Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN

“Atraumatic Care”

Oleh

Kelompok 2

DIV Keperawatan

II A Semester 3

1. Nur Afni Aswar PO714201171030


2. Nur Hikmah Fajriani Ilham PO714201171033
3. Nurhikmah Rasika Athaya PO714201171038
4. Qorima Resnita PO714201171041
5. Resky Ramadhani PO714201171044
6. Rizky Oktavia Hardianto PO714201171047
7. Sofyanatasya PO714201171050
8. Sry Irmayanti Syahrir PO714201171053

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2018
A. Pengertian Atraumatic Care
Atraumatic care adalah asuhan keperawatanj yang tidak menimbulkan trauma pada
anak dan keluarganya merupakan asuhan yang teurapetik karena bertujuan sebagai therapi
pada anak. Atraumatic care merupakan bentuk perawatan teurapetik yang diberikan oleh
tenaga kesehatan dalam tatanan kesehatan anak, melalui penggunakan tindakan yang
dapat mengurangi stres fisik maupun stres psikologis yang dialami anak maupun orang
tuanya. Atraumatic care bukan suatu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi
memberikan perhatian pada apa, siapa, dimana, mengapa dan bagaimana prosedur
dilakukan pada anak dengantujuan mencegah dan mengurangi stres fisik maupun
psikologis.
Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga mengalami kebiasaan
yang asing,lingkunganya yang asing,orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi
akan menunjukkan rasa cemas.Rasa cemas pada orang tua akan membuat stress anak
meningkat.Dengan demikian asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada anak tetapi
juga pada orang tuanya.

B. Bentuk Pengalaman Traumatic


1. Stressor Fisik
a. Nyeri dan ketidaknyamanan saat mendapatkan tindakan keperawatan, misalnya
injeksi, suctioning, intubasi, pemeriksaan rectal, prosedur invasive, ganti
balutan/rawat luka.
b. Imobilisasi misalnya penggunaan restrain, tirah baring.
c. Gangguan tidur
d. Ketidakmampuan makan dan minum
e. Perubahan pola eliminasi
2. Stressor Psikis
a. Kehilangan kerahasiaan atau privasi
b. Perpisahan dengan anak atau orang tua
c. Ketidakmampuan berkomunikasi
d. Kurang pengetahuan dan tidak memahami situasi
e. Sikap dan perilaku anak yang tampak kesakitan
f. Sikap dan perilaku orang tua dengan ekspresi cemas
3. Stressor lingkungan
a. Tidak terbiasa dengan suara-suara yang bising atau gaduh
b. Tidak terbiasa dengan orang-orang sekitar misalnya pengunjung, dokter, perawat
dan pasien lainnya
c. Bau yang tidak menyenangkan
d. Aktifitas yang berhubungan dengan pasien lain

C. Prinsip-Prinsip Atraumatic Care


Atraumatic care sebagai bentuk perawatan therapetik dapat diberikan pada anak dan
keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang
diberikan, seperti memperhatikan dari dampak tindakan yang diberikan dengan melihat
prosedur tindakan atau aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma.
1. Prinsip-prinsip yang dilakukan oleh perawat yaitu :
a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga
Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan psikologis seperti
kecemasan, ketakutan, dan kurangnya kasih sayang. Gangguan ini akan
menghambat proses penyambuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
b. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontril perawatan anak Melalui
peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu mandiri
dalam kehidupannya, anak akn selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas
sehari-hari, slalu bersikan waspada dalam segala hal, serta pendidikan terhadap
kemampuan dan keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan anaknya.
c. Mencegah dan mengurangi cedera (injury) nyeri (dampak psikologis) Mengurangi
nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan anak. Proses
pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi
dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya distraksi, relaksasi, imaginary.
Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan
berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
d. Tidak melakukan kekerasan pada anak. Kekerasan pada anak akan menimbulkan
gangguan psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan anak. Apabila ii terjadi
pada saat anak dalam proses tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian
kematangan akan terlambat, dengan demikian tindakan kekerasan pada anak
sangat tidak dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak.
2. Modifikasi lingkungan fisik
Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat meningkatkan
keceriaan, perasaan aman, dsan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu
berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya.Faktor predisposisi terjadinya trauma
pada anak yang mengalami hospitalisasi diantaranya dampak lingkungan fisik rumah
sakit dan perilaku petugas itu sendiri sering kali menimbulkan trauma pada anak.
Lingkungan rumah sakit yang asing bagi anak maupun orang tuanya dapat menjadi
stressor.

D. Penerapan-Penerapan Atraumatic Care


1. Menggunakan permainan "dokter-pasien" (medical play) dengan boneka dan alat
mainan kesehatan (agar anak menyentuh stetoskop, penlight, termometer, dll). Lewat
permaianan merupakan cara terbaik memahami presespi anak terhadap lingkungan
dan memberikan pemahaman "komunikasi" kepada anak tentang situasi yang terjadi.
(Prinsip ini dapat dilakukan pada usia anak bermain)
2. Melakukan tindakan misalnya tindakan infasiv (Pasang infus, NGT, ambil darah) di
ruang khusus (ruang tindakan). Karena, anak sakit tetap membutuhkan ruangan yang
aman, nyaman, dan bisa menghargai privasi dan autonomy anak, biarkan tempat tidur
anak menjadi ruangan yang nyaman dan tidak membuat takut atau trauma sehingga
anak merasa nyaman dan tenang meskipun ada di rumah sakit karena menganggap
bed rumah sakit sebagai tempat tidur dirumah. dan anak tahu bila dia kembali ke
tempat tidur setelah tindakan berarti dia telah aman
3. Memodifikasi baju perawat & petugas kesehatan lain, menciptakan ruangan yang
penuh warna, gambar-gambar lucu, dan dilengkapi araea bermain
4. Berbincang akrab dengan orang tua anak, salah satu cara membangun kepercayaan
(trust ) pada anak, Karena perawat akan dianggap sebagai teman orang tuanya,
sehingga mengurangi rasa takut anak. Memperkenalkan berbagai suara yang berisik di
rumah sakit dari mulai dari suara monitor tekanan darah, saturasi, lift, troli barang,
atau alat pembersih lantai, mendiskusikan semuanya dengan anak.
5. Tour (orientasi) ruangan untuk pasien dewasa yang akan menjalani operasi, untuk
pasien dan keluarga bisa dilakukan tour ruangan ke ruang operasi dan pemulihan, agar
pasien dan keluarga tahu ada apa dibalik pintu ruang tunggu, apakah sesuai bayangan
mereka atau tidak? dan agar mereka menayakan hal-hal yang tidak dipahami. Bila
tidak dimungkinkan untuk melakukan tour karena alasan kemanan dan ke sterilan
ruangan, bisa diperlihatkan video bagaimana perjalanan operasi. (Ada beberapa
penelitian juga yang mengatakan pasien yang akan dioperasi, jangan terlalu bayak di
beri tahu tantang prosedur pembedahan karena malah meningkatakan kecemasan)
6. Menciptakan lingkungan yang mendukung penyembuhan di rumah (setelah pualang
dari rumah sakit). Seperti efek samping Kemo dan radiasi yang akan terasa setelah
pelaksanaan tindakan di rumahasakit, agar tidak menjadi trauma pada saat dirumah.
Dapat memodifikasi lingkungan yang mendukung penyembuhan seperti penggunaan
aroma terapi relaksasi untuk mengatasi mual, nyeri, susah tidur, menyalakan musik
atau acara TV komedi, akupresur dan masage, berkebun, dll,
7. Kompres hangat (Tepid sponge bath) ketika demam untuk memberikan rasa nyaman
pada saat demam. Anjurkan tarik nafas dalam saat pengambilan sampel darah,
tindakan infus, pemasangan kateter, atau ganti balutan luka. Pemberian obat nyeri
dengan jadwal yang tepat dan pengkajian ulang nyeri (karena bila nyeri terlambat
ditangani rasa sakit akan lebih memuncak dan sulit diturunkan dengan dosis yang
biasa), pemasangan sampiran, dan tindakan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Essentials of Pediatric Nursing. Terri Kyle. Lippincott Williams & Wilkins, 2008
http://bursahabatanak.blogspot.com/2015/09/perawatan-anak-atraumatic-care.html

Anda mungkin juga menyukai