Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

2.1.1 Sejarah Puskesmas

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan

Belanda pada abad ke-16 yaitu adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan

cholera yang sangat ditakuti oleh masyarakat. Pada tahun 1968 diterapkan konsep

puskesmas yang dilangsungkan dalam Rapat Kerja Nasional di Jakarta, yang

membicarakan tentang upaya mengorganisasi sistem pelayanan kesehatan di tanah

air, karena pelayanan kesehatan pada saat itu dirasakan kurang menguntungkan dan

dari kegiatan-kegiatan seperti Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), Balai

Pengobatan (BP), Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dan sebagainya masih

berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan.

Melalui rakernas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan

kesehatan tingkat pertama ke dalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama

Pusat Kesehatan Masyarakat. Puskesmas dibedakan menjadi 4 macam yaitu : 1)

puskesmas tingkat desa, 2) puskesmas tingkat kecamatan 3) puskesmas tingkat

kewedanan, 4) puskesmas tingkat kabupaten. Pada tahun 1979 mulai dirintis

pembangunan di daerah-daerah tingkat kelurahan atau desa, untuk mengkoordinasi

kegiatan-kegiatan yang berada di suatu kecamatan maka selanjutnya disebut sebagai

puskesmas induk sedangkan yang lain disebut puskesmas pembantu, dua kategori ini

Universitas Sumatera Utara


10

dikenal sampai sekarang (hhtp:/PelangiIndonesia,Sejarah perkembangan puskesmas

di Indonesia no.04, 2005, diakses tgl 7 Agustus 2013).

2.1.2 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelayanan teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja. (Depkes, 2004). Merujuk dari defenisi puskesmas tersebut, dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1. Unit Pelaksana Teknis

Sebagai unit pelayanan teknis dinas Kabupaten/Kota, puskesmas berperan

menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan

Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung

tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

2. Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh

bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.

3. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan

Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan

kesehatan di wilayah Kabupaten/Kota adalah dinas kesehatan

Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya sebagian

Universitas Sumatera Utara


11

upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan

Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya.

4. Wilayah Kerja

Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan.

Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka

tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan

keutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan atau RW). Masing-masing

puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Disamping itu dikenal pula Puskesmas Pembantu dan Puskesmas

Keliling.Puskesmas Pembantu adalah unit pelayanan kesehatan sederhana yang

merupakan bagian integral dari Puskesmas keliling yaitu unit pelayanan kesehatan

keliling berupa kenderaan bermotor roda empat atau perahu motor, dilengkapi

peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari

puskesmas (Depkes, 2004).

2.1.3 Konsep Dasar Puskesmas

2.1.3.1 Visi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan Sehat

adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui

pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan

Universitas Sumatera Utara


12

perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang

bermutu secara adil dan merata serta derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni:

1. Lingkungan sehat

2. Perilaku sehat

3. Cakupan pelayanan kesehatan bermutu

4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi

pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat,

yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah

kecamatan setampat (Depkes, 2004).

2.1.3.2 Misi Puskesmas

Misi Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah

kerjanya.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat

beserta lingkungannya (Depkes, 2004).

Universitas Sumatera Utara


13

2.1.3.3 Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat

tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya (Depkes, 2004).

2.1.4 Kedudukan Puskesmas

Kedudukan puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem

Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah

Daerah.

1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai sarana

pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan

upaya kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah

kerjanya.

2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota

Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan kabupaten/kota adalah sebagai

unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab

menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota di

wilayah kerjanya.

Universitas Sumatera Utara


14

3. Sistem Pemerintahan Daerah

Kedudukan puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah sebagai unit

pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit struktural

pemerintah daerah kabupaten/kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.

4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan

strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktek

dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan

masyarakat.Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan

kesehatan starata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja puskesmas

terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan-kesehatan berbasis dan

bersumberdaya masyarakat seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos

UKK. Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan

berbasis dan bersumberdaya masyarakat adalah sebagai Pembina (Depkes, 2004).

2.1.5 Fungsi Puskesmas

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas dapat diharapkan bertindak sebagai motivator, fasilitator dan turut

serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya agar

berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerja. Hasil yang

diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain adalah terselenggaranya

Universitas Sumatera Utara


15

pembangunan di luar bidang kesehatan yang mendukung terciptanya lingkungan

dan perilaku sehat.

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Dalam Pembangunan Kesehatan

Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, puskesmas ikut memberdayakan

masyarakat, sehingga masyarakat tahu, mau dan mampu menjaga dan mengatasi

masalah kesehatan secara mandiri. Wujud pemberdayaan masyarakat dalam

pembangunan kesehatan adalah tumbuh kembangnya upaya kesehatan

bersumberdaya masyarakat, kemitraan dengan LSM dan pelbagai potensi

masyarakat lainnya.

Sebagai pusat pemberdayaan keluarga, puskesmas diharapkan bisa secara

proaktif menjangkau keluarga, sehingga bisa menjaga keluarga sehat tetap sehat

dan keluarga sakit menjadi sehat. Wujudnya adalah pelaksanaan Puskesmas

Peduli Keluarga yang tingkat keberhasilannya dapat dilihat dari makin

banyaknya keluarga sehat di wilayah kerja puskesmas.

3. Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Sebagai pusat pelayanan tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas

merupakan sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya,

puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang wajib

menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu, terjangkau, adil dan

merata. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan adalah pelayanan kesehatan

dasar yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat dan sangat

strategis dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat umum.

Universitas Sumatera Utara


16

Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi:

1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan

promotif dan preventif, dengan pendekatan kelompok masyarakat, serta

sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di

wilayah kerja puskesmas.

2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan kuratif dan

rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya melalui

upaya rawat jalan dan rujukan.

Pada kondisi tertentu bila memungkinkan dapat dipertimbangkan puskesmas

memberikan pelayanan rawat inap sebagai rujukan anatar sebelum dirujuk ke Rumah

Sakit (Depkes, 2004).

2.1.6 Upaya Puskesmas

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni

terwujudnya Kecamatan Sehat Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung jawab

menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat,

yang keduanya jika ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional merupakan pelayanan

kesehatan tingkat pertama.Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi 2 (dua)

yakni:

1. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan

komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi

Universitas Sumatera Utara


17

untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini

harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.

Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:

a. Upaya Promosi kesehatan

b. Upaya Kesehatan lingkungan

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak,termasuk Keluarga Berencana

d. Upaya Perbaikan gizi masyarakat

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular

f. Upaya Pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang

disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan

dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni:

a. Upaya Kesehatan Sekolah

b. Upaya Kesehatan Olah Raga

c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

d. Upaya Kesehatan Kerja

e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

f. Upaya Kesehatan Jiwa

g. Upaya Kesehatan Mata

h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

Universitas Sumatera Utara


18

i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta

upaya pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini

merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan

puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apaila upaya kesehatan wajib

di pukesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan erta

peningkatan mutu pelayanan tercapai (Depkes, 2004).

2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Menurut Dever (dalam Betty Sirait, 2013), ada beberapa faktor yang

memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu: 1) faktor sosiokultural

meliputi teknologi pemanfaatan pelayanan kesehatan dan norma/nilai yang ada

dimasyarakat, 2) faktor organisasi meliputi, ketersediaaan sumber daya, akses

geografi, sosial dapat diterima mengarah pada faktor psikologis, sosial dan faktor

budaya, sedangkan terjangkau mengarah kepada faktor ekonomi, 3) faktor yang

berhubungan dengan konsumen, interaksi konsumen dengan provider, 4) faktor yang

berhubungan dengan produsen, mencakup karakteristik dari provider dan faktor

ekonomi.

Masyarakat mulai menghubungi sarana kesehatan sesuai dengan pengalaman

atau dari informasi yang diperoleh dari orang lain tentang tersedianya jenis-jenis

pelayanan kesehatan. Pilihan terhadap sarana kesehatan tersebut dengan sendirinya

Universitas Sumatera Utara


19

didasari atas kepercayaan atau keyakinan akan kemajuan sarana tersebut (Sarwono,

2004).

Menurut pendapat Wirick yang dikutip oleh Sopar (2009) terdapat 4 (empat)

faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pelayanan kesehatan yaitu :

1. Kebutuhan, seseorang yang menderita suatu penyakit akan mencari pelayanan

atau pemeriksaan medis.

2. Kesadaran akan kebutuhan tersebut, seseorang harus tahu dan memahami

bahwa ia membutuhkan pelayanan medis.

3. Kemampuan finansial harus tersedia untuk memperoleh pelayanan yang

dibutuhkan

4. Tersedia fasilitas dan sarana pelayanan

Berbagai karakteristik masyarakat memengaruhi pembayaran Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, diantaranya adalah karakteristik demografi.

Faktor umur merupakan dasar penggunaan kesehatan yang utama, umur tidak

hanya berhubungan dengan tingkat pelayanan melainkan juga jenis pelayanan dan

penerimaan pelayanan.

Faktor jenis kelamin juga merupakan faktor lain yang memengaruhi

penerimaan pelayanan, tuntutannya terhadap sistem pemeliharaan kesehatan termasuk

diantaranya masalah dokter, obat dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Tingkat penghasilan, pengetahuan masyarakat juga sebagai salah satu dasar

utama dalam tingkat kemauan dan kemampuan dalam membayar premi asuransi.

Penghasilan tidak hanya berhubungan dengan kemampuan dan kemauan membayar,

Universitas Sumatera Utara


20

melainkan juga berhubungan dengan permintaan pelayanan kesehatan dan jenis

pelayanan yang diterima.

Menurut Anderson (1968) dalam Notoatmodjo (2007), bahwa beberapa faktor

yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah:

1. Komponen yang memengaruhi (predisposing), ada banyak orang memiliki

kecenderungan untuk memanfaatkan layanan lebih banyak dari pada individu

lainnya, dimana kecenderungan ke arah penggunaannya bisa diketahui dengan

karakteristik individu yang ada sebelumnya dengan permulaan episode

tertentu penyakit tersebut. Orang-orang tertentu yang karakteristik ini lebih

memungkinkan memanfaatkan layanan kesehatan walaupun karakteristiknya

tidak secara langsung bertanggungjawab terhadap pemanfaatan layanan

kesehatan. Karakteristik demikian mencakup demografi, struktur sosial, dan

variabel-variabel keyakinan bersikap. Usia dan jenis kelamin, misalnya

diantara variabel-variabel demografis, adalah hal yang sangat terkait dengan

kesehatan dan kesakitan. Namun, semua ini masih dianggap menjadi kondisi

memengaruhi kalau sejauh usia tidak dianggap suatu alasan untuk

memperhatikan perawatan kesehatan. Lain lagi orang-orang pada kelompok

usia berbeda memiliki jenis berbeda dan jumlah kesakitan dan akibat pola

berbeda dalam perawatan kesehatan. Kesakitan yang lalu dimasukkan dalam

kategori ini karena ada bukti jelas bahwa orang-orang yang telah mengalami

masalah kesehatan di masa lampau adalah mereka yang kemungkinan

Universitas Sumatera Utara


21

mempunyai sifat menuntut terhadap sistem perawatan kesehatan di masa

mendatang.

Variabel-variabel struktur sosial mencerminkan lokasi (status) individu dalam

masyarakat sebagaimana diukur melalui karakteristik seperti pendidikan,

pekerjaan kepala keluarga, bagaimana gaya hidup individu, kondisi fisik serta

lingkungan sosial dan pola perilaku yang akan menghubungkan dengan

pemanfaatan layanan kesehatan. Karakteristik demografis dan struktur sosial

juga terkait dengan sub komponen ketiga kondisi yang memengaruhi sikap

atau keyakinan mengenai perawatan kesehatan, dokter, dan penyakit. Apa

yang seorang individu pikir tentang kesehatan pada hakekatnya bisa

memengaruhi kesehatan dan perilaku kesakitan. Seperti halnya variabel-

variabel lain yang memengaruhi, keyakinan kesehatan tidak dianggap menjadi

suatu alasan langsung terhadap pemanfaatan layanan namun betul-betul bisa

berakibat pada perbedaan dalam kecenderungan ke arah pemanfaatan layanan

kesehatan. Misalnya, keluarga yang sangat yakin dalam hal kemanjuran

pengobatan dokter mereka akan mencari dokter seketika dan memanfaatkan

lebih banyak layanan daripada keluarga yang kurang yakin dalam hasil

pengobatan tersebut.

2. Komponen pemungkin (enabling), Walaupun individu akan lebih cenderung

memanfaatkan layanan kesehatan, harus pula banyak perangkat yang wajib

tersedia bagi mereka. Kondisi yang memungkinkan suatu keluarga bisa

Universitas Sumatera Utara


22

bertindak menurut nilai atau memenuhi kebutuhan terkait layanan kesehatan

pemanfaatannya dianggap sebagai faktor pemungkin.

Kondisi pemungkin menyebabkan sumberdaya layanan kesehatan tersedia

wajib bagi individu. Kondisi pemungkin bisa diukur menurut sumberdaya

keluarga seperti pendapatan, tingkatan pencakupan asuransi kesehatan. Atau

sumber lain dari pembayaran pihak ketiga, apakah individunya memiliki

sumberdaya perawatan kesehatan berkala atau tidak, maka sifat dari

sumberdaya perawatan kesehatan berkala atau tidak, maka sifat dari

sumberdaya perawatan kesehatan berkala, dan akses kesumberdaya menjadi

hal sangat penting. Terlepas dari sifat-sifat keluarga, karakteristik pemungkin

tertentu pada komunitas dimana keluarga tersebut hidup bisa juga

memengaruhi pemanfaatan layanan. Satu karakteristik demikian adalah pokok

dari fasilitas kesehatan dan petugas dalam suatu komunitas. Apabila

sumberdaya menjadi melimpah dan bisa dipakai tanpa harus bertunggu, maka

semuanya bisa dimanfaatkan lebih sering oleh masyarakat. Dari sudut

pandang ekonomi, orang bisa berharap orang-orang yang mengalami

pendapatan rendah agar menggunakan lebih banyak layanan kesehatan medis.

Ukuran lain sumberdaya masyarakat mencakup wilayah negara bagian dan

sifat pola pedesaan dan perkotaan dari masyarakat dimana keluarga tinggal.

Variabel-variabel ini akan dikaitkan dengan pemanfaatan dikarenakan norma-

norma setempat menyangkut bagaimana pengobatan sebaiknya dipraktekkan

Universitas Sumatera Utara


23

atau melombai nilai-nilai masyarakat yang memengaruhi perilaku individu

yang tinggal di masyarakat tersebut.

3. Komponen tingkatan kesakitan (illness level), ada faktor memengaruhi dan

pemungkin, individu atau keluarganya harus merasa kesakitan ataupun

kemungkinan kejadiannya dalam hal pemanfaatan layanan kesehatan akan

terjadi. Tingkatan kesakitan memperlihatkan penyebab paling langsung

pemanfaatan layanan kesehatan.

Secara skematis konsep pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Anderson

(1974) digambarkan sebagai berikut:

Faktor predisposisi Faktor pemungkin Kebutuhan

Demografi : Umur, Keluarga: Tingkat rasa sakit:


Jenis kelamin, Pendapatan, Ketidakmampuan,
status perkawinan, dukungan , Gejala penyakit,
penyakit masa lalu Asuransi Diagnosis,
kesehatan. Keadaan
Struktur sosial: umum.
Pendidikan, Ras, Komunitas/
Pekerjaan, Besar Masyarakat:
Informasi, Evaluasi:
keluarga, Agama, Gejala-gejala,
Tersedianya
fasilitas Diagnosis-
Keyakinan : dan petugas diagnosis
Persepsi, kesehatan, lokasi/
Sikap, jarak transportasi
biaya pelayanan
pengetahuan

Gambar 2.1 Skema Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Universitas Sumatera Utara


24

2.3 Minat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karangan WJS, minat

diartikan sebagai perhatian, kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu. Minat

merupakan suatu rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal dan aktivitas tanpa

ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan

antara diri sendiri dengan di luar diri, semakin kuat atau semakin dekat hubungan

tersebut maka semakin besar minat.

Beberapa kondisi yang memengaruhi minat:

1. Status ekonomi.

Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat mereka

untuk mencakup hal semula belum mampu mereka laksanakan. Sebaliknya kalau

status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung jawab keluarga atau

usaha yang kurang maju, maka cenderung untuk mempersempit minat mereka.

2. Pendidikan

Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang

maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang dilakukan. Seperti

yang dikutip Notoatmojo, 1997 dari L.W. Green jika seseorang yang mempunyai

pengetahuan yang baik, maka ia mencari pelayanan yang lebih kompeten atau

lebih aman baginya. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pelayanan

kesehatan akan memengaruhi pemanfaatan fasilitas pelayanan yang ada sehingga

berpengaruh pada kondisi kesehatan mereka.

Universitas Sumatera Utara


25

3. Tempat tinggal

Dimana orang tinggal banyak dipengaruhi oleh keinginan yang biasa mereka

penuhi pada kehidupan sebelumnya masih dapat dilakukan atau tidak

(hhtp://Psikologi.or.id, Minat- Gede Juliarsa, diakses tgl 5 April 2014).

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan konsep skematis yang dikemukanan oleh Anderson (1974) yang

telah dijelaskan di atas, maka kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Predisposisi :
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Pengetahuan
4. Sikap

Faktor Pemungkin :
1. Pendapatan
2. Informasi Pemanfaatan Puskesmas
3. Keterjangkauan

Kebutuhan :
1. Kondisi Kesehatan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara


26

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini adalah ada pengaruh faktor pedidikian, pekerjaan, pengetahuan, sikap,

pendapatan, informasi, keterjangkauan dan kondisi kesehatan terhadap pemanfaatan

puskesmas 24 jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai