1) Kanker
Beberapa studi penelitian secara khusus telah mengaitkan konsumsi apel
dengan penurunan resiko terjadinya kanker, khususnya kanker paru, rongga
mulut, esophagus, dan usus besar. Berdasarkan The Nurses ‘Health and
Professional’ Follow up-Study yang melibatkan lebih dari 77.000 wanita dan
47.000 pria, diperoleh hasil adanya penurunan resiko kanker paru sebesar 21%,
khususnya pada wanita yang mengonsumsi apel dan pir satu porsi per hari.
Dalam sebuah penelitian di Finlandia yang melibatkan 10.000 wanita dan pria
dan dipantau selama 24 tahun, diperoleh hasil pada populasi sampel yang
mengonsumsi 4.0mg/hari apel akan menurunkan resiko penyakit kanker paru
khususnya pada usia dewasa muda yang tidak merokok.
Hal ini juga didukung oleh sebuah studi kasus terkontrol berbasis rumah sakit
pada tahun 2005 di Italia. Penelitian yang dilakukan pada lebih dari 6000 orang
ditemukan bahwa mengonsumsi satu atau lebih apel setiap harinya (166 gr) bisa
secara signifikan menurunkan resiko kanker mulut dan faring (18%), esophagus
(22%), kolorektal (40%), payudara (24%), ovarium (24%), dan prostat (7%).
Selain itu, apel dan terutama kulit apel, telah ditemukan memiliki aktivitas
antioksidan yang kuat dan dapat menghambat pertumbuhan kanker hati dan sel-
sel kanker usus besar. Total aktivitas antioksidan apel setara dengan 83umol
vitamin C, yang berarti bahwa antioksidan 100gr apel (sekitar 1 porsi apel)
setara dengan 1500mg vitamin C.
2) Penyakit Jantung
Survei dari The Women’s Health Study yang dilakukan pada hampir 40.000
wanita dengan pemantauan selama 6,9 tahun, diperoleh terjadi penurunan resiko
kejadian kardiovaskular sebesar 35% khususnya pada penyakit stroke trombotik
dan penyakit jantung koroner. Wanita yang mengonsumsi >71 gr apel (kurang
dari 1 porsi apel) secara rutin akan mengalami penurunan resiko terjadinya
penyakit jantung dan pembuluh darah sebesar 13-22% dan resiko kematian
akibat penyakit koroner sebesar 49% dibandingkan dengan wanita yang tidak
mengonsumsi apel. Pada pria penurunan resiko penyakit kardiovaskular hanya
sebesar 19% pada kelompok yang mengonsumsi >54 gr apel. Hubungan antara
flavonoid dan resiko terjadinya penyakit jantung koroner juga diteliti sebagai
bagian dari studi lansia Zuthpen, dimana asupan flavonoid sangat berkorelasi
dengan penurunan mortalitas (kematian) akibat penyakit jantung koroner pada
pria lanjut usia.
4) Diabetes
Apel tidak hanya membantu membantu menurunkan risiko terjadinya penyakit
kanker, jantung, dan asma. Namun, konsumsi apel secara rutin juga dapat
dikaitkan dengan rendahnya risiko untuk terkena Diabetes Melitus tipe II (DM
Tipe II). Dalam studi di Finlandia yang telah dibahas sebelumnya pada 10.000
orang, terjadi penurunan risiko DM tipe II bagi yang mengonsumsi apel.
Berdasarkan studi semikuantitatif Women’s Health, diperoleh bahwa apel
diidentifikasi sebagai satu-satunya makanan yang kaya akan flavonoid yang
berperan sebagai pelindung terhadap inflamasi dan resistensi insulin (insulin
merupakan factor terpenting dalam mekanisme terjadinya diabetes). Terdapat
penurunan resiko DM Tipe II sekitar 27-28% terkait dengan konsumsi apel 2-6
per minggu atau 1 buah apel per hari. Selain itu konsumsi apel juga membantu
mengurangi kadar gula darah dibandingkan dengan konsumsi oat/gandum.
7) Kesehatan Tulang
Hilangnya masa tulang berhubungan dengan osteoporosis. Diperkirakan 1,5
juta orang akan menderita patah tulang karena osteoporosis setiap tahunnya.
Buah-buahan dan sayuran memberikan nutrisi yang diduga terkait dengan
peningkatan kesehatan dan kepadatan tulang (vitamin C, kalium, magnesium,
dan vitamin K). Asupan sayur dan buah, khususnya apel dihubungkan dengan
kepadatan mineral tulang dan penanda tulang, dimana pada beberapa penelitian
diperoleh korelasi positif pada penanda radang yang berkaitan dengan kesehatan
tulang. Sebuah penelitian Calcified Tissue International, menunjukkan bahwa
kandungan flavonoid khusus dalam buah apel (phloridzin) dapat membantu
mencegah kehilangan massa tulang yang terkait dengan menopause, dimana
pada saat menopause terjadi kecenderungan peningkatan peradangan dan
produksi radikal bebas, yang pada akhirnya dapat mendorong pengeroposan
tulang.
1. Heneman, Karrie dan Sheri Zidenberg. 2008. Nutritions and Health Info-Sheet
For Health Profesionals: Some facts about phytochemical. Diunduh dari
http://nutrition.ucdavis.edu/content/infosheets/fact-pro-phytochemical.pdf
pada Minggu, 13 Maret 2016.
2. Boyer, Jeanelle dan Rui Hai Liu. 2004. Nutrition Journal: Review Apple
phytochemicals and their health benefits.pp 1-15. Diunduh dari
http://www.nutritionj.com/content/3/1/5 pada Minggu, 13 Maret 2016.
3. Hyson, Dianne. 2011. Advances in nutrition: Review A Comprehensive of
Apples and Apples Component and Their Relationship to Human Health. 2.pp
408-420. Diunduh dari http://www.advances.nutrition.org pada Minggu, 13
Maret 2016.
4. Puel C, Quintin A, Mathey J, Obled C, et al. Prevention of bone loss by
phloridzin, an apple polyphenol, in ovariectomized rats under inflammation
conditions. Calcif Tissue Int. 2005 Nov;77(5):311-8. Diunduh dari
http://www.whfoods.com/genpage.php?pfriendly=1&tname=news&dbid=97
pada Minggu, 13 Maret 2016.
5. Resveralife : Skin Benefits of Apples (Foto Sampul) [Online]. [Cited on 4th
April 2016]. Available from http://resveralife.com/skin-benefits-of-
apples/