1 Latar Belakang
Wilayah pesisir dan lautan di Indonesia yang kaya akan beragam sumber daya alamnya telah
dimanfaatkan oleh bangsai Indonesia sebagai salah satu sumber bahan makanan utama. Selain
menyediakan berbagai sumber daya alam tersebut, wilayah pesisir pantai Indonesia memiliki
berbagai fungsi lain, seperti transportasi dan pelabuhan, kawasan industri ,argobisnis dan
argoindustri, rekreasi dan pariwisata serta kawasan permukaan dan tempat pembuangan limbah.
Meningkatnya aktifitas manusia akhir-akhir ini di sepanjang aliran sungai telah memberikan
pengaruh terhadap ekosistem muara dan laut. Kegiatan yang memberikan dampak terhadap laut
tersebut antara lain penebangan hutan dibagian hulu. Kegiatan ini menyebabkan meningkatnya
pengikisan tanah di sepanjang aliran sungai. Sebagai dampaknya jumlah sedimen didalam sungai
adanya pasang surut pada derah pantai akan cenderung menyebakan terbentuknya suatu split
yang terjadi pada arah dominan pergerakan sedimennya. Demikian pula pada bangunan-
sedimennya sehingga akan terjadi penumpukan sedimen pada satu posisi dan erosi pada sisi
lainnya. Oleh karena itu prediksi transportasi sedimen sepanjang pantai untuk berbagao kondisi
sangat penting untuk diketahui, terlebih dalam perencanaan suatu pelabuhan, akan sangat penting
untuk mengadakan perhitungan mengenai jumlah transportasi sedimen dan meneliti pengaruh-
Faktor oseanografi yang berperan dalam distribusi sedimen di suatu perairan adalah arus,
khususnya terhadap sedimen tersuspensi (suspended sediment) (Purnawan et al., 2012). Hal ini
senada dengan Darlan (1996) yang menyebutkan bahwa distribusi fraksi sedimen dipengaruhi
oleh arus. Dalam lingkungan pesisir, sedimen bersifat dinamis yang akan mengalami pengikisan,
sangatlah diperlukan untuk prediksi evolusi pesisir dimasa datang (Winter, 2007). Ardani (2004)
menyatakan bahwa selama periode tahun 1991 - 2002, abrasi yang terjadi di pesisir Brebes
seluas 696.848 ha atau lebih kurang 63.350 ha/tahun dan akresi seluas 115.847 ha atau 101.441
ha/tahun.
awam mengenai proses pengendapan yang berpengaruh pada dampak kualitas air yang
mendapatkan kadar kimia logam berat dari timbunan sedimen. Air di gunakan dan dimanfaatkan
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Dalam kehidupan sehari-hari kata sedimen banyak sekali pengertiannya disini diterangkan
tentang beberapa pengertian sedimen dan sedimentasi. Dalam kaitannya dengan sedimen dan
Sedimentasi adalah proses pengendapan material hasil erosi air, angin, gelombang laut dan
gletsyer. Material hasil erosi yang diangkut oleh aliran air akan diendapakan di daerah yang lebih
rendah. Pettijohn (1975), mendefinisikan sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen atau
batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau asalnya pada
suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta,
Proses sedimentasi berawal dari proses pelapukan dan erosi menghasilkan materi yang bisa
terangkut oleh aliran air, kekuatan angin, gelombang dan lain sebaginya. Material tersebut dapat
berupa pasir, lumpur, maupun tanah. Material yang terangkut tersebut akan mengendap di suatu
tempat sesuai dengan karakteristik media pengangkutnya. Apabila aliran air deras, ataupun
kekuatan angin sangat kencang, maka materi akan terendapkan di tempat yang jauh dari tempat
asal terjadinya erosi maupun pelapukan. Sedimentasi (pengendapan) berlangsung secara bertahap
sehingga membentuk sedimen yang berlapis-lapis. Proses seperti inilah yang turut membentuk
akhirnya bermuara di laut, sehingga di laut terjadi proses pengendapan batuan yang paling besar.
Pipkin (1977), menyatakan bahwa sedimen adalah pecahan, mineral, atau material organik
yang ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau oleh
air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari material yang melayang dalam
Gross (1990) mendefinisikan sedimen laut sebagai akumulasi dari mineral-mineral dan
pecahan-pecahan batuan yang bercampur dengan hancuran cangkang dan tulang dari organisme
laut serta beberapa partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia yang terjadi di laut.
Menurut Bhatt (1978), sedimen yaitu lepasnya puing-puing endapan padat pada permukaan
bumi yang dapat terkandung di dalam udara, air, atau es dibawah kondisi normal. Sedimentasi
adalah proses yang meliputi pelapukan, transportasi, dan pengendapan. Batuan sedimen adalah
batuan yang dibentuk oleh sedimen. Tekstur sedimen yaitu hubungan bersama antara ukuran
butir dalam batuan dan pada umumnya ukuran butir ini dapat diamati dengan menggunakan
mikroskop. Komposisi sedimen merupakan acuan terhadap mineral-mineral dan struktur kimia
dalam batuan. Batuan klastik adalah batuan dimana material penyusun utamanya berupa material
detrital (misalnya batupasir dan serpihan). Batuan nonklastik adalah batuan dimana material
penyusun utamanya berupa material organik dan unsur kimia (misalnya batugamping terumbu,
Sedangkan Gross (1990) mendefinisikan sedimen laut sebagai akumulasi dari mineral-
mineral dan pecahan-pecahan batuan yang bercampur dengan hancuran cangkang dan tulang dari
organisme laut serta beberapa partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia yang terjadi di laut.
Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa sedimen laut merupakan akumulasi dari
mineral-mineral dan pecahan-pecahan batuan yang bercampur dengan hancuran cangkang dan
tulang dari organisme laut serta beberapa partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia yang
terjadi di laut.
Seperti endapan yang terjadi pada paparan benua (Continental Shelf) dan lereng benua
(Continental Slope). Dijelaskan oleh Hutabarat (1985) dan Bhatt (1978) bahwa “Continental
Shelf” adalah suatu daerah yang mempunyai lereng landai kurang lebih 0,4% dan berbatasan
langsung dengan daerah daratan, lebar dari pantai 50 – 70 km, kedalaman maksimum dari lautan
Pada umumnya „Glacial Continental Shelf‟ dicirikan dengan susunan utamanya campuran
antara pasir, kerikil, dan batu kerikil. Sedangkan „Non Glacial Continental Shelf‟‟ endapannya
biasanya mengandung lumpur yang berasal dari sungai. Di tempat lain (continental shelf) dimana
pada dasar laut gelombang dan arus cukup kuat, sehingga material batuan kasar dan kerikil
„Continental Slope‟ adalah daerah yang mempunyai lereng lebih terjal dari continental
lebih terjal sehingga sedimen tidak akan terendapkan dengan ketebalan yang cukup tebal. Daerah
yang miring pada permukaannya dicirikan berupa batuan dasar (bedrock) dan dilapisi dengan
lapisan lanau halus dan lumpur. Kadang permukaan batuan dasarnya tertutupi juga oleh kerikil
dan pasir.
2. Sedimen laut daerah perairan dalam
Seperti endapan yang terjadi pada laut dalam. Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai
struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan
zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu
bentuk „hujan‟ sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air
untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada beberapa faktor
lokal seperti kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi,
keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan kedalaman air dan
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang
berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama
dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial
yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang
mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak
1. Berdasarkan Asalnya
sediment telah mengalami proses desintegrasi (proses pecahnya batuan secara mekanis menjadi
batuan yang lebih kecil), maupun proses decomposisi (proses perubahan susunan kimiawi dari
batuan sehungga lapuk akibat pengerjaan air maupun udara). Partikel-partikel dari hasil proses
desintegrasi maupun proses decomposisi itu diangkut baik oleh air sungai, angin ke laut.
Contoh bahan sediment dari proses desintegrasi; mineral kwarsa, mica, feldspar, pyroxenes,
ampobol dan mineral berat lainnya. Sedangkan dari hasil proses decomposisi; clay (lempung),
Sedimen asal darat ini diendapkan di sekitar pantai, dimulai dari endapan yang kasar (pasir)
kemudian diikuti oleh partikel-partikel halus. Kecepatan tenggelam partikel-partikel ini telah
dihitung, dimana partikel pasir hanya memerlukan waktu sekitar 1,8 hari untuk tenggelam ke
dasar laut yang kedalamannya 4.000 meter, sedangkan partikel lumpur sekitar 185 hari dan
Endapan lumpur dan tanah liat diangkut lebih jauh ke tengah laut dan kebanyakan akan
mengendap pada daerah continental shelf. Partikel-partikel yang lebih halus diendapkan pada
2) Sedimen Biogenous
Sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka
biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami dekomposisi. Sedimen ini berasal dari
sisa-sisa kerangka organisme hidup yang akan membentuk endapan partikel-partikel halus yang
dinamakan ooze yang mengendap pada daerah yang jauh dari pantai. Sedimen ini digolongkan
menjadi 2 tipe. yaitu: Calcareous dan Siliseous Ooze. Hal ini tergantung oleh organisme
a) Globerigina ooze
Globerigina adalah dari salah satu group organisme yang bersel tunggal yang dikenal
sebagai poraminifera. Sisa-sisa organisme ini membentuk ooze yang menutupi 35% bagian
permukaan dasar laut yang kebanyakan dijumpai pada daerah-daerah panas di dunia.
b) Pteropod ooze
Pteropod adalah golongan mollusca yang bersifat sebgai plankton dimana tubuh mereka
meiliki kulit yang mengandung zat kapur. Ooze ini menutupi hanya 1% permukaan laut
walaupun terkadang mereka sudah tercampur dengan ooze yang dari jenis lain.
b. Tipe Silleceous
a) Diatom ooze
Diatom adalah golongan tumbuhan yang bersel tunggal memiliki kulit yang mengandung
silica, ooze yang terbentuk menutupi 9% dasar laut. Mereka banyak dijumpai pada daerah dingin
yang bersalinitas rendah seperti daerah laut Hindia pada bagian paling selatan.
b) Radiolaria ooze
Merupakan golongan protozoa bersel satu yang endapannya menutupi 1-2% permukaan
dasar laut.
Bentuk ooze ini mempunyai kandungan silica yang tinggi, tapi asalnya sampai saat ini
belum diketahui. Diduga butiran halus ooze yang terdapat di laut dalam berasal dari sedimen
biogenous tetapi mengalami perubahan yang besar di dalam laut karena pengaruh tinggi tekanan
dan konsentrasi Carbon acid. Endapan red clay ini banyak dijumpai di timur laut Hindia.
3) Sedimen Hidreogenous
Sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air laut dan membentuk
partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke dasar laut. Sebagai contoh
manganese nodules (bongkahan-bongkahan mangan) berasal dari endapan lapisan oksida dan
hidroksida dari besi dan mangan yang terdapat di dalam sebuah rangkaian lapisan konsentris di
sekitar pecahan batu atau runtuhan puing-puing. Jenis logam-logam lain seperti copper
(tembaga), cobalt dan nikel juga tergabung di dalamnya. Reaksi kimia yang terjadi di sini
bersifat sangat lambat, di mana untuk membentuk sebuah nodule yang besar diperlukan waktu
berjuta-juta tahun dan proses ini akan berhenti sama sekali jika nodule telah terkubur dalam
sedimen. Sebagai akibatnya nodule-nodule ini menjadi begitu banyak dijumpai di Lautan Pasifik
daripada di Lautan Atlantik. Hal ini disebabkan karena tingkat kecepatan proses sedimentasi
untuk mengukur nodule-nodule yang terjadi di Lautan Pasifik lebih lambat jika dibandingkan
4) Sedimen Cosmogenous
Sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan masuk ke laut melalui jalur media
udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa, aktifitas gunung api atau
berbagai partikel darat yang terbawa angin. Material yang berasal dari luar angkasa merupakan
sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang berasal dari letusan
gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanik, atau berupa fragmen-fragmen
aglomerat. Sedangkan sedimen yang berasal dari partikel di darat dan terbawa angin banyak
terjadi pada daerah kering dimana proses eolian dominan namun demikian dapat juga terjadi
pada daerah subtropis saat musim kering dan angin bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya
sedimen tidak dalam jumlah yang dominan dibandingkan sumber-sumber yang lain.
2. Berdasarkan Ukuran Butir
Sedimen laut berdasarkan lokasi persebarannya dapat dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu:
1) Neritik sedimen
Yang tersebar pada paparan benua, lereng benua, kaki benua yang memiliki sumber
Neritik sedimen komposisi utamanya berasal dari material terrigenous yang dibawa kelaut
dengan aliran sungai maupun aliran permukaan. Neritik sedimen memiliki variasi ukuran butir
yang besar sehingga dapat dijumpai endapan dari yang berbutir kasar sampai yang terhalus.
2) Pelagic sedimen
Yang tersebar pada perairan laut dalam yang memiliki sumber material dari lithogenius,
biogenius, hidrogenius dan kosmogenius. Pelagic sedimen memiliki variasi ukuran butir yang
sangat kecil sehingga hanya dapat dijumpai material yang berbutir halus dan tersebar secara
3) Bathyal
Sedimen yang tersebar pada perairan dengan kedalaman 200-3700 m dengan sumber
4) Abyssal
Sedimen yang berada pada kedalaman 3700-6000 m dengan sumber material beraasal dari
5) Hadal
Sedimen yang berada pada kedalaman 6000 m dengan sumber material berasal dari
keadaan 12abric pembentuknya. Pembentukannya dapat pada waktu atau sesaat setelah
pengendapan. Struktur berhubungan dengan kenampakan batuan yang lebih besar, paling bagus
1. Struktur anorganik terutama pelapisan, contoh : graded beds, cross beds, mudcraks.
3. Struktur deformasi terdiri dari convolute bedding, ball and pillow dan diapiric.
Berbagai sifat fisik sedimen ditelaah sesuai dengan tujuan dan kegunaannya. Diantaranya
adalah tekstur sedimen yang meliputi ukuran butir (grain size), bentuk butir (partikel shape), dan
hubungan antar butir (12abric), struktur sedimen, komposisi mineral, serta kandungan biota. Dari
berbagai sifat fisik tersebut ukuran butur menjadi sangat penting karena umumnya menjadi dasar
dalam penamaan sedimen yang bersangkutan serta membantu analisa proses pengendapan karena
ukuran butir berhubungan erat dengan dinamika transfortasi dan deposisi (Krumbein dan Sloss
(1983). Berkaitan dengan sedimentasi mekanik ukuran butir akan mencerminkan resistensi
butiran sedimen terhadap proses pelapukan erosi/abrasi serta mencerminkan kemampuan dalam
Pada umumnya batuan sedimen dapat dikenali dengan mudah dilapangan dengan adanya
perlapisan. Perlapisan pada batuan sedimen disebabkan oleh (1) perbedaan besar butir, seperti
misalnya antara batupasir dan batulempung; (2) Perbedaan warna batuan, antara batupasir yang
berwarna abu-abu terang dengan batulempung yang berwarna abu-abu kehitaman. Disamping
itu, struktur sedimen juga menjadi penciri dari batuan sedimen, seperti struktur silang siur atau
struktur gelembur gelombang. Ciri lainnya adalah sifat klastik, yaitu yang tersusun dari fragmen-
fragmen lepas hasil pelapukan batuan yang kemudian tersemenkan menjadi batuan sedimen
klastik. Disamping itu kandungan fosil juga menjadi penciri dari batuan sedimen, mengingat
fosil terbentuk sebagai akibat dari organisme yang terperangkap ketika batuan tersebut
diendapkan.
Pada hakekatnya tekstur adalah hubungan antar butir / mineral yang terdapat di dalam
batuan. Sebagaimana diketahui bahwa tekstur yang terdapat dalam batuan sedimen terdiri dari
fragmen batuan / mineral dan matrik (masa dasar). Adapun yang termasuk dalam tekstur pada
batuan sedimen klastik terdiri dari : Besar Butir, Bentuk Butir, Kemas (Fabric), Pemilahan
1. Besar Butir adalah ukuran butir dari material penyusun batuan sedimen diukur berdasarkan
klasifikasiWentword.
2. Bentuk butir pada sedimen klastik dibagi menjadi : Rounded (Membundar ), Sub-rounded
3. Kemas (Fabric) adalah hubungan antara masa dasar dengan fragmen batuan / mineralnya.
Kemas pada batuan sedimen ada 2, yaitu : Kemas Terbuka, yaitu hubungan antara masa
dasar dan fragmen butiran yang kontras sehingga terlihat fragmen butiran mengambang
diatas masa dasar batuan. Kemas tertutup, yaitu hubungan antar fragmen butiran yang
4. Pemilahan (Sorting) adalah keseragaman ukuran butir dari fragmen penyusun batuan.
5. Sementasi (Cement) adalah bahan pengikat antar butir dari fragmen penyusun batuan.
Macam dari bahan semen pada batuan sedimen klastik adalah : karbonat, silika, dan oksida
besi.
6. Porositas (Kesarangan) adalah ruang yang terdapat diantara fragmen butiran yang ada pada
batuan. Jenis porositas pada batuan sedimen adalah Porositas Baik, Porositas Sedang,
Porositas Buruk.
7. Permeabilitas (Kelulusan) adalah sifat yang dimiliki oleh batuan untuk dapat meloloskan
air. Jenis permeabilitas pada batuan sedimen adalah permeabilitas baik, permeabilitas
Batuan sedimen klastik dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis batuan atas dasar
ukuran butirnya. Klasifikasi ukuran butir yang dipakai dalam pengelompokkan batuan sedimen
klastik menggunakan klasifikasi dari Wentword seperti yang diperlihatkan pada Tabel dibawah
adalah daftar nama-nama Batuan Sedimen Klastik (berdasarkan ukuran dan bentuk butir).
Batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimiawi,
seperti batu halit yang berasal dari hasil evaporasi dan batuan rijang sebagai proses kimiawi.
Batuan sedimen non-klastik dapat juga terbentuk sebagai hasil proses organik, seperti
batugamping terumbu yang berasal dari organisme yang telah mati atau batubara yang berasal
dari sisa tumbuhan yang terubah. Batuan ini terbentuk sebagai proses kimiawi, yaitu material
kimiawi yang larut dalam air (terutamanya air laut). Material ini terendapkan karena proses
kimiawi seperti proses penguapan membentuk kristal garam, atau dengan bantuan proses biologi
(seperti membesarnya cangkang oleh organisme yang mengambil bahan kimia yang ada dalam
air).
Dalam keadaan tertentu, proses yang terlibat sangat kompleks, dan sukar untuk dibedakan
antara bahan yang terbentuk hasil proses kimia, atau proses biologi (yang juga melibatkan proses
kimia secara tak langsung). Jadi lebih sesuai dari kedua-dua jenis sedimen ini dimasukan dalam
satu kelas yang sama, yaitu sedimen endapan kimiawi / biokimia. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah sedimen evaporit (evaporites), karbonat (carbonates), batugamping dan
dolomit (limestones and dolostone), serta batuan bersilika (siliceous rocks), rijang (chert).
(evaporation) air laut. Proses penguapan air laut menjadi uap mengakibatkan tertinggalnya bahan
kimia yang pada akhirnya akan menghablur apabila hampir semua kandungan air manjadi uap.
Proses pembentukan garam dilakukan dengan cara ini. Proses penguapan ini memerlukan sinar
3. Travertine yang terdiri dari calcium carbonate (CaCO3), merupakan batuan karbonat.
Batuan travertin umumnya terbentuk dalam gua batugamping dan juga di kawasan air
Batuan sedimen karbonat terbentuk dari hasil proses kimiawi, dan juga proses biokimia.
Kelompok batuan karbonat antara lain adalah batugamping dan dolomit. Mineral utama
pembentuk batuan karbonat adalah: Kalsit (Calcite) (CaCO3) dan Dolomit (Dolomite)
(CaMg(CO3)2).
kelabu cerah hingga gelap, tersusun dari lumpur karbonat (lime mud) yang juga dikenali
sebagai calcilutite.
proses biokimia. Fosil yang terdiri dari bahan / mineral kalsit atau dolomit merupakan
5. Chalk terdiri dari kumpulan organisme planktonic seperti coccolithophores; fizzes readily
in acid
7. Travertine terbentuk dalam gua batugamping dan di daerah air panas hasil dari proses
kimia
3. Batuan Silika
Batuan sedimen silika tersusun dari mineral silika (SiO2). Batuan ini terhasil dari proses
kimiawi dan atau biokimia, dan berasal dari kumpulan organisme yang berkomposisi silika
seperti diatomae, radiolaria dan sponges. Kadang-kadang batuan karbonat dapat menjadi batuan
bersilika apabila terjadi reaksi kimia, dimana mineral silika mengganti kalsium karbonat.
1. Diatomite, terlihat seperti kapur (chalk), tetapi tidak bereaksi dengan asam. Berasal dari
2. Rijang (Chert), merupakan batuan yang sangat keras dan tahan terhadap proses lelehan,
masif atau berlapis, terdiri dari mineral kuarsa mikrokristalin, berwarna cerah hingga
gelap. Rijang dapat terbentuk dari hasil proses biologi (kelompok organisme bersilika, atau
Endapan organik terdiri daripada kumpulan material organik yang akhirnya mengeras menjadi
batu. Contoh yang paling baik adalah batubara. Serpihan daun dan batang tumbuhan yang tebal
dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan dengan lingkungan daratan), apabila mengalami
tekanan yang tinggi akan termampatkan, dan akhirnya berubah menjadi bahan hidrokarbon
batubara. Tabel dibawah adalah daftar nama-nama Batuan Sedimen Non-klastik (berdasarkan
genesa pembentukannya).
Sedimen laut dalam dengan bentuk butir dan tekstur yang lebih halus dan kecil melayang –
layang di kolom air,yang nantinya akan terendap di dasar laut berdasarkan besar kecilnya bentuk
dan teksturnya, apabila sedimen memiliki bentuk dan tekstur yang besar akan lebih cepat
mengendap, dan sebaliknya bila tekstur sedimen lebih kecil maka sedimen akan membutuhkan
biasanya berasal dari sisa-sisa mahluk hidup yang mati dari tumbuhan maupun hewan laut.
Biasanya sedimeen organic ini dimanfaatkan oleh hewan laut dalam untuk sumber makannya.
Ada pula sedimen laut dimanfaat untuk tempat perlindungan dari bahaya predator, dengan
demikian sedimen di dasar laut dalam sebagai ekosistem baru bagi hewan laut dalam. Sedimen
organic juga dapat dirubah oleh detritus menjadi ion–ion yang diperlukan mahluk hidup.
Sedangkan sedimen anorganik biasanya mengandung elemen kimia seperti logam berat yang
apabila logam berat tersebut masuk dan terakumulasi pada tubuh mahluk hidup maka akan
Peristiwa akresi dan abrasi dapat terjadi karena adanya variasi kondisi oseanografi. Kondisi
oseanografi fisika di kawasan pesisir dan laut dapat digambarkan oleh terjadinya fenomena alam
seperti terjadinya pasang surut, arus, kondisi suhu dan salinitas serta angin. Fenomena tersebut
memberikan kekhasan karakteristik pada kawasan pesisir dan lautan sehingga menyebabkan
terjadinya kondisi fisik perairan yang berbeda-beda. Wilayah pantai memiliki dinamika perairan
yang kompleks. Proses-proses utama yang sering terjadi meliputi sirkulasi massa air,
percampuran (terutama antara dua massa air yang berbeda), sedimentasi dan erosi,
dan upwelling. Proses tersebut terjadi karena adanya interaksi antara berbagai komponen seperti
daratan, laut, dan atmosfir (Putinella, 2002). Adapun komponen-komponen tersebut antara lain
seperti pasang surut, gelombang, arus, angin, struktur geologi pantai, kemiringan dan arah garis
pantai.
1) Pas an g S u ru t
Pengaruh gaya tarik bulan dan matahari mengakibatkan air laut di sepanjang pantai
menjadi naik (air pasang) pada saat bersamaan di sepanjang pantai bagian bumi yang lainnya
mengalami penurunan muka air laut (air surut). Gaya tarik bulan terhadap timbulnya gelombang
pasang besarnya 2,5 kali lebih kuat dari pada gaya tarik matahari karena posisi bulan jauh lebih
dekat dibandingkan dengan matahari. Ketinggian maksimum gelombang pasang terjadi di daerah
Pasang terutama disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara dua tenaga yang terjadi
di lautan, yang berasal dari gaya sentrifugal yang disebabkan oleh perputaran bumi pada
sumbunya dan gaya gravitasi yang berasal dari bulan. Gaya sentrifugal adalah suatu gaya yang
didesak ke arah luar dari pusat bumi yang besarnya lebih kurang sama dengan tenaga yang
Gaya gravitasi juga mempengaruhi terjadinya pasang walaupun tenaga yang ditimbulkan
terhadap lautan hanya sekitar 47% dari tenaga yang dihasilkan oleh gaya gravitasi bulan. Selain
itu faktor-faktor setempat seperti bentuk dasar lautan dan massa daratan di sekitarnya
kemungkinan menghalangi aliran air yang dapat berakibat luas terhadap sifat-sifat pasang
Ketika kedudukan matahari, bumi, bulan satu garis lurus (sudut 00). Gaya tarik gabungan
antara matahari dan bulan menghasilkan air pasang yang lebih besar. Pasang yang terjadi pada
saat itu biasa disebut pasang purnama atau pasang tinggi yang dinamakan spiring tide. Pada
waktu bulan seperempat dan tiga perempat, matahari dan bulan membentuk sudut 900, sehingga
gaya tarik keduanya saling melemah. Pasang yang terjadi pada saat itu adalah pasang kecil atau
terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Secara umum pasang surut di berbagai daerah
a) Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide), yaitu dalam satu hari terjadi dua
kali air pasang dan dua kali air surut, dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi
secara berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang
b) Pasang surut harian tunggal (diurnal tide), yaitu dalam satu hari terjadi satu kali
air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe
semidiurnal), yaitu dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi
dan periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat di perairan Indonesia Timur.
d) Pasang surut campuran condong ke hari tunggal (mixed tide prevailing diurnal),
dimana pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi
kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali surut dengan tinggi dan periode yang
sangat berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat di selat Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
Pengaruh gaya pasang surut mempengaruhi peristiwa abrasi dan sedimentasi. Wilayah
pantai yang mengalami peristiwa pasang surut harian ganda atau pasut surut tipe campuran
condong ke ganda memiliki pengaruh yang berbeda dengan wilayah pantai yang hanya
mengalami pasang surut harian tunggal, dimana wilayah yang memiliki pasang surut tipe harian
ganda dan campuran condong ke ganda mengalami proses transportasi sedimen yang lebih
mempengaruhi peristiwa abrasi sedimentasi. Kawasan pantai yang mengalami proses pasang
yang cenderung lebih lama dari waktu surut, akan berakibat memberikan peluang waktu yang
2) Gel o mb an g
Gelombang laut adalah gerakan melingkar molekul-molekul air yang tampak sebagai
gerakan naik turun. Gelombang laut disebabkan oleh angin yang berhembus pada permukaan
Menurut Dahuri (1996), ombak merupakan salah satu penyebab yang berperan besar dalam
pembentukan pantai, baik pantai abrasi maupun pantai sedimentasi. Ombak yang terjadi di laut
dalam pada umumnya tidak berpengaruh terhadap dasar laut dan sedimen yang terdapat di
dalamnya. Sebaliknya ombak yang terdapat di dekat pantai, terutama di daerah pecahan ombak
mempunyai energi besar dan sangat berperan dalam pembentukan morfologi pantai, seperti
menyeret sedimen (umumnya pasir dan kerikil) yang ada di dasar laut untuk ditumpuk dalam
bentuk gosong pasir. Di samping mengangkut sedimen dasar, ombak berperan sangat dominan
dalam menghancurkan daratan (abrasi laut). Daya penghancur ombak terhadap daratan/batuan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain keterjalan garis pantai, kekerasan batuan, rekahan
pada batuan, kedalaman laut di depan pantai, bentuk pantai, terdapat atau tidaknya penghalang
Gelombang yang ditemukan di permukaan laut pada umumnya terbentuk karena adanya
proses alih energi dari angin ke permukaan laut, atau pada saat tertentu disebabkan oleh gempa
di dasar laut. Gelombang ini merambat ke segala arah membawa energi tersebut kemudian
dilepaskannya ke pantai dalam bentuk hempasan ombak. Rambatan gelombang ini dapat
menempuh jarak ribuan kilometer sebelum mencapai suatu pantai. Gelombang yang mendekati
pantai akan mengalami pembiasan (refraction), dan akan memusat (covergence) jika mendekati
semenanjung, dan akan menyebar (divergence) jika menemui cekungan. Di samping itu
gelombang yang menuju perairan dangkal akan mengalami spilling, plunging atau surging.
Semua fenomena yang dialami gelombang tersebut pada hakekatnya disebabkan oleh topografi
Tipe gelombang spilling terjadi jika gelombang yang memiliki kemiringan kecil menuju
pantai yang datar. Pada jarak yang jauh dari pantai, gelombang tersebut mulai pecah secara
berangsur-angsur menghasilkan buih pada pada puncak gelombang dan meninggalkan suatu lapis
Tipe gelombang plunging terjadi jika kemiringan gelombang dan dasar bertambah.
Gelombang yang pecah dengan puncak gelombangnya akan terjun ke depan dan energinya
dihancurkan dalam turbulensi yang mana sebagian kecil akan dipantulkan pantai ke laut dan
tidak banyak gelombang baru yang terjadi pada air yang lebih dangkal.
Tipe gelombang pecah surging terjadi pada pantai yang memiliki kemiringan yang sangat
besar, seperti pada pantai berkarang. Tipe ini memiliki daerah gelombang pecah yang sangat
sempit dibandingkan dengan dua tipe lainnya dan sebagian besar energi yang dimiliki
dipantulkan kembali ke laut dalam dan sebelum puncak gelombang terjun ke depan, dasar
3) Aru s
Arus adalah gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horisontal massa air. Sistem-
sistem arus laut utama dihasilkan oleh beberapa daerah angin utama yang berbeda satu sama lain,
mengikuti garis lintang sekeliling dunia dan di masing-masing daerah ini angin secara terus
menerus bertiup dengan arah yang tidak berubah-ubah (Nybakken, 1988 dalam Putinella, 2002).
Berbeda dengan ombak yang bergerak maju ke arah pantai, arus laut, terutama yang
mengalir sepanjang pantai merupakan penyebab utama yang lain dalam membentuk morfologi
pantai. Arus laut terbentuk oleh angin yang bertiup dalam selang waktu yang lama, dapat pula
terjadi karena ombak yang membentur pantai secara miring. Berbeda dengan peran ombak yang
mengangkut sedimen tegak lurus terhadap arah ombak, arus laut mampu membawa sedimen
yang mengapung maupun yang terdapat di dasar laut. Pergerakan sedimen searah dengan arah
pergerakan arus, umumnya menyebar sepanjang garis pantai. Bentuk morfologi spit, tombolo,
beach ridge atau akumulasi sedimen di sekitar jetty dan tanggul pantai menunjukkan hasil kerja
arus laut.
Pola arus pantai ditentukan terutama oleh besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang
yang datang dengan garis pantai. Jika sudut datang itu cukup besar, maka akan terbentuk arus
menyusur pantai (longshore current) yang disebabkan oleh perbedaan tekanan hidrostatik. Jika
sudut datang relatif kecil atau sama dengan nol (gelombang yang datang sejajar dengan pantai),
maka akan terbentuk arus meretas pantai (rip current) dengan arah menjauhi pantai di samping
terbentuknya arus menyusur pantai. Diantara kedua jenis arus pantai ini, arus menyusur pantailah
yang mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transportasi sedimen pantai (Dahuri, 1996).
Selain faktor angin, arus juga dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :
a) Bentuk topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada di sekitarnya. Beberapa sistem
lautan utama di dunia dibatasi oleh massa daratan dari tiga sisi dan pula oleh arus ekuator
counter di sisi yang keempat. Batas-batas ini menghasilkan sistem aliran yaitu hampir
tertutup dan cenderung membuat aliran air mengarah dalam suatu bentuk bulatan. Dari
b) Efek Coriolis atau gaya Coriolis. Gaya Coriolis adalah gaya semu yang ditimbulkan akibat
efek dua gaya gerakan. Yaitu gerakan rotasi bumi dan gerakan benda relatif terhadap
permukaan bumi. Gaya ini menyebabkan terjadinya perpindahan zat cair di belahan bumi
utara di belokkan ke kanan dan di belahan bumi selatan dibelokkan ke kiri (Kanginan,
1999)
c) Spiral Ekman atau perpindahan Ekman oleh V. walfrid Ekman, seorang ahli dari Swedia,
pada tahun 1982 menunjukkan secara matematis bahwa di bawah kondisi samudra yang
ideal akan menghasilkan sebuah pengurangan kecepatan arus sistematis dan sebuah
Selain ketiga faktor di atas, gerakan air yang luas dapat diakibatkan oleh perbedaan densitas
lapisan lautan yang mempunyai kedalaman berbeda. Perbedaan itu timbul terutama
4) An gi n
Angin disebabkan karena adanya perbedaan tekanan udara yang merupakan hasil dari
permukaan bumi. Keadaan ini mengakibatkan naiknya sejumlah besar massa udara yang ditandai
dengan timbulnya sifat khusus yaitu terdapatnya tekanan udara yang tinggi dan rendah. Sebagai
contoh, massa udara yang bertekanan tinggi dibentuk di atas daerah-daerah kutub, sedangkan
massa udara yang bertekanan rendah yang kering dan panas terkumpul di daerah subtropik.
Massa udara ini tidak tetap tinggal pada tempat di mana mereka ini dibentuk, tetapi begitu
mereka melewati daerah daratan mereka akan tersesat oleh aliran angin yang ditimbulkan dengan
adanya perubahan dan variasi iklim setempat. Massa udara yang bertekanan tinggi ini dikenal
sebagai anti-cyclones ; udara yang beredar di dalamnya berputar ke arah lawan jarum jam (anti-
clockwise) pada bagian belahan bumi sebelah Selatan, sedangkan di belahan bumi sebelah Utara
mereka berputar ke arah jarum jam (clockwise). Massa udara yang bertekanan rendah
dinamakan cyclones. Gerakan massa udara di dalamnya bergerak ke arah jarum jam di belahan
bumi Selatan dan ke arah lawan jarum jam di belahan bumi Utara.
Gelombang yang terjadi di laut disebabkan oleh hembusan angin (Nontji, 1999). Faktor
yang mempengaruhi bentuk/besarnya gelombang yang disebabkan oleh angin adalah: kecepatan
angin, lamanya angin bertiup, kedalaman laut, dan luasnya perairan, serta fetch (F) yaitu jarak
Sedimen pantai adalah partikel-partikel yang berasal dari hasil pembongkaran batuan-
batuan dari daratan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa-sisa rangka-rangka organisme
laut. Tidaklah mengherankan jikalau ukuran partikel-partikel ini sangat ditentukan oleh sifat-sifat
fisik mereka dan akibatnya sedimen yang terdapat pada berbagai tempat di dunia mempunyai
sifat-sifat yang sangat berbeda satu sama lain. Misalnya sebagian besar dasar laut yang dalam
ditutupi oleh jenis partikel yang berukuran kecil yang terdiri dari sedimen halus. Sedangkan
hampir semua pantai ditutupi oleh partikel berukuran besar yang terdiri dari sedimen kasar.
Keseimbangan antara sedimen yang dibawa sungai dengan kecepatan pengangkutan sedimen di
muara sungai akan menentukan berkembangnya dataran pantai. Apabila jumlah sedimen yang
dibawa ke laut dapat segera diangkut oleh ombak dan arus laut, maka pantai akan dalam keadaan
stabil. Sebaliknya apabila jumlah sedimen melebihi kemampuan ombak dan arus laut dalam
Pettijohn (1975), Selley (1988) dan Richard (1992) menyatakan bahwa cara transfortasi
1. Sedimen merayap (bed load) yaitu material yang terangkut secara menggeser atau
2. Sedimen loncat (saltation load) yaitu material yang meloncat-loncat bertumpu pada dasar
aliran.
3. Sedimen layang (suspended load) yaitu material yang terbawa arus dengan cara
Transfor sedimen sepanjang pantai merupakan gerakan sedimen di daerah pantai yang
disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya (Komar : 1983). Transfor sedimen
ini terjadi di daerah antara gelombang pecah dan garis pantai akibat sedimen yang dibawanya
(Carter, 1993). Menurut Triatmojo (1999) transfor sedimen sepanjang pantai terdiri dari dua
komponen utama yaitu transfor sedimen dalam bentuk mata gergaji di garis pantai dan transfor
Transfor sedimen pantai banyak menimbulkan fenomena perubahan dasar perairan seperti
pendangkalan muara sungai erosi pantai perubahan garis pantai dan sebagainya (Yuwono, 1994).
Fenomena ini biasanya merupakan permasalahan terutama pada daerah pelabuhan sehingga
prediksinya sangat diperlukan dalam perencanaan ataupun penentuan metode penanggulangan.
Menurut Triatmojo (1999) beberapa cara yang biasanya digunakan antara lain adalah :
1. Melakukan pengukuran debit sedimen pada setiap titik yang ditinjau, sehingga secra
2. Menggunakan peta/ foto udara atau pengukuran yang menunjukan perubahan elevasi
dasar perairan dalam suatu periode tertentu. Cara ini akan memberikan hasil yang baik
jika di daerah pengukuran terdapat bangunan yang mampu menangkap sedimen seperti
3. Rumus empiris yang didasarkan pada kondisi gelombang dan sedimen pada daerah yang
di tinjau.
Kegiatan pembukaan lahan di bagian hulu dan DTA untuk pertanian, pertambangan dan
Masuknya padatan tersuspensi ke dalam perairan danau dapat meningkatkan kekeruhan air. Hal
perairan menjadi turun, yang pada gilirannya menyebabkan terganggunya keseluruhan rantai
Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi akan terbawa oleh aliran dan diendapkan pada
suatu tempat yang kecepatannya melambat atau terhenti. Proses ini dikenal dengan sedimentasi
atau pengendapan. Asdak (2002) menyatakan bahwa sedimen hasil erosi terjadi sebagai akibat
proses pengolahan tanah yang tidak memenuhi kaidah-kaidah konservasi pada daerah tangkapan
air di bagian hulu. Kandungan sedimen pada hampir semua sungai meningkat terus karena erosi
dari tanah pertanian, kehutanan, konstruksi dan pertambangan. Hasil sedimen (sediment yield)
adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang dapat
diukur pada periode waktu dan tempat tertentu. Hal ini biasanya diperoleh dari pengukuran
Berdasarkan pada jenis dan ukuran partikel-partikel tanah serta komposisi bahan, sedimen
dapat dibagi atas beberapa klasifikasi yaitu gravels (kerikil), medium sand (pasir), silt (lumpur),
clay (liat) dan dissolved material (bahan terlarut). Ukuran partikel memiliki hubungan dengan
kandungan bahan organic sedimen. Sedimen dengan ukuran partikel halus memiliki kandungan
bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan sedimen dengan ukuran partikel yang
lebih kasar. Hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan yang tenang, sehingga
memungkinkan pengendapan sedimen lumpur yang diikuti oleh akumulasi bahan organik ke
dasar perairan. Pada sedimen kasar, kandungan bahan organik biasanya rendah karena partikel
yang halus tidak mengendap. Selain itu, tingginya kadar bahan organic pada sedimen dengan
ukuran butir lebih halus disebabkan oleh adanya gaya kohesi (tarik menarik) antara partikel
sedimen dengan partikel mineral, pengikatan oleh partikel organik dan pengikatan oleh sekresi
adanya pasang surut pada derah pantai akan cenderung menyebakan terbentuknya suatu split
yang terjadi pada arah dominan pergerakan sedimennya. Demikian pula pada bangunan-
sedimennya sehingga akan terjadi penumpukan sedimen pada satu posisi dan erosi pada sisi
lainnya. Oleh karena itu prediksi transportasi sedimen sepanjang pantai untuk berbagao kondisi
sangat penting untuk diketahui, terlebih dalam perencanaan suatu pelabuhan, akan sangat penting
untuk mengadakan perhitungan mengenai jumlah transportasi sedimen dan meneliti pengaruh-
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegiatan pembukaan lahan di bagian hulu dan DTA untuk pertanian, pertambangan dan
Masuknya padatan tersuspensi ke dalam perairan danau dapat meningkatkan kekeruhan air. Hal
perairan menjadi turun, yang pada gilirannya menyebabkan terganggunya keseluruhan rantai
makan.
Kegiatan pembukaan lahan di bagian hulu dan DTA untuk pertanian, pertambangan dan
Masuknya padatan tersuspensi ke dalam perairan danau dapat meningkatkan kekeruhan air. Hal
perairan menjadi turun, yang pada gilirannya menyebabkan terganggunya keseluruhan rantai
Atmodjo, W., 2011. Studi penyebaran sedimen tersuspensi di muara Sungai Porong Kabupaten
Darlan, Y. (1996). Geomorfologi wilayah pesisir Aplikasi untuk penelitian wilayah pantai. Pusat
Ghurfon, H. Kordi K.M. 2011. Ekosistem Lamun (seagrass): Fungsi, Potensi, dan Pengelolaan.
Ibrahim, Y., 2014, November. Analisis Keragaman Biota dan Faktor Fisiko-Kimia Pantai
Mahasiswa Calon Guru Biologi. In Prosiding Seminar Biologi (Vol. 11, No. 1).
Purnawan, S., Setiawan, I. & Marwantim. (2012). Studi sebaran sedimen berdasarkan ukuran
butir di perairan Kuala Gigieng, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Depik, 1(1):31-
36p
Riniatsih, I. dan Wibowo, E., 2010. Substrat dasar dan parameter oseanografi sebagai penentu
Setiady, D. and Darlan, Y., 2012. Karakteristika Pantai dalam Penentuan Asal Sedimen Di
Pesisir Bayah Kabupaten Lebak, Banten. Jurnal Geologi Kelautan, 10(3), pp.147-155.
Siswanto, A.D., Pratikto, W.A. and Suntoyo, S., 2010. Analisa Stabilitas Garis Pantai di
15(4), pp.221-230.
Umi Muawanah dan Agus supangat. 1998. Pengantar Kimia dan Sedimen Dasar Laut. Badan