urine, dan peningkatan
berat jenis urine.
4) Penurunan ansietas: Kaji tingkat ansietas pasien dan mekanisme koping
untuk mengatasi stres. Berikan privasi jika diinginkan, instruksikan dalam
latihan reiaksasi dan umpan balik biologis, dengarkan pasien yang ingin
mengekspresikan perasaannya. Atur pertemuan untuk pasien dan keluarga
dengan dokter dan perawat untuk membicarakan pengobatan dan
prognosis. Tingkatkan rasa nyaman pasien dengan bersikap relaks dan
empati. Jelaskan semua pemeriksaan dan prosedur dalam bahasa yang
dimengerti oleh pasien. Kaji kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-
keinginañ pasien untuk informasi.
5) Pencegahan infeksi: Berikan antibiotik sesuai perintah untuk mengurangi
bakteri usus dalam persiapan untuk pembedahan usus.

10
b. Intervensi keperawatan : Pasca-Operatif

1) Memberikan perawatan luka: Periksa dengan sering selama 24 jam


pertama, periksa terhadap infeksi, dehisens, hemoragi, dan edema yang
berlebihan.
2) Pemeliharaan citra tubuh yang positif: Berikan dorongan untuk
mengungkapkan perasaan-perasaan dan keprihatinan. Berikan lingkungan
yang suportif dan sikap untuk meningkatkan adaptasi pasien terhadap
perubahan gaya hidup yang berhubungan dengan perawatan stoma.
3) Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi : Observasi pre- dan pasca-
operatif terhadap gejala-gejala komplikasi, laporkan dan lakukan
perawatan yang diperlukan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker usus besar rektum atau yang sering disebut kanker Kolorektal
merupakan salah satu jenis kanker yang terjadi pada jaringan kolon atau usus besar
dan rektum. Kanker usus besar dan kanker rektum memiliki banyak kesamaan.
Kebanyakan kasus kanker kolorekial berkembang secara perlahan selama bertahun-
tahun. Sebagian besar kanker bermula sebagai polip usus, kemudian dapat
berkembang menjadi kanker. Mengangkat polip sedini mungkin dapat mengurangi
kemungkinan terkena kanker lebih dari 95% kasus kanker usus besar dan rektum
adalah adenokarsinoma. Kanker ini dimulai pada sel-sel yang melapisi bagian dalam
usus besar dan rektum.
B. Saran
Penyusun mengetahui bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu saran dan kitik sangat kami harapkan, agar makalah ini bisa lebih baik lagi
dan bisa lebih baik lagi dan menjadi pembelajaran untuk kami dikemudian hari.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Syaifuddin (2011). Anatomi Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta


2. Brunner, dkk (2000). Keperawatan Medikal-Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
3. Indah, Yunita (2010). Stop Kanker. Penerbit AgroMedia Pustaka. Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai