Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Infeksi Menular Seksual (IMS)

2.1.1. Defenisi IMS

IMS adalah infeksi yang penularannya kebanyakan melalui hubungan

seksual baik oral, anal, maupun pervaginam. Meskipun begitu penularan IMS

dapat juga menular dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran,

melalui produk darah atau transfer jaringan yang telah tercemar, kadang - kadang

dapat ditularkan melalui alat kesehatan (Murtiastutik, 2008).

2.1.2. Epidemiologi

Peningkatan insidensi IMS dan penyebarannya diseluruh dunia tidak dapat

diperkirakan secara tepat. Di sebagian besar negara menyebutkan insidensi IMS

masih relative'x tinggi dan setiap tahun beberapa juta kasus baru beserta

komplikasi medisnya, antara lain kemandulan, kecacatan, gangguan kehamilan,

gangguan pertumbuhan, kanker bahkan kematian memerlukan penanggulangan.

Selain itu pola infeksi juga mengalami perubahan, misalnya klamidia, herpes

genital, dan kondiloma akuminata dibeberapa negara cenderung meningkat

(Hakim, 2011).

Dalam salah satu penelitian yang dilakukan di Kanada, dari 2376 orang

pelajar tingkat 7 sampai tingkat 12 dari suku Aborigin yang dijadikan sebagai

sampel, sebanyak 33,7% dari total 1140 orang anak laki-laki dan sebanyak 35%

dari total 1336 orang anak perempuan pernah melakukan hubungan seks.

Universitas Sumatera Utara


Sebanyak 63,3% laki-laki dan 56,1% perempuan memiliki lebih dari satu partner

seks; 21,4% laki-laki dan 40,5% perempuan tidak menggunakan kondom saat

mereka terakhir kali melakukan hubungan seks (Ester, 2010).

WHO memperkirakan pada tahun 1999 terdapat 340 juta kasus baru IMS

(gonore, infeksi Chlamidia, sifilis, dan trikomoniasis) setiap tahunnya, sedangkan

jumlah infeksi HIV saat ini lebih dari 33,6 juta kasus (Hakim, 2011).

2.1.3. Kelompok Perilaku Resiko Tinggi

Dalam IMS yang dimaksud dengan perilaku risiko tinggi adalah perilaku

yang menyebabkan seseorang mempunyai risiko besar terserang penyakit. Yang

tergolong dalam kelompok risiko tinggi adalah :

1. Usia

 20-34 tahun pada laki – laki

 16 - 24 tahun pada wanita

 20-24 tahun pada kedua jenis kelamin

2. Pelancong

3. Pekerja seksual komersial atau wanita tuna susila

4. Pecandu narkotik

5. Homoseksual (Hakim, 2011).

2.1.4. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi

Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa banyak faktor yang dapat

mempengaruhi tingginya insiden IMS, antara lain:

1. Perubahan demografik secara luar biasa :

a) Meningkatnya jumlah penduduk dengan pesat

Universitas Sumatera Utara


b) Pergerakan masyarakat yang bertambah, dengan berbagai alasan.

misalnya:

 Pekerjaan

 Liburan

 Pariwisata

 Rapat/kongres/seminar dan lain - lain

c) Kemajuan sosial ekonomi, terutama dalam bidang industii menyebabkan

lebih banyak kebebasan sosial dan lebih banyak waktu yang terbuang.

2. Perubahan sikap dan tindakan akibat perubahan - perubahan demografik di

atas, terutama daiam bidang agama dan moral.

3. Kelalaian beberapa negara dalam pemberian pendidikan kesehatan dan

pendidikan seks khususnya.

4. Perasaan aman pada penderita karena kemudahan memperoleh obat antibiotik

yang dijual bebas.

5. Akibat dari pemakaian antibiotik tanpa petunjuk yang sebenarnya, maka

timbul resistensi kuman terhadap antibiotik tersebut.

6. Fasilitas kesehatan yang kurang memadai trutama fasilitas laboratorium dan

klinik pengobatan.

7. Banyaknya kasus asimtomatik, merasa tidak sakit, tetapi dapat menulari orang

lain (Daili, 2009).

Universitas Sumatera Utara


2.1.5. Klasifikasi IMS

Klasifikasi IMS dapat dibagi berdasarkan penyebabnya :

 Infeksi Menular Seksual dengan penyebab Bakteri Infeksi Menular Seksual

dengan penyebab Virus

 Infeksi Menular Seksual dengan penyebab Jamur

 Infeksi Menular Seksual dengan Penyebab Protozoa dan Ektoparasit (Daili,

2009)

Tabel 2.1. Klasifikasi IMS Berdasarkan Patogennya

1. Bakteri Neisseria gonorrhoeae Uretritis, epididimitis, servisitis,


proktitis, faringitis, konjuntivitis,
Barthoholinitis
Chilamydia trachomatis Uretritis, epididimitis, servisitis,
Mycoplasma hominis proktitis, salpingitis,
Ureaplasma urealyticum limfofranuloma venerum
(hanya C. trachomatis)
Treponema palladium Sifilis
Gardnerella vaginalis Vaginitis
Donovania granulomatis Granuloma Inguinale
2. Virus Herpes simplex virus Herpes genitalis

Herpes B virus Hepatitis fulminan akut dan kronik

Human papiloma virus Kondiloma akuminata

Molluscum Moloskum kontangiosum


contaginosum
AIDS (Acquired Immune
Virus Deficiency Syndrome)
Human
immuinodeficiency virus
3. Protozoa Trichomonas vaginalis Vaginitis, uretritis, blasnitis
4. Fungus Candida albicans Vulvaginits, blanitis balanopostitis
5. Ekstroparasit Phthirus pubis Pedikulosis pubis
Sarcoptes scabiei Scabies
var. hominis
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5 (Daili, 2009)

Universitas Sumatera Utara


Ada beberapa jenis IMS yang insidensinya cukup tinggi dikalangan

masyarakat, diantaranya:

• Gonore(GO)

• Sifilis

• Trikomoniasis

• Kondiloma Akuminata

• Infeksi Chlamydia

• HIV-AIDS (Hakim, 2011)

2.2. Gonore

2.2.1 Defmisi dan Etiologi

Gonore mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria

gonorrhoeae yang merupakan kuman gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada

tahun 1879 dan diumumkan pada tahun 1882 (Daili, 2011).

Gonokok ini termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi dengan lebar

0,8 u, panjang 1,6 u, bersifat tahan asam, dan dengan pewarnaati gram bersifat

gram negatif (Daili,2011). Kuman ini tidak dapat hergerak sendiri dan tidak

membentuk spora. Neisseria Gonorrhoeae dapat dibiakkan dengan media Thayer

Martin dengan suhu optimal 35-3 7°C, pH 6,5 - 7,5 dengan kadar CO2 5%

(Murtiastutik, 2008).

Secara morfologik gonokok ini terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang

mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai

pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan

menimbulkan reaksi radang (Daili, 2011).

Universitas Sumatera Utara


Pada dinding sel N.gonorrheae terlihat mempunyai komponen - komponen

permukaan yang diduga berperan pada pathogenesis virulensinya. Komponen -

komponen tersebut mulai dari lapisan paling dalam hingga lapisan luar dengan

susunan sebagai berikut; (Murtiastutik, 2008)

 Membran sitoplasma

Membran ini menghasilkan beberapa enzim seperti suksinat dehidrogenase,

laktat dehidrogenase, NADHdehidrogenase danATP ase.

 Lapisan peptidoglikan

Lapisan ini mengandung beberapa jenis asam amino seperti pada kuman gram

negative lainnya. Lapisan ini mengandung penicillin binding component yang

merupakan sasaran antibiotik penisilin dalam proses kematian kuman. Terjadi

hambatan sintesis dinding sel, sehingga kuman akan mati.

 Membran luar (dinding sel)

Membran luar ini terdiri dari beberapa komponen yaitu :

 Lapisan polisakarida

 Pili

 Protein

 LipoOligosacharida

 Ig A 1 protease

Komponen - komponen ini berperan dalam virulensi dan pathogenesis

kuman N.gonorrhoeae.

Universitas Sumatera Utara


Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel

kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatur), yakni pada vagina

wanita sebelum pubertas (Daili, 2011).

2.2.2 Gejala Minis

Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari,

terkadang lebih lama. Pada wanita masa tunas sulit untuk ditentukan karena pada

umumnya asimtomatik (Daily, 2011).

Pada laki - laki biasanya bersifat akut yang didahului rasa panas di bagian

distal uretra, diikuti rasa nyeri pada penis, dan keluhan berkemih seperti disuria

dan polakisuria.Terdapat duh tubuh yang bersifat purulen atau sero

purulen.Kadang - kadang terdapat juga ektropion.Pada beberapa keadaan duh

tubuh baru keluat setelah dilakukan pemijatan atau pengurutan korpus penis ke

arah distal, tetapi pada keadaan penyakit yang lebih berat nanah tersebut menetes

sendiri keluar (Murtiastutik, 2008).

2.3. Sifilis

2.3.1. Definisi dan Etiologi

Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema

pallidum.Penyakit ini merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik. Perjalanan

penyakit ini dapat menyerang seluruh tubuh, memiliki masa laten tanpa

manifestasi lesi tubuh, dan dapat ditularkan oleh ibu kepada bayi di dalam

kandungan (Hutapea, 2011).

Bakteri Treponema pallidum sebagai penyebab dari penyakit sifilis

ditemukan oleh Schaudinn dan Hoffman pada tahun 1905. Bakteri ini termasuk

Universitas Sumatera Utara


kedalam ordo spiroehaetales, -toerbentuk spiral teratur dengan panjang 6-15,

terdiri atas 8-24 lekukan. Membiak secara pembelahan melintang, pada stadium

aktif terjadi setiap 30 jam (Natahusada dan Djuanda, 2009).

Sifilis ditularkan melalui kontak langsung dari lesi yang infeksius.

Treponema masuk melalui selaput lendir yang utuh, atau kulit yang mengalami

abrasi, menuju kelenjar limfe, lalu masuk ke dalam pembuluh darah,

dan'diedarkan keseluruh tubuh.Sekitar 3 minggu (10 s/d 90 hari) setelah bakteri

masuk, di tempat masuk pada tubuh timbul lesi primer berupa luka (Hutapea,

2011). Penyakit sifilis yang tidak segera diobati akan menjadi sifilis primer,

sekunder, laten dini dan sifilis tingkat lanjut (Hutapea, 2011).

2.3.2. Gejala Klinis

1. Sifilis Primer (SI)

Dalam waktu 3 minggu setelah kontak terjadi, tanda klinis yang pertama

akan timbul adalah tukak. Tukak dapat terjadi dimana saja di daerah genitalia

eksterna.Jumlah tukak biasanya hanya satu, tapi terkadang juga dapat multiple.

Lesi awal yang terjadi biasanya berupa papul yang merigalami erosi, teraba keras

karena terdapat indurasi.Permukaannya biasanya tertutup krusta dan dapat terjadi

ulserasi. Jika tidak disertai dengan bakteri lain maka bentuknya akan lebih khas

dan tidak terasa nyeri. Pada pria biasanya selalu disertai dengan pembesaran

kelenjar limfe inguinal medial unilateral belateral, sedangkan pada wanita tukak

jarang terlihat pada genitalia eksterna, karena lesi sering pada serviks atau vagina

wanita. Pemeriksaan serologi pada stadium ini sudah reaktif (Hutapea,2011).

Universitas Sumatera Utara


2. Sifilis Sekunder (S II)

Biasanya S II timbul setelah 6-8 minggu sejak SI dan sepertiga dari kasus

masih disertai SI. Gejala pada S II umumnya tidak berat, berupa anoreksia, berat

badan menurun, malese, nyeri kepala, demam yang tidak tinggi dan artralgia

(Natahusada,Djuanda, 2008).Kelainan yang timbul juga dapat mengenai kulit

(75%), selaput 4endir (30%), kelenjar getah bening (50%), dan alat - alat dalam

(10%) (Murtiastutik, 2008).

Kelainan Kulit;

 Makula yang berwarna merah terang yang disebut roseola sifilitika, dengan

distribusi menyebar hampir diseluruh tubuh tanpa rasa gatal.

 Papula dengan berbagai bentuk dan variasi.

 Papulaskuamosa seperti psoriasis (psoriasis sifilitika), papulakrustosa seperti

frambusia (frambusia sifilitika).

 Pustule, biasanya bersifat destruktif dan timbul pada keadaan umum yang

buruk.

Kelainan pada selaput lendir berupa mucous patch, berbentuk bulat,

kemerahan dan dapat menjadi ulkus. Biasanya terdapat pada mukosa bibir, pipi,

laring, tonsil, dan dapat juga pada mukosa genitalia.

Kelainan pada kelenjar getah bening berupa pembesaran kelenjar dengan

sifat seperti pada SI dan umumnya mengenai seluruh kelenjar getah bening

superfisialis (limfadenopati generalisata).

Kelainan pada organ - organ lain

Universitas Sumatera Utara


- Kuku : onikia, rapuh dan buram

- Mata : uveitis anterior, korioretinitis, iridosiklitis

- Tulang : periostitis

- Hepar : hepatomegali, hepatitis

3. Sifllis Laten

Sifilis laten merupakan stadium sifllis tanpa gejala klinis, akan tetapi

pemeriksaan serologis positif (J. Panggabean, 2010).

4. Sifilis Tersier (S III) / Sifllis Lanjut

Lesi sifllis lanjut berupa endarteritis obliterans pada bagian ujung arteriol

dan pembuluh darah kecil yang menyebabkan peradangan dan nekrosis (Daili,

2003). Lesi ini juga terjadi pada laring, paru, gastrointestinal, hepar, dan testis.

Pada kardiovaskuler, sifllis III menyebabkan miokarditis, gangguan katup jantung

dan aneurisma aorta (Panggabean, 2010).

2.4 Kondiloma Akuminata

2.4.1 Defmisi dan Etiologi

Kondiloma akuminata (KA) adalah infeksi menular seksual yang

disebabkan oleh virus papiloma humanus (VPH) tipe tertentu dengan kelainan

berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa (Ester, 2011).

2.5.2 Gejala Minis

HPV ini bisa menyebabkan terjadinya genital warts (kondiloma

akuminata) yang berbentuk seperti jengger ayam yang biasanya tumbuh pada

vagina, penis dan rektum. Warts ini biasanya muncul pada bulan pertama hingga

Universitas Sumatera Utara


bulan keenam setelah terinfeksi dengan gambaran permukaan yang lembut,

lembab, berwarna merah dan bengkak serta membesar dengan cepat (Ester, 2011)

2.5. HIV & AIDS (Human Immunodefciency Krus & Acquired

immunodeficiency syndrome)

2.5.1. Defmisi & Etiologi

AIDS adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau

kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV

(Duarsa, 2011). Penularan utama HIV adalah melaui 3 jalur yang melibatkan

cairan tubuh tersebut, yaitu jalur hubungan seksual (homoseksual/heteroseksual),

jalur pemindahan darah atau produk darah seperti jalur transplantasi alat tubuh,

dan jalur transplasental (janin dalam kandungan ibu hamil dengan infeksi HIV dan

infeksi perinatal) (J. Panggabean, 2010).

2.5.2. Gejala Klinis

Kebanyakan pasien mengalami gejala inisial yang hampir tidak disadari

oleh diri mereka sendiri.Gejala yang sering timbul ialah seperti demam,

kemerahan pada kulit, lemah dan pembengkakan kelenjar limfe dalam masa

beberapa minggu setelah terinfeksi. Pasien bisa mendapat infeksi ini selama

beberapa tahun hingga masa sebelum berkembang,menjadi AIDS (N Huda,2010).

- Bukti-bukti menunjukkan menurunnya hitungan sel CD4 di bawah 200/ml, serta

peningkatan B2 mikro globulin, p24 (antibodi terhadap protein core) dan

peningkatan IgA menunjukkan perkembangan yang semakin memburuk. CDC

menetapkan klasifikasi infeksi HIV pada orang dewasa sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Kelompok I : Infeksi akut

Kelompok II : Infeksi asimtomatis

Kelompok III : Limfadenopati Generalisata Persisten (LGP)

Kelompok IV : Penyakit-penyakit lain

Kelompok IVa : Penyakit konstitusi (panas. diare, kehilangan berat badan)

Kelompok Vlb : Penyakit-penyakit neurologis (ensefah'tis, demensia)

Kelompok IVc : Penyakit-penyakit infeksi sekunder (Pneumocystis carinii,

Cytomegalo virus)

Kelompok VId : Kanker sekunder (sarkoma Kaposi, limfoma

non-Hodgkin)

Vie : Keadaan-keadaan lain (Daili, 2003).

2.6 Pencegahan IMS

Pencegahan IMS ini tidak dapat dicapai hanya dengan melakukan

intervensi klinis saja. Intervensi pencegahan primer termasuk di praktek dan diluar

praktek yaitu tempat dimana terjadinya transmisi infeksi ini.Hal ini melibatkan

pengetahuan tentang pemakaian kondom yang betul bisa menurunkan angka

kejadian kasus HIV dan juga IMS sebanyak 80 -85% (N.Huda, 2010).

Pencegahan IMS sendiri kita bagi menjadi pencegahan primer dan

pencegahan sekunder, dimana tujuan dan pencegahan primer itu sendiri adalah

untuk mencegah penularan penyakit. Pencegahan primer adalah cara satu-satunya

yang dapat dilakukan untuk mengatasi infeksi virus yang tidak dapat diobati. Hal

ini dapat dilakukan dengan melakukan promosi:

Universitas Sumatera Utara


1. Perilaku seksual yang lebih aman.

2. Penggunaan kondom untuk tindakan-tindakan seksual yang melakukan

penetrasi.

Sedangkan pencegahan sekunder memerlukari cara-cara khusus untuk

mengobati dan merawat orang-orang yang sudah terinfeksi dan menderita IMS.

Berbagai aktivitas yang dapat dilakukan antara lain:

1. Promosi kesehatan dengan menyelidiki kebiasaan dan perilaku seksual, bukan

hanya kepada orang-orang yang sudah positif terinfeksi IMS, tapi juga kepada

orang-orang yang memiliki risiko tinggi untuk tertular IMS.

2. Pelayanan kesehatan yang terjangkau, dapat diterima dan efektif, dan

menawarkan jasa diagnosis dan pengobatan yang efektif baik untuk IMS

yang simptomatik dan asimptomatik, dan pasangan seksual mereka.

3. Memberi dukungan dan pelayanan konseling untuk pasien IMS (WHO, 2006).

2.7 Teori Perilaku Kesehatan

1. Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap

stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan, serta. lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

2. Domain perilaku kesehatan terdiri dari: a) ranah kognitif (cognitive domain),

b) ranah afektif (affective domain), dan c) ranah psikomotor (psychomotor

domain). Untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini

diukur dari:

Universitas Sumatera Utara


A. Pengetahuan

Pengetahuan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Pengetahuan mempunyai enam tingkat, yaitu:

a. Tahu (know): diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterirna. Oleh

sebab itu, 'tahu' ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain: menyebutkan, menguraikan, menDefmisikan,

menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension): diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari.

c. Aplikasi (application): diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain.

Universitas Sumatera Utara


d. Analisis (analysis): adalah suatu objek kemampuan untuk menj abarkan

mated atau suatu objek ke dalam komponenkomponen. tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja

dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis): menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation); berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan remaja mengenai IMS masih mengkhawatirkan. Banyak

remaja merasa bahwa dirinya tidak akan pernah terinfeksi HIV/AIDS

karena pertahanan tubuhnya cukup kuat (Notoatmodjo, 2007).

B. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap terdiri dari beberapa tingkatan,

yakni:

Universitas Sumatera Utara


a. Menerima (receiving): menerima diartikan bahwa orang (subjek)

mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespons (responding'): memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan - adalah suatu

indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas dari

pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)', mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu

indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible): bertanggung jawab atas segala sesuatu

yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling

tinggi (Notoatmodjo, 2007)

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden

terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat

responden (Notoatmodjo,2007).

2.8 Remaja

Adolescentia berasal dari istilah Latin, adolescentia, yang berarti masa

muda yang terjadi antara 17-30 tahun ( Dariyo, 2004). Menurut World Health

Organization (2006), remaja adalah periode transisi dari masa anak-anak menuju

masa dewasa, dimana usia yang dikategorikan sebagai remaja adalah 10-19 tahun.

Universitas Sumatera Utara


" Menurut Thornburg, penggolongan remaja terbagi 3 tahap, yaitu (a) remaja awal

(usia 13-14 tahun), (b) remaja tengah (usia 15-17 tahun), (c) remaja akhir (usia

18-21 tahun). Pada masa remaja awal, umumnya individu telah memasuki

pendidikan di bangku Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), sedangkan

masa remaja tengah, individu sudah duduk di Sekolah Menengah Atas

(SMA).Kemudian, mereka yang tergolong remaja akhir, umumnya sudah

memasuki dunia perguruan tinggi atau lulus SMA dan mungkin sudah bekerja

(Dariyo, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai