(NDPHMI)
Billahittaufiq Walhidayah
Wassala’mu Alaikum Wr. Wb
Oleh : Andito
KERANGKA UMUM REKONSTRUKSI
I. Latar Belakang
Pada awalnya, NDP adalah kertas kerja pengurus Himpunan
Mahasiswa Islam periode 1996 –1969. kertas kerja itu disusun oleh
Nurcholish Madjid. Saat itu, ia sedang menjabat ketua umum PB
HMI. Pembuatan konsep NDP ini, dikarenakan Cak Nur – panggilan
akrabnya – merasa iri dengan kaum muda Marx yang mempunyai
buku saku yang berisi ajaran Marxisme. NDP diilhami juga oleh
perjalanan Cak Nur ke luar negeri (atas undangan pemerintah
Amerika Serikat).
Nurcholish melihat, di kalangan mahasiswa Amerika Serikat
sedang bangkit gerakan New Left. Selama di luar negeri itulah (selain
AS, dia juga mengunjungi beberapa negara Timur Tengah), ia
melihat dan mempelajari gerakan kemahasiswaannya.
Pada mulanya NDP dimaksudkan sebagai buku saku kader
sekaligus sebagai ideologi HMI. Draft NDP, kemudian
dipresentasikan di forum kongres IX di malang Jawa Timur tahun
1969. diakui Cak Nur, bahwa pembuatan kertas kerja terburu-buru.
Kongres itu menghasilkan keputusan bahwa kertas kerja itu harus
disempurnakan. Maka ditunjuklah tiga orang untuk menyusunnya.
Mereka adalah Nurcholish Madjid, Endang Saefudin Anshari. (Alm)
dan Syakib Mahmud.
Kongres selanjutnya di Palembang Sumatera Selatan tahun
1971, NDP disahkan sebagai simplesitas ajaran Islam versi HMI atau
style pemahaman kader HMI terhadap ajaran Islam. NDP memuat
tujuh tema pokok, yaitu Dasar-dasar Kepercayaan, Pengertian-
pengertian Dasar tentang Kemanusiaan, Keharusan Universal
(takdir) dan Kebebasan Berusaha (ikhtiar), Ketuhanan yang
Mahaesa dan Perikemanusiaan, Individu dan Masyarakat, Keadilan
Sosial dan Keadilan Ekonomi, Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan.
Pertama kali dirumuskan NDP bernama Nilai-nilai Dasar
Perjuangan (NDP). Seiring dengan perjalanan waktu dan pemaksaan
struktural dari rezim orde baru, maka NDP berubah menjadi NIK –
tanpa merubah substansinya – pada kongres XVI di Padang
Sumatera Barat tahun 1986 sebagai implikasi dari perubahan azas
dalam anggaran dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) HMI.
Secara implisit perubahan nama NDP ke NIK dan penggantian azas
organisasi dari Islam menjadi pancasila adalah adanya reorientasi
gerakan HMI dari ideologis ke intelektualis (dari Struktural-
formalistik ke substansial kultural). Meskipun, kemudian setelah
bergulirnya reformasi dan runtuhnya rezim orde baru diubah
kembali menjadi NDP.
Dengan frame di atas, NDP diharapkan menjadi pertama,
substansi spirit ajaran Islam Khas HMI. Kedua, komposisi dan
formulasi ideal dan utuh dari makna iman, ilmu dan amal. Karena itu
NDP dapat dipahami sebagai sarana pokok dan utama untuk
mewujudkan kemanusiaan dan kemasyarakatan universal. Ketiga,
NDP adalah paham sekaligus keyakinan berpikir HMI yang dapat
menjadi landasan dan energi utama anggota HMI dalam
mewujudkan misinya. Keempat, NDP adalah landasan etis dan
normatif setiap kader HMI untuk mencapai tujuannya.
II. Landasan filosofis
Sebagai sebuah ideologi, NDP harus senantiasa dikritisi
untuk mendapatkan sebuah pandangan dunia (world-view) yang
lebih kokoh dan dinamis. Dari ideologi-lah perilaku penganut
muncul sebagai bentuk elaborasinya. Sebagai nilai dari etos yang
ada dan berkembang, ideologi sangat dipengaruhi oleh setting sosial
yang berkembang. Selama hampir 30 tahun, materi NDP tidak
mengalami perubahan padahal perkembangan paradigma berpikir
terjadi sangat pesat. Artinya, konsep yang telah ada harus dikaji
ulang dengan paradigma yang berkembang. Pada tataran filosofis,
objektivitas adalah acuan yang harus dikedepankan. Sehingga, ketika
konsep tadi irrelevan dengan perkembangan pemikiran yang ada,
maka mesti ada inisiatif untuk merekonstruksinya.
III. Landasan Teologis
Tidak ada sesuatupun di dunia yang harus dianggap sakral
dan final. Sebab pada tataran sosiologis, ruang manusia adalah
frame epistemologi. Mengkritisi dan melengkapi sesuatu adalah hal
yang normal dan alami selama untuk kebaikan dan menuju
kebenaran universal. NDP bukanlah revealed religion yang
mengandung kebenaran mutlak dan absolut. Minderisme dalam
konteks pengembangan peradaban manusia harus dihilangkan. Hal
ini akan mengakibatkan pengkultusan, truth claim, dan justifikasi
yang krusial.
NDP adalah hasil ijtihad sekelompok orang. Refleksi
terhadap doktrin adalah sah dan tidak dilarang, selama tidak
melanggar kaidah-kaidah yang ada. Sama halnya dengan dengan
adanya kewajiban-kewajiban bagi setiap orang untuk memperbaiki
interpretasi tersebut, selama ia mampu. Itu penting dilakukan untuk
menghindarei sakralisasi NDP sekaligus untuk membuktikan bahwa
doktrin Islam senantiasa aktual dan relevan menjawab tantangan
zaman.
IV. Landasan Konstitusional
Sebagai organisasi yang mengatasnamakan intelektual (pasal
5 Anggaran Dasar HMI) dan kaderisasi ( pasal 9 Anggaran Dasar
HMI), HMI mesti senantiasa bergerak sesuai dengan strenght yang
dituntut. AD/ART tidak mengharamkan perubahan apapun di dalam
organisasi. Tetapi justru mendorong untuk senantiasa kreatif dan
dinamis menemukan kebaikan dan kebenaran universal (pasal 6
Anggaran Dasar HMI).
V. Landasan Material
Materi NDP Cenderung Sulit dipahami, disebabkan oleh
beberapa kemungkinan, antara lain :
1. Materi memang sulit dipahami. Adalah hal wajar bila
kemudian tidak sembarang orang yang dapat
memahaminya. Bila demikian, terjadi kesenjangan antara
konseptor dengan kader yang lain, sehingga terkesan sakral
dan baku.
2. Dikerjakan oleh sebuah team, sehingga terjadi penumpukan
ide dan gaya bahasa dari masing masing personal.
3. Banyak kata, kalimat dan paragraf yang tidak jelas dan tidak
berhubungan dengan kata, kalimat dan paragraf lain.
Sistematika pembahasan menjadi tidak jelas. Akibatnya
kader dengan latar belakang intelektualnya, cenderung
melakukan interpretasi-interprtasi yang sangat mungkin
melahirkan pandangan berbeda.
4. Banyak kata, kalimat, dan paragraf yang tidak efektif secara
tematis kebahasaan.
VI. Langkah-langkah Rekonstruksi
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, langkah
langkah rekonstruksi yang mungkin dilakukan adalah :
1. Membiarkan kata, kalimat, dan paragraf dan tema yang
telah ada
2. Mengubah susunan kata, kalimat, paragraf dan tema yang
telah ada
3. Mengurangi, menyingkat, memotong, membuang kata,
kalimat, paragraf dan tema yang telah ada.
4. Menambah kata, kalimat, paragraf dan tema.
5. Mengoreksi beberapa konsep yang telah ada sesuai dengan
paradigma berpikir yang berkembang.
VII. Urgensi Rekonstruksi
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pada tataran
sosiologis tidak ada satupun sesuatu yang final, baku dan sakral.
Rekonstruksi bukanlah untuk kepentingan pragmatisme-hedonistik.
Namun lebih untuk menyentuh sisi-sisi yang sangat etis dan
normatif. Artinya pengembangan pola pemikiran yang marketable
dan aplicable adalah satu keharusan yang tidak bisa di tunda. Usaha
rekonstruksi Nilai Dasar Perjuangan (NDP) Himpunan Mahasiswa
Islam adalah bukti nyata kepedulian dan komitmen kader HMI
terhadap apa yang dicitakan oleh HMI sendiri. Oleh sebab itu, sudah
saatnya kita mencoba memperbaharui doktrin organisasi yang telah
bertahan sekitar tiga puluh tahun.
Beberapa kekurang NDP awal adalah :
a. Tema
Pertama, tema alam semesta tidak tereksplorasi secara
komprehensif. Ia ada dan disatukan dalam bab I tentang Dasar-dasar
Kepercayaan. Sehingga tidak utuh dan tidak otonom. Padahal alam
semesta adalah ciptaan Tuhan yang otonom. Selain itu juga alam
adalah wujud di luar manusia dan Tuhan. Maka pembahasan alam
semesta mesti tersendiri sebagai sesuatu yang mesti dipahami oleh
kader HMI secara integral.
Kedua, tema eskatologis yang merupakan satu paket
konsistensi dengan eksistensi Tuhan tidak terbahas secara luas dan
mendalam. Di dalam bab I (Dasar-dasar Kepercayaan), tidak
dijelaskan dengan alasan yang logis dan rasional. Artinya terjadi
emaskulasi kesatuan doktrin Islam. Tawaran grand tema eskatologis
bisa tersendiri ataupun tercakup di bab pertama.
Ketiga, tema kebudayaan dan peradaban belum terbahas
secara maksimal. Mestinya masalah ini tercantum baik secara
eksplisit ataupun implisit. Karena masalah in menyangkut seluruh
aktifitas, kreatifitas dan dinamika hidup manusia berdasarkan mitos
ataupun ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Keutuhan Paradigma Pembahasan
Pertama, adanya kekacauan paradigma yang digunakan,
seperti antara pendekatan filosofis dengan sosiologis. Ini terjadi di
dalam bab pertama sehingga mengaburkan tema dan pembahasan.
Kedua, kekurang lengkapan dan kurang sistematisnya
pembahasan satu grand tema. Alurnya cenderung loncat-loncat dan
dipaksakan seperti di dalam bab I (Dasar-dasar Kepercayaan) dan
bab V (Individu dan Masyarakat). Hal ini juga terjadi dalam Bab II
yang membahas Pengertian-pengertian Dasar tentang Kemanusiaan.
Selain itu ada pembahasan yang tidak jelas dari segi tema yang di
sodorkan seperti tercantum dalam bab VI (keadilan Sosial dan
Keadilan Ekonomi), Bab III (Keharusan Universal dan Kebebasan
Berusaha), bab IV (Ketuhanan Yang Maha Esa dan Perikemanusiaan).
Sedangkan pada bab VII (Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan)
terkesan sebagai bab terpisah, karena sangat tidak jelas
hubungannya.
Dengan pertimbangan di muka, maka bab-bab NDP yang
kami susun adalah sebagai berikut :