Anda di halaman 1dari 12

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Tugas Perum Bulog masih menjadi satu-satunya andalan dalam


mengelolah stock yang cukup bagi negara tercinta sehingga setiap rumah
tangga terutama rumat tangga miskin yang rentan perubahan status
menjadi lebih miskin akibat instabilitas harga. Untuk itulah setiap ada
kegagalan dalam penyediaan stock, dianggap sebagai kesalahan Bulog.
Namun paradigma ini mulai berangsur bergeser, banyak pihak
sudah mulai memahami bahwa menyediakan stock yang cukup bukan
hanya sekedar mengandalkan keampuan Bulog menyerap marketed
surplus di pasar beras yang cukup rentan dengan instabilitas harga. Harga
yang tidak stabil justru bisa menjadi alasan bagi pihak lain yang punya
modal kuat untuk menahan stocknya sehingga membuat harga semakin
tidak menentu.
Kebijakan Perberasan Nasional yang terdapat dalam Inpres
mencakup antara lain menjaga harga pembelian pemerintah (HPP),
mengelolah cadangan beras Pemerintah (CBP), serta menyalurkan beras
bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah dan rawan
pangan serta penyaluran beras untuk menangulangi keadaan darurat dan
bencana. Dalam melaksanakan tugas tersebut, secara operasional
kegiatan pengadaan memiliki peran ganda , yaitu pengamanan harga
gabag/beras petani ditingkat produsen dan pemupukan stock untuk
memenuhi kebutuhan penyaluran.
Dalam rangka mendukung pengadaan untuk persediaan/stock beras
guna memenuhi kebutuhan penyaluran, Perum Bulog Divre Sulawesi
Tengah mendapat target sebesar 35.000 ton.
Rincian target Pengadaan DN Divre Sulawesi Tengah telah ditetapkan
persubdivre sebagai berikut : Divre Palu sebesar 16.704 ton, Subdivre
Poso sebesar 10.000 ton, Subdivre Luwuk 3.932 ton dan Subdivre Tolitoli
4.364 ton dengan rincian per Subdivre sbb :
no Divre/Subdivre SATGAS NON KUD UPGB JUIMLAH
1 Palu 6,599 3,615 6,490 16,704
2 Subdivre Poso 1,200 3,669 5,131 10,000
3 Subdire Luwuk 1,883 1,049 1,000 3,932
4 Subdivre Tolitoli 2,015 1,205 1,144 4,364
Jumlah 11,697 9,538 13,765 35,000

Realisasi Pengadaan DN 2014 Divre Sulawesi Tengah

Target pengadaan thn 2014 sebesar 35.000 ton namun Realisasi


Pengadaan DN Divre Sulteng s/d tgl 11 sep 2014 sebesar 15.836 ton atau sisa
target sebesar 19.164 ton dengan rincian per Saluran yaitu Satgas, Non KUD
dan UPGB sbb :

BULAN
JMH
No URAIAN JAN FEB MRT APR MEI JUNI JULI AGUST SEP
Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton
1 SATGAS 33 35 250 1,561 1,218 611 683 688 5,079
2 NON KUD 34 35 17 669 1,414 1,195 478 450 4,292
3 UPGB 17 728 1,127 2,116 1,529 767 669 103 7,056
Jumlah 67 87 728 1,394 4,346 4,161 2,573 1,830 1,241 16,427

I.2. Rumusan Masalah.

Masalah yang dihadapi Perum Bulog Sub Divre Sulawesi Tengah dalam
penyerapan pengadaan beras tahun 2014 antara lain :
1. Harga Beras di tingkat petani/penggilingan rata – rata diatas Harga
Pembelian Pemerintah (HPP).
2. Penggilingan Mitra Kerja rata-rata masih Wan Pass.
3. Stock Beras digudang saat ini belum mencukupi untuk penyaluran.
4. Adanya bencana Alam.
5. Beras di jual ke pasaran umum

I.3. Tujuan

Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang


strategi pengadaan di Perum BULOG Divre Sulawesi tengah dan untuk
memenuhi tugas Diklat Penjenjangan Struktural Manajer Madya.
II. KERANGKA PEMIKIRAN
Pelaksanaan pengadaan DN tahun 2014 masih tetap mengacu kepada
Inpres RI nomor 7 tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan. Pada Inpres
nomor 3 Tahun 2012 tanggal 27 Februari 2012 disebutkan ketentuan kualitas
dan harga pembelian pemerintah (HPP). Adapun persyaratan kualitas beras
pengadaan tahun 2014 sebagai berikut :

No. Komponen Medium


Kualitas
1 Derajat Sosoh (masimal) 95 %
2 Kadar Air (%) 14 %
3 Broken 20 %
4 Menir (maks) 2%

Selain Inpres tersebut diatas juga Peraturan Direksi Bulog nomor PD :


01/DO201/02/2014 tentang Pengadaan Gabah/Beras tanggal 20 Februari 2014
dan Standar Operasi Prosedur nomor : SOP- 06/DO201/03/2014 tanggal 28
Maret 2014.

Karena Bulog telah di tuntut untuk perubahan dan hanya menggunakan 4


komponen untuk sandar pengadaan beras yang bisa masuk gudang BULOG
olehnya itu dapat kami sampaikan :
1. Agar para kepala gudang menerima beras sesuai dengan SOP yang telah di
tentukandan apabila di salurkan tidak menimbulkan masalah.
2. Aparat yang ada di gudang, perlu adanya penyegaran atau mutasi yang
sudah terlalu lama, kemudian staf yang tdk menginginkan kerja di gudang
agar secepatnya di pindahkan dari gudang, sehingga tidak membuat
permasalahan yang merugikan perusaaan
3. Adanya reward kepada karyawan yang bekerja dengan baik, tambahan
pendapatan berupa bonus atau peningkatan karier dan sanksi kepada
karyawan yang melakukan kesalahan yang disengaja dan merugikan
perusahaan.
Seperti yang diuraikan diatas bahwa peluang Bulog memiliki jaringan dan
asset yang berada hampir diseluruh darerah dan adanya dukungan modal
atau kepercayaan bank yang cukup tinggi terhadap Bulog., Untuk kegiatan
pengembangan pasar kegiatan PSO, perlu adanya perbaikan citra dari
kualitas beras yang disalurkan.
Akhir tahun 2008 citra Bulog sangat baik, sebagai sebuah perusahaan
pemerintah yang mampu menyediakan beras melalui pengadaan 3,8 juta ton
dan merupakan pengadaan terbesar sepanjang sejarah Bulog, oleh sebab itu
pemerintah tidak melakukan impor yang berarti menghemat devisa Negara
dengan nilai tryliunan rupiah. Pada saat harga pangan dunia naik dan harga
komoditi lainnya di pasaran dalam negeri naik, satu-satunya komoditi pangan
yang fluktuasi harganya stabil (tdk terjadi gejolak) tahun 2007, 2008 dan 2009
adalah beras, karena stok pemerintah (stok Bulog cukup besar) sehingga
spekulasi pedagang dalam negeri tidak terjadi. Selain itu harga gabah di
tingkat petani juga relative stabil, petani memperolah pendapatan yang cukup
dari harga gabah yang diperdagangkan.

Kualitas pelayanan yang kurang memuaskan dan cenderung lepas


tangan terhadap keluhan juga menjadi salah satu alasan konsumen
meninggalkan Perum BULOG. Mental sebagai seorang enterpreneur perlu
terus ditumbuhkan pada setiap insan Perum BULOG untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada konsumen sehingga konsumen menjadi loyal.
Kualitas yang bagus dan perjanjian antar lembaga yang mendasari
pelaksanaan, tidak cukup untuk mengikat loyalitas konsumen terhadap
produk BULOG. Perlu pelayanan yang bersahabat, tanggap terhadap
keinginan konsumen dan siap menerima kritikan.

Berita Bulog di kliping koran juga sangat positif, namun demkian


memasuki tahun 2010, berita bulog, baik di koran maupun dari masyarakat
miskin mulai terusik lagi seperti tahun 2005, 2006. Untuk itu Perum Bulog
perlu adanya tambahan satu bagian khusus yang menangani tentang
pencitraan Bulog. Pencitraan memerlukan proses dan andil disemua lini.
Bagian ini terlepas dari bagian Humas yang ada di Bulog atau Humas Bulog
perlu di optimalkan melalui diklat Public Relation, selain itu di daerah juga
perlu diperkuat Public Relation nya karena kejadian-kejadian atau
peristiwa/kasus banyak terjadi di daerah yang memerlukan klarifikasi secapat
mungkin, sehingga citra Bulog tidak lagi semakin terjun bebas. Citra adalah
penting, baik bagi korporasi yang berorientasi profit maupun tidak. Pencitraan
terkait dengan kepercayaan publik (internal dan external) terhadap
perusahaan.
Humas di Bulog lebih sering berprofesi sebagai teman wartawan atau
kalau ada kaitannya dengan wartawan maka itu tugas humas, namun
sesungguhnya masih banyak yang harus dikerjakan layaknya sebuah divisi
atau bagian Public Relation korporasi. Kedepan divisi/bagian Public Relation
Bulog akan menjadi bagian yang terpenting untuk mencari atau mendapatkan
berita sesungguhnya. Keterlibatan Public Relation secara penuh dalam
aktifitas koorporasi terutama dalam penyelesaian masalah atau adanya
promosi tugas- tugas komersial atau adanya informasi-informasi yang segar
untuk masyarakat.
III. PEMBAHASAN

3.1. Harga Beras di tingkat petani/penggilingan rata – rata diatas Harga


Pembelian Pemerintah (HPP) :
Perum Bulog dalam melakukan pembelian beras dalam negeri guna
memenuhi kebutuhan penyaluran kepada konsumen terutama Raskin
adalah Inpres. Pada prinsipnya Inpres tentang Kebijakan Harga
Pembelian Beras oleh Pemerintah melalui Perum Bulog kepada
petani/penggilingan setiap tahun dikeluarkan Presiden. Namun hingga
saat ini Inpres baru tahun 2014 tentang Kebijakan Perberasan belum juga
dilakukan pembaharuan terutama harga pembelian (HPP) sehingga harga
beras yang digunakan masih mengacu pada Inpres tahun 2009 yaitu Rp.
6.600,-/kg dengan persyaratan Kadar Air maksimal 14%, Derajat sosoh
minimal 95%, Broken maksimal 20% dan menir maksimal 2 % dipintu
gudang Perum Bulog. Dengan tidak adanya kenaikan harga pembelian
pemerintah (HPP), memang akan berat untuk membeli beras
petani/penggilingan.
Jumlah penyerapan pengadaan tahun ini bila dibandingkan tahun
2013 pada periode yang sama masih sangat rendah. Namun demikian
Perum Bulog Divre Sulawesi Tengah tetap melakukan langkah-langkah
yang dapat menambah penyerapan beras petani.
Membuat Call Center Satgas ADA DN untuk memudahkan komunikasi dan
koordinasi langsung dengan petani, gapoktan/poktan, penggilingan kecil
maupun pihak lain dalam melakukan pembelian beras/gabah.
Tahun ini jika dilihat dari data Dinas pertanian Provinsi Sulawesi Tengah
areal tanam padi sebesar 251.000 Ha dengan produtifitas 4.8 ton/Ha atau
dalam kurun waktu 1 tahun berkisar 1.156.800 kg GKG bila di kompersi
setara beras menghasilkan sebesar 734,568 ton
Menyiapkan kebutuhan Satgas ADA DN berupa karplas, Timbangan,
Peralatan pemeriksaan dan analisa kualitas dll, LC Satgas agar jangan
sampai terlambat dan kehilangan peluang. Destinasi kebutuhan Karung per
gudang disesuaikan dengan target yang telah kita tetapkan dan menambah
jam kerja Gudang buka hari sabtu,minggu dan hari libur.
Dari pihak eksternal seperti gerakan turun ke bawah/ turun ke sawah oleh
masing-masing unit Satgas untuk mendaptkan informasi, harga, panen,
jalur perdagangan beras, pelaku-pelaku bisnis beras.
Mengefektifkan peran Satgas untuk membina dan memberikan sosialisasi
pengadaan serta pendampingan kepada penggilingan kecil, Gapoktan dan
petani.
Mengoptimalkan peran Satgas di setiap unit untuk melakukan pembelian
langsung ke penggilingan kecil, Gapoktan/ Poktan dan petani. Serta
menambah jam kerja unit Satgas dalam melakukan aktivitas pada Sabtu,
Minggu dan hari raya/ Libur
Untuk program kemitraan, selain melibatkan Koperasi, Non
Koperasi juga Gapoktan dan Poktan yang ingin masuk menjadi Mitra Kerja
cukup ada rekomendasi dari Pemda / Dinas pertanian setempat. Ini
dilakukan sebagai upaya untuk memaksimalkan penyerapan pengadaan.
Harapan kita Gapoktan dan Poktan mampu merangkul para petani
sehingga dengan sebagai Mitra kerja mereka akan mampu memasok
beras petani ke Perum Bulog Divre Sulawesi Tengah. Selain langkah
diatas Perum Bulog Divre Sulawesi Tengah juga telah melakukan
kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten agar produksi beras petani
setempat dapat diserap untuk kebutuhan penyaluran setempat.
Rencana waktu pembelian disusun berdasarkan hasil pengamatan
Koordinator Satgas, Kabid PP dan Kasub Divre terhadap situasi panen dan
perkembangan harga baik di penggilingan maupun di tingkat petani dalam
wilayah kerja masing-masing.
Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya potensi persawahan di Provinsi
Sulawesi Tengah dapat diandalkan namun memerlukan kerja keras dan
kita harus optimis bahwa pengadaan yang tinggal beberapa bulan lagi
dapat di serap dengan sebanyak banyaknya.

Meskipun panen padi tahun ini diperkirakan akan lebih baik


ketimbang tahun lalu namun perkiraan tersebut diluar dugaan yaitu tahun
ini serapan pengadaan masih kurang jauh dari target namun kita tidak
boleh pesimis karena masih ada waktu tiga bulan. Harga beras dipasaran
diperkirakan tidak akan bisa turun secara drastis sebab musim panen kali
ini tidak berlangsung serentak. Dilihat dari produktivitas dan kualitasnya,
hasil panen kali ini memang kurang baik, sesuai laporan dari kelompok
tani yang telah di bina oleh MKP ternyata dalam satu hektar hanya
mencapai 2 s/d 3 ton/ Ha, ini disebabkan adanya kekeringan dan puso.
Kendala yang di hadapi Perum BULOG Divre Sulawesi tengah untuk
mencapai target masih kurang karena adanya pedagang-pedangang dari
luar masuk membeli beras di Sulawesi Tengah diatas HPP yaitu Rp. 6.800
s/d 7.200/ kg untuk di jual ke pasaran umum. Kendala yang dihadapi
Perum Bulog untuk menyerap pengadaan adalah adanya kekringan, fuso
bahkan banjir terutama di sentra – sentra produksi beras yaitu di
Kabupaten Luwuk, Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong,
bahkan tahun ini harga beras masih tetap bertahan diatas harga pembelian
pemerintah (HPP).
Penyebabnya adalah selain panen padi tidak serentak juga karena
naiknya inflasi akibat dari kenaikan BBM sehingga ongkos produksi petani
meningkat. Dengan bertahannya harga beras diatas harga pembelian
pemerintah (HPP), petani produsen dapat menikmati harga produksinya,
sehingga Perum Bulog sebagai pengamanan harga ditingkat petani
berhasil. Namun disisi lain Perum Bulog Divre Sulawesi Tengah tidak dapat
mengoptimalkan penyerapan pembelian pengadaan beras. Untuk itu agar
pengadaan beras dapat berjalan perlu diadakan movenas.
Terhitung mulai tanggal 28 Agustus Perum Bulog Pusat telah
menyetujui adanya movenas dari Divre Sulawesi Tenggara sebanyak 4.000
ton yang destinasi gudangnya adalah GBB Tondo 2.000 ton dan GBB
Olaya 2.000 ton

3.2. Penggilingan Padi Mitra Kerja Rata – Rata Wan Pass.

Jumlah mitra kerja pengadaan tahun 2014 di Divre Sulawesi Tengah


sebanyak 69 (enam puluh sembilan ) mitra kerja. Pada umumnya sarana
penggilingan yang dimiliki adalah penggilingan wan pass sehingga kualitas
beras hasil gilingnya belum maksimal dan masih banyak yang loss. Untuk
mendukung peningkatan kualitas beras hasil giling yang akan dimasukkan
sebagai beras pengadaan, maka saran penggilingan milik mitra kerja perlu
dilakukan perbaikan atau modifikasi.
Setelah pihak Divre melakukan pembinaan kepada Mitra Kerja agar
mau menginvestasikan sebagian modalnya untuk keperluan perbaikan
beberapa sarana seperti penggilingan menjadi two pass, perluasan lantai
jemur dan lainnya.

3.3. Stock Beras di gudang saat ini belum mencupi kebutuhan penyaluran.
Jumlah kebutuhan stock per tanggal 11 September 2014 untuk
penyaluran 1(bulan) bulan adalah 3.018 ton. Sedangkan stock saat ini
hanya sekitar 8.229 ton atau ketahanan stock hanya 2.72 bulan tetapi
apabila ditambah dengan movenas sebesar 4.000 ton maka jumlah stock
mencapai 12.229 ton atau ketahanan stock 4.5 bulan.
3.4 Adanya bencana alam.
Sesuai dengan data provinsi Sulawesi Tengah bahwa produktifitas sebesar
251.000 Ha atau sekitar 4.8 ton/Ha pertahun namun di luar dugaan
produktifitas hanya mencapai 2 sampai 3 ton / Ha atau sekitar turun 50 %
hasil produksi. Hal tersebut terjadi karena adanya fuso, kekeringan dan
banjir, utamanya di daerah-daerah sentra produksi yaitu kabupaten Luwuk,
Kabupaten Donggala dan sebagian Kabupaten Parigi Moutong, yang di
perkirakan sekitar 3.333 Ha.

3.5.Beras di jual ke pasar umum.

Pada dasarnya beras di Sulawesi tidak bisa masuk di Gudang BULOG


karena pedagang-pedagang dari luar Sulawesi Tengah utamanya dari
Suawesi Utara (Manado ) mereka membeli diatas harga HPP yaitu Rp.
6.800 s/d 7.200 / kg.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
Strategi yang di lakukan Divre Sulawesi Tengah untuk menambah
stock atau pengadaan guna memenuhi kebutuhan penyaluran adalah
sebagai berikut :
1. Membangun Jaringan dengan produsen
2. Membangun Komunikasi yang baik dengan semua pihak
3. Jadikan informasi di bidang Pelayanan Publik khususnya di seksi
Pengadaan sebagai Early Warning System (Sistem peringatan dini).
4. Mengikuti dengan cermat situasi dan kondisi lapangan
5. Kerja..Kerja…Kerja untuk mencapai Target
6. Don’t miss a moment : (Jgn hilangkan kesempatan).
7. digudang juga ditingkatkan dengan membuka gudang pada hari sabtu
minggu bahkan hari libur.
8. Dalam rangka peningkatan kualitas dan kuantitas pengadaan, secara
bertahap sarana penggilingan Mitra kerja pengadaan sudah mulai
dilakukan perbaikan atau modifikasi penggilingan untuk mendukung
pengadaan yang lebih.
4.2 SARAN
Untuk mencapai Grand Strategi Pengadaan Beras Tahun 2014, maka
saran dan masukan kami sebagai berikut :.
1. Dukungan dari pihak eksternal sangat diperlukan seperti koordinasi dari
pemerintah pusat, pemprov dan pemkot/pemkab hingga ke petani dan
tak lupa juga publikasi dan dukungan dari masyarakat.
2. Dari pihak eksternal seperti gerakan turun ke bawah/ turun ke sawah
oleh masing-masing unit Satgas untuk mendaptkan informasi, harga,
panen, jalur perdagangan beras, pelaku-pelaku bisnis beras.
3. Mengefektifkan peran Satgas untuk membina dan memberikan
sosialisasi pengadaan serta pendampingan kepada penggilingan kecil,
Gapoktan dan petani.
4. Mengoptimalkan peran Satgas di setiap unit untuk melakukan
pembelian langsung ke penggilingan kecil, Gapoktan/ Poktan dan
petani. Serta menambah jam kerja unit Satgas dalam melakukan
aktivitas pada Sabtu, Minggu dan hari raya/ Libur.
STRATEGI PENGADAAN BERAS 2014
DIVISI REGIONAL SULAWESI TENGAH

NAMA : ABDUL GANI. B

JABATAN : KABID PELAYANAN PUBLIK

UNIT KERJA : DIVRE SULAWESI TENGAH

DIKLAT PENJENJANGAN STRUKTURAL MANAJERIAL MADYA PERUM

BULOG ANGKATAN I DAN II TAHUN 2014

Anda mungkin juga menyukai