Anda di halaman 1dari 22

Lampiran

Peraturan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda


Nomor : 076/PER/DIR/PB/IV/2016

Tentang
PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas yang berat untuk
bekerja dengan aman dalam lingkungan yang membahayakan. Kini, resiko pekerjaan
yang umum dihadapi oleh petugas pelayanan kesehatan adalah kontak dengan darah dan
duh tubuh sewaktu perawatan rutin pasien. Pemaparan terhadap patogen ini
meningkatkan resiko mereka terhadap infeksi yang serius dan kemungkinan kematian.
Petugas kesehatan yang bekerja di kamar bedah dan kamar bersalin dihadapkan kepada
resiko pemaparan terhadap patogen yang lebih tinggi daripada bagian – bagian lainnya
( Gershon dan Vlavov 1992 ). Karena resiko yang tinggi ini, panduan dan praktik
perlindungan infeksi yang lebih baik diperlukan untuk melindungi staf yang bekerja di
area ini. Lagi pula, anggota staf yang tahu cara melindungi diri mereka dari pemaparan
darah dan duh tubuh dan secara konsisten menggunakan tindakan – tindakan ini akan
membantu melindungi pasien – pasiennya juga.

Sementara kesadaran terhadap keseriusan AIDS dan Hepatitis C meningkat, dan


bagaimana mereka dapat tertular di tempat kerja, banyak petugas kesehatan tidak
merasakan diri mereka dalam resiko. Terlebih lagi, mereka yang beresiko tidak secara
teratur menggunakan perlengkapan pelindung, seperti sarung tangan, atau paraktik –
praktik lain ( cuci tangan ) yang disediakan untuk mereka.

1.2 TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
Dapat dijadikan sebagai panduan oleh pihak Manajemen dalam Menyiapkan
agar Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain dapat menerapkan
pencegahan dan pengendalian infeksi, sehingga dapat melindungi tenaga kesehatan
dan masyarakat dari penularan penyakit menular (Emerging Infectious Diseases) yang
mungkin timbul di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda
1
1.2.2 TUJUAN KHUSUS
a. Mencegah kontak mikroorganisme dari tangan, tubuh dan pakaian petugas
kesehatan kepada pasien
b. Mengurangi kemungkinan terbawanya mikroorganisme dari ruang lain atau luar
ruangan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda
c. Mencegah kontak droplet dari mulut dan hidung petugas Kesehatan yang
mengandung mikroorganisme dan terpercik saat bernapas, bicara atau batuk
kepada pasien di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda
1.2.3 MANFAAT
Untuk dapat menjadi sebagai panduan penatalaksanaan pemakaian APD dalam
meningkatkan mutu pelayanan yang bertujuan untuk mencegah resiko terjadinya infeksi di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda.

BAB II
RUANG LINGKUP

2.1 PERLENGKAPAN PERLINDUNGAN DIRI


Pelindung pembatas sekarang umumnya diacu sebagai Perlengkapan Perlindungan
Diri ( PPD ), telah digunakan bertahun – tahun lamanya untuk melindungi pasien dari
mikroorganisme yang terdapat pada petugas yang bekerja pada suatu tempat perawatan
kesehatan. Akhir – akhir ini, dengan timbulnya AIDS dan HCV dan munculnya kembali
Tuberkulosis di banyak Negara, penggunaan PPD manjadi sangat penting untuk
melindungi petugas.

2
PPD seperti sarung tangan pemeriksaan yang bersih dan tidak steril sangat penting
dalam mengurangi resiko penularan, namun yang lainnya ( seperti pakaian, topi, dan
sepatu tertutup ) terus dipakai tanpa bukti yang meyakinkan tentang efektivitasnya
( Larson dkk 1995 ). Kenyataannya, beberapa praktik yang biasa, seperti semua petugas di
ruang operasi, bukan hanya tim bedah saja, harus memakai masker, akan meningkatkan
biaya, sedangkan perlindungan yang diberikan sangat minimal, kalaupun ada,
perlindungan bagi pasien dan staf (Mitcell 1991 ). Tambahan lagi, demi efektivitasnya,
PPD harus digunakan dengan tepat. Umpamanya, gaun bedah dan kain penutup telah
menunjukkan dapat mencegah infeksi luka hanya kalau kering. Kalau basah, kain yang
bersifat spons yang mengisap bakteri dari kulit atau peralatan dapat menembus kain yang
kemudian dapat mengkontaminasi luka bedah.
Sebagai akibatnya, administrator rumah sakit, penyelia, dan petugas pelayanan
kesehatan harus menyadari bukan hanya keuntungan dan keterbatasan PPD yang khusus,
melainkan juga peranan PPD dalam mencegah infeksi, agar dapat digunakan secara efektif
dan efisien.

BAB III
KEBIJAKAN

3.1 Regulasi Nasional


1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
4. PP No. 20 tahun 1990 tentang Pencemaran Air
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit

3
6. Pedoman pencegtahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya,- Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Cetakan kedua,
2008

3.2 Regulasi Rumah Sakit


1. Setiap petugas dalam melaksanakan tugasnya selalu mengacu pada upaya pencegahan
dan pengendalian infeksi
2. Kamar operasi secara berkala dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi dan
dilakukan evaluasi dengan melakukan biakan kuman
3. Setiap tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan wajib melakukan pencegahan dan
pengendalian infeksi dengan melakukan cuci tangan yang baik
4. Untuk mendukung upaya pencegahan dan pengendalian infeksi, sterilisasi dilakukan
dengan cara yang baik dan benar dan dilakukan evaluasi dengan melakukan biakan
kuman secara berkala
5. Untuk mendukung upaya pencegahan dan pengendalian infeksi harus diciptakan
lingkungan dan sanitasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda yang memenuhi syarat
6. Untuk mempertahankan pemahaman terhadap upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi bagi setiap petugas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda dilakukan pelatihan
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi secara berkala
7. Penggunaan antibiotik kepada pasien harus berdasarkan indikasi yang tepat dan
berdasarkan pada penggunaan obat yang rasional
8. Dilakukan pemantauan berkala terhadap kuman di udara, sumber air, hasil sterilisasi dan
pemantauan hasil pengolahan limbah cair
9. Untuk mendukung upaya pencegahan dan pengendalian infeksi terhadap transmisi
kuman, maka etika batuk harus dilakukan dengan cara yang baik dan benar
10. Sumber air wajib diperiksa secara berkala tentang baku mutunya
11. Semua tenaga kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda wajib mengedepankan
“self protection” dan “patient safety” secara seimbang dan disiplin
12. Untuk mendukung upaya pencegahan dan pengendalian infeksi pembuangan limbah
harus dilaksanakan secara tertib dan disiplin sesuai peraturan yang berlaku
13. Setiap pajanan terhadap benda tajam dan jarum maupun cairan tubuh pasien kepada
petugas didokumentasikan untuk dievaluasi
14. Sebagai pengawasan terhadap batas kadaluarsa obat dan alat, maka dalam
penyimpanannya dicantumkan tanggal kadaluarsa
15. Alat kesehatan “single use” yang memungkinkan dapat dilakukan “reuse” dengan tetap
memperhatikan sterilitas dan fungsi alat
16. Kamar jenazah Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda hanya menyediakan pelayanan
transisi selama 2 jam dengan tetap memperhatikan upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi

4
5
BAB IV
TATA LAKSANA

4.1 Pengertian
Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di
tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa ( engineering ) dari cara kerja yang
aman.
Kelemahan penggunaan APD :
( a ) Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna
( b ) Sarung APD tidak di pakai karena kurang nyaman
Peralatan pelindung pribadi meliputi sarung tangan, masker / respirator, pelindung
mata ( perisai muka, kacamata ), kap, gaun, apron, dan barang lainnya. Di banyak Negara
kap, masker, gaun dan duk terbuat dari kain atau kertas. Penahan yang sangat efektif,
terbuat dari kain yang di olah atau bahan sintetis yang dapat menahan air atau caran lain
( darah atau duh tubuh ) untuk menembusnya. Bahan – bahan tahan cairan ini, tidak
tersedia secara luas karena mahal. Di banyak Negara, kain katun yang enteng ( dengan
hitungan benang 140 / inci² ) adalah bahan yang sering dipakai untuk pakaian bedah
( masker, kap dan gaun ) dan duk. Sayangnya, katun enteng itu tidak memberikan tahanan
efektif, karena basah dapat menembusnya dengan mudah, yang membuat kontaminasi.
Kain dril, kanvas dan kain dril yang berat, sebaliknya, terlalu rapat untuk ditembus uap
( tidak dapat disterilkan ), sangat sukar di cuci dan makan waktu untuk dikeringkan. Kalau
dipakai kain, warnanya harus putih atau terang agar kotoran dan kontaminasi dapat
terlihat.

Kap, masker, dan tirai yang terbuat dari kertas tidak boleh dipakai ulang karena tidak ada
cara untuk membersihkannya. Kalau Anda tidak dapat mencucinya, jangan dipakai
ulang !

4.2 JENIS - JENIS ALAT PELINDUNG DIRI


4.2.1 ALAT PELINDUNG KEPALA
Berdasarkan fungsinya dapat di bagi 3 bagian :
6
 Topi pengaman ( Safety Helmet )
Untuk melindungi kepala dari benturan atau pukulan benda – benda.
 Topi / tudung
Untuk melindungi kepala dari api, uap – uap korosif, debu, kondisi iklim yang
buruk.
 Tutup kepala
Untuk menjaga kebersihan kepala dan rambut atau mencegah lilitan rambut dari
mesin.
Alat pelindung kepala ini dapat dilengkapi dengan alat pelindung diri yang lain, yaitu:
 Kaca Mata ( gogles )
 Penutup muka
 Penutup telinga
 Respirator, dll
4.2.2 ALAT PELINDUNG TELINGA
Alat pelindung telinga ada 2 jenis :
 Sumbatan telinga ( ear plug )
Sumbat telinga yang baik adalah memakai frekuensi tertentu saja. Sedangkan
frekuensi untuk bicara biasanya tidak terganggu.
 Tutup telinga (ear muff )
Tutup telinga jenisnya sangat beragam. Tutup telinga mempunyai daya pelindung
( Attenuasi ) berkisar antara 25 – 30 DB. Untuk keadaan khusus dapat
dikombinasikan antara tutup telinga dengan sumbat telinga, sehingga dapat
mempunyai daya lindung yang lebih besar.
4.2.3 SARUNG TANGAN
Sarung tangan melindungi tangan dari bahan infeksius dan melindungi pasien dari
mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk
mencegah penyebaran infeksi, tetapi harus diganti setiap kontak dengan satu pasien ke
pasien lainnya untuk mencegah kontaminasi silang. Umpamanya, sarung tangan
pemeriksaan harus dipakai kalau menangani darah, duh tubuh, sekresi dan eksresi ( kecuali
keringat ), alat atau permukaan yang terkontaminasi dan kalau menyentuh kulit nonintak
atau selaput lendir.

INGAT ! Memakai sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan mencuci


tangan atau pemakaian antiseptik yang digosokkan pada tangan.

Penggunaan sarung tangan dan kebersihan tangan, merupakan komponen kunci dalam
meminimalkan penyebaran penyakit dan mempertahankan suatu lingkungan bebas
infeksi ( Garner dan Favero 1986 ). Selain itu, pemahaman mengenai kapan sarung
tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi diperlukan dan kapan sarung tangan tidak
perlu digunakan, penting untuk diketahui agar dapat menghemat biaya dengan tetap

7
menjaga keamanan pasien dan petugas.

 JENIS SARUNG TANGAN


Ada 3 jenis sarung tangan :
1. Sarung tangan bedah
Dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau pembedahan
2. Sarung tangan pemeriksaan
Dipakai untuk melindungi petugas kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau
pekerjaan rutin
3. Sarung tangan rumah tangga
Diapakai sewaktu memproses peralatan, menangani bahan – bahan terkontaminasi,
dan sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi
Sarung tangan bedah yang baik terbuat dari bahan lateks, karena elastis, sensitive dan
tahan lama, dan dapat disesuaikan dengan ukuran tangan. Karena meningkatnya masalah
alergi lateks, sedang dikembangkan bahan serupa, yang disebut “ nitril “ yang merupakan
bahan sintetik seperti lateks.
Bahan ini tidak menimbulkan reaksi alergi. Di beberapa negara jenis sarung tangan
pemeriksaan yang tersedia adalah dari vinil, suatu bahan sintetik yang lebih murah
daripada lateks. Namun, vinil tidak elastis, sehingga kurang pas dan mudah robek. Sarung
tangan pemeriksaan yang berkualitas baik yang terbuat dari kabel tebal, kurang fleksibel
dan sensitive, dan dapat memberi perlindungan maksimum sebagai pelindung pembatas.

 KAPAN PEMAKAIAN SARUNG TANGAN DIPERLUKAN


Meskipun efektifitas pemakaian sarung tangan dalam mencegah kontaminasi dari
petugas kesehatan telah terbukti berulang kali ( Tenorio et al. 2001 ) tetapi pemakaian
sarung tangan tidak menggantikan kebutuhan untuk mencuci tangan. Sebab sarung
tangan bedah lateks dengan kualitas terbaik sekalipun, mungkin mengalami kerusakan kecil yang
tidak terlihat, sarung tangan mungkin robek pada saat digunakan atau tangan terkontaminasi
pada saat melepas sarung tangan ( Bagg. Jenkins dan Barker 1990; Davis 2001 )

INGATLAH UNTUK : Mencuci tangan atau menggunakan antiseptik cair yang


digosokkan di tangan sebelum memakai sarung tangan dan setelah melepas sarung tangan.

Tergantung keadaan, sarung tangan periksa atau serbaguna bersih harus digunakan oleh
semua petugas ketika :
 Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lain, membran
mukosa atau kulit yang terlepas
 Melakukan prosedur medis yang bersifat invasive misalnya menusukkan sesuatu ke
dalam pembuluh darah, seperti memasang infus
8
 Menangani bahan – bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau menyentuh
permukaan yang tercemar
 Menerapkan Kewaspadaan Berdasarkan Penularan Melalui Kontak ( yang
diperlukan pada kasus penyakit menular melalui kontak yang telah diketahui atau
dicurigai ), yang mengharuskan petugas kesehatan menggunakan sarung tangan
bersih, tidak steril ketika memasuki ruangan pasien. Petugas kesehatan harus
melepas sarung tangan tersebut sebelum meninggalkan ruangan pasien dan mencuci
tangan dengan air dan sabun atau dengan handrub berbasis alkohol.

Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap pasien, sebagai upaya
menghindari kontaminasi silang ( CDC 1987 ). Pemakaian sepasang sarung tangan yang
sama atau mencuci tangan yang masih bersarung tangan, ketika berpindah dari satu pasien
ke pasien yang lain atau ketika melakukan perawatan di bagian tubuh yang kotor
kemudian berpindah ke bagian tubuh yang bersih, bukan merupakan praktek yang aman.
Doebbeling dan Colleagues (1988) menemukan bakteri dalam jumlah bermakna pada
tangan petugas yang hanya mencuci tangan dalam keadaan masih memakai sarung tangan
dan tidak mengganti sarung tangan ketika berpindah dari satu pasien ke pasien lainnya.

 HAL YANG HARUS DILAKUKAN BILA PERSEDIAAN SARUNG TANGAN


TERBATAS

Bila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidak memadai, sarung tangan
bedah sekali pakai ( disposable ) yang sudah digunakan dapat diproses ulang dengan cara :

 Dekontaminasi dengan meredam dalam larutan klorin 0,5 % selam 10 menit

 Dicuci dan bilas, serta dikeringkan

 Sterilkan dengan menggunakan autoklaf atau disinfeksi tingkat tinggi ( dengan di kukus )

Dahulu perebusan telah direkomendasikan sebagai cara untuk disinfeksi tingkat tinggi
sarung tangan bedah. Namun sulit untuk mengeringkan sarung tangan tanpa
mengkontaminasinya. Karena pengukusan lebih mudah dilakukan dan sama – sama
efektif, maka cara ini yang sekarang direkomendasikan untuk disinfeksi tingkat tinggi
sarung tangan bedah.

Jangan memproses ulang sarung tangan yang retak, mengelupas atau memiliki lubang
atau robekan yang dapat terdeteksi ( Bagg, Jenkins dan Barker 1990 )

9
Bila sarung tangan rumah tangga tidak tersedia, gunakan dua lapis sarung tangan periksa atau
sarung tangan bedah yang telah diproses untuk memberikan perlindungan yang cukup bagi
petugas kebersihan, petugas laundry, pekarya serta petugas yang menangani dan membuang
limbah medis.

 HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA PEMAKAIAN SARUNG TANGAN

 Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya untuk sarung tangan bedah.
Sarung tangan yang tidak sesuai dengan ukuran tangan dapat mengganggu keterampilan
dan mudah robek.

 Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan resiko sarung tangan robek.

 Tarik sarung tangan ke atas manset gaun ( jika anda memakainya ) untuk melindungi
pergelangan tangan.

 Gunakan pelembab yang larut dalam air ( tidak mengandung lemak ) untuk mencegah kulit
tangan kering / berkerut.

 Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak, karena akan merusak sarung tangan
bedah maupun sarung tangan periksa dari lateks.

 Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum karena dapat


menyebabkan iritasi pada kulit.

 Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu panas atau terlalu
dingin misalnya di bawah sinar matahari langsung, di dekat pemanas, AC, cahaya
ultraviolet, cahaya fluoresen atau mesin rontgen, karena dapat merusak bahan sarung
tangan sehingga mengurangi efektifitasnya sebagai pelindung.

 REAKSI ALERGI TERHADAP SARUNG TANGAN

Reaksi alergi terhadap sarung tangan lateks semakin banyak dilaporkan oleh berbagai
petugas di fasilitas kesehatan, termasuk bagian rumah tangga, petugas laboratorium dan
dokter gigi. Jika memungkinkan, sarung tangan bebas lateks ( nitril ) atau sarung tangan
lateks rendah allergen harus digunakan, jika dicurigai terjadi alergi ( reaksi alergi terhadap
nitril juga terjadi, tetapi lebih jarang ). Selain itu, pemakaian sarung tangan bebas bedak juga
direkomendasikan. Sarung tangan dengan bedak dapat menyebabkan reaksi lebih banyak,
karena bedak pada sarung tangan membawa partikel leteks ke udara. Jika hal ini tidak

10
memungkinkan, pemakaian sarung tangan kain atau vinil di bawah sarung tangan lateks dapat
membantu mencegah sensitisasi kulit. Meskipun demikian, tindakan ini tidak akan dapat
mencegah sensitisasi pada membran mukosa mata dan hidung. ( Garner dan HICPAC 1996 ).

Pada sebagian besar orang yang sensitif, gejala yang muncul adalah warna merah pada
kulit, hidung berair dan gatal – gatal pada mata, yang mungkin berulang atau semakin parah
misalnya menyebabkan gangguan pernafasan seperti asma. Reaksi alergi terhadap lateks dapat
muncul dalam waktu 1 bulan pemakaian. Tetapi pada umumnya reaksi baru terjadi setelah
pemakaian yang lebih lama, sekitar 3 – 5 tahun., bahkan sampai 15 tahun ( Baumann 1992 ),
meskipun pada orang yang rentan. Belum ada terapi atau desensitisasi untuk mengatasi alergi
lateks, satu – satunya pilihan adalah menghindari kontak.

4.2.5 MASKER

Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan
rambut pada wajah ( jenggot ). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar
sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk
mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas
kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker tersebut tidak
efektif untuk mencegah kedua hal tersebut.

Masker yang ada, terbuat dari berbagai bahan seperti katun ringan, kain kassa, kertas
dan bahan sintetik yang beberapa di antaranya tahan cairan. Masker yang di buat dari
katun atau kertas sangat nyaman tetapi tidak dapat menahan cairan atau efektif sebagai
filter. Masker yang dibuat dari bahan sintetik dapat memberikan perlindungan dari tetesan
partikel berukuran besar ( > 5 µm ) yang tersebar melalui batuk atau bersin ke orang yang
berada di dekat pasien ( kurang dari 1 meter ). Namun masker bedah terbaik sekalipun
tidak dirancang untuk benar – benar menutup pas secara erat ( menempel sepenuhnya
pada wajah ) sehingga mencegah kebocoran udara pada bagian tepinya. Dengan
demikian, masker tidak dapat secara efektif menyaring udara yang dihisap ( Chen dan
Welleke 1992 ) dan tidak dapat direkomendasikan untuk tujuan tersebut.

11
Ketika melepas masker, pegang bagian talinya karena bagian tengah masker merupakan
bagian yang paling banyak terkontaminasi ( Rothrock, Mc. Ewen dan Smith 2003 )

Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular
melalui udara atau droplet, masker yang digunakan harus dapat mencegah partikel
mencapai membran mukosa dari petugas kesehatan.

 MASKER DENGAN EFISIENSI TINGGI

Masker dengan efisiensi tinggi merupakan jenis masker khusus yang


direkomendasikan, bila penyaringan udara dianggap penting misalnya pada perawatan
seseorang yang telah diketahui atau dicurigai menderita flu burung atau SARS. Masker
dengan efisiensi tinggi misalnya N95 melindungi dari partikel dengan ukuran ≤ 5 mikron
yang di bawa oleh udara. Pelindung ini terdiri dari banyak lapisan bahan penyaring dan
harus dapat menempel dengan erat pada wajah tanpa ada kebocoran. Dilain pihak
pelindung ini juga lebih mengganggu pernafasan dan lebih mahal daripada masker bedah.
Sebelum petugas memakai masker N95 perlu diadakan fit test pada setiap pemakaiannya.

Ketika sedang merawat pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit
menular melalui airborne maupun droplet, seperti misalnya flu burung atau SARS,
petugas kesehatan harus menggunakan masker efisiensi tinggi. Pelindung ini merupakan
perangkat N-95 yang telah disertifikasi oleh US National Institute for Occupational
Safety dan Health ( NIOSH ), disetujui oleh European CE, atau standard nasional /
regional yang sebanding dengan standar tersebut dari Negara yang memproduksinya.
Masker efisiensi tinggi dengan tingkat efisiensi lebih tinggi dapat juga digunakan.
Masker efisiensi tinggi, seperti khususnya N-95, harus di uji pengepasannya ( fit test )
untuk menjamin bahwa perangkat tersebut pas dengan benar pada wajah pemakainya.

 PEMAKAIAN MASKER EFISIENSI TINGGI

Petugas Kesehatan harus :

12
 Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat apakah lapisan utuh
dan tidak cacat. Jika bahan penyaring rusak atau kotor, buang masker tersebut. Selain
itu, masker yang ada keretakan, terkikis, terpotong atau terlipat pada sisi dalam
masker, juga tidak dapat digunakan.

 Memeriksa tali – tali masker untuk memastikan tidak terpotong atau rusak. Tali harus
menempel dengan baik di semua titik sambungan.

 Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam ( jika ada ) berada pada
tempatnya dan berfungsi dengan baik.

 Fit test untuk masker efisiensi tinggi

Fungsi masker akan terganggu / tidak efektif, jika masker tidak dapat melekat secara
sempurna pada wajah, seperti pada keadaan di bawah ini :

 Adanya janggut, cambang atau rambut yang tumbuh pada wajah bagian bawah atau
adanya gagang kacamata.

 Ketiadaan satu atau dua gigi pada kedua sisi dapat mempengaruhi perlekatan bagian
wajah masker.

 Apabila klip hidung dari logam dipencet, dijepit, karena akan menyebabkan
kebocoran. Ratakan klip tersebut di atas hidung setelah anda memasang masker,
menggunakan kedua telunjuk dengan cara menekan dan menyusuri bagian atas
masker.

 Jika mungkin, dianjurkan fit test dilakukan setiap saat sebelum memakai masker
efisiensi tinggi.

 KEWASPADAAN

Beberapa masker mengandung komponen lateks dan tidak bisa digunakan oleh individu
yang alergi terhadap lateks. Petugas harus diberi cukup waktu untuk menggunakan dan
mengepaskan masker dengan baik sebelum bertemu dengan pasien.

4.2.6 ALAT PELINDUNG MATA

Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain dengan cara melindungi
mata. Pelindung mata mencakup kacamata ( goggles ) plastik bening, kaca mata

13
pengaman, pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi atau kacamata dengan lensa
polos juga dapat digunakan, tetapi hanya jika ditambahkan pelindung pada bagian sisi
mata. Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata atau pelindung
wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikan cairan secara tidak
sengaja ke arah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas kesehatan dapat
menggunakan kacamata pelindung atau kacamata biasa serta masker.

Ada beberapa jenis alat pelindung mata diantaranya :

1. Kaca Mata Biasa ( Spectacle Gogles )

Kaca mata terutama pelindung mata dapat dengan mudah atau tanpa pelindung
samping. Kaca mata dengan pelindung samping lebih banyak memberikan
perlindungan.

2. Gogle

Mirip kacamata, tetapi lebih protektif dan lebih kuat terikat karena memakai ikat

kepala. Dipakai untuk pekerjaan yang amat membahayakan bagi mata.

4.2.7 ALAT PELINDUNG PERNAFASAN

Ada 3 jenis alat pelindung pernafasan :

 Respirator yang sifatnya memurnikan udara

 Respirator yang mengandung bahan kimia

- Topeng gas dengan kamister

- Respirator dengan cartridge

 Respirator dengan filter mekanik

- Bentuk hampir sama dengan respirator cartridge kimia, tapi ……… udara
berupa saringan / filter

- Biasanya di gunakan pada pencegahan debu

 Respirator yang mempunyai filter mekanik dan bahan kimia

 Respirator yang dihubungkan dengan supply udara bersih. Supply udara


berasal dari :

 Saluran udara bersih atau kompresor


14
 Alat pernafasan yang mengandung udara ( SCBA )

Biasanya berupa tabung gas yang berisi :

- Udara yang dimampatkan

- Oksigen yang dimampatkan

- Oksigen yang dicairkan

 Respirator dengan supply oksigen

Biasanya berupa “ Self …………….. Breathing ………. Yang harus


diperhatikan pada respirator jenis tersebut di atas :

- Pemilihan yang tepat sesuai dengan jenis bahaya

- Pemakaian yang tepat

- Pemeliharaan dan pencegahan terhadap penularan penyakit

4.2.8 TOPI

Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit
dan rambut tidak masuk ke dalam luka selam pembedahan. Topi harus cukup besar
untuk menutup semua rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah
perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi
pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot.

4.2.9 GAUN PELINDUNG

Gaun pelindung digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau
seragam lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita
penyakit menular melalui droplet / airbone. Pemakaian gaun pelindung terutama
adalah untuk melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi.
Ketika merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular
tersebut, petugas kesehatan harus mengenakan gaun pelindung setiap memasuki
ruangan untuk merawat pasien karena ada kemungkinan terpercik atau tersemprot
darah, cairan tubuh, sekresi atau eksresi. Pangkal sarung tangan harus menutupi ujung
lengan gaun sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area pasien. Setelah
gaun dilepas, pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian yang
potensial tercemar, lalu cuci tangan segera untuk mencegah berpindahnya organisme.
15
Gaun pelindung harus dianggap sebagai alat pelindung diri. Gaun pelindung
khusus untuk pekerjaan dengan sumber – sumber bahaya tertentu seperti :

 Terhadap Radiasi Panas

Gaun pelindung untuk radiasi panas, radiasi harus dilapisi bahan yang bisa
merefleksikan panas, biasanya Alumunium dan berkilau. Bahan – bahan pakaian
lain yang bersifat isolasi terhadap panas adalah : 1000⁰ C, katun, asbes ( kalau
sampai 500 ⁰C ).

 Terhadap Radiasi Mengion

Gaun pelindung harus dilapisi dengan timbal biasanya berupa apron. Pakaian ini
sering digunakan di bagian radiologi.

 Terhadap cairan dan bahan – bahan kimia.

Biasanya terbuat dari bahan plastic atau karet

4.2.10 APRON

Apron yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk
sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus
mengenakan apron di bawah gaun penutup ketika melakukan perawatan langsung
pada pasien, membersihkan pasien, atau melakukan prosedur dimana ada resiko
tumpahan darah, cairan tubuh atau sekresi. Hal ini penting jika gaun pelindung tidak
tahan air. Apron akan mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas
kesehatan.

4.2.11 PELINDUNG KAKI

Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam
atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena
itu, sandal. “ sandal jepit “ aau sepatu yang terbuat dari bahan lunak ( kain ) tidak
boleh dikenakan. Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih
banyak perlindungan., tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah
atau tumpahan cairan tubuh lain. Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih.
Sepatu yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah.
16
Sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas dapat
meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah merembes melalui sepatu
dan seringkali digunakan sampai di luar ruang operasi. Kemudian dilepas tanpa
sarung tangan sehingga terjadi pencemaran. ( Summers et.al. 1992 )

4.3 PEMAKAIAN APD DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN : BAGAIMANA


MENGENAKAN, MENGGUNAKAN DAN MELEPAS APD

 FAKTOR – FAKTOR PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA


PEMAKAIAN APD

 Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum memasuki ruangan

 Gunakan dengan hati – hati jangan menyebarkan kontaminasi

 Lepas dan buang secara hati – hati ke tempat sampah infeksius yang telah disediakan di
ruang ganti khusus. Lepas masker di luar ruangan

 Segera lakukan pencucian tangan dengan 7 langkah higiene tangan

4.3.1 MENGENAKAN APD

Urutan mengenakan APD :

1. Pelindung kaki

2. Apron, gaun pelindung dan topi

3. Masker

4. Kacamata atau pelindung wajah

5. Sarung tangan

 GAUN PELINDUNG

 Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga bagian pergelangan
tangan dan selubungkan ke belakang punggung.

 Ikat di bagian belakang leher dan pinggang.

17
 MASKER

 Eratkan tali atau karet elastic pada bagian tengah kepala dan leher

 Pastikan klip hidung dari logam fleksibel pada batang hidung

 Pastikan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu sehingga melekat dengan baik

 Periksa ulang pengepasan masker

 KACAMATA ATAU PELINDUNG WAJAH

Pasang pada wajah dan mata dan sesuaikan agar pas

 SARUNG TANGAN

Tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan gaun isolasi

4.3.2 CARA MELEPAS APD

Kecuali masker, lepaskan APD di pintu atau di anteroom. Masker dilepaskan setelah
meninggalkan ruangan pasien dan menutup pintunya.

URUTAN MELEPASKAN APD

1. Sarung tangan
2. Kacamata atau pelindung wajah
3. Apron, gaun pelindung dan topi
4. Masker
5. Pelindung kaki

 SARUNG TANGAN

 Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi

 Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya, lepaskan

 Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan tangan yang masih
memakai sarung tangan

18
 Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah sarung tangan
yang belum di lepas di pergelangan tangan

 Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama

 Buang sarung tangan di tempat sampah infeksius

 KACA MATA ATAU PELINDUNG WAJAH

 Ingatlah bahwa bagian luar kaca mata atau pelindung wajah telah terkontaminasi

 Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang kaca mata

 Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau dalam tempat sampah
infeksius

 GAUN PELINDUNG

 Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah terkontaminasi

 Lepas tali

 Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung saja

 Balik gaun pelindung

 Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah disediakan untuk
diproses ulang atau buang di tempat sampah infeksius

 MASKER

 Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi – JANGAN SENTUH !

 Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas

 Buang ke tempat sampah infeksius

Semua alat pelindung diri harus di rawat sedemikian rupa sehingga alat itu tetap
memberikan perlindungan yang berhasil guna. Terhadap faktor – faktor yang berbahaya
bagi kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini berarti bahwa prosedur yang cocok untuk

19
melaporkan kerusakan pemeriksaan rutin, pembangunan perbaikan dan pembersihan
harus dilaksanakan.

Alat pelindung diri harus di lokasi dimana alat – alat itu kemungkinan besok akan di
pakai dan di simpan baik – baik supaya tidak memburuk dan rusak. Perawatan dan
kontrol terhadap alat pelindung diri penting agar fungsi alat pelindung diri tetap baik.

Alat pelindung diri harus tetap dipelihara agar selalu dalam kondisi yang baik, tetap
bersih dan terawat. Pada saat tidak dipakai harus di simpan baik untuk mencegah
kerusakan dan hilang.

Penggunaan Alat Pelindung Diri merupakan usaha untuk mengurangi resiko secara
maksimal, namun apabila pemakaian tidak tepat dapat membahayakan atau menyebabkan
kecelakaan kerja.

Perawatan Alat Pelindung Diri ( APD ) dilakukan dengan maksud agar semua
pelindung diri tetap memberikan perlindungan yang efektif terhadap faktor – faktor yang
berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan kerja.

Untuk mencegah kerusakan dan hilang, sarana pelindung diri harus di simpan dengan
baik sesuai dengan ketentuan.

20
BAB V
PENUTUP

Panduan Alat Pelindung Diri sangat penting untuk meningkatkan kesehatan dan
keselamatan setiap petugas dan pasien Rumah Sakit agar selalu terhindar dari infeksi-infeksi
yang mungkin terjadi.
Diharapkan agar buku ini dapat dijadikan acuan bagi pihak Manajemen dan setiap pekerja
dalam meningkatkan kewaspadaan dan pelayanan yang bermutu dalam upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda.

21
22

Anda mungkin juga menyukai