Anda di halaman 1dari 12

Lampiran

Peraturan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda


Nomor : 049/SK/DIR/PB/III/2016

Tentang
PANDUAN PENANGANAN DAN PENGENDALIAN
KEJADIAN LUAR BIASA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular, keracunan makanan, keracunan bahan
berbahaya lainnya masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat
menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar, menyerap anggaran
biaya yang besar dalam upaya penanggulangannya, berdampak pada sektor ekonomi,
pariwisata serta berpotensi menyebar luas lintas kabupaten / kota, propinsi bahkan
internasional yang membutuhkan koordinasi dalam penanggulangannya.
Diare, campak dan demam berdarah dengue merupakan penyakit yang sering
menimbulkan KLB di Indonesia. Beberapa jenis KLB mengalami penurunan seperti
diare, campak dan malaria tetapi beberapa jenis KLB penyakit lain justru semakin
meningkat seperti demam berdarah, keracunan makanan dan bahan berbahaya lainnya,
serta munculnya KLB penyakit baru seperti SARS, HFMD, Hepatitis E dan lain-lain.
Demikian juga beberapa penyakit yang sudah tidak dianggap sebagai masalah
masyarakat timbul kembali seperti KLB difteri, chikungunya, leptospirosis dan kolera.
KLB penyakit dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kesakitan dan kematian
yang besar, yang juga berdampak pada pariwisata, ekonomi dan sosial. Kejadian KLB
perlu dideteksi secara dini dan diikuti tindakan yang cepat dan tepat, perlu diidentifikasi
adanya ancaman KLB beserta kondisi rentan yang membesar risiko terjadinya KLB
agar dapat dilakukan peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi
kemungkinan KLB, dan oleh karena itu perlu diatur dalam pedoman Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa.
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat

1
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan.

1.2 TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
Meningkatkan mutu layanan rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
melalui pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya, yang dilaksanakan oleh semua dapartemen / unit di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya meliputi kualitas pelayanan, manajemen risiko,
dan penangan Kejadian Luar Biasa (outbreak).
1.2.2 TUJUAN KHUSUS
a. Menanggulangi dan mengendalikan KLB yang sedang terjadi
b. Mencegah kemungkinan terjadinya KLB serupa dimasa yang akan datang

2
BAB II
RUANG LINGKUP

2.1 PENGERTIAN

Kejadian luar biasa adalah adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan
atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu. Dapat juga bermakna kejadian infeksi yang meningkat diluar keadaan biasa dalam
suatu periode pada kelompok orang / pasien tertentu.

Dikatakan Kejadian Luar Biasa apabila :

1. Terjadi peningkatan jumlah atau virulensi dari penyebab.


2. Adanya penyebab baru yang sebelumnya tidak pernah ada.
3. Terjadi peningkatan kecepatan penularan penyakit sehingga kelompok populasi rentan
yang terekspos jauh lebih banyak.
4. Terjadi peningkatan kerentanan terhadap penyebab
KLB dapat terjadi melalui penyebaran secara kontak, udara (droplet atau airborne),
maupun benda perantara (common source vehicle).

Penyebab KLB antara lain :

1. Produk tercemar
KLB disebabkan karena tercemarnya produk atau peralatan yang digunakan oleh pasien.
Produk yang dapat tercemar antara lain cairan infus, produk transfusi, cairan dialisis,
yang merupakan produk yang langsung masuk ke pembuluh darah, maupun produk
sewaktu pemakaian, misalnya disinfektan, susu bayi.

2. Peralatan tercemar
Tercemarnya peralatan dapat disebabkan pencucian dan tindakan disinfeksi tidak benar,
mesin pencuci automatik tidak bekerja dg baik dan penanganan peralatan steril yang tidak
benar.

3. Prosedur yang tidak benar


 Tindakan endoskopi, hemodialisis, peritoneal dialisis
 Tindakan operasi : antiseptik tercemar, peralatan, melalui tangan petugas

3
4. Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan merupakan carrier S.aureus, Streptococcus hemolitik
grupA, Candida, Hepatitis B/C, HIV dan menularan penyakitnya pada pasien.

5. Lingkungan
Lingkungan yang seringkali menjadi sumber pencemaran penyakit pada KLB adalah air
dan tanah. Pada air yang tercemar dapat ditemukan bakteri Pseudomonas, Acinetobacter,
Mycobacteria other than TB (MOTT) dan Legionella. Sedangkan organisme yang
seringkali didapatkan pada tanah adalah Aspergillus sp.

4
BAB III
KEBIJAKAN

3.1 Regulasi Nasional


 Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya- Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Cetakan kedua ,
2008

3.2 Regulasi Rumah Sakit


1. Setiap petugas dalam melaksanakan tugasnya selalu mengacu pada upaya pencegahan
dan pengendalian infeksi
2. Kamar operasi secara berkala dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi dan
dilakukan evaluasi dengan melakukan biakan kuman
3. Setiap tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan wajib melakukan pencegahan dan
pengendalian infeksi dengan melakukan cuci tangan yang baik
4. Untuk mendukung upaya pencegahan dan pengendalian infeksi, sterilisasi dilakukan
dengan cara yang baik dan benar dan dilakukan evaluasi dengan melakukan biakan
kuman secara berkala
5. Untuk mendukung upaya pencegahan dan pengendalian infeksi harus diciptakan
lingkungan dan sanitasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda yang memenuhi syarat
6. Untuk mempertahankan pemahaman terhadap upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi bagi setiap petugas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda dilakukan pelatihan
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi secara berkala
7. Penggunaan antibiotik kepada pasien harus berdasarkan indikasi yang tepat dan
berdasarkan pada penggunaan obat yang rasional
8. Dilakukan pemantauan berkala terhadap kuman di udara, sumber air, hasil sterilisasi dan
pemantauan hasil pengolahan limbah cair
9. Untuk mendukung upaya pencegahan dan pengendalian infeksi terhadap transmisi
kuman, maka etika batuk harus dilakukan dengan cara yang baik dan benar
10. Sumber air wajib diperiksa secara berkala tentang baku mutunya
11. Semua tenaga kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda wajib mengedepankan
“self protection” dan “patient safety” secara seimbang dan disiplin

5
12. Untuk mendukung upaya pencegahan dan pengendalian infeksi pembuangan limbah
harus dilaksanakan secara tertib dan disiplin sesuai peraturan yang berlaku
13. Setiap pajanan terhadap benda tajam dan jarum maupun cairan tubuh pasien kepada
petugas didokumentasikan untuk dievaluasi
14. Sebagai pengawasan terhadap batas kadaluarsa obat dan alat, maka dalam
penyimpanannya dicantumkan tanggal kadaluarsa
15. Alat kesehatan “single use” yang memungkinkan dapat dilakukan “reuse” dengan tetap
memperhatikan sterilitas dan fungsi alat
16. Kamar jenazah Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda hanya menyediakan pelayanan
transisi selama 2 jam dengan tetap memperhatikan upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi

6
BAB IV
TATA LAKSANA

4.1 PROSEDUR PENANGANAN DAN PENGENDALIAN KLB

Bila didapatkan Kejadian Luar Biasa maka Rumah Sakit segera membentuk Tim Pengendali
KLB. Tim Pengendali ini diketuai oleh Infection Prevention and Control Officer Rumah Sakit
Ibu dan Anak Puri Bunda

dan beranggotakan :

 Panitia PPI RSIA Puri Bunda


 Infection Prevention and Control Nurse dan Link Nurse
 Direktur Pelayanan Medik
 Komite Medik
 Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien
 Dokter Penanggung Jawab Pasien
 Dokter Spesialis Patologi Klinik
 Manager Keperawatan
Tim Pengendali KLB ini bertugas untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi kasus. Sehingga
tim bisa segera mengambil keputusan berdasarkan pengamatan kasus per kasus sebelum
terjadi KLB (angka pra KLB) dan besar angka kejadian di atas nilai angka endemik (angka
kejadian KLB). Tujuannya adalah untuk mencegah, mengatasi dan mengendalikan KLB
sehingga KLB tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.

4.2 LANGKAH – LANGKAH PENANGANAN KLB


A. INVESTIGASI
Tujuan dilaksanakannya investigasi :
 Menjelaskan situasi KLB dan penemuan kasus
 Menetapkan penyebab termungkin, sumber penularan, cara penyebaran
 Memutus rantai penyebaran
 Mencegah terulangnya kejadian serupa
Sebelum dilakukan investigasi, Tim PPI dan para ahli mempersiapkan bahan literatur,
konsultasi dengan tim ahli terkait, menganalisa masalah, konsultasi dengan bagian

7
laboratorium untuk jenis spesimen dan biaya, serta menyiapkan peralatan kesekretariatan
yang diperlukan (komputer, kamera, dll).

Investigasi KLB meliputi :

1. Diagnosa yang jelas


Memastikan bahwa diagnosa ditegakkan dengan benar secara klinis dan laboratoris
(jika memungkinkan) atau diagnosa ditegakkan berdasarkan kriteria standart untuk
definisi kasus yang dipakai. Untuk menegakkan diagnosa ini diperlukan pengumpulan
informasi yang detail mengenai gejala klinis dan kriteria diagnostik serta konsultasi
dengan dokter penanggung jawab pasien untuk mempertegas penegakan diagnosa
klinis. Dikonfirmasi apakah benar terjadi infeksi dengan menilai kembali gejala klinik
dan hasil kultur dari laboratorium. Periksa kembali dengan petugas laboratorium
penyebab terjadi peningkatan infeksi untuk memastikan diagnosa dan tidak terjadi
kesalahan di laboratorium. Selain itu dilakukan anamnesa penderita mengenai etiologi,
transmisi dan penyakit lain yang hampir mirip.

2. Konfirmasi terjadi KLB


Setelah diagnosa tegak, dilakukan konfirmasi ulang terjadinya KLB. Apakah kejadian
ini dianggap sebagai masalah, dengan membandingkan kasus yang yang diamati
dengan kasus yang terjadi infeksi/KLB, dari data surveilans, laboratorium, rekam
medik RS, angka kematian dan angka kesakitan.

Pada KLB didapatkan peningkatan jumlah kasus/insidens suatu penyakit. Angka ini
didapatkan dengan cara membandingkan kasus/insidens dengan jumlah kasus/insidens
pada minggu, bulan atau beberapa tahun sebelumnya dalam periode waktu yang sama.
Harus selalu diingat bahwa peningkatan jumlah kasus insidens dibandingkan periode
waktu sebelumnya belum tentu merupakan suatu KLB. Selain karena KLB
peningkatan seperti ini dapat disebabkan antara lain :

 Perubahan sistem pelaporan, definisi kasus.


 Peningkatan kualitas pelayanan yang menyebabkan masyarakat lebih antusias
untuk berobat.
 Peningkatan kualitas diagnosa penyakit.

8
3. Definisi Kasus
Kasus yang ditentukan sebagai KLB dinilai kriteria diagnosanya baik secara klinis
maupun dengan menilai hasil pemeriksaan laboratoriumnya. Setelah itu ditentukan
klasifikasi individu yang menderita infeksi. sebaiknya dilakukan perbandingan
Sensitivitas dan Spesifisitas terhadap kultur kuman dan melakukan isolasi setiap
sumber yang diduga menyebabkan infeksi  cairan, alat medis.

Persyaratan definisi kasus :

 Kriteria klinis
 Bedakan menurut waktu , tempat, orang
 Data laboratorium
 Terapkan secara konsisten dan tanpa bias terhadap seluruh kasus yang diteliti
 Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap individu dengan faktor risiko misal dokter,
perawat , petugas kebersihan, keluarga pasien.
4. Epidemiologi Deskriptif
Tentukan informasi yang dikumpulkan pada tiap kasus :

1) Identifikasi Informasi :
 Ulang rekam medik jika timbul pertanyaan
 Hasil laboratorium
 Periksa untuk ada tidak duplikasi data
 Buat pemetaan lokasi tempat terjadi KLB
2) Demografi :
Tentukan karakteristik orang / petugas untuk populasi definitif yang beresiko

Informasi ini didapatkan dari :

1) Penemuan klinis
- Definisi kasus jelas
- Waktu terjadinya kasus
- Data suplemen (kematian)
2) Informasi faktor resiko : dapat digunakan untuk penyakit spesifik yang masih
dalam pertanyaan
3) Informasi pelapor : identitas pembuat laporan

9
5. Membuat Hipotesa
Dalam membuat hipotesa, harus diketahui mengenai karakteristik penyakit. Apa
penyebabnya, bagaimana transmisinya, apa reservoirnya dan faktor resiko apa yang
menyebabkan timbulnya penyakit. Hal-hal tersebut harus ditanyakan pada pasien dan
staff rumah sakit dan kemudian gunakan epidemiologi deskriptif sebagai dasar
pembuatan hipotesa.

6. Uji Hipotesa
7. Pengawasan sumber penularan
8. Menyempurnakan Hipotesa
9. Membuat dan mendistribusi laporan KLB
B. KOMUNIKASI
Saat KLB berlangsung dilakukan komunikasi mengenai terjadinya KLB dengan prosedur:

1. Melaporkan kepada Direktur RS


2. Konsultasikan kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien
3. Bila KLB bertambah banyak , lapor ke Dinas Kesehatan
4. Mengadakan pertemuan dengan media elektronik, jika perlu
C. MANAJEMEN
Tindakan pencegahan dan penanggulangan KLB harus dilaksanakan sedini mungkin
sebenarnya pada saat diagnosa telah diverifikasi. Dengan mengetahui diagnosa suatu
penyakit, tindakan pengobatan sudah dilaksanakan segera. Hal-hal yang berkaitan dengan
kebijakan anggaran perlu dibicarakan dengan pihak manajemen Rumah Sakit.

D. PENGAWASAN
Pada proses pengawasan, Panitia PPI mengatur mengenai hal-hal sebagai berikut :

1. Implementasikan peraturan mengenai isolasi


2. Memberikan Imunisasi jika diperlukan
3. Memberikan antibiotik profilaksis jika dibutuhkan
4. Definisikan indikasi rawat dan dirujuk
5. Definisikan pertemuan dengan anggota
6. Evaluasi pengawasan

10
E. KLB BERAKHIR
Pada saat KLB berakhir, Panitia PPI segera mengumumkan bahwa KLB telah berakhir
secepatnya. Kemudian Panitia PPI membuat laporan lengkap KLB kepada Direktur Rumah
Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda

PENANGANAN OUT BREAK

DIREKTUR RUMAH SAKIT

TIM PENGENDALI/PENANGANAN KLB

PANITIA PPI

INFECTION PREVENTION AND CONTROL NURSE /


IPCN

KETERANGAN :

Petugas Pelaksana / IPCN keliling ruangan setiap hari untuk memonitor pada pasien yang
dilakukan tindakan invansif, sehingga Panitia PPI bisa mengetahui kejadian infeksi atau KLB
secara dini. Selanjutnya bila terjadi out break petugas pelaksana/ IPCN Melaporkan ke
Panitia PPI. Kemudian Panitia PPI mengecek kebenarannya ke tempat yang melaporkan.
Setelah itu, atas persetujuan Direktur Rumah Sakit, Panitia PPI membentuk Tim Pengendali
KLB. Hasil investigasi Tim Pengendali KLP selanjutnya dilaporkan pada Direktur Rumah
Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda

11
BAB V
PENUTUP

Panduan penanganan dan pengendalian kejadian luar biasa (KLB) sangat penting untuk
meningkatkan kewaspadaan setiap pekerja rumah sakit agar selalu terhindar dari infeksi-
infeksi yang mungkin terjadi. Diharapkan agar buku ini menjadi acuan bagi pihak manajemen
dan setiap petugas dalam meningkatkan penanganan dan pengendalian kejadian luar biasa
dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda.

12

Anda mungkin juga menyukai