karena terserang encok dan pegal linu pegas tidak hanya dimanfaatkan di mobil
atau sepeda motor, tetapi pada semua kendaraan yang selalu kita gunakan.
Selengkapnya akan kita kupas tuntas pada akhir tulisan ini. Pegas merupakan salah
satu contoh benda elastis. Contoh benda elastis lainnya adalah karet mainan
(kalo karet pasti tahu ). Btw, elastis itu apa ya ? terus apa hubungan antara elastis
dan hukum Hooke ? Nah, sekarang bersiap-siaplah mari kita simak penjelasan berikut
ini
ELASTISITAS
Ketika dirimu menarik karet mainan sampai batas tertentu, karet tersebut bertambah
panjang. silahkan dicoba kalau tidak percaya. Jika tarikanmu dilepaskan, maka karet
akan kembali ke panjang semula. Demikian juga ketika dirimu merentangkan pegas,
pegas tersebut akan bertambah panjang. tetapi ketika dilepaskan, panjang pegas akan
kembali seperti semula. Apabila di laboratorium sekolah anda terdapat pegas, silahkan
melakukan pembuktian ini. Regangkan pegas tersebut dan ketika dilepaskan maka
panjang pegas akan kembali seperti semula. Mengapa demikian ? hal itu disebabkan
karena benda-benda tersebut memiliki sifat elastis. Elastis atau elastsisitas adalah
kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuk awalnya ketika gaya luar yang
diberikan pada benda tersebut dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada sebuah
benda yang elastis, maka bentuk benda tersebut berubah. Untuk pegas dan karet, yang
dimaksudkan dengan perubahan bentuk adalah pertambahan panjang.
Perlu anda ketahui bahwa gaya yang diberikan juga memiliki batas-batas tertentu.
Sebuah karet bisa putus jika gaya tarik yang diberikan sangat besar, melawati batas
elastisitasnya. Demikian juga sebuah pegas tidak akan kembali ke bentuk semula jika
diregangkan dengan gaya yang sangat besar. Jadi benda-benda elastis tersebut
memiliki batas elastisitas. Batas elastis itu apa ? lalu bagaimana kita bisa mengetahui
hubungan antara besarnya gaya yang diberikan dan perubahan panjang minimum
sebuah benda elastis agar benda tersebut bisa kembali ke bentuk semula ? untuk
menjawab pertanyaan ini, mari kita berkenalan dengan paman Hooke.
HUKUM HOOKE
Hukum Hooke pada Pegas
Misalnya kita tinjau pegas yang dipasang horisontal, di mana pada ujung pegas
tersebut dikaitkan sebuah benda bermassa m. Massa benda kita abaikan, demikian juga
dengan gaya gesekan, sehingga benda meluncur pada permukaan horisontal tanpa
hambatan. Terlebih dahulu kita tetapkan arah positif ke kanan dan arah negatif ke kiri.
Setiap pegas memiliki panjang alami, jika pada pegas tersebut tidak diberikan gaya.
Pada kedaan ini, benda yang dikaitkan pada ujung pegas berada dalam posisi
setimbang (lihat gambar a). Untuk semakin memudahkan pemahaman dirimu,sebaiknya
dilakukan juga percobaan.
Beri link lab maya rumbel
Sebaliknya, jika benda ditarik ke kiri sejauh -x, pegas juga memberikan gaya pemulih
untuk mengembalikan benda tersebut ke kanan sehingga benda kembali ke posisi
setimbang (gambar c).
Besar gaya pemulih F ternyata berbanding lurus dengan simpangan x dari pegas yang
direntangkan atau ditekan dari posisi setimbang (posisi setimbang ketika x = 0). Secara
matematis ditulis :
Persamaan ini sering dikenal sebagai persamaan pegas dan merupakan hukum hooke.
Hukum ini dicetuskan oleh paman Robert Hooke (1635-1703). k adalah konstanta dan x
adalah simpangan. Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya pemulih alias F mempunyai
arah berlawanan dengan simpangan x. Ketika kita menarik pegas ke kanan maka x
bernilai positif, tetapi arah F ke kiri (berlawanan arah dengan simpangan x). Sebaliknya
jika pegas ditekan, x berarah ke kiri (negatif), sedangkan gaya F bekerja ke kanan. Jadi
gaya F selalu bekeja berlawanan arah dengan arah simpangan x. k adalah konstanta
pegas. Konstanta pegas berkaitan dengan elastisitas sebuah pegas. Semakin besar
konstanta pegas (semakin kaku sebuah pegas), semakin besar gaya yang diperlukan
untuk menekan atau meregangkan pegas. Sebaliknya semakin elastis sebuah pegas
(semakin kecil konstanta pegas), semakin kecil gaya yang diperlukan untuk
meregangkan pegas. Untuk meregangkan pegas sejauh x, kita akan memberikan gaya
luar pada pegas, yang besarnya sama dengan F = +kx. Hasil eksperimen menunjukkan
bahwa x sebanding dengan gaya yang diberikan pada benda.
Pada benda bekerja gaya berat (berat = gaya gravitasi yang bekerja pada benda), yang
besarnya = mg dan arahnya menuju ke bawah (tegak lurus permukaan bumi). Akibat
adanya gaya berat, batang logam tersebut bertambah panjang sejauh ( delta L)
Jika besar pertambahan panjang (delta L) lebih kecil dibandingkan dengan panjang
batang logam, hasil eksperimen membuktikan bahwa pertambahan panjang ( delta L)
sebanding dengan gaya berat yang bekerja pada benda. Perbandingan ini dinyatakan
dengan persamaan :
Persamaan ini kadang disebut sebagai hukum Hooke. Kita juga bisa menggantikan gaya
berat dengan gaya tarik, seandainya pada ujung batang logam tersebut tidak
digantungkan beban.
Besarnya gaya yang diberikan pada benda memiliki batas-batas tertentu. Jika gaya
sangat besar maka regangan benda sangat besar sehingga akhirnya benda patah.
Hubungan antara gaya dan pertambahan panjang (atau simpangan pada pegas)
dinyatakan melalui grafik di bawah ini.
Jika sebuah benda diberikan gaya maka hukum Hooke hanya berlaku sepanjang daerah
elastis sampai pada titik yang menunjukkan batas hukum hooke. Jika benda diberikan
gaya hingga melewati batas hukum hooke dan mencapai batas elastisitas, maka
panjang benda akan kembali seperti semula jika gaya yang diberikan tidak
melewati batas elastisitas. tapi hukum Hooke tidak berlaku pada daerah antara batas
hukum hooke dan batas elastisitas. Jika benda diberikan gaya yang sangat besar hingga
melewati batas elastisitas, maka benda tersebut akan memasuki daerah plastis dan
ketika gaya dihilangkan, panjang benda tidak akan kembali seperti semula; benda
tersebut akan berubah bentuk secara tetap. Jika pertambahan panjang benda
mencapai titik patah, maka benda tersebut akan patah.
Berdasarkan persamaan hukum Hooke di atas, pertambahan panjang (delta L) suatu
benda bergantung pada besarnya gaya yang diberikan (F) dan materi penyusun dan
dimensi benda (dinyatakan dalam konstanta k). Benda yang dibentuk oleh materi yang
berbeda akan memiliki pertambahan panjang yang berbeda walaupun diberikan gaya
yang sama, misalnya tulang dan besi. Demikian juga, walaupun sebuah benda terbuat
dari materi yang sama (besi, misalnya), tetapi memiliki panjang dan luas penampang
yang berbeda maka benda tersebut akan mengalami pertambahan panjang yang
berbeda sekalipun diberikan gaya yang sama. Jika kita membandingkan batang yang
terbuat dari materi yang sama tetapi memiliki panjang dan luas penampang yang
berbeda, ketika diberikan gaya yang sama, besar pertambahan panjang sebanding
dengan panjang benda mula-mula dan berbanding terbalik dengan luas penampang.
Makin panjang suatu benda, makin besar besar pertambahan panjangnya, sebaliknya
semakin tebal benda, semakin kecil pertambahan panjangnya. Jika hubungan ini kita
rumuskan secara matematis, maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut :
Dah paham panjang mula-mula (Lo) dan luas penampang (A) ?... Lanjut ya …
Besar E bergantung pada benda (E merupakan sifat benda). Secara matematis akan
kita turunkan nanti… tuh di bawah
Pada persamaan ini tampak bahwa pertambahan panjang (delta L) sebanding dengan
hasil kali panjang benda mula-mula (Lo) dan Gaya per satuan Luas (F/A).
Tegangan
Gaya per satuan Luas disebut juga sebagai tegangan. Secara matematis ditulis :
Regangan
Regangan merupakan perbandingan antara perubahan panjang dengan panjang awal.
Secara matematis ditulis :
Di bawah ini adalah daftar modulus elastis dari berbagai jenis benda padat
Mari bermain karet. Bagaimana jika karet ditarik? Betul! bertambah panjang. Jika
gaya tarik dilepas? Kembali ke bentuk semula? Tentu jika gaya tarik tidak melebihi
batas elastisitas benda. Setiap benda mempunyai batas elastisitas (kelentingan)
tertentu. Sifat benda kembali ke bentuk semula jika gaya pada benda
dihilangkan disebut elastisitas.
Bagaimana dengan tanah liat jika diberi gaya tekan? Betul, tidak kembali ke bentuk
semula dinamakan benda tidak elastik (plastis).