Anda di halaman 1dari 14

PAPER

PENGOLAHAN / TREATMENT AIR ASAM TAMBANG

TUGAS
Mata Kuliah: Kimi Dasar II

Disusn Oleh:

M. Syarif Fansyuri
16310046

Dosen Pengampu
Primanda Kiky W, S.Si, M.Sc

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI SUMBERDAYA ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKATA
2017
1. PENDAHULUAN
Air asam tambang atau dalam bahasa asing disebut Acid Mine Drainage merupakan air
yang terbentuk di lokasi penambangan dengan nilai pH yang rendah (pH < 4). Nilai pH yang
rendah pada air asam tambang menyebabkan mudahnya logam-logam tertentu larut dalam air.
Hal ini jika tidak ditangani dengan baik ,pada konsentrasi tertentu akan membahayakan
lingkungan, sebab hasil oksida sulfida oleh media air akan terangkut sehingga mencemari
lokasi di sekitarnya.
Adapun dampak negatif dari air asam tambang tersebut adalah :
1. Masyarakat di sekitar wilayah tambang
2. Biota perairan
3. Kualitas air tanah
4. Terhadap bangunan dan alat tambang
Untuk mengatasi masalah di atas , maka perlu dilakukan pengolahan terhadap air asam
tambang agar tidak membahayakan lingkungan disekitarnya. Teknologi pemurnian yang
dilakukan adalah dengan menggunakan membran keramik. Yaitu membran yang digunakan
terbuat dari campuran tanah liat , tepung jagung dan serbuk besi .

a. Air Asam Tambang


Air asam tambang (AAT) atau dalam bahasa asing acid mine drainage (AMD) , atau acid
rock drainage (ARD). Dalam industri pertambangan batubara disebut dengan coal mine
drainage (CMD) merupakan air yang terbentuk akibat kegiatan pertambangan terbuka maupun
tertutup (bawah tanah) dimana terjadi reaksi antara air, oksigen, dan batuan-batuan yang
mengandung mineral-mineral sulfida sehingga menyebabkan terjadinya air asam tambang.

b. Pembentukan dan Karakteristik Air Asam Tambang


Air asam tambang timbul apabila mineral-mineral sulfida yang terkandung dalam batuan
pada saat penambangan berlangsung, bereaksi dengan air dan oksigen. Oksidasi pirit (FeS2)
akan membentuk ion ferro (Fe2+), sulfat, dan beberapa proton pembentuk keasaman, sehingga
kondisi lingkungan menjadi asam.

Reaksi Pembentukan Air Asam Tambang


4 Fe + 15 O2 + 14H2O → 4 Fe + (OH3) + 8 H2SO4
Pyrite + oxygen + water → Yellowboy + Sulfure Acid
Reaksi antara besi, oksigen dan air akan membentuk asam sulfat dan endapan besi
hidroksida. Warna kekuningan yang mengendap di dasar saluran tambang atau pada dinding
kolam pengendapan lumpur merupakan gambaran visual dari endapan besi hidroksida
(Yellowboy). Di dalam reaksi umum pembentukan air asam tambang terjadi empat reaksi pada
pirit yang menghasilkan ion-ion hidrogen yang apabila berikatan dengan ion-ion negatif dapat
membentuk asam.
Adapun karakteristik kimia dari air asam tambang yaitu:
1) pH rendah (nilainya berkisar antara 1,5 hingga 4).
2) Konsentrasi logam dapat larut tinggi (seperti besi, aluminium, mangan, kadmium,
tembaga, timah, seng, arsenik dan merkuri).
3) Nilai keasaman : 50-15.000 mg/L dan konduktivitas listrik umumnya antara 100020.000
µS/cm.
4) Konsentrasi yang rendah dari oksigen terlarut (< 6 mg/L).
5) Tingkat kekeruhan (turbiditas) atau total padatan tersuspensi yang rendah

c. Sumber-sumber Air Asam Tambang


Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan baik itu tambang terbuka
maupun tambang dalam, umumnya keadaan ini terjadi karena unsur sulfur yang terdapat di
dalam batuan teroksidasi secara alamiah didukung juga dengan curah hujan yang tinggi
semakin mempercepat perubahan oksida sulfur menjadi asam. Sumber-sumber air asam
tambang berasal dari kegiatan sebagai berikut :
1. Air dari tambang terbuka
2. Air dari pengolahan batuan buangan
3. Air dari lokasi penimbunan batuan
4. Air dari unit pengolahan limbah tailing

d. Kandungan logam yang terdapat pada Air Asam Tambang


Pada pertambangan batubara, kandungan logam yang dimaksud dalam Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 yaitu besi dan mangan.
1. Besi
Keberadaan besi pada kerak bumi menempati posisi keempat terbesar. Besi ditemukan
dalam bentuk kation ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+). Pada perairan alami dengan pH sekitar 7 dan
kadar oksigen terlarut yang cukup, ion ferro yang bersifat mudah larut dioksidasi menjadi ion
ferri. Pada oksidasi ini terjadi pelepasan elektron. Sebaliknya , pada reduksi ferri menjadi ferro
terjadi penangkapan elektron.
2. Mangan
Mangan adalah kation logam yang memiliki karakteristik kimia serupa dengan besi.
Mangan berada dalam bentuk manganous (Mn2+) dan manganik (Mn4+).

Tabel 1. Baku Mutu Air Limbah KegiatanPenambangan Batubara


Parameter Satuan Kadar
Maksimum
pH 6-9
Residu Mg/L 400
Tersuspensi
Besi (Fe) Mg/L 7
Mangan Mg/L 4
(Mn)
Sumber : Surat Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No 113 tahun 2003

e. Media Penyaring Air Asam Tambang


1. Pasir Silika
2. Spons membran
3. Karbon aktif
4. Membran keramik
Untuk pengolahan air asam tambang digunakan membrane keramik dengan komposisi:

Tabel 2. Komposisi Membran Keramik


Membran Komposi
Keramik si
Tanah Tepung Serbuk
liat jagung besi
1 77,5 % 20,5 % 2,5 %
2 80 % 17,5 % 2,5 %
3 82,5 % 15 % 2,5 %
4 85 % 12,5 % 2,5 %

1. Tanah Liat (lempung)


Tanah liat merupakan bahan dasar yang dipakai dalam pembuatan keramik, dimana
kegunaannya sangat menguntungkan bagi manusia karena bahannya yang mudah didapat dan
pemakaiannya yang sangat luas.
2. Tepung Jagung
Tepung jagung tersusun dari jaringan serat-serat selulosa yang halus yang berguna
sebagai pembentuk pori pada membran.
3. Serbuk Besi
Besi adalah logam yang paling banyak dan paling beragam penggunaannya. Salah satu
kelemahan yang dijumpai adalah sifat membran yang rapuh dan mudah patah (brittle) Untuk
memperkuat struktur keramik yang dibuat Nasir et al (2011) menambahkan konsentrasi serbuk
besi.

f. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Membran


Fluks atau permeabilitas sering disebut juga sebagai kecepatan permeat adalah ukuran
kecepatan suatu spesi melewati membran persatuan luas dan waktu dengan gradien tekanan
sebagai gaya pendorong. Faktor yang mempengaruhi permeabilitas adalah jumlah dan ukuran
pori, interaksi antara membran dan larutan umpan, viskositas larutan serta tekanan dari luar.
Fluks (Jv) dirumus sebagai berikut :

𝑉
𝐽𝑣 = 𝐴 𝑥 𝑡

dimana :
Jv = fluks (L/m2 . jam ),
V = volume permeat (L),
A = luas permukaan membran (m2),
t = waktu (jam).
2. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 1. Bagan Proses Penelitian

a. Pembuatan Membran keramik


Tahap-tahap pembuatan membrane yang digunakan untuk proses utama adalah:
1. Tanah liat diiris tipis-tipis, lalu dijemur untuk menguapkan kandungan airnya selama dua
hari, lalu ditumbuk dan diayak menjadi tepung dengan ukuran 500 μm.
2. Jagung dihaluskan hingga menjadi tepung jagung lalu diayak dengan ukuran 500 μm.
3. Serbuk besi diayak dengan ukuran 500 μm.
4. Campurkan sampai rata tanah liat, tepung jagung dan serbuk besi dengan perbandingan
a. 77,5% : 20% : 2,5%.
b. 80,0% : 17,5 % : 2,5 %
c. 82,5% : 15,0% : 2,5 %
d. 85,0%: 12,5% : 2,5 %
5. Tambahkan sedikit air ke dalam adonan membran dan sambil diaduk rata.
6. Adonan membran dicetak dengan cetakan membran.
7. Adonan dikeluarkan dari cetakan membran, kemudian dikeringkan pada temperature
kamar selama 7 hari.
8. Membran dibakar pada suhu 9000C selama 9 jam.
b. Proses Filtrasi

Gambar 2. Rangkaian Alat Penelitian

Air Asam Tambang di tampung pada tangki berkapasitas 250 liter dan dialirkan dengan
pompa sentrifugal melewati rangkaian alat. Aliran air yang melalui rangkaian alat melalui 4
buah filter yaitu, pasir silika, spons membran, karbon aktif, dan terakhir filter keramik. Tekanan
operasi di atur dengan valve untuk mencapai tekanan 28 psi , 30 psi dan 32 psi. Permeat yang
keluar dari filter keramik di tampung pada ember penampungan untuk kemudian di ukur
volumenya menggunakan beker gelas setiap rentang waktu 15 menit, 30 menit, 45 menit, dan
60 menit.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada pembahasan ini di uraikan hasil penelitian berupa nilai fluks terhadap waktu, pH ,
EC , TDS, persentase penurunan Fe , Mn dan Sulfat .
a. Fluks Permeat
Gambar 3. Pengaruh waktu terhadap fluks permeat air asam tambang pada membran
keramik

Gambar 3(a) memperlihatkan fluks tertinggi dicapai sebesar 509,55 (L/ m2 . jam) pada
tekanan 32 psi dengan waktu proses 15 menit. Angka ini menunjukkan efektivitas dari pori-
pori membran yang terbentuk dari tepung jagung dibandingkan dengan Gambar (b) yang
memperlihatkan bahwa fluks permeat tertinggi hanya 277,93 (L/m2. jam) pada tekanan 32 psi
dan waktu proses 15 menit .Sedangkan untuk perbandingan fluks yang terkecil ditemukan pada
tekanan yang paling rendah yaitu 28 psi pada Gambar (a) bernilai 83,38 (L/m2. Jam) dan
Gambar (b) bernilai 48,63 (L/m2. jam) . Hal ini menunjukkan bahwa tekanan berbanding lurus
dengan nilai fluks permeat. Tetapi berbanding terbalik dengan waktu dimana terjadi penurunan
nilai fluks permeat seiring dengan meningkatnya waktu dikarenakan adanya fouling
(penyumbatan pada membran).

b. EC
Gambar 4. Pengaruh waktu terhadap EC permeat air asam tambang pada membran

Gambar 4(a) dan (b) memperlihatkan kecenderungan penurunan nilai EC permeat seiring
dengan meningkatnya waktu operasi. Hal ini disebabkan adanya absorpsi ion-ion terlarut oleh
membran keramik. Gambar (a) memperlihatkan nilai terendah EC permeat 3200 (μs/cm) ada
pada tekanan 32 psi dengan waktu proses 60 menit. Pada data awal nilai EC adalah 3870
(μs/cm), sehingga efektifitas penyerapan nilai EC permeat sebesar 17,31 %. Sedangkan pada
Gambar (b) memperlihatkan nilai terendah EC permeat 3180 (μs/cm) pada tekanan 32 psi dan
lama proses 60 menit, maka efektivitas penyerapan nilai EC permeat sebesar 17,82%.

c. TDS

Gambar 5. Pengaruh waktu terhadap TDS permeat air asam tambang pada membran
keramik
Gambar 5(a) dan (b) memperlihatkan kecenderungan bertambahnya nilai TDS permeat
seiring dengan bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan semakin banyaknya zat terlarut yang
menumpuk pada permukaan membran. Pada gambar 5 (a) nilai terendah TDS permeat 1070
ppm ada pada tekanan 32 psi dan waktu proses 15 menit. Pada data awal nilai TDS adalah 1150
ppm, sehingga penurunan TDS permeat sebesar 0,0695 %. Gambar (b) memperlihatkan nilai
terendah TDS permeat 1060 ppm pada tekanan 32 psi dan waktu proses 15 menit, sehingga
penurunan TDS permeat sebesar 0.078 %. Nilai penurunannya cukup kecil sehingga menjadi
salah satu faktor penyebab kenaikan nilai TDS permeat.

d. pH

Gambar 6. Pengaruh waktu terhadap pH permeat air asam tambang pada membran

Gambar (a) dan (b) memperlihatkan kecenderungan kenaikan nilai pH artinya adanya
kenaikan tingkat keasaman pada air asam tambang oleh penyerapan membran keramik. Gambar
(a) memperlihatkan nilai tertinggi pH permeat sebesar 5,85 ada pada tekanan 32 psi dengan
waktu proses 60 menit. Efisiensi kenaikan pH permeat mencapai 48,85 %. Gambar (b)
memperlihatkan nilai tertinggi pH permeat 5,93 pada tekanan dan waktu operasi yang sama.
Sehingga efisiensi terbaik kenaikan pH permeat sebesar 50,89 %.
e. Persentase Penurunan Mn

Gambar 7. Persentase penurunan Mn permeat air asam tambang pada membran

Gambar (a) memperlihatkan nilai persentase penurunan Mn terendah yaitu 49,53% pada
kondisi tekanan 28 psi dan waktu proses 45 menit sedangkan nilai tertinggi yaitu 57,30 % pada
kondisi tekanan 32 psi dan lama proses 60 menit. Gambar (b) memperlihatkan nilai persentase
penurunan Mn terendah yaitu 54,39 % pada kondisi tekanan 30 psi dan waktu proses 45 menit
sedangkan nilai tertinggi yaitu 60,21 % pada kondisi tekanan 28 psi dan waktu proses 60
menit. Untuk penurunan konsentrasi terbaik kadar Mn adalah 4,1 mg/L. Berdasarkan data
Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 113 tahun 2003 bahwa kandungan maksimum
yang diperbolehkan adalah 4 mg/L, sehingga hasil ini hampir mendekati kadar yang diinginkan.
f. Persentase Penurunan Fe

Gambar 8. Persentase penurunan Fe permeat air asam tambang pada membran

Gambar (a) memperlihatkan nilai terendah penurunan kadar Fe yaitu 1,08 % pada kondisi
tekanan 28 psi dan waktu proses 15 menit sedangkan nilai penurunan kadar Fe tertinggi yaitu
98,76 % pada kondisi tekanan 30 psi dan waktu proses 45 menit. Gambar (b) memperlihatkan
nilai terendah penurunan kadar Fe yaitu 76,50 % pada kondisi 28 psi dan waktu proses 15
menit sedangkan nilai tertinggi penurunan kadar Fe yaitu 95,05 % pada kondisi tekanan 28 psi
dan waktu proses 60 menit. Penurunanan kandungan Fe terbaik mencapai 0,01 mg/L.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 113 tahun 2003 tentang kadar
maksimum Fe dalam limbah pengolahan batu bara adalah 7 mg/L.
g. Persentase penurunan Sulfat

Gambar 9. Persentase penurunan Sulfat permeat air asam tambang pada membrane.

Gambar (a) memperlihatkan nilai terendah penurunan sulfat yaitu 88,50 % pada kondisi
tekanan 30 psi dan waktu proses 15 menit sedangkan untuk nilai penurunan tertinggi sulfat
yaitu 94,57 % pada kondisi tekanan 32 psi danwaktu proses 45 menit. Gambar 4.7 (b)
memperlihatkan nilai terendah penurunan sulfat yaitu 64,21 % pada kondisi tekanan 32 psi dan
waktu proses 60 menit sedangkan untuk nilai penurunan tertinggi sulfat yaitu 98,92 % pada
kondisi tekanan 32 psi dan waktu proses 30 menit. Data sampel awal kadar sulfat 1340,9 mg/L,
terjadi penurunan yang cukup signifikan pada proses penyerapan terbaik dimana kadar sulfat
menjadi 72,8 mg/L. Hal ini disebabkan membran keramik dapat menurunkan kandungan sulfat
dengan baik.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Perbandingan komposisi terbaik membran untuk parameter fluks , EC, TDS, pH, kadar
Mn, kadar Fe dan kadar Sulfat : a. Komposisi membran (82,5 % tanah liat : 15 % tepung
jagung : 2,5 % serbuk besi) Fluks permeat : 277,93 mg/L EC : 3200 μs/cm TDS :
1070 ppm pH : 5,85 Kadar Mn : 4,4 mg/L Kadar Fe : 0,01 mg/L Kadar Sulfat : 72,8
mg/L b . Komposisi membran (85 % tanah liat : 12,5 % tepung jagung : 2,5 % serbuk
besi) Fluks permeat : 509,55 mg/L EC : 3180 μs/cm TDS : 1060 ppm pH : 5,93 Kadar
Mn : 4,1 mg/L Kadar Fe : 0,04 mg/L Kadar Sulfat : 52,51 mg/L
2. Ada dua komposisi membran yang tidak dapat digunakan yaitu (77,5 % Tanah liat : 20
% Tepung Jagung: 2,5 % Serbuk besi) dan (80 % Tanah liat : 17,5 % Tepung Jagung: 2,5
% Serbuk besi) karena membran tidak mampu menahan tekanan yang diberikan sehingga
membran menjadi pecah.

5. SUMBER REFRENSI
Nasir, S., Marlis Purba, Otto Sihombing. 2014. Pengolahan Air Asam Tambang Dengan
Menggunakan Membran Keramik Berbahan Tanah Liat, Tepung Jagung Dan
Serbuk Besi. Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 20.

Anda mungkin juga menyukai