Anda di halaman 1dari 63

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN ”B” DENGAN SALAH

SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA HIPERTENSI


DI DUSUN LANDO LAUK DESA LANDO KECAMATAN TERARA
KABUPATEN LOMBOK TIMUR
TGL 25 S/D 27 JUNI 2015

OLEH

MUH. SAIFUL BAHRI


NIM. 032001D12081

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT


DINAS KESEHATAN
AKADEMI PERAWAT KESEHATAN
2015
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan Akademi Perawatan Kesehatan Provinsi Nusa


Tenggara Barat Dengan Judul “Asuhan Keperawatan Keluarga di Dusun Lando
Lauk Desa Lando Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur”, Telah diperiksa
dan disetujui oleh:

Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik :
1. L. Win Iavandiar.S.Kep.Ners.M.Si
2. Ernawati.S.Kep.Ners
3. Bq. Idawati.S.Kep
4. Ervina Yuniarti.S.Kep.Ners
5. Intan Farina.S.Kep.Ners

Mengetahui
Kepala Akademi Perawat Kesehatan Provinsi NTB

Drs. RUSMAWARDI,SH.MH
NIP : 19600606 1981031 091
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam yang dengan Ridho
Petunjuk serta Hidayah dan Inayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan
asuhan keperawatan keluarga Tn”K” dengan salah satu anggota menderita
Hipertensi di Dusun Lando Lauk, Kecamatan Terara, Desa Lando Kabupaten
Lombok Timur sesuai waktu yang telah di tentukan.
Laporan ini disusun sebagai pendokumentasian hasil Praktek Kerja
Lapangan (PKL) Mahasiswa Akademi Perawat kesehatan Provinsi NTB Tahun
Akademik 2014/2015.
Penyelesaian laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, karna
melalui kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. Rusmawardi,SH.,MH, selaku kapala Akademi Perawat Kesehatan
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2. Siara hadi, BA, selaku kepala wilayah Kecamatan Terara Kabupaten
Lombok timur.
3. H.M.Kholil Hanam, selaku kepala Desa Lando Kecamatan Terara
Kabupaten Lombok Limur.
4. Sahri Alatas, selaku kepala Lingkungan / Dusun Lando Lauk Desa Lando
Kecamtan Terara Kabupaten Lombok Timur.
5. Bapak/ibu pembimbing akademik yang telah membimbing kami selama
Praktek Kerja Lapangan.
6. Segenap masyarakat Dusun Lando Lauk Desa Lando Kecamatan Terara
Kabupaten Lombok Timur
7. Teman sejawat AKPERKES NTB dan teman sejawat di dusun lando lauk
desa lando kecamtan terara kabupaten Lombok timur.
Yang telang membantu telaksananya kegiatan Asuhan Keperawtan
Keluarga ini.
Kami menyadari laporan Asuhan Keperawatan Keluarga ini masih jauh
dari kesempurnaan,untuk itu saran dan kritik sangat kami harapkan demi
kesempurnaan laporan ini,dan harapan kami laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Hormat kami

( Penulis )
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. TEMPAT DAN WAKTU
D. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB II TINJAUAN TEORI


A. KONSEP DASAR KELUARGA
1. Definisi Keluarga
2. Tipe Keluarga
3. Tahap Perkembangan Keluarga
4. Struktur Keluarga
5. Fungsi Keluarga
6. Ciri-ciri Keluarga
7. Peran Perawat Keluarga
8. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
C. KONSEP PENYAKIT HIPERTENSI
1. Pengertian
2. Anatomi Fisiologi
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Tanda dan Gejala
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Penatalaksanaan
8. Komlikasi
9. Konsep Asuhan Keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS


1. PENGKAJIAN
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
4. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
5. EVALUASI KEPERAWATAN

BAB IV PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan masyarakat yang diarahkan untuk

meningkatkan prilaku atau kesadaran masyarakat akan pentingnya

hidup bersih dan sehat merupakan suatu upaya untuk meningkatkan

usia harapan hidup manusia, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan

masyarakat akan pentingnya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari,

prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan suatu

prilaku/kebiasaan sesorang yang bersifat mandiri dalam mencapai

kehidupan yang sejahtera baik dilingkungan keluarga maupun

komunitas, hal ini bearti bahwa peningkatan kesehatan baik individu,

kelompok atau masyarakat harus diupayakan ,upaya mewujudkan

kesehatan ini dilakukan oleh individu, kelompok,masyarakat, lembaga

pemerintah atau suadaya masyarakat (Atmojo,2003).

Orientasi keluarga yang dijadikan unit pelayanan kesehatan

adalah hal yang sangat tepat, karena masalah kesehatan keluarga saling

berkaitan dan saling mempengaruhi pola kelurga-keluarga disekitarnya

atau masyrakat secara keseluruhan, dengan demikian diharapkan

nantinya keluarga mampu menjalankan peran dan fungsinya dalam

melindungi keluarga dalam berbagai ancaman penyakit baik penyakit

yang sifatnya menular maupun penyakit keturunan (Atmojo,2003)

Berbagai penyakit yang timbul menyerang individu, keluarga


dan masyarakat, dan membawa dampak dimasyarakat adalah penyakit

hipertensi. Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup

dominan di negara-negara maju. Di Indonesia prevalensi untuk

menderita hipertansi masih rendah presentasinya.Walaupun demikian

bukan berarti ancaman penyakit hipertensi diabaikan begitu saja.Bagi

masyarakaat golongan atas hipertensi benar-benar menjadi momok

yang menakutkan (Sri Rahayu, 2000).

Hipertensi merupakan factor resiko, primer yang menyebabkan

penyakit jantung dan stroke.Hipertensi disebut juga sebagai The Shilent

Disease karena tidak ditemukan tanda –tanda fisik yang dapat dilihat

(Gede Yasmin, 1991).

Banyak ahli beranggapan bahwa hipertensi lebih tepat disebut

sebagai Heterogenus Group of Disease dari pada single disease.

Hipertensi yang tidak tekontrol akan menyebabkan kerusakan organ

tubuh seperti otak, ginjal, mata dan jantung serta kelumpuhan anggota

gerak. Namun kerusakan yang paling sering adalah gagal jantung dan

stroke serta gagal ginjal (Gede Yasmin, 1991).

Untuk mencegah komplikasi diatas sangat diperlukan perawatan

dan pengawasan yang baik. Banyak kasus penderita dan kematian

akibat penyakit kardiovaskuler dapat dicegah jika seorang merubah

perilaku kebiasaan yang kurang sehat dalam mengkonsumsi makanan

yang menyebabkan terjadinya hipertensi, selalu berolah raga secara

teratur serta merubah kebiasan hidup lainnya yang dapat mencetus


terjadinya penyakit hipertensi seperti merokok, minum-minuman

beralkohol. Adapun factor dietik dan kebiasaan makan yang

mempengaruhi tekanan daran yang meliputi, cara mempertahankan

berat badan ideal, natrium klorid, Kalium, Kalsium, Magnesium, lemak

dan alcohol. (Dr. Wendra Ali, 1996).

Adapun peran perawat dalam membantu keluarga yang anggota

keluarganya menderita penyakit hipertensi antara lain, mampu

mengenal asuhan keperawatan pada keluarga yang menderita penyakit

hipertensi, sebagai pengamat masalah dan kebutuhan keluarga, sebagai

koordinator pelayanan kesehatan, sebagai fasilitator, sebagai pendidik

kesehatan, sebagai penyuluh dan konsultan dalam asuhan perawatan

dasar pada keluarga yang menderita penyakit hipertensi. Berangkat dari

hal inilah pemulis tertarik untuk mengambil laporan praktek kerja

lapangan ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan

salah satu anggota keluarga menderita Hipertensi di Dusun Lando Lauk

Desa Lando Kec. Terara Kabupaten Lombok Timur”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diharapkan penulis mampu melaksnakan asuhan keperawatan

dengan salah satu anggota keluarga menderita Hipertensi dengan

menggunakan pendekatan proses keperatan keluarga.


2. Tujuan Khusus

Diharapkan penlis mampu :

a. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga salah satu

anggota keluarga menderita Hipertensi.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga dengan salah

satu anggota keluarga menderita Hipertensi.

c. Menyusun rencana keperatan keluarga dengan salah satu

anggota keluarga menderita Hipertensi.

d. Melakukan tindakan keperawatan keluarga dengan salah

satu anggota keluarga menderita Hipertensi.

C. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Tempat pengambilan data kasus Hipertensi untuk keperluan

penyusunan laporan praktek kerja lapangan ini dilakukan di dusun

lando lauk desa lando kec. terara Lombok timur.

2. Waktu

Waktu pengambilan data dan studi kasus untuk pelaksanaan

asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota keluarga

menderita Hipertensi.
D. Sistematika penulisan

Untuk memudahkan pemahaman isi penulisan laporan praktek

kerja lapangan ini, penulis membagi dalam empat BAB dengan princian

sebagai berikut :

BAB I, Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, tujuan, tempat

dan waktu serta sistematika penulisan.

BAB II, Tinjauan teoritis yang menguraikan tentang konsep dasar

kelurga yang terdiri dari, pengertian, cirri-ciri keluarga, type keluarga,

fungsi keluarga, tugas keluarga, tahap-tahap keluarga di Indonesia, tujuan

dan alsan keluarga sebagai unit pelayanan, dan konsep asuhan

keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,perencanaan,

penatalaksanaan dan evaluasi keperawatan.

BAB III, Tujuan kasus yang meliputi pengkajian, diagnose

keperawatan, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi kepearawatan.

BAB IV, penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes, 1998).
Keluarga sebagai dua orang atau lebih individu yang
bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi (Bailon
dan Maglaya, 1978).

2. Tipe Keluarga
Menurut Suprajitno (2004) ada beberapa bentuk keluarga adalah
sebagai berikut:
a. Keluarga Inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan
yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak,
baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
b. Keluarga Asal (Family of Origin)
Merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang
dilahirkan.
c. Keluarga Besar (Extended Family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena
hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu
termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga
tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian family).
d. Keluarga Berantai (Social Family)
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah
lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
e. Keluarga Duda atau Janda
Keluarga yang terbentuk karena perceraian dan atau
kematian pasangan yang dicintai.
f. Keluarga Komposit (Composite Family)
Keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
g. Keluarga Kohabitasi (Cohabitation)
Dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa
memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak
lazim dan bertentangan dengan budaya timur. Namun, lambat
laun keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.
h. Keluarga Inses (Incest Family)
Seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh
informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang
tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah
kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-laki, paman
menikah dengan keponakannya, kakak menikah dengan adik dari
satu ayah dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak
perempuan tirinya. Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-
nilai budaya, jumlah keluargainses semakin hari semakin besar.
Hal tersebut dapat kita cermati melalui pemberitaan dari berbagai
media cetak dan elektronik.
i. Keluarga Tradisional dan Nontradisional
Dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga
tradisonal diikat oleh perkawinan , sedangkan keluarga
nontradisional tidak diikat oleh perkawinan. Contoh keluarga
tradisional adalah ayah-ibu dan anak dari hasil perkawinan atau
adopsi. Contoh keluarga nontradisional adalah sekelompok orang
yang tinggal di sebuah asrama.
3. Tahap Perkembangan Keluarga
Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan) Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota
keluarga dengan kehadiran anggota keluarga yang baru melalui
pernikahan anak–anak yang telah dewasa, menata kembali
hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya proses penuaan,
termasuk timbulnya masalah–masalah kesehatan.
Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal
dan informal. Misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai
kepala keluarga dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah
sebagai panutan dan pelindung keluarga.

4. Struktur Keluarga
Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan
berkomunikasi, kemampuan keluarga untuk saling berbagi,
kemampuan sistem pendukung antara anggota keluarga,
kemampuan perawatan diri, dan kemampuan menyelesaikan
masalah.
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,
diantaranya adalah:
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

5. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman pada tahun 1998 (dalam Sudiharto,
2007), lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut:
a. Fungsi afektif
Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta
kasih, serta saling menerima dan mendukung.
b. Fungsi sosialisasi
Adalah proses perkembangan dan perubahan individu
keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar
berperan di lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti, sandang, pangan, dan papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota
keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
6. Ciri-Ciri Keluarga
Menurut Suprajitno (2004), ciri-ciri keluarga adalah:
a. Diikat tali perkawinan.
b. Ada hubungan darah.
c. Ada ikatan batin.
d. Tanggung jawab masing- masing.
e. Ada pengambil keputusan.
f. Kerjasama.
g. Interaksi.
h. Tinggal dalam suatu rumah.

7. Peran Perawat Keluarga


Prinsip-prinsip dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga:
a. Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif.
b. Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan
keluarga.
c. Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap
perkembangan keluarga.
d. Menerima dan mengakui struktur keluarga.
e. Menekankan pada kemampuan keluarga.
Menurut Friedman (1998), peran perawat keluarga adalah:
a. Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga, terutama untuk memandirikan
keluarga dalam merawat anggota keluarga.
b. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan
keperawatan yang komprehensif. Pelayanan keperawatan
yang berkesinambungan diberikan untuk menghindari
kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan kesehatan
(Puskesmas dan Rumah Sakit).
c. Sebagai pelaksana pelayanan keperawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada
keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga
yang sakit yang memiliki masalah kesehatan. Dengan
demikian anggota keluarga yang sakit dapat menjadi “entry
point” bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan
keluarga secara komprehensif.
d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan
terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur,
baikterhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak.
Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih
dahulu atau secara mendadak.
e. Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagi advokat keluarga untuk
melindungi hak-hak keluarga sebagi klien. Perawat
diharapkan mampu mengetahui harapan serta memodifikasi
sistem pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak
dan kebutuhan keluarga. Pemahaman yang baik oleh keluarga
terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien
mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga.
f. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu,
keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari
serta dapat membantu memberikan jalan keluar dalam
mengatasi masalah.
g. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat
memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh
anggota keluarga. Masalah kesehatan yang muncul di dalam
keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang
dipraktikkan keluarga. Misalnya, diare pada balita terjadi
karena budaya menjaga kebersihan makanan dan minuman
kurang diperhatikan. Peran sebagai peneliti difokuskan
kepada kemampuan keluarga untuk mengidentifikasi
penyebab, menanggulangi dan melakukan promosi kepada
anggota keluarganya. Selain itu, perawat perlu
mengembangkan asuhan keperawatan keluarga terhadap
binaannya.

8. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga
mempunyai peran dan tugas di bidang kesehatan yang perlu
dipahami dan dilakukan yang meliputi:
a. Mengenal masalah kesehatan
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak
boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak
berarti dan karena kesehatanlah seluruh kekuatan sumber daya
dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan
sehat dan perubahan-perubahan yang dialami anggota
keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung akan menjadi perhatian dari
orang tua atau pengambil keputusan dalam keluarga (Suprajitno,
2004).
Mengenal menurut Notoadmojo (2003) diartikan sebagai
pengingat sesuatu yang sudah dipelajari atau diketahui
sebelumnya. Sesuatu tersebut adalah sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Dalam mengenal masalah kesehatan keluarga haruslah
mampu mengetahui tentang sakit yang dialami pasien.
b. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga
Peran ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,
dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
keputusan untuk memutuskan tindakan yang tepat (Suprajitno,
2004).
Friedman, 1998 menyatakan kontak keluarga dengan
sistem akan melibatkan lembaga kesehatan profesional ataupun
praktisi lokal (Dukun) dan sangat bergantung pada:
1. Apakah masalah dirasakan oleh keluarga ?
2. Apakah kepala keluarga merasa menyerah terhadap masalah
yang dihadapi salah satu anggota keluarga ?
3. Apakah kepala keluarga takut akibat dari terapi yang
dilakukan terhadap salah satu anggota keluarganya ?
4. Apakah kepala keluarga percaya terhadap petugas kesehatan?
5. Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau
fasilitas kesehatan?
c. Memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit
Beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit
dari peran atau tangung jawabnya secara penuh, Pemberian
perawatan secara fisik merupakan beban paling berat yang
dirasakan keluarga (Friedman, 1998).
Suprajitno (2004) menyatakan bahwa keluarga memiliki
keterbatasan dalam mengatasi masalah perawatan keluarga.
Dirumah keluarga memiliki kemampuan dalam melakukan
pertolongan pertama. Untuk mengetahui dapat dikaji yaitu :
1. Apakah keluarga aktif dalam ikut merawat pasien?
2. Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti
tentang perawatan yang diperlukan pasien ?
3. Bagaimana sikap keluarga terhadap pasien? (Aktif mencari
informasi tentang perawatan terhadap pasien)
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga
1. Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki disekitar
lingkungan rumah.
2. Pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan
manfaatnya.
3. Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara
lingkungan rumah yang menunjang kesehatan.
e. Menggunakan pelayanan kesehatan
Menurut Effendy (1998), pada keluarga tertentu bila ada
anggota keluarga yang sakit jarang dibawa ke puskesmas tapi ke
mantri atau dukun. Untuk mengetahui kemampuan keluarga
dalam memanfaatkan sarana kesehatan perlu dikaji tentang :
1. Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat
dijangkau keluarga
2. Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan
3. Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada
4. Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga.
Tenaga kesehatan dapat menjadi hambatan dalam usaha
keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
Hambatan yang dapat muncul terutama kamunikasi (Bahasa)
yang kurang dimengerti oleh petugas kesehatan. Pengalaman
yang kurang menyenangkan dari keluarga ketika berhadapan
dengan petugas kesehatan ketika berhadapan dengan petugas
kesehatan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Salah Satu Anggota

Keluarga Menderita Hipertensi

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari

pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang kllien (Potter &

Perry, 2005).

Untuk mendapatkan data keluarga yang akurat perlu sumber

informasi dari anggota keluarga yang paling mengetahui keadaan

keluarga dan biasanya adalah ibu. Sedangkan informasi tentang

potensi keluarga dapat diperoleh dari pengambilan keputusan dalam

keluarga, biasanya adalah kepala keluarga, atau kadang-kadang

orangtua. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui cara :

a. Wawancara

Yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik

aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan,

lingkungan, dan sebagainya.

b. Observasi

Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan,

karena sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja,

diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya

ventilasi, penerangan, keberhasilan dan sebagainya.


c. Studi Dokumentasi

Studi berkaitan dengan perkembangan kasus anak dan

dewasa, diantaranya melalui kartu menuju sehat, kartu keluarga

dan catatan-catatan kesehatan lain.

d. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai

masalah kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan

fisik misalnya kehamilan dan tanda-tanda penyakit. Data-data

yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Data Umum

(a) Kepala keluarga dan komposisi keluarga

(b) Tipe keluarga

(c) Suku bangsa dan agama

(d) Status sosial ekonomi keluarga

(e) Aktivitas rekreasi keluarga

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

(a) Tahap perkembangan keluarga

(b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

(c) Riwayat kesehatan keluarga inti

3) Data Lingkungan

(a) Karakteristik rumah

(b) Karakteristik tetangga dan komunitasnya

(c) Mobilitas geografis keluarga


(d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

(e) Sistem pendukung keluarga

4) Struktur keluarga

(a) Struktur peran

(b) Nilai dan norma keluarga

(c) Pola komunikasi keluarga

(d) Struktur kekuatan keluarga

5) Fungsi keluarga

(a) Fungsi ekonomi

(b) Fungsi mendapatkan status sosial

(c) Fungsi pendidikan

(d) Fungsi sosialisasi

(e) Fungsi keperawatan

Tujuan dari fungsi keperawatan :

((1)) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal

masalah kesehatan

((2)) Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil

keputusan, mengenal tindakan kesehatan yang tepat

((3)) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit

((4)) Mengetahui kemampuan keluarga memelihara/

memodifikasi lingkungan rumah yang sehat


((5)) Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan

fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat

(f) Fungsi religius

(g) Fungsi rekreasi

(h) Fungsi reproduksi

(i) Fungsi afeksi

6) Stress dan koping keluarga

(a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang

(b) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

(c) Strategi koping yang digunakan

(d) Disfungsi strategi adaptasi

7) Pemeriksaan keluarga

Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota

keluarga meliputi pemeriksaan kebutuhan dasar individu,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang perlu.

8) Harapan keluarga

Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat

(petugas kesehatan) untuk membantu menyelesaikan

masalah kesehatan yang terjadi.


2. Diagnosa Keperawatan Keluarga

a. Pengertian

Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan yang

nyata dan masalah kesehatan yang potensial (pada individu,

keluarga, kelompok) dimana perawat dapat secara sah dan

mandiri menanganinya dalam bentuk tindakan keperawatan yang

ditujukan untuk mencegah, mengatasi dan mengurangi masalah

tersebut.

Diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada

penyakit Hipertensi adalah :

1) Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

keluarga.

Kemungkinan penyebabnya adalah :

(a) Kurang pengetahuan atau ketidaktahuan fakta

(b) Rasa takut akibat masalah yang diketahui

(c) Sikap dan falsafah hidup

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam

melakukan tindakan yang tepat.

Kemungkinan penyebabnya adalah :

(a) Tidak memahami mengenai sifat dan beratnya masalah.

(b) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol


(c) Keluarga Tidak sanggup memecahkan masalah karena

kurang pengetahuan dan kurangnya sumber daya

keluarga

(d) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau

(e) Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga

kesehatan.

3) Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang sakit.

Kemungkinan penyebabnya adalah :

(a) Tidak mengetahui keadaan penyakit

(b) Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan

yang dibutuhkan

(c) Sikap negatif terhadap yang sakit

(d) Konflik individu dalam keluarga

(e) Sikap dan pandangan hidup

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah

yang dapat menunjang kesehatan dan pribadi anggota

keluarga.

Kemungkinan penyebabnya adalah :

(a) Sumber-sumber keluarga tidak cukup diantaranya

keuangan, tanggung jawab atau wewenang, keadaan

fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.


(b) Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat

pemeliharaan lingkungan rumah.

(c) Ketidaktahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan

(d) Konflik personal dalam keluarga

(e) Sikap dan pandangan hidup

(f) Ketidak kompakan keluarga karena sifat mementingkan

diri sendiri, acuh terhadap anggota keluarga yang punya

masalah.

5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan sumber

pelayanan kesehatan dalam masyrakat untuk memelihara

kesehatan.

Kemungkinan penyebabnya adaalah :

(a) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada

(b) Tidak adanya keuntungan yang diperoleh

(c) Tidak mempunyai kartu jaringan pengaman sosial

bantuan kesehatan

(d) Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan

(e) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan

lembaga kesehatan.

b. Perumusan masalah kesehatan

Tipologi kesehatan keluarga adalah (Nasrul Efendy, 1998) :

1) Ancaman kesehatan adalah keadaan-keadaan yang dapat

memungkinkan terjadinya penyakit, kecelakaan serta kegagalan


dalam mencapai potensi kesehatan.Yang termasuk ancaman

kesehatan adalah :

(a) Penyakit keturunan

(b) Anggota keluarga yang menderita penyakit menular

(c) Jumlah anggota keluarga yang tidak sesuai dengan

kemampuan keluarga

(d) Resiko terjadi kecelakaan dalam keluarga

(e) Kekurangan atau kelebihan gizi

(f) Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan stress,

diantaranya yaitu :

((1)) Hubungan keluarga yang kurang harmonis

((2)) Hubungan orang tua dan anak tegang

((3)) Orang tua yang tidak dewasa

(g) Sanitasi lingkungan buruk, diantaranya :

((1)) Ventilasi dan penerangan rumah yang kurang baik

((2)) Tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi

syarat

((3)) Tempat pembuangan tinja mencemari penampungan air

((4)) SPAL yang tidak memenuhi syarat

((5)) Kebisingan

((6)) Polusi udara

(h) Kebiasaan-kebiasaan merugikan kesehatan, diantaranya:

((1)) Merokok dan minuman-minuman keras


((2)) Personal Hiygene yang kurang

((3)) Imunisasi anak tidak lengkap

2) Kurang atau tidak sehat adalah kegagalan dalam memantapkan

keshatan.Yang termasuk didalamnya adalah :

(a) Keadaan sehat

(b) Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan

3) Situasi krisis adalah saat-saat yang banyak menuntut individu

atau keluarga dalammenyesuaikan diri termasuk juga dalam hal

sumber daya keluarga.

Yang termasuk dalam situasi krisis adalah :

(a) Perkawinan

(b) Kehamilan

(c) Persalinan

(d) Masa nifas

(e) Menjadi orang tua

(f) Pertambahan anggota keluarga

(g) Abortus

(h) Anak masuk sekolah

(i) Anak remaja

(j) Kilangan pekerjaan

(k) Kematian anggota keluarga

(l) Pindah rumah


4) Tipologi Diagnosa keperawatan

Dapat dibedakan menjadi tiga kelompok :

(a) Diagnosis aktual yaitu masalh keperawatan yang dialami

oleh warga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan

cepat.

(b) Diagnosis resiko tinggi yaitu masalah keperawatan yang

belum terjadi,tetapi tanda untuk menjadi masalah

keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak

segera mendapat bantuan.

(c) Diagnosis potensial yaitu suatu keadaan sejahtera dari

keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya

dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang

memungkinkan dapat ditingkatkan.

(d) Prioritas masalah kesehatan

Untuk dapat menentukan prioritas masalah kesehatan dan

keperawatan keluarga perlu disusun skala prioritas seperti

berikut ini :
Skoring Diagnosa Keperawatan Menurut Maglaya dan Bailon (1978)

NO Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah
Skala:
 Tidak atau kurang sehat 3 1
 Ancaman kesehatan 2
 keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat di ubah
Skala:
 Mudah 2 2
 Sebagian 1
 Tidak dapat 0

3 Potensial masalah dapat dicegah


Skala :
 Tinggi 3 1
 Cukup 2
 Rendah 1

4 Menonjolnya masalah
Skala:
 Masalah berat harus segera di tangani 2 1
 Ada masalah tapi tidak perlu di tangani 1
 Maslah tidak di rasakan 0

Skoring

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria.

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot.

𝑆𝑘𝑜𝑟
𝑥 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
Angka Tertinggi

3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria.

4) Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot.


3. Perencanaan Keperawatan

a. Tipologi intervensi keperawatan

Klasifikasi Friedman (1970), dalam naskah keperawatan

kesehatan klasik, mengklasifikasikan intervensi sebagai berikut

(Marylin M. Friedman, 1998).

1) Suplemental

Disini perwat berlaku sebagai pemberi pelayanan perawatan

langsung dengan mengintervensi bidang-bidang yang

keluarga tidak bisa melakukannya.

2) Fasilitatif

Dalam hal ini perawat keluarga menyingkirkan hal-hal

terhadap pelayanan yang diperlukan seperti pelayanan medis,

kesejahteraan sosial.

3) Perkembangan

Tujuan perawatan diarahkan pada perbaikan kapasitas

penerima perawat agar dapat bertindak atas nam dirinya.

b. Tujuan rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga.

1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai

masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :

(a) Memberikan informasi yang tepat

(b) Mengidentifikasikan kebutuhan dan harapan keluarga

tentang kesehatan
(c) Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya

kesehatan.

2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan

yang tepat, dengan cara :

(a) Mengidentifikasikan sumber-sumber yang dimiliki dan

ada disekitar keluarga.

(b) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan

(c) Mengidentifikasikan konsekuensinya bila tidak melakukan

tindakan.

3) Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota

keluarga yang sakit, dengan cara :

(a) Mendemonstrasikan cara keperawatan

(b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah

(c) Mengawasi keluarga melakukan perawatan

4) Membantu keluarga untuk memelihara (memodifkasi)

lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga

dengan cara :

(a) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan

keluarga

(b) Melakukan perubahan lingkungan bersam keluarga

seoptimal mungkin
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkn fasilitas kesehatan

yang ada disekitarnya :

(a) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada disekitar

lingkungan keluarga

(b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

yang ada.

c. Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan

1) Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan mempunyai

jangka waktu yang sesuai dengan kondisi klien

2) Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan

diobservasi dengan panca indera perawat yang objektif.

3) Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana

yang dimiliki oleh keluarga yang mengarah kemandirian klien

sehingga tidak ketergantungan dapat diminimalisir.

4. Implementasi atau Tindakan Keperawatan

Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses

aktualisasi rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di

dalam keluarga dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan

(Sudiharto, 2007 ).

Kegiatan pada tahap impelementasi diantaranya :

1. Penyuluhan pada keluarga dengan Hipertensi

2. Mendidik keluarga dalam hal perawatan dasar

3. Melaksanakan tujuan pada kasus Hipertensi


4. Melakukan pencatatan dan pelaporan atau dokumentasi proses

keperawatan.

Kegagalan dalam melaksanakan tindakan keperawatan dan

kesehatan dalam memecahkan masalah kesehatatn keluarga

disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya :

a. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan

b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh

c. Tidak mau menghadapi situasi

d. Mempertahankan suatu pola tingkah laku karena kebiasaan yang

melekat

e. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan (Nasrul

Effendy, 1998).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara

(Sudiharto, 2007) :

a. Hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah

ditetapkan untuk melihat keberhasilan

b. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil perlu dilakukan sebagian,

perlu disusun rencana keperawatan yang baru

c. Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa

kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula

direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.


d. Evaluasi disusun dengan menggunajan SOAP yang operasional

dengan pengertian :

S  Ungkapan perasaan atau keluhan yang dirasakan secara

subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi

keperawatan.

O  Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamatan atau penglihatan yang objektif

setelah implementasi keperawatan.

A  Merupakan analisa perawatan setelah mengetahui respon

subyektif dan obyektif keluarga yang dbandingkan dengan

kriteria dan standar yang telah di tentukan mengacu kepada

tujuan rencana keperawatan keluarga.

P  Perencanaan selanjutnya setelah dilakukan/dilaksanakan

oleh perawat.

Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat :

1. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan selama proses

asuhan keperawatan. Bertujuan untuk menilai hasil implemenasi

secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan sesuai

konrak.

2. Evaluasi sumatif adalah evaluasi ahir. Bertujuan untuk menilai secara

keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan, apakah

rencana di teruskan sebagai atau di teruskan dengan perubahan

intervensi atau dihentikan.


C. Kosep Dasar Penyakit Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan

sistolenya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg

(Brunner &suddarth,2001).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan

tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg,atau bila pasien memakai

obat antihipertensi (Arief Mansjoer,2000).

Tabel. Klasifikasi Tekanan darah untuk yang berumur 18 tahun atau


lebih (Arjatmo Tjokronegoro, 2001)

Kategori Sistolik (mmHg) Doastolik (mmHg)


Optimal > 120 < 80
Normal > 130 < 85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Derajat 1 140-159 90-99
Derajat 2 160-179 100-109
Derajat 3 ≥ 180 ≥ 110

2. Anatomi Fisiologi

a. Sistem Kardiovaskuler

Fungsi jantung adalah memompa darah kaya oksigen kedalam

sistem arteri (yang membawanya ke sel-sel) dan menampung

darah deoksigen dari sistem vena dan meneruskan ke paru untuk

reoksigenasi. Fungsi arteri, kapiler, vena dan pembuluh limfe

adalah membawa darah ke dan dari jaringan dan sel diseluruh

tubuh (dr. Jan Tamboyang, 2001).


Gambar. Anatomi sistem kardiovaskuler (http:/// image. Google. Co. Id )

b. Struktur Jantung

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut,

berongga dan dengan basisnya diatas dan puncaknya dibawah.

Apek (pucuk) miring kesebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300

gram. Jantung berada di dalam torax, antara kedua paru-paru dan

dibelakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri daripada ke

kanan. Jantung terbagi oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua

belah, yaitu kiri dan kanan. Sesudah lahir tidak ada hubungan

satu dengan yang lain antara kedua belahan ini. Setiap belahan

kemudian dibagi lagi dalam dua ruang, yang atas disebut atrium

dan yang bawah disebut ventrikel. Di kiri terdapat 1 atrium dan

1 ventrikel, dan yang kanan juga terdapat 1 atrium dan 1

ventrikel. Disetiap sisi ada hubugan antara atrium dan ventrikel

melalui lubang atrio-ventrikuler dan pada setiap lubang tersebut

terdapat katup. Yang kanan bernama katup (valvula)


trikuspidalis dan yang kiri katup mitral atau katup bikuspidalis.

Katup atrioventrikuler mengizinkan darah mengalir hanya kesatu

jurusan, yaitu dari atrium ke ventrikel dan menghindarkan darah

mengalir kembali dari ventrikel ke atrium. Katup trikuspidalis

terdiri atas tiga kelopak atau kuspa, dan katup mitral terdiri atas

dua kelopak. Jantung tersusun atas otot yang bersifat khusus dan

terbungkus oleh sebuah membran yang disebut pericardium.

Membran itu terdiri atas dua lapis, yaitu pericardium visceral

adalah membran serus yang lekat sekali pada jantung dan

pericardium parietal adalah lapisan fibrous yang terdapat keluar

dari basis jantung dan membungkus jantung sebagai kantong

longgar. Karena susunan ini maka jantung berada di dalam dua

lapis kantong pericardium, dan diantara dua lapisan itu ada

cairan serus. Karena sifat meminyaki dari cairan itu maka

jantung dapat bergerak bebas. Disebelah dalam jantung dilapisi

oleh endothelium. Lapisan ini disebut endokardium. Katup-

katupnya hanya merupakan bagian yang lebih tebal dari

membran ini.

Tebal dinding jantung terdiri atas tiga lapisan, yaitu :

1). Perikardium : Pembungkus luar

2). Miokardium : Lapisan otot tengah

3). Endokardium : Pembungkus bagian dalam


c. Siklus jantung

Jantung adalah sebuah pompa dan kejadian-kejadian yang

terjadi di dalam jantung selama peredaran darah disebut siklus

jantung. Gerakan jantung berasal dari nodus sinus-arterial,

kemudian kedua atrium berkontraksi. Gelombang kontraksi ini

bergerak melalui berkas His dan kemudian ventrikel

berkontraksi.

Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu kontraksi atau

sistole dan pengendoran atau diastole. Kontraksi dari kedua

atrium terjadi serentak dan disebut sistole atrial.

Pengendorannya adalah diastole atrial. Serupa dengan itu

kontraksi dengan pengendoran ventrikel disebut juga sistole dan

diastole ventricular.

Lama kontraksi ventrikel adalah 0,3 detik dan tahap

pengendorannya selama 0,5 detik. Dengan Cuma ini jantung

berdenyut terus menerus, siang malam selama hidupnya dan otot

jantung mendapat istirahat sewaktu diastole ventrikuler.

Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi

ventrikel lebih lama dan lebih kuat, dan yang dari ventrikel kiri

adalah yang terkuat karena harus mendorong darah keseluruh

tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik.

Meskipun ventrikel kanan juga memompa volume darah yang

sama, tetapi tugasnya hanya mengirimkannya ke sekitar paru-


paru dimana tekanannya jauh lebih rendah (Evelyn Pearce,

1979).

3. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua

golongan,yaitu:

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar

95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti

genetik, lingkungan, hiperaktifitas susunan saraf simpatis, sistem

renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan

Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko,

seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5%

kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan

estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,

hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing,

feokromosotoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan

dengan kehamilan, dan lain-lain (Arif Mansjoer, 2000).

Adapun faktor-faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah

secara reversibel, antara lain :

1). Garam

2). Stres

3). Merokok
4). Pil Antihamil

5). Hormon pria dan kortikosteroida

6). Kehamilan (Drs. Tan Hoan Tjay & Drs. Kirana Rahardja,

2002)

4. Pathofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontstriksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak.

Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang

berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna

medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat fasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang

bergerak ke bawah melalui sistem syaraf simpatis ke ganglia

simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,

yang akan merangsang serabut syaraf pasca ganglion ke pembuluh

darah, dimana dengan dilepaskannya norepineprin mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecamasan dan

ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap

rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif

terhadap norepinefrin, meskipun tidak di ketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem syaraf simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,

kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktifitas


vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol

dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor

pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan

aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah

menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua

faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Brunner

dan Suddarth, 2001).

5. Tanda dan Gejala

Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya

tanda pada hipertensi primer. Bergantung pada tingginya tekanan

darah gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-kadang

hipertensi primer berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala

setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal,

mata, otak, dan jantung.

Gejala seperti sakit kepala,epistaksis, pusing, dan migren dapat

ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi primer meskipun tidak

jarang yang tanpa gejala.


Gejala lain yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti

gangguan penglihatan, gangguan neurologi, gagal jantung, dan

gangguan fungsi ginjal tidak jarang dijumpai. Gagal jantung dan

gangguan pengelihatan banyak dijumpai pada hipertensi berat atau

hipertensi maligna yang umumnya juga disertai oleh gangguan

fungsi ginjal bahkan sampai gagal ginjal. Gangguan cerebral yang

disebabkan oleh hipertensi dapat berupa kejang atau gejala akibat

perdarahan pembuluh darah otak yang berupa kelumpuhan,

gangguan kesadaran bahkan samapai koma (Prof. dr. Arjatmo

Tjokronegoro, 2001).

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Hemoglobin/hematokrit : bukan diagnosik tetapi mengkaji

hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan

dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko seperti

hiperkagulabilitas, anemia

b. BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi

ginjal

c. Glukosa : hiperglikemia (Diabetes melitus adalah pencetus

hipertensi dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin

(meningkatkan hipertensi)

d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya

aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi

diuretik.
e. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat

meningkatkan hipertensi

f. Kolestrol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak

ateromatosa (efek kardiovaskular)

g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat menimbulkan

vasokonstriksi dan hipertensi

h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme

primer (penyebab)

i. Urinalisa : darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi

ginjal dan/atau adanya diabetes

j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat

mengindikasikan adanya feokromositoma (penyebab); VMA

urin 24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositoma

bila hipertensi hilang timbul

k. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor

resiko terjadinya hipertensi

l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme

feokromositoma, atau disfungsi pituitari, sindrom Cushing’s,

kadar renin dapat juga meningkat

m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti

penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ureter


n. Foto data : dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area

katup; deposit pada dan/atau takik aorta; perbesaran jantung

o. CT skan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, atau

feokromositoma

p. EKG : dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,

gangguan konduksi.

7. Penatalaksanaan

Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah

mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan

mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90

mmHg. Efektifitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi,

komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan

terapi.

a. Penatalaksanaan non farmakologis

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan non

farmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan

alkohol, natrium dan tembakau; latihan dan relaksasi merupakan

intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi

antihipertensi (Brunner dan Suddarth, 2002).

Adapun tindakan-tindakan umum yang harus dilakukan

menurut Drs. Tan Hoan Tjay adalah :

(1). Menurunkan berat badan

(2). Mengurangi garam dalam diet


(3). Membatasi kolestrol

(4). Berhenti merokok

(5). Membatasi minum kopi

(6). Membatasi minum alcohol

(7). Cukup istirahat dan tidur

(8). Gerak badan yang cukup bertenaga

b. Penatalaksanaan dengan obat

Penatalaksanaan dengan obat anti hipertensi bagi sebagian

besar pasien dimulai dengan dosis rendah kemudian

ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan umur, kebutuhan, dan

usia. Terapi yang optimal harus efektif selama 24 jam, dan lebih

disukai dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih

murah, dapat mengontrol hipertensi terus menerus dan lancar,

dan melindungi pasien terhadap berbagai resiko dari kematian

mendadak, serangan jantung, atau stroke akibat peningkatan

tekanan darah mendadak saat bangun tidur.

Obat-obat yang dewasa ini digunakan untuk terapi

hipertensi dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu :

1). Diuretika

2). Alfa-reseptor blockers

3). Beta-receptor blockers

4). Obat-obat SSP

5). Antagonis calsium


6). Penghambat ACE dan AT-II-receptor blockers

7). Vasodilator

Setelah diputuskan untuk memakai obat anti hipertensi dan

bila tidak terdapat indikasi untuk memilih golongan obat

tertentu, diberikan diuretic atau beta blockers. Jika respon tidak

baik dengan dosis penuh, dilanjutkan sesuai algoritma. Diuretic

biasanya menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek

obat yang lain. Jika tambahan obat kedua dapat mengontrol

tekanan darah dengan baik minimal setelah satu tahun dapat

dicoba menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis

secara perlahan dan progresif.

Pada beberapa pasien mungkin dapat dimulai terapi dengan

lebih dari satu obat secara langsung. Pasien dengan tekanan

darah ≥ 200/≥ 120 mmHg harus diberikan terapi dengan segera

dan jika terdapat gejala kerusakan organ harus dirawat di rumah

sakit (Arif Mansjoer, 2000).

8. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi seperti,

penyakit jntung koroner, gagal jantung ,gagal ginjal ,kerusakan

mata, dan kerusakan pembuluh darah otak (dr Soetomo,1997).


9. Asuhan Keperawatan

Proses keperaw atan adalah metode ilmiah yang digunakan


secara sistimatis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan
dan keperawatan keluarga,melaksanakan asuhan keperawatan ,serta
implementasi keperawatan terhadap keluarga sesuai rencana yang
telah direncanakan / dibuat serta mengevaluasi hasil asuhan
keperawatan yang telah dilaksanakan .
A. Pengkajian
a. Penjajakan pertama
Tujuan penjajakan tahap pertama adalah untuk mengetahui
masalah yang dihadapi oleh keluarga.
1) Pengumpulan data
Merupakan informasi yang diperlukan untuk
mengukur masalah kesehatan ,status kesehatan,
kesanggupan keluarga dalam memberikan perawatan pada
anggota keluarga .
a) Struktur dan sifat anggota keluarga
(1) Anggota –anggota keluarga dan hubungan dengan
kepala keluarga.
(2) Data demografi : umur,jenis kelamin, kedudukan
dalam keluarga.
(3) Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga,
(4) Macam struktur anggota keluarga apakah
matrikat,patrikat berkumpul atau menyebar.
(5) Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan
keputusan.
(6) Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dalam
perselisihan yang nyata ataupun tidak nyata.
(7) Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan
tidur,kebiasaan makan dan penggunaan waktu
senggang
b) Faktor sosial budaya dan ekonomi
(1) Pekerjaan
(2) Penghasilan
(3) Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer
(4) Jam kerja ayah dan ibu
(5) Siapa yng menentukan keuangan dan penggunaannya
c) Faktor lingkungan
(1) Perumahan
(a) Luas rumah
(b) Pengaturan dalam rumah
(c) Persediaan sumber air
(d) Adanya bahan kecelakaan
(e) Pembuangan sampah
(2) Macam lingkungan / daerah rumah
(3) Fasilitas social dan lingkungan
(4) Fasilitas transportasi dan kesehatan
d) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga
(2) Upaya pencegahan terhadap penyakit
(3) Sumber pelayanan kesehatan
(4) Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari petugas
kesehatan.
(5) Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.
e) Cara pengumpulan data
(1) Oservasi langsung : dapat mengetahui keadaan secara
langsung.
(a) Keadaan fisik dari tiap anggota keluarga.
(b) Komunikasi dari tiap anggota keluarga
(c) Peran dari tiap anggota keluarga
(d) Keadaan rumah dan lingkungan
(2) Wawancara
Dapat mengetahui hal-hal :
(a) Aspek fisik
(b) Aspek mental
(c) Sosial budaya
(d) Ekonomi
(e) Kebiasaan
(f) Lingkungan
(3) Studi dokumentasi antara lain
(a) Perkembangan kesehatan anak
(b) Kartu keluarga
(c) Catatan kesehatan lainnya
(4) Dilakukan terhadap angota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan dan keperawatan antara lain :
(a) Tanda-tanda penyakit
(b) Kelainan organ tubuh
b. Analisa data
Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah
kesehatan yang dialami oleh keluarga. Dalam menganalisis data
dapat menggunakan Typologi masalah dalam family healt care.
Permasalahan dapat dikategorikan sebagai berikut :
a) Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat
memungkinkan terjadinya penyakit, kecelakaan atau kegagalan
dalam mencapai potensi kesehatan.
Contoh :
(1) Riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi
(2) Masalah nutrisi terutama dalam pengaturan diet
b) Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam
memantapkan kesehatan.
Contoh:
(1) Adakah didalam keluarga yang menderita penyakit
hipertensi
(2) Siapakah yang menderita penyakit hipertensi
c) Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut terlampau banyak
dari indivdu atau keluarga dalam hal penyesuaian maupun
sumber daya mereka.
Contoh :
Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat hipertensi.
c. Penentuan prioritas masalah
Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga
menggunakan sistim scoring berdasarkan tipologi masalah dengan
pedoman sebagai berikut

K riteria Bobot
1. Sifat masalah 1
Skala : ancaman kesehatan 2
Tidak/kurang sehat 3
Krisis 1
2. Kemungikan masalah dapat 2
diubah 2
Skala : Dengan mudah 1
Hanya sebagian 0
Tidak dapat
3. Potensia masalah untuk dicegah 1
Skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat harus 2
ditangani
Ada masalah tapi tidak 1
perlu segera ditangani 0
Masalah tidak dirasakan
Skoring :
1.Tentukan skor untuk tiap kriteria
2.Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot

Skor X bobot
Angka tertinggi
3. Jumlahkanlah skor untuk semua criteria, skor tertinggi 5 sama
dengan seluruh bobot
b. Penjajakan pada tahap kedua
Tahap ini menggambarkan sampai dimana keluarga dapat
melaksanakan tugas-tugas kesehatan yang berhubungan dengan
ancaman kesehatan,kurang /tidak sehat dan krisis yamg dialami oleh
keluarga yang didapat pada penjajakan tahap pertama.
Pada tahap kedua menggambarkan ketidak mampuan keluarga
untuk melaklasanakan tugas-tugas kesehatan serta cara pemecahan
masalah yang dihadapi .
Karena ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-
tugas kesehatan dan keperawatan,maka dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan secara umum pada keluarga yang menderita penyakit
hipertensi antara lain :
a. Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah penyakit
hipertensi berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala
hipertensi.
b. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam
melaksanakan tindakan yang tepat untuk segera berobat kesarana
kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan dengan kurang
pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat kesarana
kesehatan.
c. Ketidak mampuan merawat anggota keluarga yang sakit
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
hipertensi ,cara perawatan dan sifat penykit hipertensi.
d. Keitdaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan keluarga berhubungan dengan tadak
dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan
serta kitidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit hipertensi.
e. Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada di masyarakat
guna memelihara kesehatan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan klien dan keluarga tersedianya fasilitas kesehatan
seperti JPS.,dana sehat dan tidak memahami manfaatnya.
Adapun diagnosa keperawatan yang berhubungan
pengaturan diet pada klien hipertensi adalah :
1) Ketidaktahuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu
penyebab terjadinya hipertensi adalah berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan cara pengaturaan diet yang benar.
2) Ketidak sanggupan keluarga memilih tindakan yang tepat
dalam pengaturan diet bagi penderita hipertensi berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet
yang benar.
3) Ketidakmampuan untuk penyediaan diet khusus bagi klien
hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
keluarga tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang
tepat.
4) Ketidakmampuan meenyediakan makanan rendah garam bagi
penderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung garam
5) Ketidaktahuan menggunakan manfaat tanaman obat keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahan tentang manfaat
tanaman obat tersebut.
B. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan
keperawatan yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi (Nasrul Effendi,1998)
Rencana tindakan dari masing –masing diagnosa keperawatan
khusus diet pada klien hipertensi adalah :
a. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu
penyebab terjadinya hipertensi berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang benar.
1) Tujuan
Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
2) Kriteria hasil
a).Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas
pengaturan diet bagi anggota kelurga yng menderita
hipertensi.
b) Keluarga dapat memahami danmampu mengambil tindakan
sesuai anjuran.
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang
benar bagi penderita hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga ,bagaiman
caranya menyediakan makan-makanan rendah garam bagi
penderita hipertensi .
4) Rasional
a) Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga
menimbulkan peresepsi yang negatip sehingga dapat
dijadikan motivasi untuk mengenal masalah khususnya
nutrisi untuk klieh hiperetensi
b) Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu menyajikan
makanan yang rendah garam.
b. Ketidak mampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur
diet terhadap anggota keluarga yang menderita hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
manfaat dari pengaturan diet
1) Tujuan
Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet
untuk klien hipertensi
2) Kriteria hasil
a) Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan
diet bagi klien hiperetensi
b) Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien
hipertensi
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat pengaturan
diet untuk klien hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada keluarga jenis untuk klien hipertensi.
4) Rasionalisasi
a) Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu
melaksanakan cara pengaturan diet untuk klien hipertensi
b) Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan untuk
penderita hipertensi.
b. Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi
penderita hipertensi berhubungan kurangnya pengetahuan tentang
cara pengolahan makanan dalam jumlah yang benar .
1) Tujuan
Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita
hipertensi.
2) Kriteria hasil
a) Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk
penderita hipertensi.
b) Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah yang
tepat bagi klien hipertensi.
3) Rencana tindakan
a) Beriakan penjelasan kepada klien dan keluarga cara
pengolahan makanan untuki klien hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah
makanan yang dikonsumsi oleh klien hipertensi.
c) Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk
memnbuat makanan dengan jumlah yang tepat.
4) Rasionalisasi.
a) Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien dan
keluarga dapat cara pengolahan makanan untuk klien
hipertensi.
b) Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan sesuai
yang dianjurkan.
c) Dengan diberikan contoh sederhana caara membuat
makanan dalam jumlah yang tepat kilen dan keluarga
mampu menjalankan /melaksanakaannya sendiri.
c. Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi
penderita hipertensi berhubungan dengan kurang pengetahuan dan
kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung garam.
1) Tujuan
Seluruh anggota keluarga membiasakan diri setiap hari
mengkonsumsi makanan yang rendah garam.
2) Kriteria hasil
a) Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan
yang rendah garam
b) Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan yang
banyak mengandung garam.
c) Klien dan keluarga mau berubah kebiasaan dari
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam.
3) Rencana tindakan.
a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh
garan terhadap klien hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makana yang
banyak mengandung garam.
c) Beri motivasi kepada klien dan keluarga bahwamereka
mampu untuk merubah kebiasaan yang kurang baik tersebut
yang didasari padea niat dan keinginan untuk merubah.
4) Rasional
a) Diharapkan klien dan keluarga memahami dan mengerti
tentang pengaruh garam terhadap klien hipertensi
b) Diharapkan klien dan keluarga dapat menghindari makanan
yang banyak mengandung garam.
c) Dengan diberi motivasi diharapkan klien dan kelarga mau
merubah sikapnya dari yang tidak sehat menjadi sehat
d. Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan tanaman obat
keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan guna dari
tanaman obat keluarga.
1) Tujuan
Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan sumber
tanaman obat keluarga.
2) Kriteria hasil
Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman obat yang
dapat membantu untuk pengobatan hipertensi
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat Toga.
b) Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan jenis
tumbuhan /tanaman yang dapat membantu menurunkan
tekanan darah
c) Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar berusaha
memiliki tanaman obat keluarga .
4) Rasional
a) Agar klien dan keluarga dapat memahami manfaat Toga.
b) Klien dan keluarga dapat mengetahui jenis tanaman yang
dapat menurunkan tekanan darah.
c) Dengan memiliki Toga sendiri klien dapat mengkonsumsi
tanaman obat tersebut kapan saja diperlukan.
C. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang
menderita hipertensi sesuai rencana yang telah disusun.
Pada peleksanaan asuhan keperawatan keluarga dapat
dilaksanakan antara lain :
a. Deteksi dini kasus baru.
b. Kerja sama lintas program dan lontas sektoral
c. Melakukan rujukan
d. Bimbingan dan penyuluhan (Pedoman Kerja Puskesmas, 1992)
D. Evaluasi
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan
tercapai (out put) dan penilaian selalu berkaitan dengan
tujuan.Evaluasi juga dapat meliputi penilaian input dan porses.
Evaluasi sebagai suatu proses yang dipusatkan pada
beberapa dimensi ;
a) Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil
dari tindakan keperawatan.
b) Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi), maka
dimensinya dapat dikaitkaan dengan biaya.,waktu,tenaga dan
bahan.
c) Kecocokan (Apprioriatenes) dari tindakan keperawatan adalah
kesanggupan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah.
d) Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan (Family
Healt Care, 1989).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga adalah perkumpulan dua orang atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan darah perkawinan atau adopsi,dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu sam lain.keluarga merupakan suatu
system,yaitu sebagai system mempunyai anggota yaitu ayah,ibu,dan anak
atau semua individu yang tinggal di dalam rumah langga,yang saling
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam konsep dasar keluarga terdapat berbagai macam struktur
keluarga,tipe keluarga,peran keluarga,fungsi keluarga serta tugas keluarga
di bidang kesehatan.
Hipertensi merupakan factor resiko, primer yang menyebabkan
penyakit jantung dan stroke. Hipertensi disebut juga sebagai The Shilent
Disease karena tidak ditemukan tanda-tanda fisik yang dapat dilihat.
Hipertensi yang tidak tekontrol akan menyebabkan kerusakan organ tubuh
seperti otak, ginjal, mata dan jantung serta kelumpuhan anggota gerak.
Namun kerusakan yang paling sering adalah gagal jantung dan stroke
serta gagal ginjal. Untuk mencegah komplikasi diatas sangat diperlukan
perawatan dan pengawasan yang baik. Banyak kasus penderita dan
kematian akibat penyakit kardiovaskuler dapat dicegah jika seorang
merubah perilaku kebiasaan yang kurang sehat dalam mengkonsumsi
makanan yang menyebabkan terjadinya hipertensi, selalu berolah raga
secara teratur serta merubah kebiasan hidup lainnya yang dapat mencetus
terjadinya penyakit hipertensi seperti merokok, minum-minuman
beralkohol. Adapun factor dietik dan kebiasaan makan yang
mempengaruhi tekanan daran yang meliputi, cara mempertahankan berat
badan ideal, natrium klorid, Kalium, Kalsium, Magnesium, lemak dan
alcohol.
B. Saran
Keluarga merupakan perkumpulan dua orang atau lebih yang saling
berinteraksi satu sama lain nya, di dalam keluarga selain pola dan tingkah
laku yang baik dan mentaati aturan-aturan dan tata tertib yang ada di
keluarga,kesehatan keluarga juga merupakan bagian yang sangat penting
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta kualitas
kehidupan dan meningkatkan usia harapan hidup,serta meningkatkan
kesejahteraan keluarga dan masyarakat secara umum.
Keluarga yang di jadikan unit pelayanan kesehatan adalah hal yang
sangat tepat, karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan satu
dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi,dengan demikian
diharapkan nantinya keluarga mampu menjalankan peran dan fungsinya
dalam melindungi keluuarga dan berbagai macam ancaman penyakit baik
penyakit yang sifanya menular atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin (2001). Dasar-dasar Keperawatan Profesional. Widya Medika.


Jakarta.

Alimul, Aziz (2006), Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan, Salemba Medika. Jakarta.

Alsagaf Hood (2005) . Dasar-dasar Ilmu Pnyakit Paru. Airlangga University.


Surabaya.

Asih, Niluh Gede Yasmin (2003). Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. EGC. Jakarta.

Bailon, S.G. dan Maglaya, A.S., (1997) Family Health Nursing: The Proces.
Philiphiness: UP College on Nursing Diliman.

Depkes RI (1998). Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Jakarta.


EGC.

Dongoes, Maryline E. (2000) . Penerapan Proses Keperawatan dan diagnosa


keperawatan. Edisi II. Jakarta.EGC.

Dr. Wendra Ali, 1996. Masalah hipertensi . Jakarta. Bhrata Karya Aksara

Dudut (2011). Dampak Psiko Pneumonia. http//www. Library USU. Tanggal 10


Juli Jam 15.30

Efendy, Nasrul (1995). Pegantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.


Efendy,Nasrul (1998). Dasar-dasar keperawatan Kesehatan Masyrakat.
Jakarta.EGC.

Friedman, Marylin M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Edisi 3.


Jakarta. EGC.

Gede Yasmin, (1993). Proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistim
kardiovasculer. Jakarta. EGC
Isti Handayaningsih, (2009). Dokumentasi Keperawatan Penerbit buku
Kedokteran. Jakarta. EGC.

Mansjoer, Arif (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta:


Media Aesculapius.

Nasrul Effendi, (1998). Dasar Keperawatan Kesehatan Komunitas. Edisi II.


enerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Sri Rahayu dkk, (2000). Nutrisi untuk klien hipertensi. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai