PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) adalah salah satu penyakit kronis yang paling sering
ditemukan pada abad ke 21.Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik dimana
tubuh tidak menghasilkan atau tidak menggunakan insulin dengan benar. Insulin
masuknya glukosa dalam sel agar dapat digunakan untuk metabolisme dan
1
tertahan di dalam darah dan menimbulkan peningkatan gula darah, sementara
melitus memiliki beberapa jenis, yakni diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus
tipe 2, dan diabetes mellitus tipe 3.Dari beberapa tipe diabetes melitus sekitar 90-
dikenal sebagai diabetes yang tidak tergantung pada insulin.diabetes tipe ini
berkembang ketika tubuh masih mampu menghasilkan insulin, tetapi tidak dapat
memenuhinya. Atau bisa juga disebabkan oleh insulin yang dihasilkan mengalami
2012,p.63).
2018)
jumlah kematian akibat diabetes mellitus pada tahun 2013 yaitu sebanyak 5,1 juta
orang. Jumlah ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kematian yang
disebabkan oleh penyakit HIV/AIDS (1,5 juta orang), tuberkulosis (1,5 juta
orang), dan malaria (0,6 juta orang).Pada tahun 2012, diabetes merupakan
2
penyebab kematian kedelapan pada kedua jenis kelamin dan penyebab kematian
pada Negara berkembang dan berpenghasilan rendah dan menengah. Dari tahun
2010 sampai 2030 akibat dari kerugian dari gross domestic (GDP) di seluruh
422 juta jiwa orang di seluruh Dunia mengidap diabetes (Word Health
adalah mencapai 415 juta penderita.Indonesia masuk urutan ke tujuh dunia pada
Indonesia mencapai angka 425 juta orang pada tahun 2017. Proyeksi tersebut
diprediksi meningkat mencapai 16,7 juta orang pada tahun 2045 (International
angka kejadian diabetes mellitus di provinsi sumatera baratcukup tinggi jika tidak
diatasi maka angka kejadian diabetes mellitus di provinsi sumatera barat akan
angka ini jika di bandingkan dengan provinsi sumatera barat prevalensi penyakit
diabetes mellitus di kota bukittinggi cukup tinggi , Kota Pariaman (2,6%), Kota
3
angka prevalensi diabetes mellitus Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat
ini, maka sangat diperlukan upaya untuk penatalaksanaan diabetes mellitus yang
ekonomi penyandang diabetes mellitus. Tujuan utama tersebut dapat tercapai jika
Upaya tindakan perawatan diri secara mandiri (self care) adalah tindakan
pelaksanaan kegiatan yang di prakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri
kesejahteraan sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit. Perawatan diri (self care)
teori Orem adalah membantu klien melakukan perawatan diri sendiri. Menurut
4
Orem, asuhan keperawatan diperlukan ketika klien tidak mampu memenuhi
pola makan, latihan fisik, pemantauan gula darah, pengobatan dan perawatan
(SDSCA) mengukur aktifitas perawatan diri dalam 7 hari terakhir. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa pengaturan diet rata-rata 3,07 hari, olahraga 1,36 hari,
pemantauan kadar gula darah 2,49 hari, perawatan kaki 1,18 hari dan kepatuhan
terhadap obat 6,58 hari. Kondisi ini menggambarkan bahwa masih rendahnya
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan diri, salah satu
akan afeksi serta keamanan. Penderita diabetes melitus dengan dukungan sosial
yang baik akan memiliki perasaan aman dan nyaman sehingga akan tumbuh rasa
Dukungan sosial, mengacu pada pasien merasakan dan menerima jaringan sosial
nya seperti keluarga,teman-teman dan orang lain. Dukungan social, diukur dalam
tiga dimensi, demensi pertama adalah dukungan obyektif, yaitu, keluarga, teman,
rekan kerja, dan sebagainya. Yang kedua adalah dukungan yang mengacu pada
5
pengalaman emosional seperti dihormati, didukung, dan dipahami. demensi ketiga
dukungan dan upaya dalam mencari dukungan dari keluarga, kerabat,teman, dan
masyarakat yang lebih besar.(Shao, Liang, Shi, Wan, & Yu, 2017).
Dukungan sosial pada pasien dengan penyakit kronis adalah bantuan yang
diberikan oleh keluarga, teman, tetangga atau orang lain. Kemudian termasuk
praktis. Dukungan ini diberikan melalui jaringan sosial individu dengan keluarga
dan perasaan); dukungan instrumental (berupa barang atau materi). Dukungan dari
luar yang diberikan pada penderita dapat mempengaruhi depresi dan kecemasan
Dukungan social adalah bantuan yang diterima dari orang lain yang
kontrol terhadap diabetes, karena tipe atau karakter orang Indonesia yaitu selalu
membutuhkan dukungan dari orang lain terutama dalam kondisi sakit. Kurangnya
6
emosional yang lebih besar, ketidakaturan dalam kebiasaan diet dan menurunnya
Penderita dengan dukungan sosial yang baik akan memiliki perasaan aman dan
nyaman sehingga akan tumbuh rasa perhatian terhadap diri sendiri dan
Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Emilia (2014), yang mencari
hasil perilaku perawatan diri sebanyak 4,1%, pengaturan diet 4,6%, pemeriksaan
gula darah 4,4% dan penggunaaan obat 6,8% dengan tingkat dukungan sosial
sebesar 55,4%. Hasil ini cukup membuktikan bahwa dukungan sosial dapat
care).
wilayah Sumatra barat. Berdasarkan data yang di dapatkan dari rekam medic
7
diabetes mellitus pada tahun 2016-2017 sebanyak 1.468 orang. Pada tahun 2016
sebanyak 753 dengan diabetes mellitus tipe 2 sebanyak 400 orang dan 2017
sebanyak 715 orang dengan diabetes mellitus tipe 2 sebanyak 435 orang. Dari
jumlah diatas dapat disimpulkan bahwa masih tingginya angka kejadian diabetes
mengetahui hubungan dukungan social dengan self care pada pasien diabetes
mellitus tipe di Poli Penyakit Dalam di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
2018.
A. Rumusan Masalah
social dengan self care pada pasien diabetes mellitus tipe II di Poli
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
8
a. Untuk mengetahui rata-rata dukungan social pada pasien diabetes
Bukittinggi 2018.
C. Manfaat Penelitian
bahwa self care merupakan hal yang penting dilakukan bagi pasien
B. Bagi perawat
9
Penelitian dapat dijadikan sebagai masukan kepada perawat
D. Ruang Lingkup
10
Achmad Mochtar Bukittinggi dengan jumlah sampel sebanyak 80
11
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Diabetes Melitus
1.Pengertian
atau tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan
sel.(Tarwoto,2012, p.151).
oleh pancreas dalam tubuh kita untuk mempertahankan kadar gula darah
agar tetap normal. Hal ini disebabkan tidak dapatnya gula memasuki sel-
12
sel yang terjadi karena tidak terdapat atau kekurangan atau resisten
p.155).
13
Menurut Mirza Maulana pada tahun 2015 penyebab diabetes adalah :
virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus
sejenis jamur).
d. Nutrisi
14
Nutrisi yang berlebihan ( overnuttrion) merupakan faktor resiko
4. Manifestasi klinis
e. Penglihatan kabur.
2012,p.72).
a. Komplikasi akut
15
debar, pusing, gelisah, dan penderita bisa menjadi koma. (Mirza
Maulana, 2015,p.65).
b. Komplikasi Kronik
1) Neuropati Diabetik
Kerusakan yang terjadi pada saraf perifer atau saraf tepi, yang
2) Retinopati Diabetik
16
dan kerjanya adalah menembus cahaya yang datang dari luar
p.202).
3) Nefropati Diabetik
p.207).
17
jantung berkurang dan tekanan darah meningkat, sehingga
6. Patofisologi Diabetes
sel baru dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga
yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan
dan protein. Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang
menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada
diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi
ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg%,sehingga apabila terjadi
18
glukosuria.Bersamaan dengan keadaan glukosuria maka sejumlah air
dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga
pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum
transport glukosa ke sel – sel sehingga sel – sel kekurangan makanan dan
meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak
akibatnya bau urin dan napas penderita berbau aseton atau berbau buah –
buahan. Keadaan asidosis ini apabila terjadi tidak segera diobati akan
terjadi koma yang disebut koma diabetik (Rendi & Margareth, 2012,
p.168).
a. Diet
19
3) Menormalkan pertumbuhan diabetes mellitus anak dan dewasa
muda
total kalori per hari yang diizinkan. Lemak yang dimakan harus
dibatasi sampai 30% dari total kalori per hari yang diizinkan, dan
pemaikaian insulin, sirkulasi darah dan tonus otot. Latihan ini sangat
20
mengurangi rasa stress dan mempertahankan kesegaran tubuh.
c. Pendidikan kesehatan
21
f. Cara monitoring dan pengukuran glukosa darah secara mandiri.
(Tarwoto, 2012,p.169)
d. Obat-Obatan
1) Golongan sulfonylurea
pankreas untuk mengeluarkan insulin, jadi hanya bekerja bila sel sel β
muntah, sakit kepala, vertigo, dan demam.Selain itu juga dapat terjadi
2. Golongan Biguanid
22
insulin, tetapi memerlukannya sebagai pendukung untuk
insulin, actrapid.
23
2. Pastikan kode pada glukometer sama dengan kode strip preaksi
khusus.
4. Tempelkan darah yang sudah ada pada ujung jari pada strip yang
A. Dukungan sosial
1. Pengertian
penerima dukungan.
24
Dukungan sosial menurut Sarafino dan Smith(2011) mengacu pada
3. Penerima dukungan
1) Dukungan Emosional
2) Dukungan Penghargaan
3) Dukungan Instrumental
25
Mencakup bantuan langsung, misalnya orang member pimjaman
4) Dukungan informative
aspek yaitu:
emosional.
26
1. Mediator prilaku. Mengajak individu untuk mengubah perilaku
merokok).
1. Defenisi
27
Dorothea Orem ( 1971 ) mengembangkandefenisikeperawatan
Ferry, 2005)
28
Menggambarkan dan menjelaskan tujuan dan cara individu
29
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi self care
1) Usia
2) Jenis kelamin
yang terjadi apabila melakukan self care dengan baik atau tidak
(Putra, 2016)
4) Social ekonomi
pentalaksanaan self-care
5) Aspek Emosional
30
Aspek emosional yang dimiliki oleh penderita diabetes melitus
(Kusnawati, 2011).
31
pengontrolan gula darah secara optimal dan meminimalkan terjadinya
a. Manajemen Diet
32
meningkatkan sensitifitas reseptor insulin dan menghindari atau
menurunkan kadar glukosa darah. Oleh karena itu, dengan diet yang
b. Latihan fisik
33
Sebuah program aktivitas fisik terencana adalah bagian
DM, oleh karena itu klien DM harus memahami alasan dan tujuan
34
akan meningkatkan keterlibatan klien secara langsung dalam
35
meskipun demikian namun obat ini tidak dapat digunakan
2) Terapi insulin
2013).
c. Perawatan kaki
mellitus harus dilakukan setiap hari agar tidak terjadi masalah pada
36
juga bagian dalam sandal/sepatu yang akan digunakan karena
C. Kerangka Teori
Diabetes Komplikasi
Melitus tipe 2
1. Dukungan
Keluarga
2. Dukungan
Teman
3. Dukungan
Orang
Istimewa
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
social dengan self care pada pasien diabetes mellitus tipe II di Poli
38
Skema 3.1
Kerangka Konsep
B. Defenisi Operasional
Tabel 3.2
Defenisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Skala
Operasional Ukur Ukur Ukur
1 Independen:
Dukungan Dukungan/ Wawancara Sosial sup 0-4 Rasio
social suppor yang
diperoleh oleh
pasien diabetes
mellitus tipe 2
dari orang-
orang
sekitarnya,kelu
arga,anggota
masyarakat,tok
oh masyarakat
maupun teman
sejawat
2 Dependen: pengambilan Summar
Self care keputusan yang Wawancara 0-78 Rasio
dilakukan oleh Diabetes
individu dalam
berupaya untuk self care
mempertahanka
ndan aktivites
meningkatkank
ualitas hidup (SDSCA)
dankesehatanny
a).
39
C. Hipotesis Penelitian
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
(Notoatmodjo, 2010).
40
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
2. Sampel
n= N
Nd2+1
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
tetapkan 10 %.
41
n= 400
400 (0.2)2 + 1
= 80 orang.
3. Teknik sampling
42
purposive sampling merupakan sebuah tekhnik dalam penetapan
D. InstrumenPengumpulan Data
Questionaire (SSQ). peneliti menggunakan alat ukur ini karena alat ukur ini sudah
terstandarisasi dan sudah di uji coba pada penelitian sebelumnya, dengan kata lain
peneliti menggunakan alat ukur yang sudah ada. Skala ini berjumlah 12 aitem,
semua aitemnya merupakan aitem favorable yang memiliki validitas aitem yang
43
d) Skor 1 untuk jawaban yang tidak setuju (TS)
dan 8
44
5) 2 item pertanyaan tentang monitoring gula darah yaitu nomor 16
dan 17
numerik dengan rentang penilaian 1 minggu yang diisi dengan hari yaitu 0
hari sampai 7 hari. Penilaian pada pertanyaan favorable yaitu: jumlah hari
0 = 0, 1 = 1, 2 = 2, 3 = 3, 4 = 4, 5 = 5, 6 = 6, dan 7 = 7. Sementara
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan
1) Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan
pembagian kuesioner.
2) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari RSUD dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi.
dibawah ini :
45
1. Peneliti pergi ke RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi melihat data
Data diubah dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan.
digunakan.
46
Data diperiksa kembali sehingga benar-benar bersih dari kesalahan.
masing variable.
1. Prinsip manfaat
47
a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden, subjek harus
c. Informed consent
48
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
E. Analisa Data
1) Analisa Univariat
frekuensi dan persentase dari setiap variabel, adapun variabel yang diteliti
2) Analisa Bivarat
antara dukungan social dengan self care pada pasien diabetes mellitus
Bukittinggi.
49
Pearson.Untuk mengetahui estimasi (perkiraan nilai) variabel
0,0 sd < 0,2 sangat lemah, 0,2 sd < 0,4 lemah, 0,4 sd < 0,6 sedang,
b. Nilai p :
Jika p < 0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara dua
variabel yang diuji dan jika p > 0,05 berarti tidak terdapat
c. Arah Korelasi
Positif (+) berarti searah, semakin besar nilai satu variabel semakin
besar pula nilai variable lainnya, dan jika negative (-) berarti
50
DAFTAR PUSTAKA
51
Perawatan Mandiri Pada Pasien Diabetes Dalam Rsud Mokopido Toli-Toli.
E-Journal Keperawatan, 5(1).
Koetsenruijter, J., Van Lieshout, J., Lionis, C., Portillo, M. C., Vassilev, I.,
Todorova, E., … Wensing, M. (2015). Social Support and health in diabetes
patients: An observational study in six european countries in an era of
austerity. PLoS ONE, 10(25), 1–13.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0135079
Kosim, M. N., Damayanti, S., & Sucipto, A. (2017). Hubungan Dukungan Sosial
Keluarga Dengan Kepatuhan Olahraga Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Kelompok Persadia Rs Pku Muhammadiyah Yogyakarta. Keperawatan,
12(2), 1–9.
Lestari, D. U. S. A. dan M. D. (2018). PERAN DUKUNGAN SOSIAL DAN
PENERIMAAN DIRI PADA STATUS DIABETES MELITUS TIPE II
TERHADAP KEPATUHAN MENJALANI DIET PADA PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE II BERUSIA DEWASA MADYA DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR Desak Ulan
Sukmaning Ayu dan Made D. Psikologi, 5(2), 410–423.
Nursalam. (2013). metodologi penelitian ilmu keperawatan (3rd ed.). Jakarta:
Salemba Medika.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses,
Rantung, J., Yetti, K., & Herawati, T. (2015). Hubungan Self-Care dengan
Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus (DM) di Persatuan Diabetes
Indonesia (Persadia) Cabang Cimahi. Skolastik Keperawatan, 1(1), 38–51.
Rendy & Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Shao, Y., Liang, L., Shi, L., Wan, C., & Yu, S. (2017). The Effect of Social
Support on Glycemic Control in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus: The
Mediating Roles of Self-Efficacy and Adherence. Journal of Diabetes
Research. https://doi.org/10.1155/2017/2804178
Silvia Junianty1, Nursiswati1, E. E. (2011). HUBUNGAN TINGKAT SELF
52
CARE DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN DM TIPE 2
DI RUANG RAWAT INAP RSUD. Jurnal Keperawatan, 1(2).
https://doi.org/10.1016/j.apnum.2014.11.001
Sulistria, Y. M. (2013). Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus
tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Calyptra: Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(2), 1–11.
Tandra, Hans. 2017. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes
Panduan Lengkap Mengenai Dan Mengatasi Diabetes Dengan Cepat Dan
Mudah Edisi Kedua Dan Paling Komplit. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses Penyakit.
Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedoktera EGC.
Tandra, Hans. 2017. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes
Panduan Lengkap Mengenai Dan Mengatasi Diabetes Dengan Cepat Dan
Mudah Edisi Kedua Dan Paling Komplit. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Widyanto & Triwibowo. 2013. Trend Disease : Trend Penyakit Saat ini. Jakarta :
Trans Info Media.
WHO . 2016. "Diabetes Fakta dan Angka", World Health Organization.
53
54