Pewarnaan Bta
Pewarnaan Bta
A. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui prosedur kerja dan sifat pewarnaan BTA
b. Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pewarnaan BTA (cat ZN) dengan baik
2. Dapat mengidentifikan bentuk, warna dan sifat BTA setelah dilakukan pengecatan
B. METODE
Direct preparat (preparat yang dibuat dan diamati secara langsung).
C. DASAR TEORI
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat
yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan
kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk
mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode
pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat
fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal
sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan
pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA) karena
dapat mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan pemucat.
Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya adalah
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat diisolasi dari
sputum penderita TBC. Reaksi hasil pewarnaannya jika positif terdapat bakteri TBC
berwarna merah. Selain menyerang manusia juga menyerang hewan seperti marmut, dan
kera. Penularannya dapat melalui udara yang masuk ke saluran pernafasan (Pelczar dan
Chan, 1988).
Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan
pewarnaan anilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan dengan pemanasan.
Bakteri ini memilki dinding sel berlilin karena mengandung sejumlah besar materi
lipoidal oleh karena itu bakteri ini hanya dapat diwarnai dengan pewarnaan BTA (Acid-
Fast Stain). Dinding sel hidrofobik dan impermeabel terhadap pewarnaan dan bahan
kimia lain pada cairan atau larutan encer. Ketika proses pewarnaan, bakteri tahan asam
ini melawan dekolorisasi dengan asam sehingga bakteri tersebut disebut bakteri tahan
asam (Ball, 1997).
Bakteri tahan asam dapat diamati dengan teknik pewarnaan Ziehl Neelson, Kinyoun
Gabber, dan Fluorochrom. Pengambilan sputum (sekret paru-paru atau ludah) untuk
analisis tuberculosis dapat dilakukan setiap saat dikenal ada 3 jenis sputum:
Sputum pagi : sputum yang dikeluarkan oleh penderita pada saat bangun pagi.
Larutan kimia yang digunakan adalah alkohol asam 3% , carbol fuchsin 0,3%, serta
methylen blue 0,3% yang masing-masing mempunyai fungsi antara lain asam alkohol
digunakan sebagai peluntur, carbol fuchsin mempunyai fungsi membuka lapisan lilin
agar menjadi lunak sehingga cat dapat menembus masuk ke dalam sel bakteri M.
tuberculosis. Methylen blue berfungsi sebagai cat lawan dan pada pemberian methylen
blue pada bakteri akan tetap berwarna merah dengan latar belakang biru atau hijau
(Jutono dkk., 1980).
G. PEMBAHASAN
Pembuatan dan pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA)
Pada praktikum kali ini dilakukan pengecetan Bakteri Tahan Asam (BTA) yang
menggunakan tiga jenis cat Ziehl-Neelson (ZN) yaitu carbol fuchsin 0,3 %, asam alkohol
3 % dan methylene blue 3 %. Dalam pengecatan ini digunakan sample sputum.
Sebelum dibuat apusan, objek glass difiksasi untuk menghilangkan lemak yang
menempel pada permukaanya dan untuk menghilangkan kontaminan lain yang ada pada
objek glass. Apusan yang dibuat tidak boleh terlalu tebal agar bakteri tidak bertumpuk-
tumpuk sehingga proses pengamatan bentuk sel bakteri menjadi lebih mudah, tetapi
apusan yang dibuat juga tidak boleh terlalu tipis.
Pewarnaan BTA ini dilakukan dengan menggunakan pewarnaan Ziehl Neelson yng
menggunakan 3 jenis warna sebagai berikut :
Pewarnaan pertama ini, akan sulit menembus dinding dari Bakteri tahan asam,
sehingga dilakukan pemanasan untuk memuaikan dinding sel bakteri tersebut sehingga
warna carbol fuchsin ini mampu diserap oleh sel-sel bakteri. Namun perlu diperhatikan,
pemanasan dilalukan jangan sampai mendidih cukup samapai menguap agar sel-sel
bakteri tersebut tidak rusak.
Zat warna methylene blue masuk ke dalam sel bakteri non BTA yang permeabilitas
dinding selnya membesar akibat lapisan lipid pada bakteri non BTA terekstraksi oleh
asam alkohol, sehingga menyebabkan sel bakteri non BTA tersebut menjadi berwarna
biru. Pada bakteri BTA dinding selnya sudah terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori
– pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga zat warna
methylene blue tidak dapat masuk sehingga sel bakteri BTA berwarna merah.
Waktu yang dipelukan untuk menunggu setiap warna juga berbeda. Hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya kesalahan pada saat pembacaan preparat pada mikroskop.
1. Menunggu selama 5 menit setelah pewarnaan dengan warna carbol fuchsin dan
dilakukan pemanasan bertujuan agar cat ini dapat diserap dan melekat sempurna pada
dinding bakteri dan dinding selnya kembali seperti semula setelah dilakukan pemanasan.
2. Warna dapat luntur secara sempurna dan tidak ada yang tersisa.
3. Menunggu selama 1 menit setelah penambahan pewarna methylene
blue bertujuan agar cat ini dapat diserap sempurna pada dinding bakteri non BTA
sehingga ada perbedaan warna antara bakteri BTA dan Non BTA.
Setelah pewarnaan dan menunggu selama waktu diatas, dilakukan pembilasan dengan
aquadest yang bertujuan untuk membilas zat warna yang berlebih sebelum dilanjutkan
dengan pewarnaan berikutnya.
Fase yang paling kritis adalah dekolorisasi yang mengakibatkan warna yang tidak
terikat oleh sel bakteri lepas dari sel, pemberian asam alkohol jangan sampai berlebih
karena akan menyebabkan overdekolorization sehingga sel BTA hampir sama dengan
Non BTA yang menyebabkan sulit membedakannya, tetapi jangan juga terlalu sedikit
dalam memberikan alkohol (underdecolorization) karena tidak akan melunturkan warna
secara sempurna sehingga sel Non BTA bisa saja berwrna ungu mendekati warna sel
BTA.
Kaca obyek harus selalu dicuci dengan aquades diantara penambahan pewarna untuk
menghilangkan kelebihan warna dan mempersiapkan pewarna berikutnya.
Perbedaan mendasar antara bakteri BTA dan non BTA adalah pada komponen
dinding selnya. Dinding sel BTA mengandung lapisan lilin (lapisan lemak) yang sangat
banyak sehingga dalam proses penyrapan warna perlu dilakukan pemanasan untuk
memuaikan dinding sel tersebut sehingga pewarna dapat diserap. Namun dalam dinding
sel bakteri non BTA lapisan lemaknya tidak banyak sehingga untuk melakuka
penyerapan warna tidak perlu dilakukan pemanasan dan pelunturan warna pun sangat
mudah dilakukan saat penambahan asam alkohol.
DAFTAR PUSTAKA
Mastra, Nyoman, dkk. 2014. Bakteriologi. Denpasar : Politektnik Kesehatan Denpasar
Jurusan Analis Kesehatan.
Rinda. 2014. Bakteri 1. [Online] http://rindachie.weng.com/menu/labs/bakteri-5.html
(Diakses pada 24 April 2014 pukul 19.20)
Admin. 2014. Mycobacterium tuberculosis. [Online]
http://id.m.wikipedia.org/wiki/mycobacterium.tuberculosis (Diakses pada 24
April 2014.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo Persada.
Syahrurachman, dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: UI
Press.