Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN UNJUK KERJA MIKROTEKNIK

MEMBUAT PREPARAT APUS DARAH

Disusun untuk memenuhi penugasan laporan mata kuliah Mikroteknik

Oleh;

Muhammad Royyan Fais 4401415047

Jurusan Biologi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
2017
Membuat Preparat Apus Darah
04 Oktober 2017
I. Tujuan
1. Membuat preparat awetan sel darah dengan metode mengapus
2. Mengamati jaringan darah melalui preparat apus darah yang dibuat

II. Landasan Teori

Preparat apus atau smear adalah preparat yang proses pembuatannnya dengan metode
apus atau smear, yaitu dengan cara mengapuskan atau membuat lapisan tipis atau film suatu
bahan yang berupa cairan atau bukan cairan diatas gelas benda yang bersih dan bebas lemak.
Selanjutnya melakukan fiksasi, mewarnai, dan menutupnya dengan gelas penutup untuk
diamati dibawah mikroskop. Preparat apus darah adalah untuk mempelajari struktur eritrosit,
leukosit, dan trombosit.
Pada pembuatan preparat apus darah menggunakan zat warna giemsa atau disebut
juga pewarnaan Romanowski. Prinsip dari pewarnaan giemsa adalah presipitasi hitam yang
terbentuk dari penambahan larutan methylene blue dan eosin yang dilarutkan di dalam
methanol. Pewarnaan giemsa digunakan untuk membedakan inti sel dan morfologi
sitoplasma dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit.
Sediaan apus darah ini tidak hanya digunakan untuk mempelajari sel darah tapi juga
digunakan untuk menghitung perbandingan jumlah masing-masing sel darah. Pembuatan
preparat apus darah ini menggunakan suatu metode yang disebut metode oles (metode smear)
yang merupakan suatu sediaan dengan jalan mengoles atau membuat selaput (film) dan
substansi yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas benda yang bersih dan bebas
lemak untuk kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup.
Darah adalah salah satu jaringan ikat yang mempunyai fungsi sebagai penghubung
(alat transport) yang sel-selnya tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma). Darah
lebih berat dibandingkan air dan lebih kental pula. Cairan ini emiliki pH 7,35 sampai 7,45.
Warna darah bervariasi dari merah sampai merah tua kebiruan, tergantung pada kadar
oksigen yang dibawa sel darah merah itu sendiri (Subowo, 1992).
III. Prosedur Kerja

Sebelum mengambil sampel, terlebih dahulu jari tangan di sterilisasi dengan alcohol.
Jari ditusuk dengan jarum lanset, tetesan darah pertama diteteskan pada kapas beralkohol.
Tetesan darah selanjutnya diteteskan pada gelas benda bebas lemak. Tetesan darah diapus
dengan gelas benda lain. Cara pengapusan yaitu posisi jempol dengan dua jari (tengah dan
telunjuk) menjepit gelas benda yang berisi tetes darah sedangkan telunjuk jari lain bersama
jempol dan jari tengah memegang gelas benda lain dengan kuat. Arah pengapusan adalah
menuju ke arah jempol.

Film darah difiksasi dengan methanol selama 5 menit. Pewarnaan dilakukan setelah
fiksatif kering dengan penetesan cat giemsa beberapa tetes menutupi film darah. Pewarnaan
dilakukan selama 30 menit. Film darah dicuci dengan akuades lalu dikeringkan.

IV. Hasil dan Pembahasan

Perbesaran : 40 x 10

Keterangan :
A = Tumpukan Eritrosit
B = Sel Leukosit
Bentuk Eritrosit adalah bulat bikonkaf, sedangkan Leukosit adalah tidak beraturan.

Pada praktikum kali ini adalah pembuatan preparat apus darah kami menggunakan
teknik pewarnaan Romanowski. Teknik pewarnaan ini dilakukan dengan cat giemsa. Proses
utama dari pembuatan preparat apus darah ini tentunya adalah pembuatan film darah melalui
mengapus.
Setiap proses yang kami lakukan memiliki fungsi tertenu. Teknik pengapusan
dilakukan sedemikian rupa sehingga didapatkan hasil yang tipis. Proses fiksasi dengan
methanol dilakukan dengan tujuan untuk mematikan sel darah namun tidak merusak
strukturnya. Sedangkan, proses keringangin pada tiap penambahan zat barangkali berguna
dalam meminimalisir terjadinya kontaminasi.

Zat warna giemsa yang digunakan memiliki karakteristik dalam mewarnai inti sel
darah yang bersifat basa. Dalam pengamatan yang kami amati pada perbesaran 10x10 warna
darah terlihat kehijau-hijauan, hal tersebut dikarenakan oleh teknis dan praktikan yang
mungkin kurang cermat dalam mengatur pencahayaan mikroskop. Namun, tumpukan sel
eritrosit terlihat jelas menumpuk. Hal tersebut barangkali karena proses pengapusan yang
kurang tipis.

Pada perbesaran 40x10 terlihat adanya sel darah putih yang terwarnai ungu. Namun,
kami sedikit sulit dalam memprediksikan jenis dari leukosit yang teramati. Kemungkinan sel
tersebut merupakan sel darah putih agranulosit berupa monosit atau limfosit. Pada akhirnya
dalam perbesaran ini sel eritrosit justru terlihat seperti cairan. Preparat apus darah merupakan
preparat awetan yang dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.

V. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari unjuk kerja ini adalah sebagai berikut:

1. Preparat apus darah merupakan preparat awetan yang dalam praktikum ini dibuat dengan
metode romanowski dengan menggunakan pewarnaan giemsa.

2. Pengamatan hasil dilakukan dengan mengamati bagian-bagian sel yang terlihat yaitu sel
darah merah dan sel darah putih. Sel darah putih teramati sebagai bitnik hitam pada
perbesaran 10x10 dan terlihat terwarna pada perbesaran 40x10.

VI. Saran

Beberapa saran yang perlu dilakukan dalam melaksanakan unjuk kerja ini yaitu (1)
jari yang akan ditusuk dipastikan harus steril terlebih dahulu, (2) proses pengapusan
dilakukan setipis mungkin, dan (3) sudut antara gelas benda A dan gelas benda B diusahakan
45° supaya mendapatkan kecepatan konstan dan kekuatan dalam melakukan pengapusan
menjadi lebih stabil.
Daftar Pustaka

Rudyatmi, Ely .2017. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES.
Subowo. 1992. Histologi Umum. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai