A. Pendahuluan.
“pendidikan” yang mengandung arti dalam lapangan apa dan dimana kepemimpinan itu
berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula sifat atau ciri-ciri yang harus dimiliki oleh
kepemimpinan itu.
B. Konsep Dasar
b. Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam
memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan
menjelasaka tujuan.
c. Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu
membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur
mana yang paling praktis dan efektif.
Berdasarkan kosep, sifat, sikap dan cara-cara pemimpin tersebut melakukan dan
mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja yang dipimpinnya, maka
kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasiakan kedalam empat tipe yaitu : tipe otoriter,
tipe laissez-faire, tipe demokratis dan tipe pseudo-demokratis.
Tipe otoriter
Tipe “Laissez-faire”
Tipe Demokratis
Tipe Pseudo-demokratis
Tipe ini disebut juga demokratis semu atau manipulasi diplomatik. Pemimpin yang
bertipe pseudo-demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal dia bersikap
otokratis. Misalnya jika ia mempunyai ide-ide, pikiran, konsep-konsep yang ingin di
tetapkan pada lembaga yang dipimpinya, maka hal tersebut di diskusikan dan
dimusyawarahkan dengan bawahanya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa
sehingga akhirnya bawahan didesak agar menerima ide/pikiran/konsep tersebut sebagai
keputusan besama.
Hubungan insani adalah hubungan antar manusia. Ada dua macam hubungan yang
biasa kita hadapidalam kehidupan sehari-hari: (1) hubungan fungsional atau hubunga
formal, yaitu hubngan karena tugas resmi atau pekerjaan resmi; dan (2) hubungan pribadi
atau hubungan informal atau hubungan pesonel, ialah hubungan yang tidak didasarkan atas
tugas resmi atau pekerjaan, akan tetapi bersifat kekeluargaan.
Yang menjadi inti dalam bubungan ini, apakah itu hubungan fungsional atau
hubungan pesonal, adalah saling menghargai. Bawahan menghargai atasan dan sebaliknya
atsan pun harus menghargai bawahan.
Maksud utama dari proses kelompok ialah begai mana meningkatkan partisipasi
anggota-anggota kelompok setinggi-tingginya sehingga potensi yang dimiliki anggota
kelompok itu dapat diefektifka secara maksimal. Inti dari proses kelompok adalah
hubungan insani dan tangguang jawab bersama. Pemimpin harus jadi penengah, pendamai,
modertor dan bukan jadi hakim.
Penilaian atau evaluasi ialah suatu usaha untuk mengetahui sampai dimana suatu
kegiatan sudah dapat dilaksanakan atau sampai dimana suatu tujuan dapat dicapai. Yang
dinilai biasanya ialah; hasil kerja, cara kerja dan orang yang mengerjakanya.
Melaui evaluasi, guru dapat dibantu dalam meniali pekerjaanya sendiri, mengetahui
kekurangan dan kelebihanya. Selain guru, pesonil lainyapun perlu dievaluasi seperti
petugas (karyawan) tata usaha, petugas BK, dan sebagainya, untuk mengetahui kemajuan/
kekuranganya.
Teori Keempat, disebut teori situasi, menurut teori ini setiap orang bisa mejadi
pemimpin, tetapi dalam situasi tertentu saja, karena iya memiliki kelebihan kelebihan yang
diperlukan dalam situasi itu. Dalam situasi lain dimana kelebihan-kelebuhanya tidak
diperlukan, ia tidak akan menjadi pemimpin, bahkan hanya mungkin pengikut saja.
Technical Skill
Conceptual Skill
Gaya Kepemimpinan
Pendekatan sifat didasari asumsi bahwa kondisi fisik dan karakteristik pribadi
adalah penting bagi kesuksesan pemimpin. Hal tesebut akan menjadi faktor penentu yang
membedakan antara seorang pemimpin dengan bukan seorang pemimpin. Sifat sifat pokok
itu biasanya meliputi.
Latar belakang sosial : berpendidikan dan berwawasan luas, serta berasal dari
lingkungan sosial yang dinamis.
Kepribadian : adaptif, egresif, emosi stabil, populer, dan kooperatif dan lain-lain.
studi kepemimpinan yang dilakuan di Ohio State University oleh Hemphil dan
Coons, dan kemudian diteruskan oleh Halpin dan Winer, melihat kepemimpinan itu tasa
dua dimensi perilaku pemimpin yaitu: “initiating structure and cinsideration”.
Yang dimaksud dengan “initiating stucture” (struktur tugas) ialah cara pemimpin
melukiskan hubunganya dengan bawahan dalam usaha menetapkan pola organisasi, saluran
komunikasi, dan metode atau prosedur yang dipakai di dalam organisasi. Sedangkan yang
dimaksud dengan “consideration” (tengang rasa) adalah perilaku yang berhubungan dengan
persahabatan, saling mempercayai, saling menghargai, kehangatan, perhatian, dan
keakraban hubungan antara pimpinan dengan para anggota kelompoknya.
Teori ini dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jane S.mouton yang membedakan
dua dimensi dalam kepemimpinan yaitu: “concern for people” dan “concern for
production”. Pada dasarnya teori managerial grid ini mengenal lima gaya kepemimpinan
yang didasarkan atas dua aspek utama tadi yaitu pertama menekan pada produksi (concer
for production) dan yang kedua menekan pada hubungan antar individu(concer for people).
Berdasarkan kedua aspek maka ada kepemimpinan yang berorientasi pada tugas semata-
mata, ada pula yang berorientasi kepada faktor hubungan antar individu saja. Kelima gaya
tersebut dapatdilihat pada gambar 6.3. dibawah ini.
Gaya kepemimpinan yang ketiga ialah “team” yang berarti keberhasilan suatu
organisasi tergantung pada hasil kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian.
Tekanan utama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling
memerlukan. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan penghargaan
antara sesama anggota kelompok.
Gaya kepemimpinan yang kelima disebut “midle road” artinya tengah-tengah. Yang
menjadi tekanan pada gaya ini ialah pada keseimbangan yang optimal antara tugas dan
hubungan manusiawi.
Getzels dan Guba mengadakan studi yang menganaisa perilaku pemimpin dalam
sistem sosial. Mereka mengemukakan dua kategori perilaku. Yang pertama ialah perilaku
kepemimpinan yang bergaya normatif dengan dimensi ini mengacu kepada lembaganya
yang ditandai dengan peranan-peranan dan harapan tertentu sesuai dengan tujuan-tujuan
organisasi.
Yang kedua ialah perilaku kepemimpinan yang bergaya personal disebut idiografis
yaitu pemimpin mengutamakan kebutuhan dan ekpretasi anggota organisasinya. Dimensi
kedua mengacu pada individu-individu dalam organisasi masing masing dengan
kepribadian dan disposisi tertentu.
3. Pendekatan Kontigensi/Situasi
Menurut pendapat ini ada tiga variabel yang menentukan efektif tidaknya seseorang
yaitu: hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin, derajat struktur tugas, dan
kedudukan kekuasaan pemimpin.
Dilihat dari tingkatnya masing masing variabel dibedakan menjadi dua ketegori
sebagai berikut: hubungan pemimpin anggota: baik dan tidak derajat struktur tugas: tinngi
rendah, kedudukan kekuasan pemimpin: kuat dan lemah. Dengan perbedaan kategori
tersebut, kombinasi ketiga variabel melahirkan adanya delapan tipe atau gaya
kepemimpinan seperti terlihat pada gambar berikut ini:
Teori ini berasumsi bahwa pemimpin yang efektif tergantung pada taraf kematangan
pengikut dan kemapuan pemimpin untuk menyesuaikan orientasinya, baik orientasi tugas
ataupun hubungan antar manusia. Makin matang si pengikut, pemimpin harus mengurangi
struktur tugas dan menambah orientasi hubunganya. Pada saat seseorang atau
kelompok/pengikut bergerak mencapai tingkat rata-rata kematangan, pemimpin harus
mengurangi baik hubunganya maupun orientasi tugasnya. Keadaan ini berlangsung sampai
pengikut mencapai kematangan penuh, dimana mereka sudah dapat mandiri baik dilihat
dari kematangan kerjanya maupun kematangan psikologinya. Jadi teori situasional ini
menekankan pada kesesuaian antara gaya kepemimpinan dengan tingkat kematangan
pengikut.
Telling (S1) yaitu perilaku pemimpi dengan tugas tinggi dan hubungan
rendah. Gaya ini mempunyai ciri komunikasi satu arah. Pemimpin yang
berperan dan mengatakan apa, bagaimana, kapan dan dimana tugas harus
dilaksanakan.
Selling (S2) yaitu perilaku dengan tugas tinggi dan hubungan tinggi.
Kebanyakan pengarahan masih dilakukan oleh pimpinan, tetapi sudah
mencoba komunikasi dua arah dengan dukungan sosiomosional untuk
menawarkan keputusan.
Participating (S3) yaitu perilaku hubungan tinggi dan tugas rendah.
Pemimpin dan pengikut sama-sama memberikan andil dalam mengambil
keputusan melalui komunikasi dua arah dan yang dipimpin cukup mampu
dan cukup berpengalaman untuk melaksanakan tugas.
Delagating (S4) yaittu perilaku hubungan dan tugas rendah. Gaya ini
memberi kesempatan pada yang dipimpin untuk melaksanakan tugas
mereka sendiri melalui pendelegasian dan supervisi yang bersifat umum.
Yang dipimpin adalah orang yang sudah matang dalam melakukan tugas
dan matang pula secra psikologis.
Guru, Wali Kelas, Kepala Sekolah, Pengawas, Kepala Kantor Bidang Pendidikan
pada semua tingkatan. Semua tenaga edukatif pada kantor dinas kepala direktorat dalam
lingkungan direktorat jendral pendidikan., ketua jurusan, dekan, rektor dan pembantu-
pembantunya pada sekolah tinggi, akademi, institut dan universitas, ahli-ahli imu
pendidikan dan masih banyak lagi, merupakan pemimpin-pemimpin pendidikan. Pada
dasarnya setiap orang memiliki kelebihan dalam kemampuan dan pribadinya, dan dengan
kelebihan itu dapat mempengaruhi, mengajak, membimbing dan mendorong, menggerakan
dan mengkoordinasikan staf pendidikan lainya kerah peningkatan atau perbaikan mutu
pendidikan dan pengajaran, maka ia telah melakukan fungsi kepemimpinan pendidikan, dan
ia tergolong sebagai pemimpin pendidikan.
Dengan demikian maka pemimpin pendidikan itu dapat berstatus pemimpin resmi
yang bisa disebut ”status leader” atau “formal leader” atau “functional leader”.
Kepemimpinan resmi dimiliki oleh mereka yang menduduki posisi dalam struktur
organisasi pendidiakan, baik secara resmi oleh pihak atasan atau yang berwenag maupu
yang dipilih secara resmi sebagai seorang pemimpinoleh anggota staf pendidikan dimana
termasuk kategori pemimpin resmi dan memiliki kepemimpinan resmi dilihat dari segi
posisi dan sitem pengankatan.
Seorang kepala sekolah atau seorang kepala dinas pendidikan sebagai”status leader”
atau “formal leader” lebih disegani, lebih ditaati petunjuk-petunjuk atau perintah-
perintahnya oleh murid-muridnya atau anggota staffnya, mungkin semata-mata karena
kedudukanya yang resmi sebagai pemimpin, karena kekuasaan resmi yang ia miliki sebagai
pemimpin resmi.
Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan ialah meciptakan situasi
belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid-murid dapat belajar dengan
baik. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, kepala sekolah memiliki tanggung jawab ganda
yaitu melaksanakan administrasi sekolah sehingga tercipta suasana belajar yang baik, dan
melaksanakan supervisi sehingga kemampuan guru-guru meningkat dalam membimbing
pertumbuhan murid-muridnya.
Kepemimpinan Visioner
Konsep Visi
Lee Roy Beach (1993:50) mendefinisikan visi sebagi berikut. “Vision Devines the
ideal future, perhaps implying change. (visi mengambarkan masa depan yang ideal,
barangkalo menyiratkan ingatan budaya yang sekarang dan aktivitas, atau barangkali
menyiratkan perubahan)
Visi merupakan perlu bagi kepemimpinan visioner, visi berperan dalam menentukan
masa depan organisasi apabila diimplementasikan secara komperhensif. Dengan demikian
visi terbentuk dari perpaduan antara inspirasi, imajinasi insight, nilai nilai informasi,
pengetahuan dan judgement.
Visionary Leadership muncul sebagau respon dari statement “the only thing of
permanent is change” yang menuntut pemimpin memiliki kemampuan dalam menentukan
arah masadepan melalui visi. Visi merupakan idealis pemikiran pemimpin tentang
masadepan organisasi yang shared dengan stekehoders dan merupakan kekuatan kunci bagi
perubahan organisasi yang menciptakan budaya yang maju dan atisipatif terhadap
persaingan global.
a. Memahami Konsep Visi. Visi adalah idealisasi pemikiran tentang masadepan organisi
yang merupakan kekuatan kunci bagi perubahan organisai yang menciptakan budaya dan
perilaku organisai yang maju dan antisipatifterhadap persaingan global dan tantangan
zaman. “Visionary leadership” adalah visi kepemimpinan yang harus dimiliki berdasarkan
rambu-rambu tersebut diatas untuk mewujudkan sekolah yang bermutu.
b. Memahami Karakteristik dan Unsur Visi. Suatu visi memiliki karakteristik sebagai
berikut.
c. Memahami Tujuan Visi. Visi yang baik memiliki tujuan utama yaitu:
Visi harus disegarkan sehingga tetap sesuai dan sepadan dengan perubahan
perubahan yang terjadi di lingkungan. Karena ini visi dalam konteks ini merupakan atribut
utama seorang pemimpin. Adalah tugas dan tanggung jawab pimpinan untuk melhirkan,
memelihara, mengembangkan, dan menyegarkan. Visi agar tetap memiliki jemampuan
untuk memberiakan respon yang tepat dan cepat terhadap berbagai permasalahn dan
tuntutan yang dihadapi organisasi. Jelaslah bahwa visi itu ternyata berproses, dapat
direkayasa dan ditumbuhkembangkan.
Visi tercipta dari hasil kreatifitas pikir pemimpin sebagai releksi profesionalisme
dan pengalaman pribadi atau sebagai hasil elaborasi pemikiran mendalam dengan
pengikut/personil lain berupa ide-ide ideal tentang cita-cita organisasi dimasa depan yang
ingin diwujudkan bersama.
(b). Perumusan Visi
Pemimpin visioner dalam tugas perumus visi adalah kesadaran akan pentingnya visi
dirumuskan dalam statement yang jelas agar menjadi komitmen semua personil dalam
mewujudkanya sehingga pemimpin berupaya mengolaborasi informasi, cita-cita, keinginan
pribadi dipadukan dengan cita-cita/gagasan personil lain dalam forum komunikasi yang
intesif sehingga menghasilkan kristalisasi visi organisasi.
Visi perlu dirumuskan dalam statement yang jelas dan tegas dan perumusanya harus
melibatkan stakeholder dengan fase kegiatan sebagai berikut.
1. Penentu arah
2. Agen perubahan
3. Juru bicara
4. Pelatih dan komunikator
Jika bicara mengenai pendidikan, maka konsep pemikiran kita tidak akan lepas dari
suatu wahana dalam mejalankan proses dalam suatu pendidikan, tahapan pelaksanaan
pendidikan dan kelompok pendidikan,dimana hal ini dapat diklasifikasikan enurut jalur,
jejang dan jenis pendidikan, yamg telah ditetapkan dalam Sistem Pendidikan Nasional.