Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam


tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Permulaan
masa akhir kanak-kanak ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu. Bagi
sebagian anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupan anak.
Sementara menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan baru dari kelas satu,
kebanyakan anak berada dalam keadaaan tidak seimbang; anak mengalami
gangguan emosional sehingga sulit untuk hidup bersama dan bekerja sama.
Masuk kelas satu merupakan peristiwa penting bagi setiap anak sehingga dapat
mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai, dan prilaku.

Selama setahun atau dua tahun terakhir dari masa kanak-kanak terjadi
perubahan fisik yang menonjol dan hal ini juga dapat mengakibatkan perubahan
dalam sikap, nilai, dan prilaku untuk memasuki masa remaja. Perubahan fisik
yang terjadi menjelang berakhirnya masa kanak-kanak menimbulkan keadaan
ketidakseimbangan dimana pola kehidupan yang sudah terbiasa menjadi
terganggu sampai tercapainya penyesuaian diri terhadap perubahan ini.

Akhir masa kanak-kanak secara tepat dapat diketahui, tetapi orang tidak
dapat mengetahui secara tepat kapan periode ini berakhir karena kematangan
seksual. Yaitu kriteria yang digunakan untuk memisahkan masa kanak-kanak
dengan masa remaja-timbuknya tidak selalu pada usia yang sama. Ini disebabkan
perbedaaan dalam kematangan seksual anak laki-laki dan anak perempuan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ciri-ciri Masa Kanak-kanak Akhir


Masa kanak-kanak akhir berlangsung pada usia sekitar 6 sampai 12
tahun, dengan ciri-ciri sebagaimana digambarkan oleh para orang tua, para
guru, dan para psikolog (Hurlock, 1997 : 146 – 148), sebagai berikut :
1. Label yang diberikan oleh orang tua
Bagi sebagian orang tua masa kanak-kanak merupakan usia yang
menyulitkan sesuatu masa dimana anak tidak mau menuruti
perintah dan diman lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman
sebaya dari pada orang tua dan anggota keluarga lain. Dalam
keluarga yang terdiri dari anak laki-laki dan perempuan, sudah
jamak bila anak laki-laki mengejek saudara perempuannya kalau
anak perempuan membalas terjadinya pertengkaran dalam bentuk
maki-makian atau serangan fisik.
2. Label yang diberikan oleh para pendidik
Para pendidik melabelkan masa kanak-kanak dengan usia sekolah
dasar. Para pendidik juga memandang preodeinisebagai periode
kritis dalam dorongan berprestasi suatu masa dimanaanak-
membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau
sangat sukses. Sekali terbentuk kebiasaan untuk bekerja dibawah,
diatas atau sesuai dengan kemampuan cenderung menetap sampai
dewasa.
3. Label yang diberikan ahli psikologi
Bagi ahli psikologi, akhir masa kanak-kanak adalah usia
berkelompok suatu masa dimana perhatian utama anak tertuju pada
keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota
kelompok, terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan
teman-temanya.

2
B. Tugas Perkembangan Anak Akhir
Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang
harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan
tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi
sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau
masyarakat. Perkembangan selanjutnya akan mengalami kesulitan.
Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk fase anak-anak akhir
dikemukakan oleh Havighurst sebagai berikut:
 Belajar ketangkasan fisik untuk bermain
 Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai
organisme yang sedang tumbuh
 Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya
 Belajar peranan jenis kelamin
 Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan
berhitung
 Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna
keperluan kehidupan sehari-hari
 Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai
 Belajar membebaskan ketergantungan diri
 Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembaga-
lembaga
Pada usia 6 tahun, manusia memasuki fase anak-anak yang
termasuk dalam fase sekolah, tugas-tugas perkembangan anak pada masa
anak adalah:
1. Mempelajari kecakapan-kecakapan jasmaniah yang dibutuhkann
untuk permainan sehari-hari. Mempelajari kecakapan-kecakapan
jasmaniah yang perlu dalam kegiatan jasmani (menyepak bola,
menangkap, melempar, dan mempergunakan alat-alat yang
sederhanan).
2. Membentuk sikap yang baik terhadap diri sebagai suatu makhluk
yang sedang bertumbuh. Hakikat tugas adalah mengembangkan

3
kebiasaan memelihara tubuh, kebersihan, keamanan,, kemampuan
mempergunakan tubuh dan sikap yang penting terhadap kelamin.
3. Belajar bergaul dengan teman sebaya. Anak-anak meninggalkan
lingkungan keluarga memasuki dunia teman sebayanya pada
permulaan periode sekolah dari lingkungan keamanan emosional
ke lingkungan baru yang mengundang kompetisi dalam usaha
menarik perhatian guru atau orang dewasa. Mempelajari peran
sosial sebagai laki-laki dan perempuan.
C. Aspek-aspek Perkembangan Masa Kanak-kanak Akhir
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik merupakan proses tumbuh kembang
kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan
anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai
bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Perkembangan fisik ini terdiri dari :
a) Perkembangan motorik kasar
Kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat
termasuk contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot
besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan
oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan
motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak.
Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju
perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak
lainnya.
b) Perkembangan motorik halus
Adapun perkembangan motorik halus merupakan
perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot
kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan
pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk
belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting,

4
dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik
halus.
2. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget, masa kanak-kanak akhir berbeda dalam
tahap operasi konkret dalam berfikir (usia 7-12 tahun), dimana
konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang
samar-samar dan tidak jelas. Anak menggunakan operasi mental
untuk memecahkan masalah-masalah yang aktual, anak mampu
menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah
yang bersifat konkret. Kini anak mampu berfikir logis meski masih
terbatas pada situasi sekarang.
Masa kanak-kanak akhir menurut Piaget tergolong pada
masa operasi konkret dimana anak berfikir logis terhadap objek
yang konkret. Berkurang rasa egonya dan mulai bersikap sosial.
Terjadi peningkatan pemeliharaan, misalnya mulai mau
memelihara alat permainannya. Mengelompokan benda-benda
yang sama. Memperhatikan dan menerima pandangan orang lain.
Materi pembicaraan lebih ditujukan kepada lingkungan sosial,
tidak pada dirinya sendiri. Berkembang pengertian tentang jumlah,
panjang, luas dan besar.
Pada masa ini anak dapat melakukan banyak pekerjaan
pada tingkat yang lebih tinggi dari pada yang dapat mereka
lakukan pada masa sebelunya. Pemahamannya tentang konsep
ruangan, kausalitas, kategorisasi, konversi dan penjumlahan lebh
baik. Anak usia 6 atau 7 tahun dapat dipercaya menemukan jalan
dari dan ke sekolah. Mereka mempunyai ide yang lebih baik
tentang jarak dari satu tempat ke tempat lain, lama waktu
tempuhnya, dan dapat mengingat rute dan tanda-tanda jalan.
Keputusan tentang sebab akibat akan meningkat. Anak
berinisiatif menggunakan strategi untuk penambahan, dengan
menggunakan jari-jari atau dengan benda lainnya. Mereka juga

5
dapat memecahkan soal cerita yang bersifat sederhana.
Kemampuan mengkategorisasi membantu anak untuk berfikir
logis. Menurut Piaget, anak-anak dalam tahapan operasi konkret
berfikir induktif, yaitu dimulai dengan observasi seputar gejala atau
hal yang khusus dari suatu kelompok masyarakat, binatang, objek,
atau kejadian, kemudian menarik kesimpulan. Misalnya anjing
tono mengonggong, anjing susi menggonggong, anjing budi
menggonggong, jadi semua anjing menggonggong.
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana
kemampuan berfikir anak berkembang dan berfungsi. Kemampuan
berfikir anak berkembang dari tingkat yang sederhana dan konkret
ketingkat yang lebih rumit dan abstrak. Pada masa ini anak juga
dapat memecahkan masalah-masalah yang bersifat konkret. Anak
mengetahui volume suatu benda padat atau cair meskipun
ditempatkan pada tempat yang berbeda bentuknya. Berkurang rasa
egonya dan mulai besifat sosial. Terjdi peningkatan dalam hal
pemeliharaan, misalnya mulai memelihara alat permainannya.
Mengerti perubahan-perubahan dan proses dari kejadian-
kejadian yang lebih komplek serta saling hubungannya. Mereka
memiliki pengertian yang lebih baik tentang konsep ruang, sebab
akibat, kategorisasi, konservasi, dan tentang jumlah. Anak mulai
memahami jarak dari satu tempat ketempat lain, memahami
hubungan antara sebab dan akibat yang ditimbulkan,
mengkelompokan benda berdasarkan kriteria tertentu, dan
menghitung. Guru diharapkan membantu siswa untuk
meningkatkan kemampuan berfikirnya.
Kemampuan berfikir ditandai dengan adanya aktifitas –
aktifitas mental seperti mengingat, memahami dan memecahkan
masalah. Pengalaman hidupnya memberikan andil dalam
mempertajam konsep. Anak sudah lebih mampu berfikir, belajar,
mengingat, dan berkomuniksi, karena proses kognitifnya tidak lagi

6
egosentrisme, dan lebih logis. Anak mampu mengklasifikasikan
dan mengurutkan suatu benda berdasarkan ciri – ciri suatu objek.
Mengkelompokan benda – benda yang sama kedalam dua atau
lebih kelompok yang berbeda. Misalnya mengelompokan buku
berdasarkan warna maupun ukuran buku.
3. Perkembangan Bahasa
Kemampuan bahasa terus tumbuh pada masa ini. Anak
lebih baik kemampuanya dalam memahami dan
menginterpresentasikan komunikasi lisan dan tulisan. Pada masa
ini perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan
kata dan tata bahasa.
Bersamaan dengan pertumbuhan perbendaharaan kata
selama masa sekolah, anak - anak semakin banyak menggunakan
kata kerja yang tepat untuk menjelaskan satu tindakan seperti
memukul, melempar, menendang atau menampar. Maka belajar
tidak hanya untuk menggunakan banyak kata lagi, tetapi juga
memilih kata yang tepat untuk penggunaan tertentu. Area utama
dalam pertumbuhan bahasa adalah pragmatis, yaitu penggunn
prktis dari bahasa untuk komunikasi. Anak kelas satu merespon
pertanyaan orang dewasa dengan jawaban yang lebih sederhana,
jawaban pendek. Sebagian besar anak usia 6 tahun sudah dapat
menceritakan kembali satu bagian pendek dari buku, film, atau
pertunjukan televisi
Belajar membaca dan menulis membebaskan anak-anak
dari keterbatasan untuk berkomunikasi langsung. Menulis
merupakan tugas yang dirasa lebih sulit daripada membaca bagi
anak. Cara belajar menulis dilakukan setahap demi setahap dengan
latihan dan seiring dengan perkembangan membaca. Membaca
memilik peran penting dalam pengembangan bahasa. Pada masa ini
perubahan terjadi dalam hal anak berfikir tentang kata-kata.
Mereka menjadi kurang terikat dengan kegiatan dan dimensi

7
pengamatan yang berhubungan dengan kata, dan menjadi lebih
analistis dalam hal penggunaan kata-kata. Misalnya : bila anak
diminta menyebut sebuah benda yang berhubungan dengan kaa
yang didengar, misalnya anjing, maka anak akan merespon dengan
satu kata yang menunjukan penampilannya seperti : hitam, besar,
atau kepada kegiatan yang berhubungan dengan anjing seperti :
duduk, gonggongan anjing.
Anak yang lebih tua lebih sering merespon anjing denga
menghubungkannya dengan kategori binatang yang dekat atau
menyukai seperti kucing. Meningkatnya kemampuan menganilisis
kata membantunya untuk mengerti yang tidak secara langsung
berhubungan dengan pengalaman pribadinya. Anak bisa
membedakan antara saudara kandung dengan saudara sepupu, desa
dengan kota dan sebagainya.
Demikian juga peningkatan dalam tata bahasa. Anak bisa
membandingkan, sehingga bisa mengatakan lebih pendek, lebih
dalam dan sering bersifat subjektif. Anak biasanya menggunakan
berbagai aturan dalam tata bahasa.
4. Perkembangan Moral
Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak
untuk memahami aturan, norma dan etika yang berlaku di
masyarakat. Perkembangan moral terlihat dari perilaku moralnya di
masyarakat yang menunjukan kesesuaian dengan nilai dan norma
di masyarakat. Perilaku moral ini banyak dipengaruhi oleh pola
asuh orang tua serta perilaku moral orang-orang disekitarnya.
Perkembangan moral ini juga tidak terlepas dari perkembangan
kognitif dan emosi anak.
Menurut Piaget, antara usia 5-12 tahun konsep anak
mengenai keadilan sudah berubah. Pengertian yang kaku tentang
benar dan salah yang telah dipelajari dari orang tua menjadi
berubah. Piaget menyatakan bahwa relativisme moral

8
menggantikan moral yang kaku. Misalnya : bagi anak usia 5 tahun,
berbohong adalah hal yang buruk, tetapi bagi anak yang lebih besar
sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong adalah dibenarkan
dan oleh karenanya berbohong tidak terlalu buruk. Piaget
berpedapat bahwa anak yang lebih muda ditandai dengan moral
yang heteronomous sedangkan anak pada usia 10 tahun mereka
sudah bergerak ketingkat yang lebih tinggi yang disebut moralitas
autonomus.
Kohlberg memperluas teori Piaget dan menyebut tingkat
kedua dari perkembangan moral masa ini sebagai tingkat moralitas
dari aturan-aturan dan penyesuaian konvensional. Dalam tahap
pertama dari tingkat ini oleh Kohlberg disebut moralitas anak baik,
anak mengikuti peraturan untuk mengambil hati orang lain dan
untuk mempertahankan hubungan-hubungan yang baik. Dalam
tahap yang kedua Kohlberg menyatakan bahwa bila kelompok
sosial menerima peraturan-peraturan yang sesuai bagi semua
anggota kelompok, ia harus menyesuaikan diri dengan peraturan
untuk menghidari penolakan kelompok dan celaan.
Kohlberg menyatakan adanya 6 tahap perkembangan moral.
Enam tahap tersebut terjadi pada tiga tingkatan, yakni tingkatan :
(1) prakonvensional (2) konvensional (3) pasca konvensional. Pada
tahap prakonvensional, anak peka terhadap peraturan-peraturan
yang berlatarbelakang budaya dan terhadap penilaian baik buruk,
benar-salah tetapi anak mengartikannya dari sudut akibat fisik
suatu tindakan. Pada tahap konvensional, memenuhi harapan-
harapan keluarga, kelompok atau agama dianggap sebagai suatu
yang berharga pada dirinya sendiri, anak tidak peduli apapun akan
akibat-akibat langsung yang tejadi. Sikap yang nampak pada tahap
ini terlihat dari sikap ingin loyal, ingin menjaga, menunjang dan
memberi justifiksi pada ketertiban. Pada tahap pasca konvensional,
ditandai dengan adanya uasha yang jelas untuk mengartikan nilai-

9
nilai moral dan prinsip-prinsip yang sahih serta dapat dilaksanakan,
lepas dari otoritas kelompok atau orang yang memegang prinsip-
prinsip tersebut terlepas apakah individu yang bersangkutan
termasuk kelompok itu atau tidak.
Pengembangan moral termasuk nilai-nilai agama
merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk sikap dan
kepribadian anak. Misalnya : mengenalkan anak pada nilai-nilai
agama dan memberikan pengarahan terhadap anak tentang hal-hal
yang terpuji dan tercela.
5. Perkembangan Mental, Emosional, dan Sosial
Perkembangan sosial yakni pengaruh lingkungan sekitar
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam
pengelompokan sosial, proses perkembangan sosial, dan bentuk-
bentuk sosial yang dapat memberikan pengaruh terhadap
perkembangan kehidupan sosial terhadap anak pada masa anak-
anak akhir.
Pengelompokan Sosial dan Perilaku Sosial Masa Anak-
Anak Akhir:
a) Ciri Geng Anak-anak
Geng anak merupakan kelompok bermain. Untuk menjadi
anggota geng, anak harus diajak. Pada mulanya geng terdiri
dari tiga atau empat anggota, tetapi jumlah ini meningkat
dengan bertambah besarnya anak dan bertambahnya minat
pada olahraga.
b) Efek dari Keanggotaan Kelompok
Bermain secara berkelompok memberikan peluang dan
pelajaran kepada anak untuk berinteraksi, bertenggang rasa
dengan sesama teman. Permainan yang disukai cendrung
bermain kelompok. Pengaruh teman sebaya sangat besar
baik yang bersifat positif seperti pengembagan konsep diri
dan pembentukan diri maupun negative.

10
c) Bahaya Sosial
 Anak yang ditolak atau diabaikan oleh kelompok teman-
teman akan kurang mempunyai kesempatan untuk
belajar bersifat sosial.
 Anak yang terkucil, yang tidak memiliki persamaan
dengan kelompok teman-teman akan menganggap
dirinya “berbeda” dan merasa tidak mempunyai
kesempatan untuk diterima oleh teman-teman.
 Anak yang mobilitas sosial dan grafisnya tinggi
mengalami kesulitan untuk diterima dalam kelompok
yang sudah terbentuk.
 Anak yang berasal dari kelompok ras atau kelompok
agama yang terkena prasangka.
 Para pengikut yang ingin menjadi pemimpin kemudian
menjadi anak yang penuh dengki dan tidak puas.

Perkembangan emosi merupakan salah satu aspek


perkembangan yang melekat pada diri anak-anak. Kondisi emosi
itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu : positif,
misal gembira dan negatif, misal sedih. Konsep emosi cukup
penting bila dikaitkan dengan fungsinya dalam hubungan
interpersonal. Dalam hal ini, ekspresi emosi akan menjadi fasilitasi
bagi seorang anak untuk dapat mengungkapkan perasaannya,
perilakunya, serta keinginan-keinginannya.

Perkembangan emosi anak-anak adalah sebagai berikut:

 Menunjukan dan menamakan perasaan


 Memiliki kontrol emosi yang lebih baik
 Memperlihatkan konsentrasi rendah bila berpisah dengan
orang tua
 Menunjukan selera humor

11
 Belajar benar dan salah
 Mengembangkan hati nurani (empati) memperlihatkan
reaksi dengan orang lain
 Sensitif dengan tertawaan dan kritik
 Menunjukan kekhawatiran berlebih seperti: perang ,
kehilangan orang tua
 Memperlihatkan ketekunan
 Menunjukan empati : merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain.

Perkembangan emosi pada masa kanak-kanak akhir tidak


dapat dipisahkan dengan perkembangan sosial. Orang-orang di
sekitarnyalah yang banyak mempengaruhi perilaku sosialnya.
Dunia sosioemosional anak menjadi semakin kompleks dan
berbeda pada masa ini. Interaksi dengan keluarga, teman sebaya,
sekolah dan hubungan dengan guru memiliki peran yang penting
dalam hidup anak.maka di bawah ini akan dilanjutkan dengan
pemaparan mengenai perkembangan sosial pada masa akhir kanak
kanak.

D. Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Perkembangan Anak


1. Faktor Hereditas
Hereditas (keturunan atau bawaan) adalah proses
penurunan sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu yang ada pada orang tua
atau dari keturunan kerabat-kerabat terdekat. Dimana sifat bawaan
ini sulit untuk dirubah kerena udah menjadi kebiasaan atau
keturunan dari sifat orang tuanya. Pada dasarnya yang diturunkan
oleh orang tua merupakan bentuk atau struktur tubuh pada anak-
anak tersebut yang merupakan hasil dari percampuran gen-gen dari
orang tua yang pada umumnya mencakup sifat, ciri-ciri atau sifat
dari orang tua yang di peroleh dari lingkungan atau dari hasil
belajar didalam lingkungan tersebut. Seperti misalnya Seorang

12
anak terbiasa berjalan tegak atau menunduk, terbiasa atau
cenderung untuk menjadi orang lincah, pendiam, cerewet dan
sebagainya. Ini merupakan contoh dari kebiasaan atau sifat-sifat
yang diturunkan oleh orang tua kepada anaknya. kebiasaan ini
tidak hanya terdapat selama masa kanak-kanak, melainkan tetap
ada pada diri manusia selama masih hidup. Akan tetapi kebiasaan-
kebiasaan ini tidak akan menjadi kenyataan kecuali kita tidak
mendapatkan respon atau kesemptan kita untuk berkembang atau
merubah sifat-sifat ini.
Hereditas merupakan factor pertama yang mempengaruhi
perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai
totalitas karakteristik individu yang diwariskan orangtua kepada
anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki
individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma)
sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui gen-gen.
Setelah terjadi pembuahan maka terjadilah perpaduan
kromoson yang jumlahnya menjadi 48 pasang. Perpaduan ini pun
segera diikuti oleh pembelahan diri menjadi dua organism sehingga
jumlah kromoson pada sel-sel baru tersebut tetap 24 pasang.
Diantara kedua organism baru tersebut terjadilah perjuangan dan
yang lebih kuat dapat terus hidup. Pada akhirnya hanya satu
organism yang berhasil hidup, maka akan lahir satu orang anak,
tetapi apabila keduanya berhasil mempertahankan hidupnya, akan
lahir anak kembar.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan suatu tempat dimana kita saling
membutuhkan atau saling berinteraksi antara manusia yang satu
dengan manusia yang lain. Lingkungan sebagai penentu
perkembangan tingkah laku manusia, didalam dugaan yang
diterima sebagai dasar didalam lingkungan psikologis adalah
bahwa manusia lahir dalam keadaan tidak memiliki pembawaan

13
apapun, bagaikan kertas putih (tabula rasa) yang dapat ditulisi
dengan apa saja yang kita kehendaki. Perwujudan tingkah laku
manusia ditentukan oleh lingkungan dengan kiat-kiat rekayasa
yang bersifat pribadi atau tidak berkaitan dengan seseorang dan
bersifat direktif. Bayi yang lahir mempunyai kecenderungan yang
sama, didalam pengaruh faktor lingkungan kita bisa mengambil
contoh kepada bayi yang menyusu, ketika bayi menyusu bayi
tersebut merasa senang dan ketika bayi merasa haus maka bayi
tersebut menangis maka dengan cepat seorang ibu memberkan
ASI. Yang dimaksud dengan faktor lingkungan disini adalah
lingkungan keluarga. Dimana lingkungan keluarga ini sangat
mempengaruhi perkembangan manusia. Keluarga merupakan
lingkungan atau kelompok yang pertama yang menjadi pusat
identifikasi anak dan kelompok atau lingkungan yang pertama
mengenalkan nilai-nilai kehidupan kepada anak, anak
menghabiskan masa kanak-kanaknya itu didalam lingkungan
keluarga.

Terdapat tiga aliran dalam perkembangan anak, yaitu:

1. Aliran Nativisme
Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhauer. la adalah
filosof Jerman yang hidup pada tahun 1788-1880. Nativisme
berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran., dan menurut
Aliran Nativisme bahwa hasil pendidikan dan perkembangan
manusia itu ditentukan oleh pembawaan yang diperolehnya sejak
anak itu dilahirkan. Anak dilahirkan kedunia sudah mempunyai
pembawaan dari orang tua maupun disekelilingnya, dan
pembawaan itulah yang menentukan perkembangan dan hasil
pendidikan. Jadi Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan
individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Faktor
lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan

14
perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan
oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut
aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri.
Nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat jahat dari lahir, ia
akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik,
ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan
bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu
sendiri.
Pandangan itu tidak menyimpang dari kenyataan. Misalnya,
anak mirip orangtuanya secara fisik dan akan mewarisi sifat dan
bakat orangtua. Prinsipnya, pandangan Nativisme adalah
pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak
manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis
yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang
kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada yang tumbuh
dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan
ada pula yang hanya sampai pada titik tertentu.
Misalnya, seorang anak yang berasal dari orangtua yang ahli seni
musik, akan berkembang menjadi seniman musik yang mungkin
melebihi kemampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai
pada setengah kemampuan orangtuanya. Adapun faktor - faktor
yang mempengaruhi dalam Aliran ini adalah ;
a. Faktor Genetik

Adalah faktor gen dari kedua orangtua yang mendorong


adanya suatu bakat yang muncul dari diri manusia. Contohnya
adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah seorang penyanyi
maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang
penyanyi yang prosentasenya besar.

15
b. Faktor Kemampuan Anak

Adalah faktor yang menjadikan seorang anak mengetahui


potensi yang terdapat dalam dirinya. Faktor ini lebih nyata
karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya. Contohnya adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah yang mendorong setiap anak untuk mengembangkan
potensi yang ada dalam dirinya sesuai dengan bakat dan
minatnya.

Anak dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu.


Bakat ini dapat diumpamakan sebagai bibit kesanggupan atau
bibit kemungkinan yang terkandung dalam diri anak. Setiap
anak memilliki bermacam-macam bakat sebagai
pembawaannya, seperti bakat musik, seni, agama, akal yang
tajam, dan sebagainya. Anak yang mempunyai bakat musik
misalnya, maka minat dan perhatiannya akan sangat besar
terhadap musik. Ia akan mudah mempelajarinya, mudah
mencapai kecakapan-kecakapan yang berhubungan dengan
musik. Dia dapat mencapai kemajuan dalam bidang musik,
bahkan mungkin mencapai prestasi yang luar biasa seperti ahli
musik dan pencipta lagu. Dengan demikian jelaslah bahwa
bakat atau pembawaan mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan individu.

c. Faktor Pertumbuhan Anak

Adalah faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan


minatnya di setiap pertumbuhan dan perkembangan secara
alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia kan
bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan
yang dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal

16
maka anak tersebut tidak bisa mngenali bakat dan kemampuan
yang dimiliki.

2. Aliran Empirisme
Tokoh aliran Empirisme adalah John Lock, filosof Inggris
yang hidup pada tahun 1632-1704. Empire artinya pengalaman.
Aliran empirisme berlawanan 1800 dengan aliran nativisme,
karena berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi
dewasa itu sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau pengalaman
dan pendidikan yang diterimanya sejak kecil. Pada dasarnya
manusia itu bisa didik apa saja menurut kehendak lingkungan atau
pendidikannya.
Teorinya John Lock dikenal dengan Tabulae rasae (meja
lilin), yang menyebutkan bahwa anak yang lahir ke dunia seperti
kertas putih yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan
tulisan yang digores oleh lingkungan. Faktor bawaan dariorangtua
(faktor keturunan) tidak dipentingkan. Pengalaman diperoleh anak
melalui hubungan dengan lingkungan (sosial, alam, dan budaya).
Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan berpengaruh
besar terhadap perkembangan anak. Menurut aliran ini, pendidik
sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting, sebab
pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak
akan menerima pendidikan sebagai pengalaman. Pengalaman
tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak
sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam dunia
pendidikan, pendapat empirisme dinamakan optimisme
paedagogis, karena upaya pendidikan hasilnya sangat optimis dapat
mempengaruhi.
Misalnya: Suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa
anaknya menjadi pelukis. Segala alat diberikan dan pendidik ahli
didatangkan. Akan tetapi gagal, karena bakat melukis pada anak itu

17
tidak ada. Akibatnya dalam diri anak terjadi konflik, pendidikan
mengalami kesukaran dan hasilnya tidak optimal. Contoh lain,
ketika dua anak kembar sejak lahir dipisahkan dan dibesarkan di
lingkungan yang berbeda. Satu dari mereka dididik di desa oleh
keluarga petani golongan miskin, yang satu dididik di lingkungan
keluarga kaya yang hidup di kota dan disekolahkan di sekolah
modern. Ternyata pertumbuhannya tidak sama. Kelemahan aliran
ini adalah hanya mementingkan pengalaman. Sedangkan
kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dikesampingkan.
Padahal, ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun lingkungan
tidak mendukung.
3. Aliran Konvergensi
Tokoh aliran Konvergensi adalah William Stem. la seorang
tokoh pendidikan Jerman yang hidup tahun 1871-1939.
Konvergensi berasal dari kata Convergative yang berarti penyatuan
hasil atau kerja sama untuk mencapai suatu hasil.Aliran
Konvergensi merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran
Nativisme dan Empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir
di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan
perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan,
dan kemungkinan-kemungkinan yang dibawa sejak lahir itu
merupakan petunjuk-petunjuk nasib manusia yang akan datang
dengan ruang permainan. Dalam ruang permainan itulah terletak
pendidikan dalam arti yang sangat luas.
Tenaga-tenaga dari luar dapat menolong tetapi bukanlah ia
yang menyebabkan perkembangan itu, karena ini datangnya dari
dalam yang mengandung dasar keaktifan dan tenaga pendorong.
Anak yang mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh
lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi semakin baik.
Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang
dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi

18
perkembangan bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang baik
tidak dapat menghasilkan perkembangan anak secara optimal jika
tidak didukung oleh bakat baik yang dibawa anak.
Dengan demikian, aliran Konvergensi menganggap bahwa
pendidikan sangat bergantung pada faktor pembawaan atau bakat
dan lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan sama-
sama berperan penting. Hanya saja, William Stem tidak
menerangkan seberapa besar perbandingan pengaruh kedua faktor
tersebut. Sampai sekarang pengaruh dari kedua faktor tersebut
belum bisa ditetapkan
Sebagai contoh: anak dalam tahun pertama belajar
mengoceh, baru kemudian becakap-cakap, dorongan dan bakat itu
telah ada, di meniru suara-suara dari ibunya dan orang
disekelilingnya. Ia meniru dan mendebgarkan dari kata-kata yang
diucapkan kepadanya, bakat dan dorongan itu tidak akan
berkembang jika tidak ada bantuan dari luar yang merangsangnya.
Dengan demikian jika tidak ada bantuan suara-suara dari luar atau
kata-kata yang di dengarnya tidak mungkin anak tesebut bisa
bercakap-cakap.

19
BAB III

PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar di masa yang
akan datang saya dapat membuat karya yang lebih baik lagi.

Semoga bermanfaat khususnya bagi kami dan juga para pembaca pada
umum. Amin

20
DAFTAR PUSTAKA

Afhie. 2012. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN. Di kutip dari
http://afhie-cirebon.blogspot.com/2012/04/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi.html pada tanggal 23 Juni 2019

Anonim. 2015. TUGAS PERKEMBANGAN ANAK-ANAK


AKHIR (6-11 TAHUN). Di kutip dari
http://pbauinmalang14.blogspot.com/2015/06/tugas-
perkembangan-anak-anak-akhir-6-11.html pada tanggal 23 Juni
2019

Anonim. 2014. Masa Kanak-kanak Akhir. Di kutip dari


http://tugas210.blogspot.com/2014/09/masa-kanak-kanak-
akhir.html pada tanggal 24 Juni 2019

Herlina. 2013. Bibliotherapy: Mengatasi Masalah Anak dan


Remaja melalui Buku. Bandung: Pustaka Cendekia Utama

21

Anda mungkin juga menyukai