Pembimbing:
Dr. Raphael, Sp.An
Disusun Oleh:
Aji Isra’ Saputra ( 08-123 )
1
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkah dan
anugrahnya saya dapat menyelesaikan referat ini. Referat ini berjudul Persiapan Pre Anestesi.
Tujuan utama pembuatan referat ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai persiapan-
persiapan pre Anestesi. Serta melengkapi syarat dalam menempuh program pendidikan profesi
dokter di bagian Ilmu Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing,
Dr. Raphael Sp.An selaku konsulen ilmu Anestesi yang telah memberikan bimbingan dalam
proses penyelesaian karya tulis ini, juga untuk dukungannya baik dalam bentuk moril maupun
dalam mencari referensi yang lebih baik.
Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang berada
dalam satu kelompok kepaniteraan yang sama, atas dukungan dan bantuan mereka selama
menjalani kepaniteraan ini.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan oleh penulis demi kebaikan karya tulis yang akan datang.
Penyusun
BAB I. PENDAHULUAN
3
DEFINISI
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi,
kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit
ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada
tubuh.
Anastesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan meliputi
pemberian anastesi maupun analgetik, pengawasan keselamatan pasien di operasi maupun
tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien gawat, pemberian terapi
inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun.
Pengelolaan anestesi pada pasien diawali dengan persiapan preoperatif psikologis, dan bila
perlu, pengobatan preoperatif. Beberapa macam obat dapat diberikan sebelum dimulainya
operasi.Obat-obatan tersebut disesuaikan pada setiap pasien. Seorang ahli anestesi harus
menyadari pentingnya mental dan kondisi fisik selama visite preoperatif. Sebab hal tersebut akan
berpengaruh pada obat-obatan preanestesi, tehnik yang digunakan, dan keahlian seorang ahli
anestesi. Persiapan yang buruk akan berakibat pada berbagai permasalahan dan ketidaksesuaian
setelah operasi.
Kebutuhan premedikasi bagi masing-masing pasien dapat berbeda. Rasa takut dan nyeri
harus diperhatikan betul pada kunjungan pra-anestasi. Dengan memberikan rasa simpati dan
pengertian kepada pasien tentang masalah yang dihadapi, maka pasien dapat dibantu dalam
menghadapi rasa sakit dan khawatir menghadapi operasi.
Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan meliputi
pemberian anastesi maupun analgetik, pengawasan keselamatan pasien di operasi maupun
tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien gawat, pemberian terapi
inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun.
Anestesi menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit, namun obat anestasi
umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga menghilangkan kesadaran.
Obat-obatan yang menyebabkan anastesia bekerja dengan menghalangi (blok) sinyal-
sinyal yang lewat di sepanjang serabut saraf hingga ke otak. Ketika obat-obatan itu dihentikan
(penggunaannya), kamu akan mulai merasakan sensasi-sensasi kembali, termasuk rasa nyeri.
Trias anestesi:
1. hipnotik
2. analgesik
4
3. relaksasi
STADIUM ANESTESI
Guedel (1920) membagi anestesi umum dengan eter dalam 4 stadium (stadium III dibagi menjadi
4 plana), yaitu:
a. Stadium I (analgesi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya kesadaran.
Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat analgesi (hilangnya rasa
sakit). Tindakan pembedahan ringan, seperti pencabutan gigi dan biopsi kelenjar dapat
dilakukan pada stadium ini
c. Stadium III (pembedahan) dimulai dengan tcraturnya pernapasan sampai pernapasan spontan
hilang. Stadium III dibagi menjadi 4 plana yaitu:
1. Plana 1 : Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut seimbang, terjadi gerakan bola
mata yang tidak menurut kehendak, pupil midriasis, refleks cahaya ada, lakrimasi
meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada, dan belum tercapai relaksasi otot lurik
yang sempurna. (tonus otot mulai menurun).
3. Plana 3 : Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis, lakrimasi
tidak ada, pupil midriasis dan sentral, refleks laring dan peritoneum tidak ada, relaksasi
otot lurik hampir sempuma (tonus otot semakin menurun).
4. Plana 4 : Pernapasan tidak teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis total, pupil
sangat midriasis, refleks cahaya hilang, refleks sfmgter ani dan kelenjar air mata tidak
ada, relaksasi otot lurik sempuma (tonus otot sangat menurun).
5
BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
6
- Laringoskop (terdiri atas holder dan blade. Pilih blade yang nomor 3 untuk pasien dewasa
dengan ukuran sedang bila lebih besar pakai ukuran 4, untuk anak gunakan ukuran
nomor 2. Jangan lupa untuk memeriksa lampunya apakah nyalanya cukup terang)
- Endotracheal 3 ukuran (biasanya kita menyiapkan nomor 6, 6.5, 7)
Untuk anak dengan BB di bawah 20 kg, ukuran ET digunakan rumus sebagai berikut:
(umur +2) / 2. misal hasilnya adalah 5 maka siapkan ukuran 4.5, 5, dan 5.5
Jangan lupa mencek ET dengan memompanya
- Cuff (gunanya untuk memompa ET agar posisinya terfiksir)
- Goedel 3 ukuran (3=hijau, 4 =kuning, 5=merah)
- Hoarness dan Ring Hoarness (untuk memfiksir masker di wajah)
- Stilet (kawat guide saluran nafas)
- Jackson Rees (system pemompaan digunakan untuk pasien anak-anak)
- Jelly
- Precordial
- Kapas alkohol
- Plester
- Xilocain pump
- Naso (buat di hidung. Tidak selalu digunakan.. hanya pada keadaan tertentu)
1. Sulfas Atropin
2. Pethidin
3. Propofol/ Recofol
4. Succinil Cholin
5. Tramus
6. Sulfas Atropin
7. Efedrin
7
Obat untuk Anestesi Spinal:
1. Atropin
2. Efedrin
3. Ranitidin
4. Ketorolac
5. Metoklorpamid
6. Aminofilin
7. Asam Traneksamat
8. Adrenalin
9. Kalmethason
10. furosemid (harus ada untuk pasien urologi)
11. lidocain
12. gentamicyn salep mata
13. Oxitocyn (untuk pasien obsgyn)
14. Methergin (untuk pasien obsgyn)
15. Adrenalin
Administrasi
1. Laporan Anestesi
2. BAKHP
A. Mesin Anestesi
- cek apakah halotan/isofluran dalam keadaan terisi penuh bila tidak, lakukan pengisian
- pasang kabel mesin dan nyalakan
- pasang pipa oksigen dan N2O
- cek pompa oksigen, apakah dapat terpompa
- cek apakah pipa pembuangan gas sudah terpasang dan terbuang di tempat yang tepat
8
hal-hal yang penting diketahui:
- aliran oksigen ada dua jalur, jangan sampai salah memilih jalurnya. Ada jalur untuk
masker dan ada jalur untuk nasal
- pembuangan udara akan melalui sodalime (batu-batu) yang berfungsi mengikat CO2.
laporkan bila sodalime sudah berubah warna sangat tua)
- monitor mesin penting untuk mengetahui keadaan nafas pasien kita. Minta ajarkan penata
bagaimana membacanya.
- Alat pengatur respirasi dari spontan ke control
B. Monitor Anestesi
Pastikan minimal terpasang tensi dan saturasi
C. Suction
Cek apakah suction bekerja dengan baik
E. Bantal
9
PERSIAPAN PRE ANESTESI
Anamnesis
- Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya.
- Riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler, TB, asma)
- Pemakaian obat tertentu, seperti antidiabetik, antikoagulan, kortikosteroid, antihipertensi
secara teratur. Dua obat terakhir harus diteruskan selama operasi dan anestesi, sedangkan
obat yang lain harus dimodifikasi.
- Riwayat diet (kapan makan atau minum terakhir. jelaskan perlunya puasa sebelum
operasi)
- Pengunaan gigi palsu pada pasien harus ditanyakan
- Kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau obat-obatan)
- Riwayat penyakit keluarga
Pemeriksaan Fisik
berpatokan pada B6:
1. Breath
Keadaan jalan nafas, bentuk pipi dan dagu, mulut dan gigi, lidah dan tonsil. Apakah jalan
nafas mudah tersumbat? Apakah intubasi akan sulit? Apakah pasien ompong atau
menggunakan gigi palsu atau mempunyai rahang yang kecil yang akan mempersulit
laringoskopi? Apakah ada gangguan membuka mulut atau kekakuan leher? Apakah ada
pembengkakan abnormal pada leher yang mendorong saluran nafas bagian atas?
Tentukan pula frekuensi nafas, tipe napas apakah cuping hidung, abdominal atau torakal,
apakah terdapat nafas dengan bantuan otot pernapasan (retraksi kosta). Nilai pula keberadaan
ronki, wheezing, dan suara nafas tambahan (stridor).
10
2. Blood
Tekanan nadi, pengisian nadi, tekanan darah, perfusi perifer. Nilai syok atau perdarahan.
Lakukan pemeriksaan jantung
3. Brain
GCS. adakah kelumpuhan saraf atau kelainan neurologist. Tanda-tanda TIK
4. Bladder
Produksi urin. pemeriksaan faal ginjal
5. Bowel
Pembesaran hepar. Bising usus dan peristaltik usus. cairan bebas dalam perut atau massa
abdominal?
6. Bone
Kaku kuduk atau patah tulang? Periksa bentuk leher dan tubuh. klainan tulang belakang?
11
Pada pasien hipertensi, terapi antihipertensi harus diteruskan sepanjang operasi. Bahaya
hipertensi balik dengan resiko gangguan kardiovaskular setelah penghentian obat jauh
lebih berat diandingkan dengan resiko karena meneruskan terapi.
Penyakit Pernafasan
Penyakit saluran nafas dan paru-paru mempengaruhi oksigenasi, eliminasi
karbondioksida, ambilan gas-gas inhalasi dan meningkatkan insidens infeksi
pascaoperasi.
Bronkospasme berat yang mengancam jiwa kadang-kadang timbul pada pasien asma atau
pecandu nikotin.
Penundaan operasi elektif pada pasien yang menderita infeksi saluran nafas atas karena
efek obat sedative dan atropine, dan penurunan respons imunologi yang terjadi karena
anestesi umum dapat meningkatkan resiko infeksi dada pascaoperasi
Diabetes Mellitus
hampir semua obat anestesi bersifat meningkatkan glukosa darah. Penderita diabetes yang tidak
stabil seharusnya tidak dianestesi untuk pembedahan elektif, kecuali jika kondisi bedah itu
sendiri merupakan penyebab ketidakstabilan tersebut.
Penyakit Hati
Metabolisme obat-obatan anestesi akan terganggu akibat adanya gagal hati. Obat-obatan
analgesic dan sedative juga menjadi memiliki masa kerja yang panjang karena metabolisme oleh
otak juga berubah karena penyakit hati.
Anestesi pada pasien ikterus mempunyai dua resiko nyata. Pertama adalah perdarahan akibat
kekurangan protrombin. Resiko yang kedua adalah gagal ginjal akibat bilirubin yang
berakumulasi pada tubulus renalis
12
PREMEDIKASI
Tujuan
- Pasien tenang, rasa takutnya berkurang
- Mengurangi nyeri/sakit saat anestesi dan pembedahan
- Mengurangi dosis dan efek samping anestetika
- Menambah khasiat anestetika
Cara:
- Intramuskuler (1 jam sebelum anestesi dilakukan)
- Intravena (5-10 menit sebelum anestesi dilakukan, dosisnya 1/3 – 1/2 dari dosis
intramuscular)
- Oral misalnya, malam hari sebelum anestesi dan operasi dilakukan, pasien diberi obat
penenang (diazepam) peroral terlebih dahulu, terutama pasien dengan hipertensi.
1. Golongan Narkotika
- Analgetika sangat kuat.
- Jenisnya : petidin dan morfin.
- Tujuan: mengurangi rasa nyeri saat pembedahan.
- Efek samping: mendepresi pusat nafas, mual-muntah, Vasodilatasi pembuluh darah
hipotensi
- Diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan sifat analgesik rendah,
misalnya: halotan, tiopental, propofol.
- Pethidin diinjeksikan pelan untuk:
Mengurangi kecemasan dan ketegangan
Menekan TD dan nafas
13
Merangsang otot polos
- Morfin adalah obat pilihan jika rasa nyeri telah ada sebelum pembedahan
Mengurangi kecemasan dan ketegangan
Menekan TD dan nafas
Merangsang otot polos
Depresan SSP
Pulih pasca bedah lebih lama
Penyempitan bronkus
Mual muntah (+)
14
PROGNOSIS ASA
1. ASA 1
Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain penyakit yang akan
dioperasi.
2. ASA 2
Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai dengan sedang selain penyakit
yang akan dioperasi. Misalnya diabetes mellitus yang terkontrol atau hipertensi ringan
3. ASA 3
Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain penyakit yang akan dioperasi, tetapi belum
mengancam jiwa. Misalnya diabetes mellitus yang tak terkontrol, asma bronkial,
hipertensi tak terkontrol
4. ASA 4
Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam jiwa selain penyakit yang akan
dioperasi. Misalnya asma bronkial yang berat, koma diabetikum
5. ASA 5
Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi mungkin saja dapat
menyelamatkan tapi risiko kematian tetap jauh lebih besar. Misalnya operasi pada pasien
koma berat
6. ASA 6
Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang mana organnya akan diangkat
untuk kemudian diberikan sebagai organ donor bagi yang membutuhkan.
Untuk operasi darurat, di belakang angka diberi huruf E (emergency), contoh: operasi apendiks
diberi kode ASA 1.E
15
TEORI-TEORI ANESTESI
1. Teori Koloid
Obat anestesi penggumpalan sel koloid anestesi yang reversibel
Bukti : eter, halotan hambat gerak dan aliran protoplasma pada amoeba (terjadi
penggumpalan protoplasma)
2. Teori Lipid
Ada hubungan kelarutan zat anestesi dalam lemak dan timbulnya anestesi.
Kelarutan anestesi makin kuat
Daya larut makin cepat, anestesi juga cepat
Bila obesitas, anestesi juga susah krn lemak tidak memiliki PD
3. Teori Adsorbsi dan tegangan permukaan
Hubungan potensi zat anestesi dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan
proses metabolisme dan transmisi neural terganggu menyebabkan anestesi.
4. Teori biokimia
Secara in vitro zat anestesi menghambat pengambilan O2 di otak (fosforilasi oksidatif).
5. Teori Neurofisiologi
Terjadi penurunan transmisi sinaps di ganglion cervicalis superior dan menghambat
fungsi formatio reticularis ascenden yang berfungsi mempertahankan kesadaran.
6. Teori Fisika
Anestesi terjadi oleh karena molekul yang inert (bergerak) dari zat anestesi akan
menempati ruang di dalam sel yang tidak mengandung air sehingga menyebabkan
gangguan permeabilitas membran terhadap molekul dan ion oleh karena terbentuk
mikrokristal di SSP.
TRIAS ANESTESI :
Analgesia
Hipnosis
Arefleksia / relaksasi
16
STADIUM ANESTESI
Stadium 3 :
Disebut Stadium Pembedahan; ventilasi teratur ---- apneu, terbagi 4 plana :
Plana 1:- Ventilasi teratur : torako abdominal
- Pupil terfiksasi, miosis
- Refleks cahaya (+)
- Lakrimasi
- Refleks faring dan muntah (-)
- Tonus otot mulai
17
- Tonus otot
- Pupil midriasis
- Refleks sfingter ani dan kelenjar lakrimalis (-)
Ventilasi normal :
Pupil
Pada pupil yang diperhatikan : - gerak
- fixasi posisi pupil
Stadium I : tidak melebar karena psikosensorik dan pengaruh emosi
Stadium II : pupil midriasis karena rangsang simpatik pada otot dilatator
Stadium III : pupil mulai midriasis lagi karena pelepasan adrenalin pada anestesi dengan
eter atau siklopropan tapi tidak terjadi pada halotan dan IV
18
Refleks cahaya :
N : Pupil miosis
(-) : Stadium 3 plana 3
19
URUTAN PELAKSANAAN ANESTESI UMUM
1. Setelah pasien dibaringkan di atas meja operasi. Pasang tensi, saturasi, precordial.
Nyalakan monitor. Nyalakan mesin anestesi. Atur kecepatan infuse.
2. Tunggu instruksi. Setelah lapor ke konsulen, dan operator sudah siap. Berarti anestesi
sudah boleh dilakukan.
3. Minta pasien untuk berdoa
4. Suntikkan pre medikasi: SA 0,25 mg dan Pethidin 30-50 mg
5. Suntikkan Recofol 100 mg.
6. Tunggu sampai refleks bulu mata hilang.
7. Bila refleks bulu mata telah hilang pasang masker dengan posisi benar. (Jaw thrust, chin
lift, tekan masker dengan ibu jari dan telunjuk)
8. Naikkan oksigen sampai 6-10 l
9. kurangi oksigen sampai 3 l. naikkan N2O menjadi 3l. buka isofluran/halotan
10. Tetap berada dalam posisi seperti itu. Sambil kadang-kadang lakukan pemompaan bila
diperlukan. Perhatikan infus, nadi, tensi, saturasi, pompa atau monitor mesin. Sesekali
raba nadi pasien.
11. Bila diperlukan pasien rileks maka berikan Succinil cholin atau tramus tergantung dosis
yang diperlukan.
12. Selanjutnya tinggal seni anestesinya. Kalau tensi naik dan turun, kalau nadi naik atau
turun, kalau nafas kurang spontan, lambat atau cepat. Yang kita lakukan bisa perdalam
atau kurangi obat anestesi, tambah obat tertentu, atur cairan, atur posisi pasien dan lain-
lain.
13. Bila operasi sudah hampir selesai kurangi dosis perlahan sampai kemudian tinggal
oksigen saja.
14. Operasi selesai bawa pasien ke RR. Dan tunggu sampai pasien bangun.
20
MONITORING ANESTESI
1. Kedalaman anestesi
2. Kardiovaskuler :
- Tekanan darah (invasif atau non invasif)
- EKG
- CVP
3. Ventilasi respirasi:
- Stetoskop
- Pulse oksimetri saturasi
- Capnometer
- Analisa gas darah
4. Suhu : tidak boleh febris ok obat anstesi menyebabkan febris
- Malignant /hyperthermia : naiknya suhu tubuh sangat cepat
- Axilla, rectal, osefagus, nasofaring
5. Produksi urin : ½ - 1 cc/kg BB/j
6. Terapi Cairan : Puasa, maintenance, cairan pengganti perdarahan bila diperlukan; > 20%
perdarahan diberi transfusi “whole blood”.
7. Sirkuit anestesi
21
OBAT-OBATAN ANESTESI
DOSIS OBAT-OBATAN
22
prostigmin +
1 ampul SA
Midazolam ampul 5mg/5cc Tanpa 0,07-0,1 1 mg
(Sedacum) pengenceran
Ketorolac ampul 60 mg/2cc Tanpa 30 mg
pengenceran
Difenhidramin ampul 5mg/cc Tanpa 5 mg
HCl pengenceran
Keterangan
Indikasi:
Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit, missal pada koreksi jaringan
sikatrik pada daerah leher, disini untuk melakukan intubasi kadang sukar.
Untuk prosedur diagnostic pada bedah saraf/radiologi (arteriograf).
Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy)
Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak mendepresi fungsi vital. Dapat dipakai
untuk induksi pada pasien syok.
Untuk tindakan operasi kecil.
Di tempat dimana alat-alat anestesi tidak ada.
Pasien asma
Kontra Indikasi
Hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic 100 mmHg
Riwayat Cerebro Vascular Disease (CVD)
Dekompensasi kordis
Harus hati-hati pada :
Riwayat kelainan jiwa
Operasi-operasi daerah faring karena refleks masih baik
24
Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung & pernapasan
Sebaiknya obat ini tidak diberikan pd penderita dengan ggn jalan napas, ginjal, liver,
syok hipovolemik.
3. Thiopental
Ultra short acting barbiturat
Dipakai sejak lama (1934)
Tidak larut dalam air, tp dlm bentuk natrium (sodium thiopental) mudah larut dalam air
4. Pentotal
Zat dr sodium thiopental. Btk bubuk kuning dlm amp 0,5 gr(biru), 1 gr(merah) & 5 gr.
Dipakai dilarutkan dgn aquades
Larutan pentotal bersifat alkalis, ph 10,8
Larutan tadak begitu stabil, hanya bisa disimpan 1-2 hr (dalam kulkas lebih lama, efek
menurun)
Pemakaian dibuat larutan 2,5%-5%, tapi dipakai 2,5% untuk menghindari overdosis,
komplikasi > kecil, hitungan pemberian lebih mudah
Obat mengalir dalam aliran darah (aliran ke otak ↑) efek sedasi & hipnosis cepat
terjadi, tapi sifat analgesik sangat kurang
TIK ↓
Mendepresi pusat pernapasan
Membuat saluran napas lebih sensitif thd rangsangan
Depresi kontraksi denyut jantung, vasodilatasi pembuluh darah hipotensi. Dapat
menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah ginjal
Tak berefek pada kontraksi uterus, dapat melewati barier plasenta
Dapat melewati ASI
Menyebabkan relaksasi otot ringan
Reaksi anafilaktik syok
Gula darah sedikit meningkat
Metabolisme di hepar
Cepat tidur, waktu tidur relatif pendek
Dosis iv: 3-5 mg/kgBB
Kontraindikasi
Syok berat
Anemia berat
Asma bronkhiale menyebabkan konstriksi bronkus
Obstruksi saluran napas atas
Penyakit jantung & liver
kadar ureum sangat tinggi (ekskresinya lewat ginjal)
25
B. Obat Anestetik inhalasi
1. Halothan/fluothan
Tidak berwarna, mudah menguap
Tidak mudah terbakar/meledak
Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya
Efek:
Tidak merangsang traktus respiratorius
Depresi nafas Þ stadium analgetik
Menghambat salivasi
Nadi cepat, ekskresi airmata
Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup
Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus
Depresi otot jantung Þ aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin)
Depresi otot polos pembuluh darah Þ vasodilatasi Þ hipotensi
Vasodilatasi pembuluh darah otak
Sensitisasi jantung terhadap katekolamin
Meningkatkan aktivitas vagal vagal refleks
Pemberian berulang (1-3 bulan) kerusakan hepar (immune-mediated hepatitis)
Menghambat kontraksi otot rahim
Absorbsi & ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil dimetabolisme tubuh
Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat maintenance
Keuntungan
Cepat tidur
Tidak merangsang saluran napas
Salivasi tidak banyak
Bronkhodilator obat pilihan untuk asma bronkhiale
Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi)
Kadang tidak mual & tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi yang enak
Kerugian
Overdosis
Perlu obat tambahan selama anestesi
Hipotensi karena depresi miokard & vasodilatasi
Aritmia jantung
Sifat analgetik ringan
Cukup mahal
26
Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan
Efek:
Analgesik sangat kuat setara morfin
Hipnotik sangat lemah
Tidak ada sifa relaksasi sama sekali
Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. Bila murni N2O =
depresi dan dilatasi jantung serta merusak SSP
Jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan anestetik lain
seperti halotan dan sebagainya.
3. Eter
- Tidak berwarna, sangat mudah menguap dan terbakar, bau sangat merangsang
- Iritasi saluran nafas dan sekresi kelenjar bronkus
- Margin safety sangat luas
- Murah
- Analgesi sangat kuat
- Sedatif dan relaksasi baik
- Memenuhi trias anestesi
- Teknik sederhana
4. Enfluran
Isomer isofluran
Tidak mudah terbakar, namun berbau.
Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak seperti kejang (pada
EEG).
Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih
iritatif dibanding halotan.
5. Isofluran
Cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu kamar
Menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap penyimpanan
sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar matahari.
Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai isofluran
27
6. Sevofluran
Tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga banyak dipilih untuk
induksi melalui sungkup wajah pada anak dan orang dewasa.
Tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated hepatitis
Bekerja pada otot bergaris terjadi kelumpuhan otot napas & otot-otot mandibula, otot
intercostalis, otot-otot abdominalis & relaksasi otot-otot ekstremitas.
Bekerja pertama: kelumpuhan otot mata ekstremitas mandibula intercostalis
abdominal diafragma.
Pada pemberian pastikan penderita dapat diberi napas buatan.
Obat ini membantu pada operasi khusus seperti operasi perut agar organ abdominal tidak
keluar & terjadi relaksasi
Terbagi dua: Non depolarisasi, dan depolarisasi
28
Efek samping - Menurunnya atau
meningkatnya HR dan BP
- Myalgia post op
- Meningkat tekanan
intragaster, intraokuler dan
intrakranial
- Malignant hyperthermia
- Myoklonus
Durasi:
Ultrashort (5-10 menit): suksinilkolin
Short (10-15 menit) : mivakurium
Medium (15-30 menit) : atrakurium, vecuronium
Long (30-120 menit) : tubokurarin, metokurin , pankuronium, pipekuronium,
doksakurium, galamin
Antikolinesterase
Konsentrasi zat anestesi inhalasi dalam alveoli dimana 50% binatang tidak memberikan
respon rangsang sakit
Halotan : 0,87%
29
Eter : 1,92%
Enfluran : 1,68%
Isofluran : 1,15%
Sevofluran : 1,8%
Obat Darurat
DAFTAR PUSTAKA
30
2. B. Thomas, Boulton dan E.Colin, Alih bahasa : dr. Jonatan Oswari, Anestesiologi, Edisi
10,Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal :73
3. Pengobatan Preoperatif, Available at : www.subscrib.com/download/ diakses 3 Juni 2010.
4. General Anastesi, Available at :www.medicastore.com/ diakses 2 juni 2010.
5. Konsep dasar Anestesi,Available at :www. agussumarayasa.blogspot.com/ diakses 3 juni
2010.
6. dr. Komang Ayu Kosalini Pratiwi, Premedikasi Sebelum Pembedahan, Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin, FK Universitas Hasanuddin sumber :
www.balipost.co.id.
7. M. Roesli Thaib, Monitoring Selama Anestesi, Anestesiologi, Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2004 H: 49-58.
8. Dr. M.T. Dardjat, Pengawasan atau Pemantauan (Monitoring), Kumpula kuliah
Anestesiologi, Ed Pertama,1986, Aksara medisina, Salemba, Jakarta, Hal : 159-161.
9. Said A.Latief dkk, Monitoring Perianestesia, Petunjuk Praktis Anestesiologi, Edisi
Kedua, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta 2002, Hal : 90-95
10. G. Edward Morgan, Jr., Maged S. Mikhail, Michael J. Murray Postanesthesia Care,
31