Anda di halaman 1dari 8

MediaTrend 14 (1) 2019 p.

41-48

Media Trend
Berkala Kajian Ekonomi dan Studi Pembangunan
http://journal.trunojoyo.ac.id/mediatrend

Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga dan Masalah Stunting Balita


di Indonesia

Umar1*, Tri Haryanto2


1,2
Jurusan Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga

Informasi Artikel ABSTR ACT


Sejarah artikel: Stunting has become a global issue. Indonesia is the fifth country with the highest
Diterima Desember 2018 prevalence of stunted children. This study aims to analyze the effect of household
Disetujui Desember 2018
Dipublikasikan Maret socio-economic conditions on stunting in Indonesia. The study is using cross
2019 section data. Data resources are obtained from The Health Research and Health
Development Agency by the 2010 Ministry of Health Data Center. Study’s metode
Keywords: is using the logistic regression analyze. The result shows household socio-economic,
Stunting,
Social Economic, food consumption expenditure,mother’s education level, mother status, family
Logistic Regression, size,breas milk, immunization, childbirth assistant, sanitation and enviromental
RISKESDAS health have affected the possibility of a simultaneous and partial stunting. The
result of the study can be a reference to the government in preventing childhood
stunting.

© 2019 MediaTrend
Penulis korespondensi:
E-mail: umar.economic@yahoo.com

DOI: http://dx.doi.org/10.21107/mediatrend.v14i1.4736
2460-7649 © 2019 MediaTrend. All rights reserved.
Kondisi Sosial Ekonomi ....... MediaTrend 14 (1) 2019 p.41-48

PENDAHULUAN Rp 1.485 triliun per tahun yang disebab-


Gangguan pertumbuhan dan per- kan oleh stunting (Kementian Desa, PDTT,
kembangan pada anak yang sering dike- 2017).
nal dengan istilah stunting telah menjadi Berdasarkan Riset Kesehatan Da-
isu global dalam permasalahan dunia ke- sar 2013, pemerintah mempunyai upaya
sehatan. Pada tahun 2012, terdapat 162 dalam mencegah dan mengurangi stunting
juta balita di dunia mengalami stunting. dengan melakukan dua upaya, yaitu inter-
Lebih dari 90% anak-anak yang mengala- vensi secara langsung dan tidak langsung.
mi stunting di dunia tinggal di Afrika dan Upaya pertama adalah intervensi secara
Asia. Indonesia berada pada posisi kelima langsung, yaitu intervensi gizi spesifik di
di dunia dengan tingkat stunting tertinggi. sektor kesehatan. Upaya kedua adalah in-
Tingkat stunting di Indonesia men- tervensi secara tidak langsung, yaitu inter-
capai 37,2% pada tahun 2013 lebih tinggi vensi gizi sensitif di sektor non-kesehatan.
dibandingkan dengan beberapa negara Hasil dari kedua intervensi memaparkan
tetangga, seperti Myanmar (35%), Vietnam 30% pada intervensi secara langsung
(23%), Malaysia (17%), Thailand (16%), dalam mencegah dan mengurangi stunt-
dan Singapura (4%) (Riset Kesehatan ing, sedangkan 70% pada intervensi se-
Dasar, 2013). WHO menyebutkan bahwa cara tidak langsung dengan melibatkan
stunting akan menjadi masalah kesehatan sektor lainnya, seperti ketahanan pangan,
masyarakat apabila di dalam suatu negara sanitasi, serta kondisi sosial ekonomi, khu-
terjadi capaian pravalensi stunting hingga susnya pendidikan dan kemiskinan rumah
20%. tangga (Kementrian Kesehatan, 2013).
Pravalensi stunting di Indonesia Konsumsi makanan berpengaruh
mengalami peningkatan dari 2007-2013 terhadap stunting. Semakin tinggi penge-
dari 36,8%-37,2% (Riset Kesehatan Dasar, luaran konsumsi makanan, maka semakin
2013). Berdasarkan hasil riset Kementrian tinggi kecukupan kebutuhan nutrisi sehing-
Kesehatan, 1/3 balita di Indonesia meng- ga dapat mencegah terjadinya stunting
alami stunting. Setiap 100 balita terdapat (Hammoudeh, 2016; Wu, 2015; Lee, 2012;
30 balita pendek (stunting), 5 balita meng- Semba, 2008).
alami kegemukan (obesity), 12 balita kurus Tingkat pendidikan seorang ibu sa-
(wasting), dan selebihnya normal. ngat penting dalam mempengaruhi stunt-
Kondisi tersebut akan berdampak ing. Semakin tinggi tingkat pendidikan
pada penurunan kualitas sumber daya ma- seorang ibu, maka wawasan mengenai in-
nusia di masa depan. Anak-anak dengan formasi-informasi kebutuhan gizi terhadap
stunting mempunyai resiko kematian yang anaknya akan lebih mudah diserap dan
lebih tinggi dibandingkan anak-anak nor- dipraktikkan. Maka dari itu, hal itu akan
mal (Brown, 2016). Selain kematian, dam- mencegah terjadinya stunting. (Dearden,
pak stunting akan mengakibatkan penu- 2017; Ali, 2016; Assefa, 2013; Walker,
runan motorik dan fungsi kognitif serta 2012; Dekker, 2010).
perilaku kelainan, dan gangguan imunitas Status pekerjaan ibu ikut berperan
sehingga produktivitas menurun (De Onis, penting dalam mempengaruhi stunting.
(2016); Fenske, 2013). Apabila seorang ibu bekerja di luar rumah
Hasil riset World Bank menjelaskan maka akan meningkatkan pendapatan
terdapat kerugian 3%-11% dari Pendapa- rumah tangga. Jadi, kebutuhan akan nu-
tan Domestik Bruto (PDB) akibat stunt- trisi anak dapat selalu terpenuhi. Hal inilah
ing. Jika PDB Indonesia pada tahun 2017 yang akan mencegah terjadinya stunting
sebesar Rp13.500 triliun, maka Indonesia pada anak (Keino, 2014; Stewart, 2013;
mengalami kerugian sekitar Rp 405 triliun- Monteiro, 2010; Adeladza, 2009).

42
Umar, dkk. MediaTrend 14 (1) 2019 p.41-48

Jumlah tanggungan dalam rumah ini pada pembahasan selanjutnya adalah


tangga secara tidak langsung mempe- metode penelitian, hasil pembahasan, dan
ngaruhi risiko terjadinya stunting pada ba- kesimpulan.
lita. Hal ini karena banyaknya jumlah tang-
gungan yang membuat kebutuhan dalam METODE PENELITIAN
rumah tangga menjadi lebih banyak. Oleh Penelitian ini menggunakan model
karena itu, asupan gizi balita kurang me- regresi logistik menurut Deshmukh, 2013
madai dan risiko terjadinya stunting men- dengan modifikasi perbedaan beberapa
jadi lebih besar (Wu, 2015; Kamal, 2011; variabel yang digunakan. Spesifikasi mo-
Semba 2008). del sebagai berikut:
ASI (Air Susu Ibu) dapat mencegah
Li = ln = β0 + β1 X1 + β2D2 + β3D3 +
terjadinya stunting karena ASI merupakan
asupan gizi yang penting bagi tumbuh β4D4 + β5D5 + β6D6 + β D7+β8D8+ β9D9+ e
kembang balita (Dewana, 2017; Dorsey, Dimana Li adalah stunting yang merupa-
2016; Fenske, 2013). Selain ASI, imunisasi kan variabel dummy (D= 1 terjadi stunting
merupakan faktor penting dalam pencega- dan D= 0 tidak terjadi stunting). X1 adalah
han stunting. Semakin lengkap imunisasi pengeluaran konsumsi untuk makanan
yang diberikan kepada balita, maka sema- (dalam LN). D2 adalah dummy tingkat pen-
kin besar pencegahan terjadinya stunting didikan ibu (D= 1 jika berpendidikan tinggi
(Deshmukh, 2013; Adeladza, 2009). Se- (lulus SMA) dan D= 0 jika berpendidikan
lain itu, akses layanan kesehatan, seperti rendah (tidak lulus SMA)). D3 adalah dum-
pertolongan pada persalinan juga mempe- my status ibu (D= 1 jika bekerja dan D= 0
ngaruhi stunting. Balita dengan persalinan jika tidak bekerja). D4 adalah jumlah ango-
yang dibantu dengan tenaga medis lebih ta rumah tangga. D5 adalah dummy pem-
kecil risiko terjadi stunting dibandingkan berian ASI (D= 1 jika diberikan ASI dan D=
dengan persalinan yang dibantu bukan 0 jika tidak diberikan ASI). D6 adalah dum-
dari tenaga medis (Dorsey, 2016). my imunisasi (D= 1 jika imunisasi lengkap
Aspek kesehatan lingkungan, se- (imunisasi hepatitis B-0, BCG, polio, dan
perti sanitasi dan penanganan sampah DPT-HB combo) dan D= 0 jika imunisasi ti-
jika tidak ditangani dengan baik akan me- dak lengkap). D7 adalah dummy persalinan
nimbulkan bakteri. Bakteri tersebut dapat (D= 1 jika persalinan dibantu tenaga medis
menghambat penyerapan gizi dalam tu- dan D= 0 tidak dibantu dengan tenaga me-
buh balita sehingga berisiko stunting (Ali dis). D8 adalah dummy sanitasi (D=1 jika
Z, 2017; Schmidt, 2014; Cairncross, 2013; sanitasi aman (sarana pembuangan tinja
Fink, 2011; Willey, 2009). milik sendiri, jenis kloset leher angsa dan
Berdasarkan beberapa argumen di pembuangan akhir tinja berupa tangki sep-
atas, maka penelitian ini bertujuan untuk tik) dan D= 0 jika sanitasi tidak aman). D9
menganalisis pengaruh kondisi sosial eko- adalah dummy penanganan sampah (D= 1
nomi rumah tangga terhadap stunting ba- jika penanganan sampah aman (sampah
lita di Indonesia. Penelitian ini diharapkan diangkut oleh petugas, ditimbun dalam ta-
dapat menjadi referensi bagi pemerintah, nah dan dibuat kompos) dan D= 0 jika pe-
peneliti lainnya, serta bagi masyarakat ten- nanganan tidak aman).
tang pencegahan stunting. Karena stunt- Data penelitian diambil dari RISK-
ing sangat berbahaya dalam peningkatan ESDAS tahun 2010 karena variabel sosial
kualitas sumber daya manusia di masa ekonomi pada tahun 2010 lebih lengkap
kini maupun dimasa datang, sehingga jika dibandingkan dengan yang lainnya.
berujung pada perlambatan pertumbuhan Data RISKESDAS diperoleh dari Balit-
ekonomi. Organisasi penulisan penelitian

43
Kondisi Sosial Ekonomi ....... MediaTrend 14 (1) 2019 p.41-48

bangkes Kementrian Kesehatan. Jumlah ngan cara yang tidak aman. Hal ini menun-
observasi pada penelitian ini sebanyak jukkan kurangnya perhatian masyarakat
18.958 dari 20.800 observasi data RISK- terhadap kebersihan lingkungan.
ESDAS karena penelitian ini hanya mene- Hasil estimasi model regresi logis-
liti rumah tangga yang memilki balita. tik dijelaskan pada tabel 2 bahwa variabel
independen secara simultan atau ber-
HASIL DAN PEMBAHASAN sama-sama berpengaruh terhadap stunt-
Rata-rata pengeluaran konsumsi ing dengan tingkat signifikansi (P-vlueLR
makanan pada penelitian ini sebesar Rp 0,00<0,05). Secara parsial, seluruh varia-
1.327.338,00 per bulan. Pengeluaran te- bel independen berpengaruh signifikan.
rendah sebesar Rp 300.000,00 per bulan Status pekerjaan ibu, jumlah tanggungan,
dan pengeluaran tertinggi mencapai Rp pemberian ASI, dan imunisasi dengan
8.820.000,00 per bulan. Salah satu fak- tingkat signifkansi 5%, sedangkan variabel
tor yang menyebabkan tinggi rendahnya lainnya dengan tingkat signifikansi 1%.
pengeluaran rumah tangga adalah ba- Hasil penelitian menunjukkan pe-
nyaknya jumlah tanggungan. Pada pene- ningkatan pengeluaran konsumsi maka-
litian ini, jumlah tanggungan terendah se- nan dapat menurunkan stunting. Apabila
banyak 2 orang dan tertinggi mencapai 10 pengeluaran konsumsi makanan naik
orang per rumah tangga. sebesar Rp100,00 maka stunting akan
Persentase rata-rata ibu berpen- turun sebesar 5,4%. Menurut Lee dkk
didikan tinggi adalah 38,4% dan persen- (2012), hal ini terjadi karena peningkatan
tase rata-rata ibu bekerja sebesar 49,3%. konsumsi makan akan meningkatkan ke-
Sebanyak 34,1% rata-rata balita pernah butuhan gizi dan nutrisi anak yang sangat
diberikan ASI dan 38,7% rata-rata balita diperlukan oleh tubuh sehingga dapat ter-
mendapat imunisasi lengkap. Selain itu, hindar dari risiko stunting.
sebanyak 74,2% rata-rata proses persali- Tingkat pendidikan ibu memiliki ko-
nan dibantu oleh tenaga medis. relasi negatif terhadap stunting. Semakin
Terdapat 48,4% rata-rata rumah tinggi tingkat pendidikan ibu, risiko terjadi-
tangga memiliki sanitasi yang aman dan nya stunting semakin rendah. Hasil pene-
sebanyak 27,3% rata-rata rumah tangga litian menunjukkan balita yang diasuh oleh
yang melakukan penanganan sampah de- seorang ibu yang berpendidikan rendah,

Tabel 1
Deskriptif Statistik Variabel

Sumber : Hasil Perhitungan Peneliti, 2018

44
Umar, dkk. MediaTrend 14 (1) 2019 p.41-48

akan berisiko 0,81 kali mengalami stunt- kemungkinan terjadinya stunting sebesar
ing. Menurut Imdad dkk (2011), seorang 0,7%. Menurut Wu dkk (2015), penamba-
ibu dengan pendidikan yang tinggi lebih han jumlah tanggungan akan meningkat-
memiliki wawasan yang luas. Oleh sebab kan jumlah pengeluaran rumah tangga,
itu, akses informasi mengenai kebutuhan meningkatnya­pengeluaran tanpa diim-
gizi dan jenis-jenis makanan yang baik un- bangi dengan peningkatan pendapatan,
tuk nutrisi anaknya lebih mudah diperoleh maka akan terjadi pengurangan kebutuhan
dan dipraktikkan, sehingga anaknya cen- seperti asupan makanan yang bergizi. Hal
derung terhindar dari masalah stunting. inilah yang dapat menyebabkan terjadinya
risiko stunting.
Tabel 2
Hasil Regresi Logistik

Sumber: Hasil Perhitungan Peneliti, 2018


Status pekerjaan ibu berpengaruh Asupan ASI (Air Susu Ibu) ber-
negatif terhadap stunting anak. Hasil pene- pengaruh negatif terhadap stunting. Hasil
litian menunjukkan balita dari seorang ibu penelitian menunjukkan balita yang di-
yang bekerja di luar rumah untuk mening- beri ASI, 0,92 kali akan terhindar stunting
katkan pendapatan rumah tangga, 0,92 dibandingkan dengan balita yang tidak
kali akan terhindar stunting dibanding- diberikan asupan ASI. Menurut Dewana
kan dengan balita dari seorang ibu yang dkk (2017), ASI adalah nutrisi pokok bagi
tidak bekerja. Menurut Keino dkk (2014), balita. Kandungan dalam ASI sangat baik
seorang ibu yang bekerja di luar rumah dan dibutuhkan dalam tumbuh kembang
akan meningkatkan pendapatan rumah balita. Jadi, ASI dapat mencegah terjadi-
tangga. Jadi, semakin tinggi pendapatan nya stunting.
rumah tangga, maka kebutuhan terhadap Imunisasi berpengaruh negatif ter-
makanan dan minuman yang bergizi un- hadap stunting. Balita yang diberi imunisa-
tuk kebutuhan nutrisi anak dapat dipenuhi. si secara lengkap, 0,93 kali akan terhindar­
Maka dari itu, balita akan terhindar dari dari stunting jika dibandingkan dengan
risiko terjadinya stunting. balita yang tidak diberi imunisasi secara
Jumlah tanggungan berpengaruh lengkap. Menurut Deshmukh dkk (2013),
positif terhadap stunting. Apabila jumlah imunisasi secara lengkap akan membantu
tanggungan bertambah 1 orang, maka tumbuh kembang balita. Maka dari itu, imu-
45
Kondisi Sosial Ekonomi ....... MediaTrend 14 (1) 2019 p.41-48

nisasi yang lengkap mencegah terjadinya baik secara simultan maupun parsial ter-
stunting. hadap stunting. Penelitian ini diharapkan
Variabel persalinan memiliki penga- dapat dikembangkan oleh peneliti lainnya
ruh negatif terhadap stunting. Balita yang dengan menambahkan beberapa varia-
lahir dari persalinan yang dibantu oleh bel, seperti variabel sosial ekonomi, kese-
tenaga medis, 0,86 kali akan terhindar dari hatan, ketahanan pangan, dan variabel
stunting dibandingkan dengan balita yang lainnya yang dapat berpengaruh terhadap
lahir dari persalinan yang tidak dibantu stunting.
dengan tenaga medis. Menurut Dorsey dkk Berdasarkan hasil penelitian, ter-
(2016), persalinan yang dibantu dengan dapat beberapa saran yang dapat dilaku-
tenaga medis lebih aman dibandingkan­ kan pemerintah dalam penanganan stunt-
dengan persalinan yang dibantu dengan ing. Pertama, meningkatkan pengeluaran
tenaga nonmedis, seperti dukun. Tenaga rumah tangga terhadap makanan-makan-
medis akan langsung melakukan pemerik- an yang bergizi. Peningkatan pengelu-
saan pada bayi setelah melakukan persali- aran dapat melalui kebijakan yang dapat
nan. Apabila terjadi beberapa gejala pada meningkatkan pendapatan rumah tangga.
bayi, dapat ditangani langsung secara Hal itu seperti Bantuan Langsung Tunai
medis. Jadi, persalinan yang dibantu oleh (BLT) atau subsidi terhadap bahan-ba-
tenaga medis dapat mencegah terjadinya han makanan pokok. Kedua, meningkat-
stunting. kan wawasan kepada ibu rumah tangga
Sanitasi dan penanganan sampah tentang pentingnya menjaga asupan gizi
berpengaruh negatif terhadap stunting. bagi anak melalui sosialisasi kesehatan di
Berdasarkan hasil penelitian di atas, sani- tiap-tiap fasilitas kesehatan masyarakat,
tasi dan penanganan sampah yang aman seperti sosialisasi mengenai pentingnya
akan mencegah terjadinya stunting. Balita ASI bagi balita, pentingnya imunisasi bagi
yang tinggal di lingkungan dengan kondisi balita, dan pentingnya penanganan medis
sanitasi dan penanganan pembuangan saat proses persalinan. Ketiga, mencip-
sampah yang tidak aman, 0,85 kali akan takan lapangan pekerjaan bagi wanita agar
mengalami stunting jika dibandingkan dapat membantu meningkatkan pendapa-
dengan balita yang tinggal di lingkungan tan rumah tangga sehingga kebutuhan
dengan kondisi sanitasi dan penanganan terhadap makanan yang bergizi dapat ter-
pembuangan sampah yang aman. Menu- penuhi. Keempat, memperluas sosialisasi
rut Cumming dkk (2016), sanitasi dan Keluarga Berencana (KB) agar tingkat
pembuangan sampah yang tidak aman fertilitas dapat teratur. Kelima, menjaga
akan menimbulkan banyak bakteri. Bak- kebersihan lingkungan seperti kebersihan
teri tersebut akan masuk pada tubuh yang sanitasi dan penanganan sampah yang
rentan, seperti balita. Jadi, balita tersebut aman. Hal tersebut seperti penyediaan
akan berisiko lebih tinggi mengalami stunt- tempat pembuangan sampah, penamba-
ing yang disebabkan hambatan penyera- han pegawai kebersihan, dan membersih-
pan nutrisi makanan. kan aliran air dari sampah agar lingkungan
masyarakat terhindar dari bakteri-bakteri
PENUTUP berbahaya yang dapat masuk ke dalam tu-
Indikator sosial ekonomi rumah buh.
tangga, seperti pengeluaran konsumsi
makanan, tingkat pendidikan ibu, status DAFTAR PUSTAKA
pekerjaan ibu, jumlah tanggungan, pem- Adeladza, A. (2009). The influence of socio-
berian ASI, imunisasi, persalinan, sanitasi, economic and nutritional characteristics
dan penanganan sampah berpengaruh on child growth in Kwale District of

46
Umar, dkk. MediaTrend 14 (1) 2019 p.41-48

Kenya. African Journal of Food, Agricul- and respiratory morbidity in Colombian


ture, Nutrition and Development, 9(7). schoolchildren. Food and nutrition bul-
letin, 31(2), 242-250.
Ali, A. M., Batu, M. M., & Kaushik, K. K.
Socio-Economic Determinants of Nu- Deshmukh, P. R., Sinha, N., & Dongre, A. R.
tritional Status of Children in Ethiopia. (2013). Social determinants of stunting
in rural area of Wardha, Central India.
Ali, Z., Saaka, M., Adams, A. G., Kamwin-
medical journal armed forces india,
inaang, S. K., & Abizari, A. R. (2017).
69(3), 213-217.
The effect of maternal and child factors
on stunting, wasting and underweight Dewana, Z., Fikadu, T., Facha, W., & Mekon-
among preschool children in Northern nen, N. (2017). Prevalence and Predic-
Ghana. BMC Nutrition, 3(1), 31. tors of Stunting among Children of Age
between 24 to 59 Months in Butajira
Assefa, H., Belachew, T., & Negash, L.
Town and Surrounding District, Gurage
(2013). Socioeconomic factors asso-
Zone, Southern Ethiopia. Health Sci J,
ciated with underweight and stunting
11(4), 518
among adolescents of Jimma Zone,
south west Ethiopia: a cross-sectional Dorsey, J. L., Manohar, S., Neupane, S.,
study. ISRN Public Health, 2013. Shrestha, B., Klemm, R. D., & West Jr,
K. P. (2018). Individual, household, and
Brown, J. E. (2016). Nutrition through the
community level risk factors of stunt-
life cycle. Cengage learning.
ing in children younger than 5 years:
Cairncross, S. (2013). Linking Toilets to Findings from a national surveillance
Stunting. In UNICEF ROSA ‘Stop system in Nepal. Maternal & child nutri-
Stunting’Conference, New Delhi. tion, 14(1), e12434.
Cumming, O., & Cairncross, S. (2016). Can Fenske, N., Burns, J., Hothorn, T., & Re-
water, sanitation and hygiene help hfuess, E. A. (2013). Understanding
eliminate stunting? Current evidence child stunting in India: a comprehensive
and policy implications. Maternal & analysis of socio-economic, nutritional
child nutrition, 12, 91-105. and environmental determinants using
De Onis, M., & Branca, F. (2016). Childhood additive quantile regression. PloS one,
stunting: a global perspective. Maternal 8(11), e78692.
& child nutrition, 12, 12-26. Fink, G., Günther, I., & Hill, K. (2011). The
Dearden, K. A., Schott, W., Crookston, B. effect of water and sanitation on child
T., Humphries, D. L., Penny, M. E., & health: evidence from the demographic
Behrman, J. R. (2017). Children with and health surveys 1986–2007. Inter-
access to improved sanitation but not national journal of epidemiology, 40(5),
improved water are at lower risk of 1196-1204.
stunting compared to children without Hammoudeh, W., Halileh, S., & Hogan,
access: a cohort study in Ethiopia, D. (2013). Determinants of stunting
India, Peru, and Vietnam. BMC public in children younger than 5 years be-
health, 17(1), 110. tween 2006 and 2010 in the occupied
Dekker, L. H., Mora-Plazas, M., Marín, Palestinian territory: a cross-sectional
C., Baylin, A., & Villamor, E. (2010). study. The Lancet, 382, S16.
Stunting associated with poor socio- Imdad, A., Yakoob, M. Y., & Bhutta, Z. A.
economic and maternal nutrition status (2011). Impact of maternal education

47
Kondisi Sosial Ekonomi ....... MediaTrend 14 (1) 2019 p.41-48

about complementary feeding and The Lancet, 371(9609), 322-328.


provision of complementary foods on
Stewart, C. P., Iannotti, L., Dewey, K. G.,
child growth in developing countries.
Michaelsen, K. F., & Onyango, A. W.
BMC public health, 11(3), S25.
(2013). Contextualising complementary
Kamal, S. M. (2011). Socio-economic de- feeding in a broader framework for
terminants of severe and moderate stunting prevention. Maternal & child
stunting among under-five children of nutrition, 9, 27-45.
rural Bangladesh. Malaysian journal of
Walker, C. L. F., Lamberti, L., Adair, L., Guer-
nutrition, 17(1).
rant, R. L., Lescano, A. G., Martorell,
Keino, S., Plasqui, G., Ettyang, G., & van R., ... & Black, R. E. (2012). Does
den Borne, B. (2014). Determinants childhood diarrhea influence cognition
of stunting and overweight among beyond the diarrhea-stunting pathway?.
young children and adolescents in PloS one, 7(10), e47908.
sub-Saharan Africa. Food and nutrition
Willey, B. A., Cameron, N., Norris, S. A.,
bulletin, 35(2), 167-178.
Pettifor, J. M., & Griffiths, P. L. (2009).
Kementian Desa, PDTT. (2017). Buku saku Socio-economic predictors of stunting in
desa dalam penanganan stunting. preschool children–a population-based
study from Johannesburg and Soweto.
Kementrian Kesehatan, R. I. (2013).
South African Medical Journal, 99(6).
Riset kesehatan dasar (Riskesdas)
2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Wu, L., Yang, Z., Yin, S. A., Zhu, M., & Gao,
Pengembangan Kesehatan. H. (2015). The relationship between
socioeconomic development and
Lee, J., Houser, R. F., Must, A., de Fullad-
malnutrition in children younger than
olsa, P. P., & Bermudez, O. I. (2012).
5 years in China during the period 1990
Socioeconomic disparities and the
to 2010. Asia Pacific journal of clinical
familial coexistence of child stunting
nutrition, 24(4), 665-673.
and maternal overweight in Guatemala.
Economics & Human Biology, 10(3),
232-241
Monteiro, C. A., Benicio, M. H. D. A., Conde,
W. L., Konno, S., Lovadino, A. L.,
Barros, A. J., & Victora, C. G. (2010).
Narrowing socioeconomic inequality in
child stunting: the Brazilian experience,
1974-2007. Bulletin of the World Health
Organization, 88, 305-311.
Schmidt, C. W. (2014). Beyond malnutrition:
the role of sanitation in stunted growth.
Environmental health perspectives,
122(11), A298.
Semba, R. D., de Pee, S., Sun, K., Sari,
M., Akhter, N., & Bloem, M. W. (2008).
Effect of parental formal education on
risk of child stunting in Indonesia and
Bangladesh: a cross-sectional study.

48

Anda mungkin juga menyukai