Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha
Kuasa karena berkat rahmat dan kuasa-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan “Pedoman
Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko di Fasilitis Kesehatan Tingkat Pertama” dengan lancer
dan tanpa hambatan yang berarti

Pedoman Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama ini
disusun dalam rangka memberikan acuan bagi semua jajaran di UPT Puskesmas Mengwi II dalam
pemberian pelayanan, keselamatan, dan manajemen risiko dalam segala tindakan pelayanan.
Melalui pedoman ini diharapkan semua tenaga professional pemberi layanan serta tenaga terkait
lainnya dapat memahami berbagai hal yang berkaitan dengan keselamatan pasien dan manajemen
risiko di UPT Puskesmas Mengwi II.

Ucapan terimakasih dan penghargaan selayaknya disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan dan penerbitan pedoman ini. Semoga keinginan untuk dapat lebih
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dapat tercapai, seiring dengan pmberdayaan para
pelaksananya.

Pedoman ini tentu saja masih belum dapat memuat semua pedoman keselamatan pasien dan
manajemen risiko yang dibutuhkan karena keterbatasan ilmu dan referensi yang ada pada kami.
Oleh karena itu permohonan maaf perlu kami haturkan apabila dalam penyusunan pedoman ini
masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Meskipun demikian, kami harapkan
pedoman ini masih dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait.

Tumbakbayuh, 03 Juni 2019

Tim Penyusun

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.

Sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat yang dikategorikan tidak aman, sekitar 10%
pasien yang mendapat pelayanan disarana kesehatan di Negara maju dan lebih dari 10% di Negara
berkembang mengalami kejadian tidak diharapkan. Manajemen risiko adalah proses untuk
menciptakan dan mengimplementasikan strategi, untuk meminimalkan kerugian akibat kecelakaan
pada manusia, sarana prasarana fasilitas dan keuangan Puskesmas melalui identifikasi dan
penilaian potensi kehilangan asset Puskesmas dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian,
transfer, mekanisme pengendalian dan pencegahan.Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada
kejadian yang telah terjadi (reaktif) dan potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan manajemen
risiko terintegrasi yang memprioritaskan keselamatan pasien, melalui revisi pengembangan proses,
fungsi dan layanan.
Cedera mungkin saja dialami oleh pasien atau pengunjung sarana pelayanan kesehatan baik
akibat kondisi sarana, prasarana, dan peralatan yang ada, maupun akibat pelayanan yang diberikan.
Cedera atau kejadian yang tidak diharapkan terjadi bukan karena kesengajaan, tetapi karena
rumitnya pelayanan kesehatan. Banyak factor yang berpengaruh terhadap terjadinya cedera atau
kejadian tidak diharapkan, seperti tidak tersedianya sumber daya manusia yang kompeten, kondisi
fasilitas, maupun ketersediaan obat dan peralatan kesehatan yang tidak memenuhi standar.

Yang dimaksud dengan “keselamatan pasien” pada pedoman ini adalah upaya yang dilakukan pada
fasilitas kesehatan tingkat primeragar asuhan pasien lebih aman, tertibnya pelaporan dan analisis
insiden, implementasi solusi untuk meminimalisir timbulnya resiko dan mencegah terjadinya
cidera, tidak hanya terkait dengan upaya kesehatan masyarakat. Upaya keselamtan pasien
dilakukan dengan memperbaiki tata kelola resiko terkait dengan pencapaian kinerja dan

2
menganalisis risiko-risiko yang mungkin terjadi pada saat proses pelayanan, baik pelayanan
administrasi dan manajemen, UKM maupun UKP.

Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) yaitu: keselamatan pasien
(patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan
di Puskesmas yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan
lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
keselamatan ”bisnis” yang terkait dengan kelangsungan hidup Puskesmas. Kelima aspek
keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan.Namun harus diakui kegiatan institusi
kesehatan dapat berjalan apabila ada pasien oleh karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas
utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra puskesmas. Harus
diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan
yang diucapkan Hiprocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu Primum, non nocere (First, do no
harm).
Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan
menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan - KTD (Adverse
event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati. Di puskesmas terdapat ratusan macam obat, ratusan
tes dan prosedur, banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi
yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam.Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut
apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi KTD.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka pelaksanaan
program keselamatan pasien perlu dilakukan. Karena itu diperlukan acuan yang jelas untuk
melaksanakan keselamatan pasien tersebut.

B. TUJUAN PEDOMAN

Sebagai acuan dalam melaksanakan program keselamatan pasien dan manajemen risiko di
Puskesmas Mengwi II.

3
C. SASARAN PEDOMAN
1. Tersedianya pedoman keselamatan pasien dan manajemen risiko
2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada penanggung jawab unit
layanan dan manajerial serta pegawai Puskesmas Mengwi II.

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN


a. Risiko terhadap pasien terkait pelayanan
b. Risiko terhadap staf medis
c. Risiko terhadap staf/ pegawai
d. Risiko terhadap sarana prasarana fasilitas/ asset Puskesmas
e. Risiko terhadap keuangan
f. Risiko-risiko lain

E. BATASAN OPERASIONAL
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan
pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assestment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindaklanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusi


Tim Keselamatan pasien puskesmas terdiri dari:
1. Kepala puskesmas
2. Ketua Tim
3. Anggota Tim:
a. Dokter Umum
b. Dokter gigi
c. Petugas Pendaftaran
d. Bidan
e. Perawat umum dan perawat gigi
f. Asisten apoteker
g. Petugas laboratorium
h. Petugas sanitarian
i. Nutrisionis

B. Distribusi Ketenagaan
Pada jam kerja (7.30 – 14.15) distribusi ketenagaan adalah sbb:
1. Pendaftaran : 3 petugas RM
2. Poli Umum : 3 dokter dan 3 perawat
3. Poli Gigi : 2 dokter gigi, 2 perawat gigi
4. KIA : 3 bidan
5. Laboratorium : 2 petugas laboratorium
6. Farmasi : 1 apoter dan 1 asisten apoteker
7. Kesling : 1 sanitarian

5
8. Gizi : 2 Nutrisionis

C. JADWAL KEGIATAN
1. Pengaturan jadwal jaga dokter, perawat dan bidan dibuat bersama-sama dan di pertanggung
jawabkan oleh Kordinator Klinis, Kordinator Bidan dan Kordinator Perawat.
2. Jadwal dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan didistribusikan pada akhir bulan sebelum
pelaksanaan jadwal.
3. Untuk tenaga dokter, bidan maupun perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
maka petugas perawat tersebut dapat bertukar jadwal dengan sejawatnya dan mencatatkan
perubahan jaga tersebut di lembar jadwal jaga.

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
(Denah ruang UPT. Puskesmas Mengwi II terlampir)

B. Standar Teknis Fasilitas


I.Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan kepada pasien pada umumnya berlokasi di lantai bawah gedung
puskesmas sehingga memudahkan bagi pasien untuk mengakses.
Bagian pendaftaran terletak di bagian depan, berdekatan dengan pintu masuk
pengunjung, sehingga mudah diakses. Di ruangan ini terdapat meja resepsionis sekaligus
meja kerja, lemari status, perangkat komputer.
Ruang tindakan (Ruang Gawat darurat) terletak dibagian depan Gedung yang
terhubung langsung dengan lobi dan tempat parkir ambulance untuk memudahkan evakuasi
pasien. RGD memiliki 1 meja periksa dan 2 bed periksa, beberapa peralatan medis, troli
alat medis, 1 lemari untuk menyimpan peralatan medis dan alat – alat emergenzy dan 1
lemari untuk menyimpan obat – obat emergenzy , wastafel, tempat sampah medis dan non
medis, safetybox dan seperangkat computer untuk system informasi pasien.
Poli umum merupakan ruangan dengan 3 meja pemeriksaan dokter dengan 1 bed
periksa. Di bagian depan ruangan ini di sisi pintu masuk adalah meja anamnese sekaligus
pemeriksaan awal oleh perawat. Ruangan ini memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan
bagi petugas setelah melakukan tindakan kepada pasien.Disamping itu ruangan ini
memiliki seperangkat komputer sebagai salah satu client dari sistem informasi puskesmas
yang terhubung dengan server untuk memasukkan data pasien pada sistem informasi
puskesmas dan pendingin udara.

7
Ruang Poli gigi memiliki dua unit kursi gigi beserta peralatannya, 2 meja periksa
dokter, 2 meja periksa perawat, 1 lemari peralatan dan wastafel, sampah medis dan non
medis, safetybox .Ruangan ini juga diperlengkapi komputer sebagai sarana sistem
informasi puskesmas dan pendingin udara
Ruang KIA terhubung langsung dengan ruang KB/Imunisasi, sehingga
memudahkan pemberian pelayanan KIA berupa pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB,
pemeriksaan calon pengantin serta pemberian immunisasi pada balita.Ruangan KIA
memiliki meja administrasi, bed pemeriksaan, bed ginekologi, wastafel, lemari peralatan,
beberapa poster promosi kesehatan, tempat sampah medis dan non medis serta safetybox
dan perangkat komputer pendukung sistem informasi puskesmas dan pendingin udara.
Ruang MTBS merupakan ruangan yang memiliki 1 meja periksa, 1 bed periksa
anak, lemari peralatan dan dokumen penting, beberapa poster promosi kesehatan,
timbangan anak, 1meja dengan seperangkat komputer untuk system informasi pasien.
Ruang laboratorium mempunyai meja administrasi, meja kerja sekaligus meja
peralatan, lemari reagen, kulkas, tempat cuci peralatan dan seperangkat komputer.
Ruang farmasi memiliki sarana meja kerja, meja tempat menyiapkan resep, lemari
obat, kulkas ,wastafel, pendingin ruangan

C. Standar Peralatan Puskesmas


1. Memiliki perijinan
2. Terkalibrasi secara berkala
3. Tersertifikasi badan atau lembaga terkait

8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
programpeningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :


1. Hak pasien
Standar :
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.
Kriteria :
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar
kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur
untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

9
2. Mendidik pasien dan keluarga
Standar :
Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di puskesmas harus ada sistem dan
mekanisme
mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien.
Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1). Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2). Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3). Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4). Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5). Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.
6). Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7). Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


Standar :
Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar
unitpelayanan.
Kriteria :
a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan,diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien
keluar dariPuskesmas.

10
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakansumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi
antarunit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasidukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan
rujukan,pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
c. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainyaproses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi


danprogram peningkatan keselamatan pasien
Standar :
Puskesmas harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor
danmengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian
TidakDiharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
pasien.
Kriteria :
a. Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, mengacu pada visi,
misi, dan tujuan puskesmas, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,
praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan
”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas”.
b. Setiap Puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan
pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
c. Setiap Puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua Kejadian
TidakDiharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
d. Setiap Puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk
menentukanperubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

11
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar :
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasidalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Puskesmas ”.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan pasien
dan program menekan atau mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu
berkaitandengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkankinerja Puskesmas serta meningkatkan keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja
Puskesmas dan keselamatan pasien.
Kriteria :
1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkaninsiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian yang memerlukan perhatian, mulai
dari “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan’ ( Adverse
event).
3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari Puskesmasterintegrasi
dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yangterkena
musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar danjelas untuk
keperluan analisis.
5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasukpenyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah (RCA)

12
“KejadianNyaris Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan
pasienmulai dilaksanakan.
6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani
“KejadianSentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk
mekanismeuntuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelolapelayanan di dalam Puskesmas dengan pendekatan antar disiplin.

8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan kinerja
Puskesmas dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap
kecukupansumber daya tersebut.
9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk
mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien, termasukrencana
tindak lanjut dan implementasinya.

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standar :
1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan
mencakupketerkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas
2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkandan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam
pelayanan pasien.
Kriteria :
1. Setiap Puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baruyang
memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.

13
2. Setiap Puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservicetraining dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
3. Setiap Puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork)guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan pasien


Standar :
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien
untukmemenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :
1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen
untukmemperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemeninformasi yang ada.

14
BAB V
LOGISTIK

Tidak kalah penting dalam pedoman keselamatan pasien ini adalah tentang ketersediaan
logistic, yang antara lain berupa form-form pelaporan maupun sarana yang dibutuhkan untuk
pencatatan dan pelaporan kejadian maupun hasil diskusi adanya potensi yang mampu
mempengaruhi keselamatan pasien, meliputi :
a. Form pelaporan insiden KTD, KNC,KPC, resiko medik
b. Form petunjuk keselamatan dalam gedung
c. Petunjuk lantai basah
d. Peralatan kebersihan lingkungan

15
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Langkah-langkah kegiatan dalam keselamatan pasien adalah sebagai berikut:


1. Puskesmas membentuk Tim Keselamatan Pasien, dengan susunan organisasi sebagai berikut :
Ketua dokter, Anggota : dokter, dokter gigi, perawat, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
lainnya
2. Puskesmas mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan internal tentang insiden
3. Puskesmas melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien dinas kesehatan
kabupaten/kota secara rahasia
4. Puskesmas memenuhi standar keselamatan pasien dan menerapkan tujuh langkahmenuju
keselamatan pasien
Tujuh langkah keselamatan pasien Puskesmas merupakan panduan yang komprehensif untuk
menujukeselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan
oleh setiap puskesmas. Uraian tujuh langkah menuju keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Mengembangkan system pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan Pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Menerapkan solusi – solusi untuk mencegah cedera
Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak.
Pilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan di Puskesmas. Bila
langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan. Bila
tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik Puskesmas dapat menambah penggunaan metoda
metoda lainnya

16
Dengan mempertimbangkan bahwa untuk menyediakan perawatan kesehatan yang aman dan
berkualitas, selain tujuh langkah keselamatan pasien, diperlukan juga beberapa sasaran dalam
keselamatan pasien. Sasaran biasanya sedapat mungkin berfokus pada solusi yang berlaku untuk
keseluruhan system.
Berikut adalah 6 Sasaran Keselamatan Pasien :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif
3. Meningkatkan Keamanan Obat – obatan yang harus diwaspadai
4. Ketepatan prosedur tindakan medis dan keperawatan
5. Pengurangan terjadinya risiko infeksi di Puskesmas
6. Pengurangan risiko pasien jatuh

17
BAB V
KESELAMATAN KERJA

A. Pembinaan dan Pengawasan Keselamatan atau Keamanan Sarana, Prasarana dan


Peralatan Kesehatan
1. Melengkapi perijinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan
2. Membuat program dan melaksanakan pemeliharaan rutin dan berkala sarana dan
prasarana serta peralatan kesehatan
3. Melakukan peneraan atau kalibrasi peralatan kesehatan
4. Pembuatan SOP untuk pengoprasian, pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi terhadap
peralatan kesehatan
5. Sertifikasi personil petugas atau operator sarana dan prasarana kesehatan

B. Pembinaan dan Pengawasan atau Penyesuaian Peralatan Kerja Terhadap Pekerja


1. Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap peralatan kerja dan
pekerja
2. Membuat program, melaksanakan kegiatan, evaluasi dan pengendalian risiko ergonomi

C. Pembinaan dan Pengawasan Lingkungan Kerja


1. Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang memenuhi
syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial
2. Pemantauan atau pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan
psikososial secara rutin dan berkala
3. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk memperbaiki lingkungan
kerja

D. Pembinaan dan Pengawasan Sanitair

18
Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan prasaran sanitair, yang
memenuhi syarat, meliputi:
1. Penyehatan makanan dan lingkungan
2. Penyehatan air
3. Penyehatan tempat pencucian
4. Penanganan sampah dan limbah
5. Pengendalian serangga dan tikus
6. Sterilisasi desinfeksi
7. Perlindungan radiasi
8. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan

E. Pembinaan dan Pengawasan Perlengkapan Keselamatan Kerja


1. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan
2. Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri (APD)
3. Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD
4. Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan peralatan
keselamatan dan APD

F. Pelatihan dan Penyuluhan Keselamatan Kerja untuk Semua Pekerja


1. Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh pekerja
2. Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 kepada petugas K3 di puskesmas

G. Memberi Rekomendasi atau Masukan Mengenai Perencanaan, Pembuatan Tempat


Kerja dan Pemilihan Alat serta Pengadaannya terkait keselamatan atau Keamanan
1. Melibatkan petugas K3 di dalam perencanaan, pembuatan, pemilihan serta pengadaan
sarana, prasana dan peralatan keselamatan kerja

19
2. Membuat evaluasi rekomendasi terhadap kondisi sarana, prasarana dan peralatan
keselamatan kerja

H. Membuat Sistem Pelaporan Kejadian dan Tindak Lanjutnya


1. Membuat alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka
2. Membuat SOP pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris celaka dan
celaka

I. Pembinaan dan Pengawasan Manajemen Sistem Penanggulangan Kebakaran


(MSPK)
1. Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan
kebakaran
2. Membentuk tim penanggulangan kebakaran
3. Membuat SOP
4. Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
5. Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan dan penaggulangan kebakaran

J. Membuat Evaluasi, Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan Keselamatan


Kerja yang Disampaikan kepada Kepala Puskesmas dan Unit Teknis Terkait di
Wilayah Kerja Puskesmas
1. Data sarana, prasarana dan peralatan keselamatan kerja
2. Data perijinan
3. Data kegiatan pemantauan keselamatan kerja
4. Data pelatihan dan sertifikasi
5. Data petugas kesehatan puskesmas yang berpendidikan formal kesehatan kerja, sudah
dilatih kesehatan dan keselamatan kerja serta sudah dilatih tentang diaknosis Penyakit
Akibat Kerja (PAK)

20
6. Data kejadian nyaris celaka dan celaka
7. Data kegiatan pemantauan kegiatan lingkungan kerja

21
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Untuk menjamin pengendalian mutu keselamatan pasien, maka yang harus dilakukan adalah:
1. Setiap unit kerja di puskesmas mencatat semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien
(Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) pada formulir yang
sudah disediakan oleh puskesmas.
2. Setiap unit kerja melaporkan semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris
Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) kepada Tim Keselamatan Pasien pada
formulir yang sudah disediakan.
3. Tim Keselamatan Pasien menganalisis akar penyebab masalah semua kejadian yangdilaporkan
oleh unit kerja.
4. Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan Pasien merekomendasikansolusi
pemecahan dan mengirimkan hasil solusi pemecahan masalah kepada Pimpinan puskesmas.
5. Pimpinan puskesmas melaporkan insiden dan hasil solusi masalah ke Komite Keselamatan Pasien
setiap terjadinya insiden dan setelah melakukan analisis akar masalah yangbersifat rahasia.
6. Pimpinan puskesmas melakukan monitoring dan evaluasi pada unit kerja-unit kerja di Puskesmas,
terkaitdengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit kerja

22
BAB IX
PENUTUP

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di Puskesmas


makapelaksanaan kegiatan keselamatan pasien Puskesmas sangatlah penting.Melalui kegiatan ini
diharapkan terjadipenekanan / penurunan insiden sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap puskesmas di Indonesia.Program Keselamatan Pasien merupakan never
ending proses, karena itu diperlukan budayatermasuk motivasi yang cukup tinggi untuk bersedia
melaksanakan program keselamatan pasien secaraberkesinambungan dan berkelanjutan.

23

Anda mungkin juga menyukai