Anda di halaman 1dari 34

Referat

KONDILOMA AKUMINATA

Oleh :

Widya Audisti, S.Ked.

04084821820043

Pembimbing :

dr. Nopriyati, SpKK, FINSDV, FAADV

DEPARTEMEN DERMATOLOGI DAN VENEREOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2019


HALAMAN PENGESAHAN

Judul Telaah Ilmiah

Kondiloma Akuminata

Oleh:
Widya Audisti, S.Ked.
04084821820043

Referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Departemen Dermatologi dan Venereologi RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
periode 20 Mei 2019 - 23 Juni 2019.

Palembang, Juni 2019

dr. Nopriyati, SpKK, FINSDV, FAADV


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan berkat-Nya referat yang berjudul “Kondiloma Akuminata” ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
ujian kepaniteraan klinik senior di Departemen Dermatologi dan Venereologi
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Nopriyati, SpKK,
FINSDV, FAADV atas bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan
referat ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan untuk penulisan yang lebih baik di masa yang akan datang.


Kondiloma Akuminata
Widya Audisti, S. Ked.
Pembimbing: dr. Nopriyati, SpKK, FINSDV, FAADV
Bagian/Departemen Dermatologi dan Venereologi FK Unsri
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

1.1 PENDAHULUAN
Kondiloma Akuminata adalah salah satu jenis penyakit menular seksual
(sexually transmitted disease). Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan
masalah kesehatan masyarakat di seluruh negara, termasuk Indonesia. IMS dapat
mealui hubungan seksual (HUS), baik secara genito – genital, oro – genital
maupun ano – genital pada HUS yang berlainan jenis atau sesama jenis. .1
Kondiloma akuminata merupakan salah satu manifestasi klinis yang
disebabkan oleh infeksi Human Papillomavirus Virus (HPV), paling sering
ditemukan di daerah genital dan jarang di selaput lendir. Sering terkait dengan
HPV 6 dan 11 dengan masa inkubasi 3 minggu sampai 8 bulan. Penyakit ini
biasanya asimptomatik dan terdiri dari papilomatous papula atau nodul pada
perineum, genitalia dan anus. Ada dua bentuk umum Kondiloma Akuminata,
yaitu kondiloma akuminata dan gigantea, yang dikenal sebagai tumor Buschke-
Löwenstein.1
Kontak seksual yang terinfeksi HPV pada individu mempunyai peluang 75%
untuk terjadi kondiloma akuminata. Baik laki-laki maupun perempuan rentan
untuk terjadi infeksi.2


2.1 DEFINISI
Kondiloma akuminata ialah vegetasi oleh human papilloma virus tipe
tertentu, bertangkai dan permukaannya berjonjot.1
Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di
daerah genitalia eksterna.1 Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan
berwarna kemerahan kalau masih baru, jika telah lama agak kehitaman. Jika
timbul infeksi sekunder warna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan
berbau tidak enak. Ukuran tiap kutil biasanya 1-2 mm, namun bila berkumpul
sampai berdiameter 10 cm dan bertangkai.2
Salah satu cara yang paling praktis untuk menghindari penyakit menular
seksual adalah dengan melakukan hubungan seksual dengan satu orang yang telah
diketahui kesehatannya atau dengan kata lain melakukan hubungan seksual yang
lebih aman. Kondom tidak dapat melindungi dari infeksi HPV karena HPV dapat
ditularkan melalui kontak kulit ke kulit pada area tubuh yang terinfeksi HPV,
seperti kulit genitalia atau anus yang tidak tertutup kondom

2.2 EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini termasuk Penyakit akibat Hubungan Seksual (PHS).
Frekuensinya pada pria dan wanita sama. Tersebar kosmopolit dan transmisi
melalui kontak kulit langsung.1

1. United States
Annual Incidence dari kondiloma akuminata adalah 1%. Kondiloma
akuminata merupakan Sexually Transmitted Disease (STD) yang paling
umum. Prevalensi telah dilaporkan melebihi 50%. Prevalensi dan risiko
tertinggi adalah pada kalangan dewasa muda pada usia dekade ketiga dan
pada remaja. Peningkatan 4 kali lipat atau lebih dalam prevalensi telah
dilaporkan dalam 2 dekade terakhir.2 Prevalensi Internasional telah
dilaporkan bervariasi. Data yang tersedia dari Inggris, Panama, Italia,
Belanda, negara-negara berkembang melaporkan infeksi HPV kurang lebih
sama dengan yang ada di Amerika Serikat.2


2. Mortalitas/Morbiditas
Mortalitas adalah sekunder dari transformasi maligna pada karsinoma baik
pada laki-laki maupun wanita. Hal ini merupakan potensial onkogenik yang
telah dilaporkan 3 kali lipat risiko kanker genitourinaria pada pria yang
terinfeksi. Namun ini jarang terjadi pada HPV tipe 6 dan 11.2 Fase laten
seringkali menjadi aktif selama kehamilan. Vulva kondiloma akuminata
dapat mengganggu masa nifas. Dapat menghasilkan krusta atau eritema.
Perdarahan dapat terjadi pada lesi yang besar selama kehamilan.2 Pada laki-
laki, perdarahan telah dilaporkan karena flat wartspada meatus uretra penis,
biasanya dihubungkan dengan HPV tipe 16. Obstruksi uretra yang akut
dapat juga terjadi pada wanita.

3. Jenis Kelamin
Baik laki-laki maupun perempuan rentan untuk terjadi infeksi. Tetapi
penyakit yang jelas lebih sering terjadi pada pria (dilaporkan pada 75% dari
pasien); namun infeksi pada wanita juga dapat terjadi.2

4. Usia
Prevalensi terbesar adalah pada usia 17-33 tahun, dengan insiden yang
memuncak pada usia 20-24 tahun.2

2.3 ETIOLOGI
Virus penyebabnya adalah Human Papilloma Virus (HPV), ialah virus DNA
yang tergolong dalam family virus Papova. Sampai saat ini telah dikenal sekitar
60 tipe VPH, namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma akuminata.
Tipe yang pernah ditemui pada kondiloma akuminata adalah tipe 6, 11, 16,18,
30,31, 33,35, 39, 41, 42, 44, 51, 52, dan 56.1
Pada referensi lain menyebutkan, lebih dari 120 subtipe yang berbeda dari
HPV yang telah diidentifikasi, dengan 40 subtipe yang mampu menginfeksi
traktus anogenital. Jenis ini dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu low risk,
intermediate risk, dan high risk. HPV tipe 6 dan 11 jarang menimbulkan kanker
serviks sehingga disebut subtipe low risk. Infeksi dari genotif ini bertanggung
jawab sekitar 90% pada formasi genital warts. Sebaliknya tipe 16 dan 18 sangat
berhubungan dengan displasia serviks sehingga dianggap high risk, subtipe
6


onkogenik. Penelitian menunjukkan infeksi pada genotif ini adalah sampai 70%
terjadi Squamous Cell Carcinoma (SCC) dari serviks. HPV tipe 31, 33, 45, 51, 52,
56, 58, dan 59 adalah tipe intermediate risk, sering ditemukan pada neoplasma
skuamosa, tetapi jarang dihubungkan dengan SCC serviks. Pasien dengan
kondiloma akuminata dapat terinfeksi stimultan oleh beberapa jenis HPV.4

Beberapa tipe HPV tertentu mempunyai potensi onkogenik yang tinggi,


yaitu tipe 16 dan 18. Tipe ini merupakan jenis virus yang paling sering dijumpai
pada kanker serviks. Sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering ditemui pada
kondiloma akuminata dan neoplasia intraepitelial serviks derajat
ringan.1kondiloma juga dapat menjadi koinfeksi yang “high risk” HPV seperti
HPV tipe 16. Merupakan penyakit menular seksual, dengan transmisi rata-rata
60% diantara partner seksual.3
HPV adalah virus yang sangat menular dan dapat ditularkan melalui kontak
seksual genital, anal dan oral. Kontak seksual yang terinfeksi HPV pada individu
mempunyai peluang 75% untuk terjadi kondiloma akuminata.4


VIROLOGY
HPV adalah sekelompok unenveloped, virus DNA, family Papovaviridae.
Replikasi virus terbatas pada jaringan permukaan lapisan sel basal. Virus akan
menembus epitelium mukosa dan kutaneus untuk mencari selular dari host. Lalu
kemudian menyerang dan menginfeksi keratinosit basal epidermis. Mukosa dapat
terinfeksi di mana saja di sepanjang traktus genital, termasuk vulva, vagina,
serviks, regio perianal pada wanita, serta penil shaft, skrotum, periuretra dan regio
perianal pada pria. Daerah yang terinfeksi in akan ditandai dengan proliferasi
DNA dan terbentuknya warty papule atau plaque.4
Genom virus terdiri dari 6 early-open reading frames (E1, E2, E4, E5, E6,
E7) dan 2 late-open reading frames (L1, L2). Early-open E gen adalah penting
untuk regulasi fungsi dan enkode protein yang terlibat pada replikasi virus dan
transformasi sel. Sebaliknya late-open L gen mengkode protein kapsid virus.
Perbedaan genotip L1 menyebabkan pola yang sedikit berubah dari virus
replikasi DNA, yang diperkirakan dapat menjelaskan berbagai subtipe HPV.
Secara khusus, HPV subtipe low risk akan terpisah dari DNA sel host dan
menjalani replikasi yang independen. Sebaliknya HPV high risk akan
menggabungkan DNA mereka langsung ke material genetik sel host. Integrasi
virus dan DNA sel host seringkali menghasilkan disregulasi dan aktivasi tak
terkontrol dari gen E6 dan E7, dimana mempromosikan transkripsi onkoprotein.
Ini akan mengikat dan menonaktifkan tumor supressor genes p53 dan Rb,
menyebabkan proliferasi sel meningkat dan risiko lebih besar untuk terjadinya
keganasan.4

DERMATOPATOLOGI
Secara hisptopatologi, ciri khas sel yang terinfeksi oleh HPV adalah
berkembangnya morfologi keratinosit atipikal yang disebut koilosit. Secara
umum, epidermis akan menunjukkan acanthosis ditandai dengan berbagai tingkat
papilomatosis, hiperkeratosis dan parakeratosis.4


2.4. PATOGENESIS
Sel-sel dari lapisan basal epidermis diserang oleh Human Papilloma Virus
(HPV). Penetrasi virus ini menembus kulit dan menyebabkan mikroabrasi
mukosa. Awalnya fase laten dari virus dengan tidak adanya tanda atau gejala dan
dapat berlangsung dari satu bulan sampai beberapa tahun. Setelah fase laten,
produksi dari DNA virus, capsid dan partikel dimulai. Sel host terinfeksi dan
berkembang morfologi koilocytosis atipikal dari kondiloma akuminata.2
Penularan HPV genital hampir semata-mata melalui hubungan kelamin,
walaupun autoinokulasi dan penularan melalui fomite juga dapat terjadi. Infeksi
dapat ditularkan kepada neonatus saat persalinan per vaginam. Para bayi ini
kemudian dapat mengalami papiloma saluran napas atas yang rekuren dan
berpotensi mengancam nyawa. Faktor risiko terbesar untuk timbulnya HPV
adalah jumlah pasangan seks, merokok, pemakaian kontrasepsi oral, dan
kehamilan tampaknya meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HPV.6,7
Penularannya melalui kontak seksual, baik genital-genital, oral-genital,
maupun genital oral. Permukaan mukosa yang lebih tipis lebih susceptible untuk
inokulasi virus daripada kulit berkeratin yang lebih tebal sehingga mikroabrasi
pada permukaan epitel memungkinkan virion dari pasangan seksual yang
terinfeksi masuk ke dalam lapisan sel basal pasangan yang tidak terinfeksi. Selain
itu penularannya dapat melalui transmisi perinatal, dari ibu dengan kondiloma
akuminata ke neonatus sehingga mengakibatkan external genital wart atau
kondiloma akuminata dan papillomatosis laring.2
Sel basal merupakan tempat pertama infeksi HPV sehingga setelah inokulasi
melalui trauma kecil, virion HPV akan masuk sampai lapisan sel basal epitel.
Agar dapat menimbulkan infeksi, HPV harus mencapai epitel yang berdiferensiasi
sedangkan sel basal relatif undifferentiated, mereka hanya terstimulasi untuk
membelah secara cepat sehingga disini hanya terjadi ekspresi gen HPV. Sesuai
dengan pembelahan sel basal, virion HPV akan bergerak ke lapisan epidermis
yang lebih atas. Dan hanya lapisan epidermis di atas lapisan basal yang
berdiferensiasi pada tahap lanjut, yang dapat mendukung replikasi virus. Ekspresi
gen virus pada lapisan ini diperlukan untuk menghasilkan kapsid protein dan
kumpulan partikel virus. Sesudah itu terjadi pelepasan virus bersama dengan sel


epitel yang deskuamasi, kemudian virus baru akan menginfeksi lapisan basal lain.
Waktu yang dibutuhkan mulai dari infeksi HPV sampai pelepasan virus baru
adalah 3 minggu (masa inkubasi kondiloma akuminata 3 minggu sampai 8
bulan).2,7,8
Pada infeksi virus pertahanan tubuh diperankan oleh T helper dan T
sitotoksik. Antigen yang dipresentasikan sel dendritik, akan dikenali oleh T helper
melalui MHC II dan dikenali oleh T sitotoksik melalui MHC I, kemudian T helper
membantu aktivasi T sitotoksik yang akan melisiskan protein virus pada sel
terinfeksi. Pada infeksi HPV, karena virus non litik maka antigen akan dilepaskan
dengan lambat dan sel dendritik tidak diaktifkan. Ada yang berpendapat bahwa
kemungkinan respons tidak berperan pada infeksi HPV, tetapi penelitian
menunjukkan lesi yang berhubungan dengan HPV lebih lama, mudah kambuh,
dan lebih lebar pada penderita imunodefisiensi terutama imunitas seluler. Selain
itu pada infeksi HPV yang berperan adalah respon Th1 dengan adanya IL-12,
yang menginduksi IFN membantu aktivasi T sitotoksik dan meningkatkan
aktivitas NK cell sitotidal. Ada penemuan yang tidak diduga, dengan
dihasilkannya IL-12 mungkin memiliki efek antivirus, selain itu didapatkan
infiltrasi limfosit terutama makrofag dan CD4, dengan demikian terdapat aktivitas
sistem imun pada infeksi HPV terutama respons Th1.2,7,8

2.5 GEJALA KLINIS


Setelah terinfeksi oleh HPV, virus biasanya membutuhkan masa inkubasi 3
minggu sampai 8 bulan sebelum manifestasi klinis. Rata-rata gejala fisik dimulai
sekitar 2-3 bulan setelah kontak awal. Virus dapat juga sebagai dormant pada sel
epitelial dalam jangka waktu yang lama. Infeksi ini dapat bertahan lama dan dapat
tidak terdeteksi sehingga dapat menimbulkan manifestasi klinis asimptomatik.4
Setelah manifestasi awal, kondiloma akuminata dapat meningkatkan dalam
hal ukuran dan jumlah. Kondiloma dapat mengalami rekuren dalam waktu 3 bulan
setelah terinfeksi bahkan setelah menjalani pengobatan. Faktor risiko yang
signifikan untuk kondiloma yang persisten jangka panjang adalah imunosupresi
host, infeksi dengan HPV yang high risk. Timbulnya limfosit CD4+ dalam dermis

10


dan epidermis dianggap dapat meningkatkan regresi spontan, yang berperan
dalam sistem kekebalan tubuh dalam menentukan perjalanan infeksi virus.4
Kondiloma biasanya pada jaringan yang lembab pada area anogenital,
meskipun kadang-kadang dapat berkembang di mulut atau tenggorokam setelah
kontak seksual secara oral yang terinfeksi dari partnernya. Kondiloma akuminata
memiliki bentuk yang sangat bervariasi , mungkin flat (datar), dome-shaped
(seperti kubah), cauliflower-shape (kembang kol) atau pedunculated. Kondiloma
dapat bermanifestasi sebagai soliter keratotik papul atau plak. Awalnya dalam
bentuk kecil, ukuran 1-2 mm flesh-colored papule dari kulit dan bentuk ini dapat
bertahan selama infeksi. Kondiloma juga dapat tumbuh dalam ukuran besar
dengan diameter beberapa inci, dimana dapat mengganggu hubungan seksual dan
persalinan normal. Warna dapat bervariasi mulai dari putih menjadi merah muda,
ungu, merah atau coklat dan bentuknya dari flat sampai cerebriform atau
verukosa.4
Lesi dapat menimbulkan ketidaknyamanan, rasa panas, dan pruritus. Lesi yang
besar dapat berdarah dan iritasi bila kontak dengan pakaian atau selama hubungan
seksual.4
Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya
daerah genitalia eksterna. Pada pria tempat predileksinya di perineum dan sekitar
anus, sulkus koronarius, glands penis, muara uretra eksterna, korpus dan pangkal
penis. Pada wanita di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-
kadang pada porsio uteri. Pada wanita yang banyak mengeluarkan flour albus atau
wanita hamil pertumbuhan penyakitnya lebih cepat.1
Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna
kemerahan kalau masih baru, jika telah lama agak kehitaman. Permukaannya
berjonjot (papilomatosa) sehingga pada vegetasi yang besar dapat dilakukan
percobaan sondase. Jika timbul infeksi sekunder warna kemerahan akan berubah
menjadi keabu-abuan dan berbau tidak enak. Kondiloma akuminata pada
umumnya asimtomatis, tetapi dapat menimbulkan ketidaknyamanan karena
mengakibatkan gatal, lembab, perdarahan, dispareunia, rasa terbakar, dan
menimbulkan discharge.2

11


Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di
daerah genitalia eksterna. Pada pria tempat predileksinya di perineum dan sekitar
anus, sulkus koronarius, glans penis, muara uretra eksterna, korpus, dan pangkal
penis, dengan bentuk bervariasi dari lesi kecil tak bertangkai hingga proliferasi
papilaris besar yang garis tengahnya beberapa sentimeter. Pada wanita di daerah
vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang pada porsio uteri. Pada
wanita yang banyak mengeluarkan fluor albus atau wanita yang hamil
pertumbuhan penyakit lebih cepat.1
Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan
kalau masih baru, jika telah lama agak kehitaman. Permukaannya berjonjot
(papilomatosa) sehingga pada vegetasi yang besar dapat dilakukan percobaan
sondase. Jika timbul infeksi sekunder warna kemerahan akan berubah menjadi
keabu-abuan dan berbau tidak enak. Ukuran tiap kutil biasanya 1-2 mm, namun
bila berkumpul sampai berdiameter 10 cm dan bertangkai. Dan biasanya ada yang
sangat kecil sampai tidak diperhatikan. Kutil biasanya muncul dalam waktu 1-8
bulan setelah terinfeksi, dimulai sebagai pembengkakan kecil yang lembut,
lembab, berwarna merah atau pink. Mereka tumbuh dengan cepat dan bisa
memiliki tangkai.1,9 Manifestasi infeksi HPV pada kelamin dapat berupa kondisi
berikut:2

a. Infeksi Klinis
Morfologinya dapat berbentuk:
1. Kondiloma akuminatum, bentuk klasik dari genital wart seperti
bunga kol yang menonjol.
2. Papula halus (smooth popular form/sessile), papul kecil, berwarna
seperti daging atau papul hiperpigmentasi yang mungkin bergabung
membentuk plaque.
3. Papula keratotik atau seperti veruka vulgaris.
4. Veruka plana
Pada laki-laki berupa papul verrucous tetapi kadang juga didapatkan
flat wart. Pada wanita, di vulva bentuk verrucous sedangkan di
vagina bentuk flat.2

12


b. Infeksi Subklinis
Hanya tampak dengan alat bantu misal asam asetat 3-5%, lensa
pembesar, dan kolposkopi, namun secara histopatologis menunjukkan
adanya infeksi HPV.2

c. Infeksi Laten
Tidak tampak infeksi HPV baik secara klinis, dengan alat bantu,
maupun secara histopatologis. DNA HPV dapat dideteksi pada epitel yang
tampak normal dengan teknik biologi molekuler.2
Daerah predileksinya sulkus koronarius, glans penis, muara uretra
eksterna, korpus, pangkal penis, perineum (pria), labia, klitoris, vagina,
serviks (wanita), perianal, anal, rektum dan orofaring (kedua jenis
kelamin). Di daerah vagina dan serviks, kondiloma akuminata bebentuk
flat (datar).2

Jika terjadi infeksi sekunder, warna kemerahan pada kondiloma


akuminata akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak enak.2

Gambar 1. Kondiloma akuminata di daerah glans penis dan sulkus koronarium. Tampak vegetasi
yang bertangkai maupun tidak bertangkai.

13


Untuk kepentingan klinis kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk
yaitu:
a. Bentuk akuminata
Terutama dijumpai pada lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi
bertangkai dengan permukaan yang berjonjot-jonjot seperti jari.
Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga
tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada
wanita yang mengalami fluor albus, pada wanita hamil, dan pada
keadaan imunitas terganggu.
b. Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati pada daerah dengan
keratinisasi sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah
perianal dan perineum. Kelainannya berupa papul dengan permukaan
yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret.
c. Bentuk datar
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan
sama sekali tidak tampak dengan mata telanjang (infeksi subklinis), dan
baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini penggunaan
kolposkopi sangat menolong.

Gambar 2. Kondiloma akuminata: vegetasi eritematosa menutupi genitalia eksterna, bertangkai,


permukaannya berbintil-bintil.

14


Meskipun demikian perlu diingat bahwa tidak ada batasan yang jelas antara
ketiga bentuk tadi dan sering pula dijumpai bentuk-bentuk peralihan. Selain ketiga
bentuk klinis diatas, dijumpai juga bentuk klinis yang lain yang telah diketahui
berhubungan dengan keganasan pada genitalia, yaitu:

a. Giant condyloma Buschke-Lowenstein


Bentuk ini diklasifikasikan sebagai karsinoma sel skuamosa
dengan keganasan derajat rendah. Hubungan antara kondiloma
akuminata dengan giant condyloma diketahui dengan ditemukannya
HPV tipe 6 dan tipe 11. Lokalisasi lesi yang paling sering adalah pada
penis dan kadang-kadang pada vulva dan anus. Klinis tampak sebagai
kondiloma yang besar, bersifat invasif lokal dan tidak bermetastasis.
Secara histologis giant condyloma tidak berbeda dengan kondiloma
akuminata. Giant condyloma ini umumnya refrakter terhadap
pengobatan.4

Gambar 3. Giant condyloma

b. Papulosis Bowenoid
Secara klinis berupa papul likenoid berwarna coklat kemerahan
dan dapat berkonfluens menjadi plakat. Ada pula lesi yang berbentuk
makula eritematosa dan lesi yang mirip leukoplakia atau lesi subklinis.
Umumnya lesi multipel dan kadang-kadang berpigmentasi. Berbeda
dengan kondiloma akuminata, permukaan lesi papulosis Bowenoid
biasanya halus atau hanya sedikit papilomatosa. Gambaran
15


histopatologik mirip penyakit bowen dengan inti yang berkelompok, sel
raksasa diskeratotik dan sebagai mitotik atipik. Dalam perjalanan
penyakitnya, papulosis Bowenoid jarang menjadi ganas dan cenderung
untuk regresi spontan.4

Gambar 4. Papulosis Bowenoid pada anus.

2.6 DIAGNOSIS
a. Anamnesis

• Partner seksual multipel dan usia coitus yang lebih muda


merupakan faktor risiko kondiloma akuminata.2
• Umumnya, 2/3 dari individu yang memiliki pasangan kontak
seksual dengan kondiloma akuminata, lesi dapat berkembang
dalam waktu 3 bulan.2
• Keluhan utama biasanya salah satu benjolan nyeri, pruritus atau
discharge. Terlibatnya lebih dari satu area sering terjadi. Riwayat
lesi multipel.2
• Lesi pada mukosa oral, laring atau trakea (tapi jarang) mungkin
terjadi karena kontak oral-genital.2
• Riwayat hubungan seksual anal baik pada lak-laki maupun
perempuan dapat menyebabkan lesi pada perianal.2
• Perdarahan uretra atau obstruksi uretra meskipun jarang dapat
terjadi, dapat disebabkan oleh kondiloma yang terdapat di meatus.2
16


• Riwayat pasien dengan PMS sebelumnya atau sedang terjadi.2
• Perdarahan saat koitus dapat terjadi. Perdarahan vagina selama
kehamilan terjadi karena erupsi dari kondiloma.2
• Lesi dapat regresi, spontan atau progres.2
• Pruritus dapat terjadi.2
• Keluhan discharge mungkin ada.2

b. Pemeriksaan Fisik
• Erupsi papular single atau multipel dapat diobservasi. Erupsi
mungkin muncul mutiara, filiform, kembang kol (caulifowler) atau
plaquelike. Semuanya ini dapat secara halus (terutama pada penis),
verukosa atau lobular. Erupsi ini mungkin tidak berbahaya atau
dapat mengganggu penampilan.2
• Warna erupsi mungkin sama dengan warna kulit atau dapat juga
eritema atau hiperpigmentasi. Periksa ketidakteraturan dalam
bentuk,warna yang mensugesti melanoma atau keganasan.2
• Kecenderungan pada glands penis pada pria dan daerah
vulvovagina dan serviks pada perempuan. 2
• Lesi meatus uretra dan mukosa dapat terjadi.2
• Mencari adanya klinis dari PMS lainnya (misalnya ulserasi,
adenopati, vesikelm discharge).
• Melihat lesi perianal, terutama pada pasien dengan riwayat atau
risiko dari imunosupresi atau hubungan seksual secara anal.

c. Pemeriksaan Penunjang Dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium


untuk membantu menegakkan diagnosis, antara lain sebagai berikut:
a. Tes asam asetat (acetowhitening)
Tes ini menggunakan larutan asam asetat 3-5% dalam akuades,
dapat menolong mendeteksi infeksi HPV subklinis atau untuk
menentukan batas pada lesi datar. Pemeriksaan ini menolong dalam
membatasi infeksi HPV ke serviks dan anus. Sensitivitas acetowhitening
pada infeksi HPV cukup baik dan untuk beberapa lesi hasil pemeriksaan

17


tersebut lebih baik dibandingkan dengan hasil pemeriksaan histopatologi
pada biopsi rutin. Acetowhitening pada lesi genital eksterna tidak
spesifik untuk kondiloma.2
Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang
dicurigai. Dalam 1-5 menit lesi akan berubah warna menjadi putih
(acetowhite). Perubahan warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu
lebih lama (sekitar 15 menit).3

b. Kolposkopi
Merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan,
namun belum digunakan secara luas di bagian penyakit kulit.
Pemeriksaan ini terutama berguna untuk melihat lesi kondiloma
akuminata yang subklinis, dan kadang-kadang dilakukan bersama
dengan tes asam asetat. Kolposkopi menggunakan sumber cahaya yang
kuat dan lensa binokular sehingga lesi dari infeksi HPV dapat
diidentifikasi. Biasanya kolposkopi digunakan bersama asam asetat
untuk membantu visualisasi dari jaringan yang terkena. Walaupun
awalnya kolposkopi didisain untuk memeriksa alat kelamin wanita,
aplikasi dari kolposkopi sudah dikembangkan untuk memeriksa penis
dan anus. Servikal kolposkopi dan anoskopi resolusi tinggi biasanya
dilakukan setelah tes sitologi yang abnormal pada skrining dari kanker
serviks dan anus.8,9
c. Pap Smear
Seluruh wanita seharusnya dimotivasi untuk melakukan pap smear
setiap tahun karena HPV merupakan penyebab utama pada patogenesis
kanker serviks. Anal pap smear test dengan cervical brush dan larutan
fiksasi membantu dalam mendeteksi kelainan pada anus. Oleh karena
itu, setiap wanita dengan kondiloma akuminata atau yang merupakan
pasangan seksual pria penderita kondiloma akuminata sebaiknya
dilakukan pap smear.2

18


d. Pemeriksaan Histopatologi
Gambaran mikroskopiknya adalah proliferasi berlebihan epitel
skuamosa berlapis yang ditopang oleh papilla fibrovaskular. Sel epitel
yang terletak di permukaan memiliki nukleus hiperkromatik ireguler
yang dikelilingi oleh halo jernih perinukleus, suatu perubahan yang
disebut sebagai koilositosis.1

Gambar 5. Histopatologi kondiloma akuminata (akantosis, hyperkeratosis, dan vakuolisasi


sitoplasma)

Pemeriksaan ini juga diindikasikan untuk mengkonfirmasikan SCCIS atau


squamous cell carcinoma invasive. Pada kondiloma akuminata didapatkan
akantosis dan papillomatosis pada lapisan Malpighi, dengan penebalan dan
elongasi rete ridge. Pada lapisan Malpighi bagian atas didapatkan banyak sel
vakuolisasi, tetapi distribusinya terbatas dan tidak ditemukan pada seluruh bagian,
pembuluh darah kapiler berliku-liku dan meningkat. Lapisan tanduk mengalami
parakeratosis, terutama pada lesi di permukaan mukosa. Stratum korneum tidak
terlalu tebal. Dapat pula diperoleh gambaran mitosis, koilositosis nukleus, dobel
nukleus dan apoptosis keratinosit.2
e. Deteksi DNA HPV
Adanya DNA HPV dan tipe HPV yang spesifik dapat ditentukan
dengan hibridisasi pada hapusan dan spesimen biopsi. Ada beberapa
teknik hibridisasi, antara lain hibridisasi insitu, Southern blot, Northern
blot, dot blot, filter insitu hybridization, dan polymerase chain reaction.
Ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan metode hibridisasi, antara
lain: bahan klinis yang dianalisis, kondisi bahan klinis, ukuran sampel
19


klinis atau hasil DNA selular, sensitivitas, spesifisitas tipe HPV serta
kepraktisan tes.2
Salah satu metode yang dipertimbangkan untuk standar baku emas
deteksi DNA HPV adalah “Southern blot hybridization”. DNA total
diekstraksi dari bahan biopsi atau dari sel yang terlepas dan didigesti
dengan endonuklease resriksi. DNA kemudian dipisahkan dalam
fragmen menggunakan elektroforesis gel dan didenaturasi dalam gel
dengan alkalin menjadi DNA serat tunggal, yang kemudian ditransfer ke
filter nitroselulosa menggunakan teknik Southern blot”. Filter kemudian
dihibridisasi dengan probe DNA HPV tipe spesifik yang dilabel dengan
radioaktif atau nonradioaktif.
Penggunaan meode polymerase chain reaction (PCR) dengan
amplifikasi target sekuens DNA yang spesifik merupakan metode yang
menjajikan untuk diagnosis infeksi HPV.

f. Serologi
Kejadian kondiloma akuminata merupakan pertanda kegiatan seksual
yang tidak aman sehingga tes serologis untuk sifilis dilakukan pada
seluruh pasien untuk menyingkirkan koinfeksi dengan Treponema
pallidum, dan seluruh pasien dilakukan tes HIV.2

2.7 DIAGNOSIS BANDING


a. Veruka vulgaris
Veruka vulgaris merupakan kelainan kulit berupa hiperplasi
epidermis yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus tipe tertentu.
Virus ini bereplikasi pada sel-sel epidermis dan ditularkan dari orang-
orang. Penyakit ini juga menular dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh
pasien yang sama dengan cara autoinokulasi. Virus ini akan menular
pada orang tertentu yang tidak memiliki imunitas spesifik terhadap virus
ini pada kulitnya. Veruka vulgaris dengan klinis lesi hiperkeratotik,
eksotipik dan berbentuk kubah, papula atau nodul terutama terletak pada
jari, tangan, lutut, siku atau lainnya pada situs trauma. Pemeriksaan
20


histopatologi menunjukkan adanya hiperplasia epidermis yang sering
bergelombang, yang cenderung mengenai lapisan epidermis yang lebih
superfisial, menimbulkan halo kepucatan di sekitar nukleus yang
terinfeksi.8
Kutil ini terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat pada
dewasa dan orang tua. Tempat predileksinya terutama di ekstremitas
bagian ekstensor, walaupun demikian penyebarannya dapat ke bagian
lain tubuh termasuk mukosa mulut dan hidung.1

Gambar 6. Veruka vulgaris: papul-papul datar, keras, dengan permukaan kasar,


sebagian berkonfluensi.
Kutil ini bentuknya bulat berwarna abu-abu, dasarnya lentikular
atau kalau berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar (verukosa).
Dengan goresan dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomen
Köbner). Dikenal pula induk kutil yang pada suatu saat akan
menimbulkan anak-anak kutil dalam jumlah yang banyak. Veruka
biasanya swasirna, mereda secara spontan dalam 6 bulan hingga 2
tahun.1

b. Kondiloma lata
Merupakan salah satu bentuk sifilis stadium II. Lesi berupa papul-
papul dengan permukaan yang lebih halus, bentuknya lebih bulat
daripada kondiloma akuminata, besar, berwarna putih atau abu-abu,
lembab, lesi datar, plakat yang erosif, ditemukan banyak spirochaeta
pallidum. Terdapat pada daerah lipatan yang lembab seperti anus dan
vulva. Kelainan kulit dapat menyerupai berbagai penyakit kulit sehingga
21


disebut the great imitator. Selain memberi kelainan pada kulit, sifilis
sekunder dapat juga memberi kelainan pada mukosa, kelenjar getah
bening, mata, hepar, tulang, dan saraf.15
Kelainan kulit yang membasah (eksudatif) pada sifilis sekunder
sangat menular. Gejala yang penting untuk membedakannya dengan
berbagai penyakit kulit yang lain ialah: kelainan kulit pada sifilis
sekunder umumnya tidak gatal, sering disertai limfadenitis generalisata,
pada sifilis sekunder dini kelainan kulit juga terjadi pada telapak tangan
dan kaki. Lesi dapat berbentuk roseola, papul, dan pustule, atau bentuk
lain.15
Roseola ialah eritema macular, berbintik-bintik, atau berbercak-
bercak, warnanya merah tembaga, bentuknya bulat atau lonjong. Roseola
akan menghilang dalam beberapa hari atau minggu, dapat pula bertahan
hingga beberapa bulan. Bentuk lain ialah terdiri atas papul-papul
lentikular, permukaannya datar, sebagian berkonfluensi, terletak pada
daerah lipatan kulit; akibat gesekan antar-kulit permukaannya menjadi
erosif, eksudatif, sangat menular.15

Gambar 7. Sifilis stadium 2 bentuk kondiloma lata di daerah penis, skrotum, dan inguinalis

22


Bentuk pustul lebih sering tampak pada kulit berwarna dan jika
daya tahan tubuh menurun. Timbulnya banyak pustul ini sering disertai
demam yang intermiten dan penderita tampak sakit, lamanya dapat
berminggu-minggu.15

c. Karsinoma sel skuamosa


Karsinoma sel skuamosa adalah suatu proliferasi ganas dari
keratinosit epidermis yang merupakan tipe sel epidermis yang paling
banyak dan merupakan salah satu dari kanker kulit yang sering dijumpai
setelah basalioma. Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan
pertumbuhan karsinoma sel skuamosa pada kulit yaitu faktor sinar
matahari, arsen, hidrokarbon, suhu, radiasi kronis, virus. Faktor
predisposisi karsinoma sel skuamosa antara lain radiasi sinar ultraviolet,
bahan karsinogen, arsenik dan lain-lain.16,17
Vegetasi yang seperti kembang kol, mudah berdarah, dan berbau.
Kadang-kadang sulit dibedakan dengan kondiloma akuminata. Pada lesi
yang tidak memberikan respon pada pengobatan perlu dilakukan
pemeriksaan histopatologi. Umur yang paling sering ialah 40-50 tahun
dengan lokalisasi yang tersering di tungkai bawah dan secara umum
ditemukan lebih banyak pada laki-laki daripada wanita.17

Gambar 8. Karsinoma sel skuamosa: vegetasi papilomatosa seperti bunga kol.

Tumor ini dapat tumbuh lambat, merusak jaringan setempat


dengan kecil kemungkinan bermetastasis. Sebaliknya tumor ini dapat pula
tumbuh cepat, merusak jaringan disekitarnya dan bermetastasis jauh,
umumnya melalui saluran getah bening. Tumor yang terletak di daerah

23


bibir, anus, vulva, penis lebih cepat mengadakan invasi dan bermetastasis
dibandingkan dengan daerah lainnya.1
Secara histopatologi karsinoma sel skuamosa terdiri dari massa
yang iregular dari sel-sel epidermis yang berproliferasi dan menginvasi ke
dermis. Karsinoma sel skuamosa yang berdiferensiasi baik menunjukkan
keratinisasi yang cepat dari lapisan sel skuamosa. Sel-sel tumor tersusun
secara fokal dan konsentris disertai massa keratin, sehingga terbentuklah
mutiara tanduk (horn pearls). Pada karsinoma sel skuamosa diferensiasi
buruk menunjukkan keratinisasi yang terbatas atau kurang sel-sel atipik
dengan gambaran mitosis yang abnormal. Tidak dijumpai interseluler
bridge.

2.8 PENATALAKSANAAN

• Podophyllotoxin 0,05% solution atau gel dan 0,15% cream


Podophyllotoxin adalah ekstrak dari tanaman podophyllum, dimana
dapat mengikat mikrotubulus selular, menghambat pembelahan mitosis
dan menginduksi dari nekrosis warts dimana maksimal 3-5 hari setelah
pemberian. Erosi yang dangkal dapat terjadi sebagai lesi nekrotik
dimana dapat sembuh dalam beberapa hari. Ini merupakan pilihan
pengobatan yang dianggap aman.4
Podophyllotoxin tersedia dalam bentuk solutio, krim atau gel dan
digunakan 2 kali sehari selama 3 hari berturut dalam seminggu,
maksimal sampai 4 minggu. Untuk jenis solutio pada lesi di penis,
sedangkan krim atau gel pada lesi di anal atau vaginal.
Efek sampingnya adalah sakit, inflamasi, erosi, rasa panas, gatal. Hal
ini terjadi bila penggunaan pengobatan berlebihan. Meskipun profil
obat ini secara signifikan aman, tapi podophyllotoxin belum dievaluasi
secara menyeluruh untuk teratogenik dan tidak direkomendasikan pada
kehamilan.

24


• Imiquimod 5% cream
Krim Imiquimod (imidazoquinolinamine) 5% adalah agen topikal
imunomodulator, dimana pertama kali digunakan pada kondiloma tahun
1997. Meskipun mekanisme kerjanya masih belum jelas, tapi dapat
mengaktifkan kekebalan sel dengan mengikat membranous toll-like
receptor. Ini menyebabkan sekresi sitokin multipe, seperti interferon-α,
interleukin-6, TNF-α yang sangat penting dalam induksi respon
inflamasi. Selain itu, telah terbukti memiliki penurunan viral-load yang
diukur dengan HPV DNA, penurunan mesengger RNA (mRNA)
ekspresi untuk penanda proliferasi keratinosit dan peningkatan mRNA
untuk penanda supresi tumor.4
Pemberiannya sebelum tidur, 3 kali dalam seminggu sampai 16 minggu.
Efek samping adalah inflamasi lokal seperti gatal, eritema, panas,
iritasi, nyeri, ulserasi. Kadang-kadang pasien mengalami efek samping
sistemuk seperti sakit kepala, nyeri otot, kelelahan dan malaise. Tingkat
kekambuhan kecil yaitu sekitar 13%.
• Sinecatechins 15% ointment
Adalah ekstrak botani yang telah disetujui tahun 2006 di USA oleh
Food and Drug Administration (FDA) untuk penatalaksanaan genital
warts. Bahan aktifnya adalah ekstrak teh hijau, yang diduga memiliki
antioksidan, antivirus dan efek antitumor. Meskipun mekanisme yang
tepat masih belum jelas, obat ini diperkirakan memodulasi respon
inflamasi melalui penghambatan faktor transkripsi AP-1 dan NF-kB,
yang keduanya disebabkan oleh spesies oksigen reaktif. Dapat
diberikan 3 kali sehari sampai 4 bulan. Biasanya, jika perbaikan tidak
terlihat dalam beberapa minggu, pengobatan dihentikan.4
Efek sampingnya adalah kemerahan, panas, gatal dan nyeri. Efek
samping yang berat adalah limfadenitis, vulvovaginitis, balanitis, tetapi
ini sangat jarang.4
• Podofilin
Yang digunakan ialah tingtur podofilin 25%. Kulit di sekitarnya
dilindungi dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi, setelah 4-

25


6 jam dicuci. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3
hari. Setiap kali pemberian jangan melebihi 0,3 cc karena akan diserap
dan bersifat toksik. Gejala toksisitas ialah mual, muntah, nyeri
abdomen, gangguan alat napas, dan keringat yang disertai kulit dingin.
Dapat pula terjadi supresi sumsum tulang yang disertai trombositopenia
dan leukopenia. Pada wanita hamil sebaiknya jangan diberikan karena
dapat terjadi kematian fetus.
Cara pengobatan dengan podofilin ini sering dipakai. Hasilnya baik
pada lesi yang baru, tapi kurang memuaskan pada lesi yang lama atau
yang berbentuk pipih.1podofilindianggap kurang efektif daripada
podophyllotoxin, cryotheraphy atau electrosurgery.4
• Asam triklorasetat (Trichloracetic acid/ TCA)
Digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu.
Pemberiannya harus berhati-hati. Karena dapat menimbulkan ulkus
yang dalam. Dapat diberikan pada wanita hamil.1

Agen ini dapar secara cepat menembus dan membakar kulit, keratin dan
jaringan lainnya. Pengobatan ini menyebabkan toksisitas sistemik.
Biaya sangat rendah.2selain itu, TCA bersifat korosif dan penggunaan
yang berlebihan dapat menyebabkan jaringan parut.
Efek sampinGg: Toksisitas kulit (luka bakar berat, inflamasi)
Kontraindikasi: Hipersensitivitas, lesi maligna atau premaligna
Farmakologi:Keratolitik, menginduksi deskuamasi2

• 5-fluorourasil
Konsentrasinya antara 1-5 % dalam krim, dipakai terutama pada lesi di
meatus uretra. Pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang. Sebaiknya
penderita tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan.1
Tidak lagi direkomendasikan untuk pengobatan rutin. Memiliki aktifitas
antimetabolik dan/atau antineoplastik dan imunostimulatif.
Penggunaannya untuk mencegah kekambuhan setelah ablasi kondiloma,
jika dimulai dalam waktu 4 minggu, khususnya pada pasien dengan
immunocompromised.

26


• Bedah listrik(electrosurgery)

Melibatkan penggunaan arus listrik frekuensi tinggi dalam bentuk


termal koagulasi atau elektrokauter untuk membakar dan
menghancurkan lesi. Jaringan yang kering kemudian dilakukan
kuretase. Teknik ini berkhasiat bila digunakan dalam pengobatan wart
yang kecil terletak pada shaft of penis, rektum atau vulva. Namun tidak
dianjurkan pada lesi yang besar karena mungkin dapat menyebabkan
formasi scar yang permanen. Efek sampingnya adalah minimal,
biasanya terbatas pada nyeri post prosedural.


Cryotheraphy

Cryotheraphy dapat dilakukan dengan menggunakan open spray atau


aplikator cotton-tipped selama 10-15 detik dan dapat diulang sesuai
dengan kebutuhan. Cryotheraphy untuk pengobatan lini pertama sangat
baik, terutama untuk lesi perianal.2
Efek sampingnya adalah nyeri saat treatment, erosi, ulserasi, dan
hipopigmentasi post inflamasi dari kulit. Cryotheraphy aman selama
kehamilan.2
Cryotheraphy juga memiliki keuntungan yaitu sederhana, murah dan
jarang menyebabkan jaringan parut. Pada penelitian dilaporkan tingkat
kekambuhan adalah 21%-42% pada 1-3 bulan.
Cryotheraphy adalah proses dimana jaringan abnormal beku melalui
penggunaan Cooling agent seperti nitrous oxide atau liquid nitrogen.
Suhu harus dingin sehingga menyebabkan permanen dermal dan
kerusakan pembuluh darah. Umumnya, pengobatan ini paling efektif
bila digunakan untuk multiple small warts pada penile shaft atau vulva.4
Cryotheraphy dianggap cukup murah dan lebih berkhasiat dibandingkan
dengan TCA. Tingkat kekambuhan sekitar 25-40%. Efek sampingnya
adalah destruksi jaringan lokal, seperti nyeri, ulserasi, infeksi, risiko
jaringan parut.4

27


• Bedah Eksisi

Selama bertahun-tahun bedah eksisi dianggap menjadi pilihan


utama.4bedah eksisi untuk kondilomata anal yang ekstensif dapat
menyebabkan deformitas kosmetik pada anus dan/atau kanalis anal.
Stenosis anal merupakan komplikasi serius dari surgery anorektal.
Dikarenakan risiko striktur dan scar menyebabkan deformitas pada
regio anorektal, beberapa dokter menyarankan setelah bedah eksisi pada
kondiloma anal ekstensif rekonstruksi operasi menggunakan rotasional
bilateral S-flaps atau metode lain seperti V-Y flaps, musculocutaneus
flaps, free flaps dan skin grafting. Komplikasi setelah metode ini seperti
nekrosis flap, infeksi, inkotinensia fekal.7

• Laser karbondioksida

Terapi laser kabrbondioksida bergantung pada penggunaan konsentrasi


sinar energi cahaya infrared, yang akan memanaskan dan akhirnya akan
menguapkan daerah target. Kemanjuran terapi ini untuk kondiloma
masih diperdebatkan. Terapi laser biasanya dianggap kurang efektif
dibandingkan terapi bedah lainnya. Tingkat kekambuhannya juga
cenderung meningkat antara 23-52%. Terapi ini sangat mahal.4
Luka lebih cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut, bila
dibandingkan elektrokauterisasi.1
Penggunaan karbondioksida untuk treatment laser untuk kondiloma
akuminata yang ekstensiv atau rekurent.Berpotensi untuk mendeteksi
infeksi HPV tipe 6. Anestesi lokal, regional atau general diperlukan. 2

• Interferon

Dapat diberikan dalam bentuk suntikan (i.m atau intralesi) dan topikal
(krim). Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU. i.m 3 kali
seminggu selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU i.m selama 6
minggu. Interferon beta diberikan dengan dosis 2x106 unit i.m selama
10 hari berturut-turut.1

28


Interferon tidak direkomendasikan sebagai modalitas pengobatan
utama. Diproduksi secara alami oleh protein dengan antivirus,
antitumor dan immunomodulatory actions.

2.9 VAKSINASI
Vaksin human papilloma virus sekarang tersedia untuk
mencegahHPV terkait dengan displasia dan neoplasia termasuk kanker
serviks, genital warts (kondiloma akuminata) dan lesi genital prakanker.
Imunisasi seri harus diselesaikan pada anak laki-laki dan perempuan,
maupun usia muda, dan perempuan usia 9-26 tahun.2
Vaksin Papiloma Virus (Gardasil) (HPV4)
Merupakan vaksin rekombinan HPV kuadrivalen. Vaksin pertama
diindikasikan untuk mencegah kanker serviks, genital warts (kondiloma
akuminata) dan lesi genital prakanker (misalnya adenokarsinoma serviks in
situ, neoplasia intraepitelial serviks grades 1, 2 dan 3, neoplasia
intraepitelial vulva grade 2 dan 3, neoplasia intraepitelial vagina grade 2 dan
3) disebabkan oleh HPV tipe 6, 11, 16 da 18. Efikasi vaksin dimediasi oleh
respon imun humoral mengikuti imunisasi seri. Diindikasi untuk mencegah
kondiloma akuminata yang disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11 pada anak
laki-laki dan perempuan, dan wanita usia 9-26 tahun.2
Dosis Form & Strength
Mencegah Penyakit yang disebabkan oleh HPV tipe 6, 11, 16 dan 18

• Usia 9-26 tahun: 0,5 ml IM, 3x dosis diberikan pada bulan 0, 2 dan 6.2
• Jika usia telah mencapai 26 tahun, tapi imunisasi seri belum selesai,
dosis yang tersisa dapat diberikan setelah usia 26 tahun (CDC
Guidelines)2

Indikasi untuk mencegah pada perempuan (9-26 tahun):

• Kanker serviks, vulva dan vagina yang disebabkan oleh HPV tipe 16
dan 18.2
• Genital Warts (kondiloma akuminata) yang disebabkan oleh HPV tipe 6
dan 11.2
29


Lesi prekanker atau displastik pada perempuan (9-26 tahun) yang
disebabkan oleh HPV tipe 6, 11,16 dan 18:2

• Cervical Intra epithelial Neoplasia (CIN) grade 2/3


• Cervical adenocarcinoma in situ
• CIN grade 1
• Vulvar Intraepitheliasl Neoplasia (VIN) grade 2/3
• VIN grade 2/3

Indikasi untuk mencegah pada laki-laki (9-26 tahun):2

• Genital warts (kondiloma akuminata) yang disebabkan oleh HPV tipe 6


dan 11
• CDC APIP guidelines merekomendasikan imunisasi rutin pada anak
laki-laki usia 11-12 tahun
• Direkomendasikan untuk laki-laki yang sebelumnya belum divaksinasi
usia 22-26 tahun yang immunocompromised, test positif untuk
infeksiHIV.

Anal Cancer

• Diindikasi untuk mencegah kanker anal yang disebabkan oleh HPV tipe
6, 11, 16 dan 18 pada usia 9-26 tahun.2

Pemberian:
Pada regio deltoid atau lengan atas.2
Efek Samping:
Efek samping yang didapat dapat dilaporkan ke Vaccine Adverse Events
Reporting System (VAERS).2
>10%:2
Nyeri saat injeksi, eritema, pembengkakan dan demam
Farmakologi:
Vaksinasi ini menimbulkan kekebalan aktif melalui stimulasi produksi
antibodi yang diproduksi secara endogen. Timbulnya perlindungan terhadap
penyakit relatif lama, tetapi durasi bisa bertahan lama (tahunan).2
30


Cervarix (HPV2)4
Pada tahub 2009, FDA berlisensi, rekombinan vaksin HPV bivalen (HPV2)
untuk digunakan pada usia 10-25 tahun. Cervarix ditujukan untuk dua jenis
onkogenik, yaitu HPV tipe 16 dan 18, yang berhubungan dengan kanker
serviks, CIN grade 1, dan adenocarcinoma insitu. Secara keseluruhan,
American Cancer Society ad Advisory Committe on Immunization Practice
merekomendasikan vaksinasi rutin pada wanita usia 11 atau 12 tahun
dengan 3 dosis baik HPV2 atau HPV4. Vaksinasi serial dapat dimulai pada
usia 9 tahun. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan setelah dosis awal, dan dosis
ketiga 6 bulan setelah dosis awal.

2.10 PROGNOSIS
Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Faktor
predisposisinya dicari, misalnya higiene, adanya flour albus, atau kelembaban
pada pria akibat tidak disirkumsisi.1
Banyak pasien baik itu gagal untuk merespon pengobatan atau rekuren.
Tingkat kekambuhan lebih dari 50% setelah 1 tahun dihubungkan dengan:2

• Infeksi berulang dari kontak seksual


• Masa inkubasi yang panjang dari HPV
• Lokasi virus pada lapisan kulit superfisial
• Virus yang persisten di kulit, folikel rambut
• Lesi yang dalam
• Lesi subklinik
• An underlying immunosuppression
Edukasi Pasien:
• Mengindentifikasi dan mengedukasi individu yang berisiko untuk
terjadi kondiloma akuminata2

31


2.11 Komplikasi

• Transformasi untuk keganasan genitourinaria pada laki-laki maupun


perempuan2
• Penularan pada neonatus2
• Kondiloma akuminata yang berulang2
• Pre-cancer dan cancer
Pre-malignant (vulva, anal, penile intra-epithelial neoplasia) atau lesi
invasif (vulva, anal dan kanker penis) dapat muncul bersamaan dengan
kondiloma. Bowenoid papulosis (BP) adalah lesi coklat kemerahan
yang dihubungkan dengan tipe HPV yang onkogenik dan merupakan
bagian dari spektrum klinis neoplasia intraepithelial anogenital. Biopsi
dapat dilakukan. Varian lain yang jarang adalah HPV tipe 6/11 yaitu
penyakit kondiloma raksasa atau Buschke-Lowenstein tumor. Ini
merupakan karsinoma verukosa, ditandai dengan infiltrasi lokal yang
agresig sampai ke struktur dermal.3

2.12 Pencegahan

• Tidak ada medikasi yang efektif 100%. Vaksin HPV dapat dilakukan
dan telah disetejui oleh FDA. The Advisory Committee on
Immunization Practice (ACIP) merekomendasikan vaksinasi rutin
untuk perempuan usia 11-12 tahun dan vaksinasi catch-up untuk
perempuan usia 13-26 tahun.2
• Sexual abstinence2
• Kondom dapat mencegah terjadinya penularan2

32


3.1 KESIMPULAN
Kondiloma akuminata merupakan penyakit menular seksual yang
umum terdapat dimasyarakat. Penyebabnya adala human papilloma virus
(HPV). Sekitar 90% kondiloma akuminata berhubungan denga subtipe HPV
6 dan 11, yang memiliki potensial yang rendah menimbulkan keganasan.
Namun, apabila terkait dengan HPV tipe 16 dan 18 cenderung untuk
transformasi onkogenik. Terapi yang diberikan terdapat beberapa macam
yaitu terapi lokal (podophyllin, podophyllotoxin, dan asam trikloroasetat)
terapi imununomulator (bedah eksisi, electrosurgery, cryotheraphy dan laser
theraphy).7 Pemilihan pengobatan tergantung dari lokasi ukuran lesi.
Vaksinasi HPV mungkin secara signifikan dapat mengurangi beban
penyakit dengan mencegah infeksi dan penularan virus.4

33


DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke


enam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2009.
2. Ghadishah,Delaram.Reference:Condyloma-Acuminata.
http://emedicine.medscape.com/article/781735-overview.
3. Lacey, Woodhall, Wikstrom, Ross. European Guideline for the Management
of Anogenital Warts. 2011: 130911.
4. Valarie, Yanofsky, Patel, & Goldenberg. Genital Warts: A Comprehensive
Review. The Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology. June 2012: Vol
5:61.
5. Gearhart,Peter.Reference:Human-Papilloma-Virus.
http://emedicine.medscape.com/article/219110-overview
6. Braga, Stiepcich, Muller, Nadal, Valeria. Buschke-Loewenstein tumor:
Identification of HPV type 6 and 11. Anais Brasileiros de Dermatologia.
2012;87(1):131-134.
7. Wronski, Bocian. Surgical Excision of Extensive Anal condylomata is a Safe
Operation Without Risk of Anal Stenosis. Departement of General and
Vascular Surgery. 2012;66:153-157.
8. Murtiastutik D, Barakbah J, Lumintang H, Martodihardjo S. Buku Ajar
Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga University Press; 2008.h.165-
79.
9. Rosana Y. Pemeriksaan laboratorium mikrobiologi infeksi menular seksual.
Dalam: Daili SF, Makes WIB, Zubier F, editor. Infeksi Menular Seksual.
Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.h.53-5.
10. Murphy G. Kulit. Dalam: Kumar V, Cotran RS, Robbins Sl, editor. Buku
Ajar Patologi. Edisi ke-7. Jakarta: EGC; 2007.h.893-4.


34

Anda mungkin juga menyukai