Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan hasil home visit yang telah dilakukan di Klinik Nayaka mendatangi
keluarga Tn.Z. Dimana, Tn.Z dan istrinya Ny. N rutin berobat ke klinik Nayaka
A. Karakteristik Demografi keluarga
Tn.Z merupakan kepala keluarga yang bertampat tinggal di Jl. Angkatan 45
Lorong Pakjo Ilir Barat I. Dirumahnya Tn.Z dan istrinya tinggal bersama dua orang
anaknya yang belum menikah sedangkan 4 orang anak lainnya telah menikah dan
tidak tinggal bersama lagi sehingga bentuk keluarga Tn.Z adalah nuclear (Keluarga
inti).
B. Identitas Penderita

No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Penderita


(tahun) Klinik
1 Z Kepala L 66 SLTA Pensiunan Hipertensi
keluarga dan DM
2 N Istri P 60 SMA Ibu Rumah Hipertensi
Tangga dan Stroke
3 R Anak P 37 S1 PNS
4 F Anak P 17 SMA Pelajar

C. Penetapan Masalah Pasien


Pasien 1
Keluhan Utama : Saat ini Tn. Z mengeluh sering kesemutan ditangan.
Riwayat Penyakit Sekarang : Hipertensi Grade I dan diabetes mellitus tipe 2
Riwayat Penyakit Dahulu : Rhematoid arthritis dan dan pernah krisis hipertensi 2 tahun
yang lalu
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit

23
Riwayat Kebiasaan : Sewaktu muda sering mengkonsumsi rokok. Tetapi sekarang
sudah berhenti. Dahulu sering mengkonsumsi makanan
manis namun sekarang sudah dikurangi Untuk pola makan
banyak makan sayur.
Riwayat Sosial Ekonomi : Ekonomi baik menengah keatas. Tinggal bersama istri dan 2
(dua) anaknya. Setiap bulannya mendapatkan pemasukan
dari uang pensiunan dan menjual ikan dari hasil kolamnya.

Diagnosis Holistik
1. Aspek I (Individu) : Keluhan utama yang sering dirasakan yaitu merasa kebas
diujung jari. Tn.Z merasa khawatir terkena stroke seperti
istrinya
2. Aspek II (Klinik) : Diagnosis klinis untuk Tn. Z adalah hipertensi grade I dan
DM tipe 2 dengan hasil pemeriksaan tekanan darah saat ini
adalah 140/100 mmHg dan gula darah bulan lalu 307 mg/L.
3. Aspek III (Internal) : Pasien laki-laki berusia 66 tahun. Dahulu Tn.Z suka
mengkonsumsi makanan manis dan juga merokok. Tn.Z
jarang berolahraga.
4. Aspek IV (Eksternal) : Keluarga tidak mengingatkan untuk minum obat hipertensi.
Memiliki 6 orang anak yang terdiri dari 4 anak perempuan
dan 2 anak laki-laki. Hampir semua anak Tn. Z sudah
berkeluarga kecuali anak yang kelima dan anak bungsu.
Memiliki cucu sebanyak 7 (sebelas) orang. Tn.Z mengurus
istrinya yang terkena stroke.
5. Aspek V (Derajat : Pasien masih mampu untuk melakukan perawatan diri
Fungsional) (personal hygine), bekerja didalam dan diluar rumah
(Derajat I)

24
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Compos mentis
2. Tanda Vital :
 Denyut nadi : 80x/menit
 Laju pernapasan : 18x/menit
 Tekanan darah : 140/110 mmHg

Pasien 2
Keluhan utama : Keluhan utama yang membuat Ny. N menjadi
pasien di klinik Nayaka adalah pusing, tangan dan
wajah sebelah kanan sulit digerakkan
Riwayat Penyakit Sekarang : Hipertensi dan stroke.
Riwayat Penyakit Dahulu : kolesterolemia
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak terdapat penyakit serupa dalam keluarga
Riwayat Kebiasaan : Tidak pernah olahraga, untuk pola makan Ny. N
menghindari makan-makanan yang manis dan asin.
Lebih sering mengkonsumsi sayur dan buah-buahan
Riwayat Sosial Ekonomi : Ibu rumah tangga, tinggal bersama suami dan dua
orang anak.
Diagnosis Holistik
1. Aspek I (Individu) : Keluhan utama saat datang ke klinik Nayaka yaitu pusing.
Pasien berharap dengan mengunjungi dokter dapat
meringankan keluhan yang dirasakannya. Pasien khawatir
penyakitnya dapat memberat. Ny. N tidak dapat
menggerakan tangan sebelah kanan dan juga wajah sisi
kanan masih kaku sehingga beliau berharap agar dapat
membaik dan bergerak seperti dahulu lagi.

25
2. Aspek II (Klinik) : Diagnosis klinis untuk Ny. N adalah hipertensi dengan hasil
pemeriksaan tekanan darah saat kunjungan rumah 150/120
mmHg dan mempunyai riwayat stroke.
3. Aspek III (Internal) : Pasien berusia 60 tahun, riwayat keluarga yang mengalami
penyakit serupa tidak ada, jarang berolahraga
4. Aspek IV (Eksternal) : Sering lupa untuk meminum obat hipertensi. Dan dahulu
sebelum terkena stroke Ny.N harus mengurus orang tuanya
sehingga terkadang tidak memperhatikan kondisi dirinya.
5. Aspek V (Derajat : Pasien masih mampu untuk melakukan perawatan diri
Fungsional) (personal hygine), tetapi tidak mampu bekerja ringan
(Derajat 3)

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Compos mentis
2. Tanda Vital dan Status Gizi
Tanda Vital:

 Nadi : 97x/menit

 Pernapasan : 20x/menit

 Tensi : 150/120 mmHg

D. Fungsi Keluarga

Pasien 1

1) Fungsi Biologis
Tn. Z memiliki empat saudara, Tn.Z memiliki enak orang anak dan tujuh orang
cucu. Sekarang, Tn. Z tinggal bersama istri dan dua orang anaknya yang belum
menikah. Tn. Z masih mampu melakukan kegiatan sehari-hari.

26
2) Fungsi sosial
Tn. Z ramah, sopan, dan selalu berinteraksi terhadap orang sekitarnya.
3) Fungsi Psikologis
Hubungan antar keluarga harmonis. Ke 4 anak Tn. Z yang sudah tinggal
mandiri masih rutin berkunjung kerumah setiap minggu. Dan Tn.Z selalu
ditemani oleh anak-anaknya untuk kontrol ke klinik.
4) Fungsi Ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Kebutuhan sehari-hari tercukupi dari tunjungan pensiun Tn.Z dan Tn.Z juga
memiliki kolam ikan yang terkadang dijualnya kepada tetangga sekitar untuk
tambahan pendapatan.
5) Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi
Semenjak di diagnosis sakit hipertensi dan DM, Tn.Z mulai menghindari
makanan yang mengandung garam dan manis serta mengatur pola makannya.
Tn.Z juga rutin mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter.

Pasien 2
1) Fungsi Biologis
Ny. N memiliki dua saudara. Ny. N memiliki enam orang anak, yang mana
empat orang diantaranya telah menikah dan hidup terpisah. Ny. N tinggal
bersama suami dan dua orang anaknya yang membantu kegiatan rumah karena
Ny. N tidak mampu untuk melakukan kegiatan rumah secara maksimal.

2) Fungsi sosial
Pasien ramah dan sopan terhadap orang sekitarnya. Namun, sedikit kesulitan
dalam berkomunikasi dikarenakan stroke. Sehingga Ny.N sudah jarang
mengikuti kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat

3) Fungsi Psikologis
Hubungan Ny. N dengan keluarganya baik dan harmonis, saling mendukung
antar anggota keluarga, saling memperhatikan dan saling pengertian.

27
4) Fungsi Ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Kebutuhan sehari-hari tercukupi.
5) Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi
Semenjak terkena stroke Ny.N menjadi rutin untuk mengkonsumsi obat dan
menkontrol tekanan darahnya. Ny.N juga mengatur pola makannya dan
menghindari makanan yang berlemak dan mengandung garam. Namun, Ny. N
sudah tidak melakukan fisioterapi di rumah sakit lagi dikarenakan merasa tidak
ada perkembangan yang berarti.
E. Skor APGAR

Pasien 1

 Fungsi Keluarga (Fisiologis) – SKOR A-P-G-A-R

Sering/ Kadang- Jarang/


APGAR Ny. H
Selalu kadang Tdk

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi √
masalah

P Saya puas dengan cara keluarga


membahas dan membagi masalah dengan √
saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya


menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya


mengekspresikan kasih sayangnya dan √

28
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan



saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10 (Baik)

Pasien 2

Sering/ Kadang- Jarang/


APGAR Tn. Z
selalu kadang Tdk

A Saya puas bahwa saya dapat kembali


kekeluarga saya bila saya menghadapi √

masalah
P Saya puas dengan cara keluarga
membahas dan membagi masalah dengan √
saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya


menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya


mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan



saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10 (Baik)

29
F. Skor SCREEM

Pasien 1

Fungsi Keluarga (Patologis) – Skor S-C-R-E-E-M

Sumber Pathology Ket

Social Interaksi sosial yang baik antar anggota


keluarga juga dengan saudara partisipasi
+
mereka dalam masyarakat cukup
meskipun banyak keterbatasan.

Cultural Kepuasan atau kebanggan terhadap


budaya baik, hal ini dapat dilihat dari
pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga
maupun di lingkungan, banyak tradisi
+
budaya yang masih diikuti. Sering
mengikuti acara-acara yang bersifat
hajatan, sunatan, dll. Menggunakan
bahasa sopan dan tata krama.

Religius Pemahaman agama cukup. Sebelum sakit


penderita rutin belajar mengaji di sore hari
Agama menawarkan
di masjid dekat rumah. Namun, sekarang
pengalaman spiritual yang +
hanya dirumah saja
baik untuk ketenangan
individu yang tidak
didapatkan dari yang lain

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong


menengah ke atas, untuk kebutuhan +
primer sudah bisa terpenuhi.

30
Edukasi Pendidikan keluarga cukup memadai
dimana kedua lulusan SMA dan kedua
anak yang tinggal serumah masing- +
masing lulus S1 dan sedang dibangku
SMA

Medical Menggunakan BPJS kesehatan dan rutin


melakukan kontrol di klinik Nayaka setiap +
obat ang diberikan habis

Keterangan: fungsi patologis Tn. ABH tidak ada yang terganggu.

Pasien 2

Sumber Pathology Ket

Social Interaksi sosial yang baik antar anggota


keluarga juga meskipun banyak
keterbatasan khususnya kemampuan +
untuk berkomunikasi keluarga juga terus
mendukung untuk melakukan pengobatan

Cultural Merasa sulit untuk bergaul dengan


masyarakat sekitar sehingga jarang
bergaul keluar rumah dan jarang
-
mengikuti acara undangan seperti hajatan
karena merasa tidak mampu lagi untuk
mengikuti acara seperti itu.

Religius Pemahaman agama cukup.


+
Agama menawarkan
pengalaman spiritual yang

31
baik untuk ketenangan
+individu yang tidak
didapatkan dari yang lain

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong


menengah ke atas, untuk kebutuhan +
primer sudah bisa terpenuhi.

Edukasi Pendidikan keluarga cukup memadai


dimana kedua lulusan SMA dan kedua
anak yang tinggal serumah masing- +
masing lulus S1 dan sedang dibangku
SMA

Medical Menggunakan BPJS kesehatan dan rutin


melakukan kontrol di klinik Nayaka setiap
+
obat yang diberikan habis serta melakukan
terapi berbicara di rumah sakit

Keterangan: Dalam keluarga pasien (Ny. N) ditemukan hanya satu fungsi patologis
yaitu culture. Pasien sejak lima bulan terakhir sudah jarang mengikuti acara undangan
seperti hajatan karena merasa tidak mampu lagi untuk mengikuti acara seperti itu.

32
G. Struktur Keluarga (Genogram)

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien 1 ( Tn. Z 66th)

: Pasien 2 (Ny. N 60th)

: Laki-laki meninggal

: Perempuan meninggal

33
H. Sketsa Rumah Pasien I dan II

Lantai 1 Lantai 2

Ukuran : 500 m
Ruang tamu : 1 ruang
Ruang keluarga : 1 ruang
Kamar tidur : 5 kamar
Kamar mandi/WC : 3 kamar mandi
Dapur : 1 ruang
Dinding rumah : tembok beton
Ventilasi : ada dan baik
Lantai rumah : keramik
Tempat pembuangan sampah : ada
Sumber air : air PDAM
Septik tank : ada, disamping kanan rumah dan tertutup

34
I. Daftar Masalah
Pasien 1
Masalah Aktif : Hipertensi dan Diabetes Melitus
Masalah Non-aktif : Jarang berolahraga, sewaktu muda merupakan perokok
ringan dan dan baru beberapa bulan ini rutin mengkonsumsi
obat diabetes

Pasien 2
Masalah Aktif : Hipertensi dan Stroke
Masalah Non-aktif : Kesulitan dalam berkomunikasi dan tangan kanan tidak
dapat digerakkan

J. Kesimpulan Dan Saran


Pasien 1
Kesimpulan
1. Segi biologis : Tn. Z menderita penyakit hipertensi grade I dan diabetes
melitus
2. Segi psikologis : hubungan antar keluarga harmonis
3. Segi sosial : Tn. Z ramah, sopan, dan sering berinteraksi terhadap orang
sekitarnya.

Saran
1. Promotif : memberikan edukasi pentingnya minum obat secara rutin bagi
pasien hipertensi dan diabetes melitus, edukasi pengetahuan tentang hipertensi dan
diabetes melitus.
2. Preventif : memberikan edukasi diet rendah garam, diet rendah lemak.

35
3. Kuratif : minum obat oral secara teratur. Adapun obat oral yang diresepkan
untuk Tn. Z adalah: amlodipine, metformin, neurodex.

Pasien 2
Kesimpulan
1. Segi biologis : Ny. N menderita penyakit Hipertensi dan Stroke.
2. Segi psikologis : Hubungan antar keluarga harmonis.
3. Segi sosial : Pasien ramah dan sopan terhadap orang sekitarnya walaupun
sulit untuk berkomunikasi
Saran
1. Promotif : Memberikan edukasi pentingnya minum obat secara rutin
2. Preventif : Mengurangi makanan yang berlemak, berkolestrol tinggi, dan
yang banyak mengandung garam.
3. Kuratif : Minum obat secara teratur.
4. Rehabilitatif : Sebaiknya, Ny.N mengikuti terapi rehabilitatif di rumah sakit
untuk memperaiki dari kekakuan pada wajah dan tangan kanannya.

4.2. Pembahasan
A. Identifikasi Masalah Kesehatan Pasien
Pada kegiatan TPP ini, Pihak Nayaka memberikan izin untuk
dilakukannya home visit kepada pasien Tn.Z yang rutin berobat di Klinik
Nayaka bersama istrinya Ny.N. Tn.Z bertempat tingga di Jl. Angkatan 45 Lorok
Pakjo Ilir Barat I, Palembang.
Tn.Z berusia 66 tahun menderita hipertensi grade 1 sejak 2 tahun yang
lalu dan istrinya Ny.N menderita hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Dengan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi ditandai oleh peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada pemeriksaan berulang (PERKI,2015). Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

36
(JNC) 7 mengklasifikasikan hipertensi ke dalam beberapa kategori seperti pada
tabel berikut (Chobania et al, 2003);

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 7


Sistole Diastole
Klasifikasi (dalam (dalam
mmHg) mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Derajat 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Derajat 2 ≥160 Atau ≥100

Pada Tn.Z saat kunjungan rumah memiliki TD 140/100 mmHg


sehingga masuk kedalam kategori hipertensi derajat 1. Untuk mengobati
tekanan darahnya diberikan amlodipin 1 x 5 mg. Sekitar 2 tahun yang lalu Tn.Z
pernah didiagnosis krisis hipertensi dengan tekanan darah 190/110 mmHg.
Sekitar satu persen dari penderita hipertensi dapat mengalami krisis hipertensi,
yakni terjadinya peningkatan tekanan darah tiba – tiba dengan atau tanpa
disertai kerusakan/ancaman kerusakan organ target. Krisis hipertensi biasanya
ditandai dengan peningkatan tekanan darah diastolik yang melebihi 120 hingga
130 mmHg dan tekanan sistolik mencapai 200 hingga 220 mmHg (Majid,
2004).
Tn.Z juga pernah didiagnosa mengalami DM sejak tahun 1994 namun
tidak berobat hanya mengkonsumsi obat herbal, hingga kurang lebih satu bulan
yang lalu mengeluh sering kebas pada ujung-ujung jari sehingga dokter
memberikan obat diabetes yaitu metformin 2x50mg dan vitamin berupa
neurodex. Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang
memiliki karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Purnamasari,2014). Keadaan
Hiperglikemi kronis ini dapat menyebabkan kerusakan mikrovaskuler salah
satunya adalah neuropati deiabetik. Neuropati diabetik terjadi akibat

37
penumpukan sorbitol pada sel schwann dan neuron yang menyebabkan
gangguan konduksi saraf. Manifestasinya adalah adanya nyeri, parestesia,
berkurangnya sensasi getar dan proprioseptik, dan gangguan motorik yang
disertai hilangnya reflek tendon dalam, kelemahan otot dan atrofi (Price dan
Wilson,2005).
Tn.Z dahulu sering mengkonsumsi makanan manis. Tn.Z juga mengaku
jarang berolahraga dan juga merokok walupun sekarang sudah berhenti. Untuk
riwayat keluarga Tn.Z merupakan empat bersaudara, memiliki 6 orang anak
dan 7 orang cucu. Tn. Z mengaku dikeluarganya tidak ada yang mengalim
penyakit serupa hanya istrinya saja yang juga memiliki Hipertensi. Hipertensi
memiliki berbagai faktor risiko yang memiliki keterkaitan erat dengan onset
terjadinya penyakit tersebut. Berbagai faktor risiko hipertensi meliputi genetik,
ras, usia, jenis kelamin, merokok, obesitas, kafein, dan natrium, serta stress
psikologis (Ratnaningtyas,2011).
Ny. N yang berusia 60 tahun memiliki hipertensi dan terkena stroke 7
tahun yang lalu. Ny. N sebelum terkena stroke mengaku mempunyai pola hidup
yang buruk. Dimana, beliau jarang mengkonsumsi obat dan tidak pernah
berolahraga. Ny.N terkena stroke saat sedang mengurus orang tuanya yang
sakit sehingga kelelahan dan tiba-tiba mengalami kelemahan pada tubuh bagian
kanan. Menurut Geyer (2009) stroke adalah sindrom klinis yang ditandai
dengan berkembangnya tiba-tiba defisit neurologis persisten fokus sekunder
terhadap peristiwa pembuluh darah. Faktor resiko stroke dapat dibagi menjadi
tidak dapat dimodifiksi dan dapat dimodifikasi. Tidak dapat dimodifikasi,
meliputi: usia, jenis kelamin, herediter, ras/etnik. Dapat dimodifikasi, meliputi:
riwayat stroke, hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, Transient
Ischemic Attack (TIA), hiperkolesterol, obesitas, merokok, alkoholik,
hiperurisemia, peninggian hematokrit (Mansjoer, 2000).
Empat orang anak Tn.Z dan Ny.N yang sudah berkeluarga tidak tinggal
bersama lagi akan tetapi meraka tetap rutin untuk mengunjungi Tn.Z dan Ny.N

38
sekali seminggu dan juga rutin menemani Tn.Z dan Ny.N untuk berobat dan
selalu mengingatkan Tn.Z dan Ny.N untuk mengonsusi obat secara teratur.
Hal ini sesuai dengan teori, sebagai dokter keluarga untuk menegakkan
diagnosis holistik, memerlukan 5 aspek, yaitu:

Aspek 1 (Aspek Individu) keluhan utama, harapan,


kekhawatiran pasien ketika datang.
Aspek 2 (Aspek Klinik) diagnosis klinis dan diagnosis
bandingnya
Aspek 3 (Aspek Internal) faktor internal pasien yg memicu
penyakit/masalah kesehatannya,
(misalnya usia, perilaku kesehatan,
persepsi kesehatan, dsb)
Aspek 4 (Aspek Eksternal) Keadaan keluarga, lingkungan
psikososial & ekonomi keluarga,
keadaan lingkungan rumah &
pekerjaan yg memicu atau menjadi
hazsard pada penyakit/masalah ini
atau kemungkinan dapat menghambat
penatalaksanaan penyakit/massalah
kesehatan yang ada.
Aspek 5 (Aspek Fungsional) dokter menilai derajat fungsional
pasien pada saat ini.

39
B. Identifikasi Fungsi Keluarga Terhadap Pasien
Fungsi fisiologis keluarga dilihat dari skor APGAR Tn.Z dan Ny.N
keduanya baik (skor APGAR 10). Dimana, hal ini juga dapat dilihat dari anak-
anak Tn.Z dan Ny.N masih rutin mengunjungi rumah orang tua mereka dan
selalu memberi dukungan kepasa Tn.Z dan Ny.N untuk melakukan pengobatan.

Menurut teori, pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya.


Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memandang pasien sebagai
bagian dari keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat
mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kesehatan pasien
(Prasetyawati, 2010).
Untuk skor SCREEM sendiri pada Tn.Z seluruh aspek yang dinilai dalam
kategori baik. Dimana , Tn.Z merupakan pribadi yang ramah dan mudah
bergaul. Beliau juga masih aktif mengikuti kegiataan sosial yang diadakan
dilingkungan sekitar rumah. Tn.Z juga masih menjaga komunikasi antar sesama
rekan kerjanya terdahulu. Untuk skor SCREEM Ny.N sedikit terganggu
dibidang Culture dikarenakan kesulitan berkomunikasi Ny.N paskastroke.
Akan tetapi, Ny.N tidak merasa sedih akan keterbatasannya dikarenkan adanya
dukungan dari keluarganya sehingga Ny.N tetap semangat untuk menjalani
pengobatan.

C. Identifikasi Keadaan Rumah dan Lingkungan Pasien


Untuk keadaan rumah Tn.Z dan Ny.N sangat baik dimana rumah ditata
dengan rapi dan bersih. Dinding rumah terbuat dari beton dan lantai seluruhnya
sudah dikeramik. Ventilasi udara juga sangat baik dimana udara dan cahaya
dapat masuk kedalam rumah. Di belakang rumah juga terdapat kolam ikan yang
selalu dirawat sehingga bebas dari jentik-jentik nyamuk.
Menurut teori, lingkungan adalah sesuatu yang ada diluar host (pejamu)
baik benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang
terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen termasuk host yang lain.
Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh

40
besar pada status kesehatan penghuninya. Rumah sehat merupakan salah satu
sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh
rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan
(Suparto, 2015).

D. Cara Penanganan Masalah Pasien dan Keluarga


Penatalaksanaan secara komprehensif terhadap penyakit pasien home visit
di Klinik Nayaka yaitu berupa upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Upaya promotif yang dilakukan adalah memberikan edukasi
pentingnya minum obat secara rutin. Upaya preventif yang dilakukan berupa
pengaturan diet mengurangi makanan yang berlemak, berkolestrol tinggi, dan
yang banyak mengandung garam. Upaya kuratif yang diberikan sesuai
dengan keluhan pada pasien, Tn.Z adalah amlodipin, neurodex, dan metformin
sedangkan pada pasien II, Ny.N adalah amlodipine dan neurodex. Upaya
rehabilitatif khususnya untuk Ny.N dimana saat ini Ny.N tidak mengikuti
fisioterapi pasca stroke. Fisioterapi akan membantu pasien stroke
mengembalikan fungsi fisik mereka dalam berbagai aspek, mengajarkan
perawatan yang benar kepada pasien dan anggota keluarganya, dan melatih
serta mencegah komplikasi agar pasien bisa mendapatkan kemampuan mandiri
terbaiknya.

41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Pada Home visit didapatkan Tn.Z yang menderita hipertensi dan diabetes
melitus serta istrinya Ny.N yang menderita hipertensi dan stroke.
2. Masalah pasien yang didapat sesuai dengan diagnostik holistik yang yang
terdiri dari 5 aspek. Yaitu aspek individu, aspek klinis, aspek, internal,
aspek eksternal, dan fungsi fungsional. Tn.Z dan Ny.N memiliki masalah
diaspek internal berkaitan dengan usia yang sudah tua dan juga pola hidup
terdahulu yang kurang sehat.
3. Peranan keluarga memiliki pengaruh terhadap penyakit Tn.Z dan Ny.N
dimana mereka mengaku menjadi semangat untuk berobat dan menjalani
pola hidup sehat dikarenakan dukungan oleh anak-anaknya. Untuk funsi
APGAR Tn.Z dan Ny.N memiliki skor 10 yaitu sangat baik. Dan SCREEM
untuk Tn.Z baik sedangkan Ny.N mengalami keterbatasan dalam culture
dikarenakan sulit berkomunikasi pascastroke
4. Penatalaksanaan secara komprehensif terhadap penyakit pasien home visit
di Klinik Nayaka yaitu berupa upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Promotif berupa edukasi tentang minum obat secara teratur,
preventif berupa mengatur pola makan. Kuratif yaitu pemberian oabt-
obatan dan rehabilitatif berupa kontrol teratur di klinik Nayaka.

42
5.2 Saran
I. Bagi Pasien
Pasein hendaknya lebih memperhatikan kesehatannya, menjaga
pola hidup sehat, rutin berolahraga dan rutin melakukan kontrol akan
perkembangan penyakitnya.

II. Bagi Klinik


Klinik tetap melanjutkan kegiatan yang dilakukan sekarang dalam
memperhatikan pasien sehingga kondisi kesehatan pasien bisa lebih
baik lagi.

43
DAFTAR PUSTAKA

Abrori. 2010. Perbedaan antara Dokter dan Dokter Keluarga. http://unila.ac.id. Diakses
pada tanggal 23 November 2018.
Anggraini, M. T., Novitasari, A., & Setiawan, M. R. (2015). Buku Ajar Kedokteran
Keluarga. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
https://doi.org/10.1109/ICSIP.2014.12

Azwar dan Trihono. 2000. Puskesmas Peduli Keluarga. Disampaikan pada Semiloka
Penerapan Pendekatan Kesehatan Keluarga di Puskesmas. Semarang
Azwar, A. 1999. Pemanfaatan Dokter Keluarga dalam Pelayanan Kesehatan Indonesia.
Disampaikan pada Semiloka Standarisasi Pelayanan dan Pelatihan Dokter
Keluarga. Jakarta : PB IDI.
Basavanthappa, B. (2011). Essential of Mental Health Nursing (1st ed.). India: Jaypee
Brother Medical Publisher.
Chobania et al. 2003. Complete Report : The Seventh Report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure. Journal of America Heart Association, 42. 1206-1252.
http://hyper.ahajournals.org/content/42/6/1206

Ikatan Dokter Indonesia. 1982. Dokter Keluarga. Jakarta: IDI.

Kurniawan, H. 2015. Dokter di Layanan Primer dengan Pendekatan Kedokteran


Keluarga dalam Sistem Pelayanan Kesehatan. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala
Volume 15 Nomor 2 Agustus 2015.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/download/3263/3074

Lao, F.L., et al. 2000, Asia Pacific Journal of Family Medicine Volume 5 Issue 1:
FOCUS ON FAMILY , http://www.apfmj.com/afm5_1/index.htm ,

44
Mahamba, N. D. (2009). Factors Influencing Relaps of Psychiatric Patients in Rural
Communities of the Eastern Cape Province. Eastern Cape Province: University
of South Africa.

McDaniel, S., Campbell, T.L., Hepworth,J., & Lorenz, A. (2005). Family - Oriented
Primary Care (2nd Ed.). NewYork: Springer (page 42)

Murti, 2011. Keterampilan Kedokteran Keluarga: Kunjungan Pasien di Rumah ( Home


Visit). Di unduh dari http://fk.uns.ac.id/static/file/Home_Visit_2011.pdf
(Diakses pada 23 November 2018).

PDKI (Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia). 2006. Peran Dokter Keluarga di


Ranah. Pelayanan Primer. Disampaikan pada Perhimpunan Dokter Keluarga
Jambi.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI). 2015. Pedoman


Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskuler (Ed. 1). Jakarta. 1- 4

Prasetyawati, A.E. 2010. Kedokteran Keluarga. Rineka Cipta : Jakarta.

Pratiwi, L., Yesi Hasneli,& Juniar Ernawaty. 2015. Pengaruh Teknik Relaksasi Benson
dan Murottal Al-Qur’an terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi
Primer. JOM Vol 2 No 2. 1212-1220.
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/view/8286/7956

Price, S. dan Wilson, L. (2005). Pathophysiology. 6th ed. New York: MacGraw-Hill
Book Company, pp.1268-1272.

Ratnaningtyas, Y., Wahyu Djatmiko. 2011. Hubungan Kepribadian Tipe D Dengan


Kejadian Hipertensi Di Rsud Prof. Dr. Margono Soekardjo. Mandala of Health.
5(2). 52-56. http://fk.unsoed.ac.id/

Tim Field Lab FK UNS. 2012. Keterampilan Kedokteran Keluarga: Kunjungan Pasien
di Rumah (Home Visit). Surakarta: FK UNS

45
World Health Organization. (2018). Constitution of WHO: principles. [online]
Tersedia di: https://www.who.int/about/mission/en/ [Diakses 23 Nov. 2018].

World Health Organization. The World Health Report 2008: Primary health care
(now more than ever). 2014.

World Organization of National Colleges, Academies and Academic Associatons of


General Practitioner or Family Physicia (WONCA).1991. Making Medical
Practice and Education More Relevant to People’s Needs: The Role of Family
Doctor

46

Anda mungkin juga menyukai