Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha
Kuasa karena berkat rahmat dan kuasa-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan “Pedoman
Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko di Fasilitis Kesehatan Tingkat Pertama” dengan lancer
dan tanpa hambatan yang berarti
Pedoman Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama ini
disusun dalam rangka memberikan acuan bagi semua jajaran di UPT Puskesmas Mengwi II dalam
pemberian pelayanan, keselamatan, dan manajemen risiko dalam segala tindakan pelayanan.
Melalui pedoman ini diharapkan semua tenaga professional pemberi layanan serta tenaga terkait
lainnya dapat memahami berbagai hal yang berkaitan dengan keselamatan pasien dan manajemen
risiko di UPT Puskesmas Mengwi II.
Ucapan terimakasih dan penghargaan selayaknya disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan dan penerbitan pedoman ini. Semoga keinginan untuk dapat lebih
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dapat tercapai, seiring dengan pmberdayaan para
pelaksananya.
Pedoman ini tentu saja masih belum dapat memuat semua pedoman keselamatan pasien dan
manajemen risiko yang dibutuhkan karena keterbatasan ilmu dan referensi yang ada pada kami.
Oleh karena itu permohonan maaf perlu kami haturkan apabila dalam penyusunan pedoman ini
masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Meskipun demikian, kami harapkan
pedoman ini masih dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait.
Tim Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat yang dikategorikan tidak aman, sekitar 10%
pasien yang mendapat pelayanan disarana kesehatan di Negara maju dan lebih dari 10% di Negara
berkembang mengalami kejadian tidak diharapkan. Manajemen risiko adalah proses untuk
menciptakan dan mengimplementasikan strategi, untuk meminimalkan kerugian akibat kecelakaan
pada manusia, sarana prasarana fasilitas dan keuangan Puskesmas melalui identifikasi dan
penilaian potensi kehilangan asset Puskesmas dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian,
transfer, mekanisme pengendalian dan pencegahan.Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada
kejadian yang telah terjadi (reaktif) dan potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan manajemen
risiko terintegrasi yang memprioritaskan keselamatan pasien, melalui revisi pengembangan proses,
fungsi dan layanan.
Cedera mungkin saja dialami oleh pasien atau pengunjung sarana pelayanan kesehatan baik
akibat kondisi sarana, prasarana, dan peralatan yang ada, maupun akibat pelayanan yang diberikan.
Cedera atau kejadian yang tidak diharapkan terjadi bukan karena kesengajaan, tetapi karena
rumitnya pelayanan kesehatan. Banyak factor yang berpengaruh terhadap terjadinya cedera atau
kejadian tidak diharapkan, seperti tidak tersedianya sumber daya manusia yang kompeten, kondisi
fasilitas, maupun ketersediaan obat dan peralatan kesehatan yang tidak memenuhi standar.
Yang dimaksud dengan “keselamatan pasien” pada pedoman ini adalah upaya yang dilakukan pada
fasilitas kesehatan tingkat primeragar asuhan pasien lebih aman, tertibnya pelaporan dan analisis
insiden, implementasi solusi untuk meminimalisir timbulnya resiko dan mencegah terjadinya
cidera, tidak hanya terkait dengan upaya kesehatan masyarakat. Upaya keselamtan pasien
dilakukan dengan memperbaiki tata kelola resiko terkait dengan pencapaian kinerja dan
2
menganalisis risiko-risiko yang mungkin terjadi pada saat proses pelayanan, baik pelayanan
administrasi dan manajemen, UKM maupun UKP.
Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) yaitu: keselamatan pasien
(patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan
di Puskesmas yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan
lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
keselamatan ”bisnis” yang terkait dengan kelangsungan hidup Puskesmas. Kelima aspek
keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan.Namun harus diakui kegiatan institusi
kesehatan dapat berjalan apabila ada pasien oleh karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas
utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra puskesmas. Harus
diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan
yang diucapkan Hiprocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu Primum, non nocere (First, do no
harm).
Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan
menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan - KTD (Adverse
event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati. Di puskesmas terdapat ratusan macam obat, ratusan
tes dan prosedur, banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi
yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam.Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut
apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi KTD.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka pelaksanaan
program keselamatan pasien perlu dilakukan. Karena itu diperlukan acuan yang jelas untuk
melaksanakan keselamatan pasien tersebut.
B. TUJUAN PEDOMAN
Sebagai acuan dalam melaksanakan program keselamatan pasien dan manajemen risiko di
Puskesmas Mengwi II.
3
C. SASARAN PEDOMAN
1. Tersedianya pedoman keselamatan pasien dan manajemen risiko
2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada penanggung jawab unit
layanan dan manajerial serta pegawai Puskesmas Mengwi II.
E. BATASAN OPERASIONAL
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan
pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assestment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindaklanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pada jam kerja (7.30 – 14.15) distribusi ketenagaan adalah sbb:
1. Pendaftaran : 3 petugas RM
2. Poli Umum : 3 dokter dan 3 perawat
3. Poli Gigi : 2 dokter gigi, 2 perawat gigi
4. KIA : 3 bidan
5. Laboratorium : 2 petugas laboratorium
6. Farmasi : 1 apoter dan 1 asisten apoteker
7. Kesling : 1 sanitarian
5
8. Gizi : 2 Nutrisionis
C. JADWAL KEGIATAN
1. Pengaturan jadwal jaga dokter, perawat dan bidan dibuat bersama-sama dan di pertanggung
jawabkan oleh Kordinator Klinis, Kordinator Bidan dan Kordinator Perawat.
2. Jadwal dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan didistribusikan pada akhir bulan sebelum
pelaksanaan jadwal.
3. Untuk tenaga dokter, bidan maupun perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
maka petugas perawat tersebut dapat bertukar jadwal dengan sejawatnya dan mencatatkan
perubahan jaga tersebut di lembar jadwal jaga.
6
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
(Denah ruang UPT. Puskesmas Mengwi II terlampir)
7
Ruang Poli gigi memiliki dua unit kursi gigi beserta peralatannya, 2 meja periksa
dokter, 2 meja periksa perawat, 1 lemari peralatan dan wastafel, sampah medis dan non
medis, safetybox .Ruangan ini juga diperlengkapi komputer sebagai sarana sistem
informasi puskesmas dan pendingin udara
Ruang KIA terhubung langsung dengan ruang KB/Imunisasi, sehingga
memudahkan pemberian pelayanan KIA berupa pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB,
pemeriksaan calon pengantin serta pemberian immunisasi pada balita.Ruangan KIA
memiliki meja administrasi, bed pemeriksaan, bed ginekologi, wastafel, lemari peralatan,
beberapa poster promosi kesehatan, tempat sampah medis dan non medis serta safetybox
dan perangkat komputer pendukung sistem informasi puskesmas dan pendingin udara.
Ruang MTBS merupakan ruangan yang memiliki 1 meja periksa, 1 bed periksa
anak, lemari peralatan dan dokumen penting, beberapa poster promosi kesehatan,
timbangan anak, 1meja dengan seperangkat komputer untuk system informasi pasien.
Ruang laboratorium mempunyai meja administrasi, meja kerja sekaligus meja
peralatan, lemari reagen, kulkas, tempat cuci peralatan dan seperangkat komputer.
Ruang farmasi memiliki sarana meja kerja, meja tempat menyiapkan resep, lemari
obat, kulkas ,wastafel, pendingin ruangan
8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
9
2. Mendidik pasien dan keluarga
Standar :
Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di puskesmas harus ada sistem dan
mekanisme
mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien.
Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1). Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2). Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3). Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4). Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5). Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.
6). Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7). Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
10
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakansumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi
antarunit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasidukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan
rujukan,pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
c. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainyaproses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
11
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar :
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasidalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Puskesmas ”.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan pasien
dan program menekan atau mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu
berkaitandengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkankinerja Puskesmas serta meningkatkan keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja
Puskesmas dan keselamatan pasien.
Kriteria :
1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkaninsiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian yang memerlukan perhatian, mulai
dari “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan’ ( Adverse
event).
3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari Puskesmasterintegrasi
dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yangterkena
musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar danjelas untuk
keperluan analisis.
5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasukpenyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah (RCA)
12
“KejadianNyaris Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan
pasienmulai dilaksanakan.
6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani
“KejadianSentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk
mekanismeuntuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelolapelayanan di dalam Puskesmas dengan pendekatan antar disiplin.
8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan kinerja
Puskesmas dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap
kecukupansumber daya tersebut.
9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk
mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien, termasukrencana
tindak lanjut dan implementasinya.
13
2. Setiap Puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservicetraining dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
3. Setiap Puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork)guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.
14
BAB V
LOGISTIK
Tidak kalah penting dalam pedoman keselamatan pasien ini adalah tentang ketersediaan
logistic, yang antara lain berupa form-form pelaporan maupun sarana yang dibutuhkan untuk
pencatatan dan pelaporan kejadian maupun hasil diskusi adanya potensi yang mampu
mempengaruhi keselamatan pasien, meliputi :
a. Form pelaporan insiden KTD, KNC,KPC, resiko medik
b. Form petunjuk keselamatan dalam gedung
c. Petunjuk lantai basah
d. Peralatan kebersihan lingkungan
15
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
16
Dengan mempertimbangkan bahwa untuk menyediakan perawatan kesehatan yang aman dan
berkualitas, selain tujuh langkah keselamatan pasien, diperlukan juga beberapa sasaran dalam
keselamatan pasien. Sasaran biasanya sedapat mungkin berfokus pada solusi yang berlaku untuk
keseluruhan system.
Berikut adalah 6 Sasaran Keselamatan Pasien :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif
3. Meningkatkan Keamanan Obat – obatan yang harus diwaspadai
4. Ketepatan prosedur tindakan medis dan keperawatan
5. Pengurangan terjadinya risiko infeksi di Puskesmas
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
17
BAB V
KESELAMATAN KERJA
18
Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan prasaran sanitair, yang
memenuhi syarat, meliputi:
1. Penyehatan makanan dan lingkungan
2. Penyehatan air
3. Penyehatan tempat pencucian
4. Penanganan sampah dan limbah
5. Pengendalian serangga dan tikus
6. Sterilisasi desinfeksi
7. Perlindungan radiasi
8. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan
19
2. Membuat evaluasi rekomendasi terhadap kondisi sarana, prasarana dan peralatan
keselamatan kerja
20
6. Data kejadian nyaris celaka dan celaka
7. Data kegiatan pemantauan kegiatan lingkungan kerja
21
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Untuk menjamin pengendalian mutu keselamatan pasien, maka yang harus dilakukan adalah:
1. Setiap unit kerja di puskesmas mencatat semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien
(Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) pada formulir yang
sudah disediakan oleh puskesmas.
2. Setiap unit kerja melaporkan semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris
Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) kepada Tim Keselamatan Pasien pada
formulir yang sudah disediakan.
3. Tim Keselamatan Pasien menganalisis akar penyebab masalah semua kejadian yangdilaporkan
oleh unit kerja.
4. Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan Pasien merekomendasikansolusi
pemecahan dan mengirimkan hasil solusi pemecahan masalah kepada Pimpinan puskesmas.
5. Pimpinan puskesmas melaporkan insiden dan hasil solusi masalah ke Komite Keselamatan Pasien
setiap terjadinya insiden dan setelah melakukan analisis akar masalah yangbersifat rahasia.
6. Pimpinan puskesmas melakukan monitoring dan evaluasi pada unit kerja-unit kerja di Puskesmas,
terkaitdengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit kerja
22
BAB IX
PENUTUP
23