Anda di halaman 1dari 4

FORUM DISKUSI M6 KB 1

Di era dewasa ini Pancasila kurang mendapat perhatian di kalangan masyarakat.


Pancasila telah mengalami erosi idiologi bangsa Indonesia. Bahkan banyak
anak muda yang tidak hafal Pancasila. Ini dapat membahayakan kelangsungan
hidup bangsa Indonesia untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila.
Bagaimana pendapat anda dan bagaimana solusinya ?
Jawaban :
Saat ini banyak nilai-nilai Pancasila yang begitu penting telah tergeser oleh
nilai-nilai dan pola pikir kebaratan yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Hal ini
mengakibatkan krisis moral yang terjadi pada bangsa Indonesia, terutama generasi
muda. Kehidupan sehari-hari generasi muda Indonesia kini jauh dari pedoman
Pancasila. Penyebab lunturnya nilai-nilai Pancasila saat ini yaitu generasi muda yang
mengagung-agungkan budaya barat, terlebih pemerintah kurang bersosialisasi dan
menekankan nilai Pancasila yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Pancasila adalah dasar negara kita yang semestinya dijadikan dasar dan
pandangan dari segala aspek dalam kehidupan para generasi muda. Pancasila
adalah dasar, pandangan, pedoman yang harus dijadikan dasar dalam menjalankan
kehidupan bermasyarakat. Pancasila telah menjadi ideologi Bangsa Indonesia.
Pancasila juga sebagai cita-cita yang ingin dicapai Bangsa Indonesia. Namun, dalam
realita masyarakat khususnya remaja sebagai subjek yang dibahas, belum
mengamalkan Pancasila sebagai dasar dan pedoman dalam kehidupannya. Padahal
kita semua tahu bahwa remaja adalah aset penerus bangsa. Kebanyakan dari mereka
hanya mementingkan dirinya sendiri, melakukan hal – hal yang mereka sukai tanpa
berlandaskan Pancasila. Generasi muda merupakan sekelompok orang yang
mempunyai semangat dan masih dalam tahap pencarian jati diri. Dalam tahap
pencarian jati diri inilah terkadang remaja masih mengalami kendala. Apalagi di jaman
serba bebas seperti sekarang ini pergaulan lah yang membentuk karakter dan jati diri
seorang remaja. Banyaknya penyimpangan menunjukkan buruknya moral generasi
muda dan lunturnya nilai – nilai Pancasila dalam diri generasi muda Indonesia.
Faktor dan penyebab lunturnya nilai – nilai Pancasila:
1. Kurangnya peranan pendidikan Agama dalam pembentukan sikap remaja.
Agama selalu membawa manusia pada jalan yang benar. Agama mengajarkan
kita untuk selalu berbuat baik bagi sesama. Jika kurangnya pegangan seseorang
pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya.
Namun, jika setiap orang utamanya generasi muda teguh dengan keyakinannya
kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu
adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya
sendiri atau kekuatan pengontrol dalam dirinya, tidak mau melanggar hukum-
hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan semakin jauhnya
remaja dari agama, semakin sulit memelihara moral dalam diri remaja itu, dan
semakin kacaulah suasana, karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran,
hak, hukum dan nilai moral.
Pendidikan Agama seharusnya dapat meminimalkan kenakalan-kenakalan
remaja yang acuh terhadap negaranya sendiri. Kehidupan remaja Indonesia akan
sangat bermanfaat apabila memiliki kesadaran terhadap pentingnya Pancasila
dalam kelangsungan hidup bermasyarakat.

2. Kurangnya pendidikan pancasila.


Remaja adalah aset bangsa. Di dalam lingkungan sekolah kita rasa pendidikan
Pancasila masih sangat kurang. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
kurang menjadi perhatian yang penting bagi kalangan remaja karena Nilai-nilai
pancasila dianggap kurang menarik untuk diterapkan, bahkan lebih parahnya lagi
belakangan ini remaja semakin mengarah kepada paham barat yang identik
dengan hidup bebas sebebas-bebasnya. dan mereka mereka seakan telah lupa
memiliki dasar negara sendiri yaitu Pancasila.
Pendidikan moral juga sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
remaja menjadi seorang dewasa yang akan lepas ke dunia yang lebih keras.
Indonesia perlu membentuk para remaja yang berkualitas, yang cinta pada tanah
airnya sendiri dalam segala aspek kehidupan. Maka dari itu diperlukannya
pendidikan Pancasila untuk generasi muda bangsa dan hendaknya diberikan sejak
dini.

3. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah
maupun masyarakat.
Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan menurut
semestinya. Pembinaan moral dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak
anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak
lahir, belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, dan belum tahu
batas – batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam lingkungannya. Tanpa
dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik, anak-anak akan dibesarkan
tanpa mengenal moral. Pembinaan moral pada anak dirumah tangga bukan
dengan cara menyuruh anak menghapalkan rumusan tentang baik dan buruk,
melainkan harus dibiasakan.
Moral bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja,
tanpa membiasakan hidup bermoral dari sejak kecil. Seperti halnya rumah tangga,
sekolah pun dapat mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak
muda. Hendaknya dapat diusahakan agar sekolah menjadi sarana yang baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan mental dan moral anak muda. Di samping tempat
pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain,
supaya sekolah merupakan sarana sosial bagi generasi muda, dimana
pertumbuhan mental, moral dan sosial serta segala aspek kepribadian berjalan
dengan baik. Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam
pembinaan moral. Masyarakat yang lebih rusak moralnya perlu segera diperbaiki
dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita. Karena
kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak
muda. Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda
sebagaimana disebutkan diatas, karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan
masyarakat dalam pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan
lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan
moral.

4. Penyimpangan nilai – nilai Pancasila.


Kenakalan remaja juga termasuk penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila.
Bagaimana tidak, Pancasila mengajarkan pada kita untuk mengutamakan Tuhan
didalam hidup kita, memiliki rasa simpati dan empati, bersatu walaupun kita
memiliki perbedaan satu sama lain, dan tidak mengutamakan pribadi, serta
bersikap adil kepada sesama kita. Itu hanya beberapa contoh kecil yang diberikan
Pancasila. Namun, dalam realita kehidupan masih banyak remaja yang melakukan
kenakalan remaja tanpa merasa bersalah pada diri sendiri, keluarga, dan negara.
Contohnya seperti tawuran antar sekolah yang menunjukkan bahwa anak muda
sekarang sudah tidak memiliki sikap toleransi, tenggang rasa, dan sikap saling
menghargai. Ada pula remaja yang bertengkar dan melakukan kekerasan kepada
temannya sendiri hanya karena berselisih pendapat dan juga banyaknya
perilaku bullying, rasisme, serta diskriminasi. Itu menunjukkan bahwa nilai – nilai
Pancasila tak lagi dijadikan pedoman oleh para generasi muda. Padahal dalam
butir Pancasila sila ke 3 kita mengetahui bahwa kita hendaknya mengembangkan
persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika.

5. Efek Globalisasi
Arus globalisasi sangat cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di
kalangan remaja di Indonesia. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga
begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda
kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia.
Hal tersebut ditunjukkan dengan gejala – gejala yang muncul dalam kehidupan
sehari – hari generasi muda jaman sekarang. Pertama, dari cara berpakaian
banyak remaja – remaja yang bergaya layaknya selebritis yang cenderung
kebaratan. Mereka memakai pakaian yang minim bahan. Padahal cara berpakaian
tersebut jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita.
Kedua, teknologi internet bukanlah hal yang asing lagi di Indonesia. Teknologi
internet dapat memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses dengan mudah
oleh siapa saja. Apalagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan sehari –
hari. Jika digunakan dengan semestinya tentu akan memperoleh manfaat yang
berguna. Namun jika disalahgunakan akan membawa dampak buruk bagi kita.
Rasa sosial terhadap masyarakat akan memudar karena mereka lebih memilih
berkicau di media sosial dan lebih sibuk memegang handphone masing – masing.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan
santun dan cenderung cuek, tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan sekitarnya.
Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan, sehingga banyak anak
muda yang bertindak sesuka hatinya. Contohnya, geng motor anak muda yang
melakukan tindakan kekerasan yang mengganggu ketentraman dan kenyamanan
masyarakat.
Bagaimana pula cara/ teknik menanamkan nilai-nilai pancasila kepada murid
melalui proses pembelajaran?
Cara menanamkan nilai – nilai Pancasila dan nasionalisme, antara lain:
 Pendidikan Agama yang harus menjadi peranan penting untuk membentuk
ketakwaan pada diri generasi muda Indonesia
 Pendidikan moral bagi anak hendaknya dilakukan sedini mungkin agar
membentuk generasi muda yang bermoral dan taat kepada norma aturan.
 Pendidikan Pancasila yang harus ditanamkan sehingga dapat menjadi
pedoman dan landasan bagi generasi muda.
 Menumbuhkan kesadaran dalam diri generasi muda Indonesia untuk
membangkitkan semangat Pancasila.
 Menumbuhkan semangat nasionalisme, misalnya mencintai produk dalam
negeri.
 Menanamkan dan mengamalkan nilai – nilai Pancasila dengan sebaik –
baiknya.
 Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dan keyakinan dengan sebaik
– baiknya.
 Lebih selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ekonomi, maupun
budaya bangsa.

Anda mungkin juga menyukai