Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktek keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional diberikan berdasarkan ilmu


pengetahuan, menggunakan metodologi keperawatan dan dilandasi kode etik keperawatan. Kode
etik keperawatan mengatur hubungan antara perawat dan pasien, perawat terhadap petugas,
perawat terhadap sesama anggota tim kesehatan, perawat terhadap profesi dan perawat terhadap
pemerintah, bangsa dan tanah air.

Pada hakikatnya keperawatan sebagai profesi senantiasa mangabdi kepada kemanusiaan,


mendahulukan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi, bentuk pelayanannya bersifat
humanistik, menggunakan pendekatan secara holistik, dilaksanakan berdasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan serta menggunakan kode etik sebagai tuntutan utama dalam melaksanakan
pelayanan/asuhan keperawatan. Dengan memahami konsep etik, setiap perawat akan
memperoleh arahan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan tanggung jawab
moralnya dan tidak akan membuat keputusan secara sembarangan.

Norma-norma dalam etika kesehatan dibentuk oleh kelompok profesi tenaga kesehatan
itu sendiri, yang bila dihimpun (dikodifikasikan) sering disebut sebagai kode etik. Kode etik
keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan
tuntunan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan, baik yang berhubungan
dengan pasien, masyarakat, teman sejawat dan diri sendiri. Dengan kata lain pengertian kode etik
perawat yaitu suatu pernyataan / keyakinan publik yang mengungkapkan kepedulian moral,
nilai dan tujuan keperawatan, yang bertujuan untuk memberikan alasan terhadap keputusan-
keputusan etika. Kode etik diorganisasikan dalam nilai moral yang merupakan pusat bagi
praktik keperawatan yang etika, semuanya bermuara dalam hubungan profesional perawat
dengan klien dan menunjukan apa yang diperdulikan perawat dalam hubungan tersebut.

Nilai-nilai moral tersebut adalah: Prinsip Penghargaan (respek) terhadap orang, dari
prinsip penghargaan timbul prinsip otonomi yang berkenaan dengan hak orang.untuk memilih
bagi diri mereka sendiri, apa yang menurut pemikiran mereka adalah yang terbaik bagi dirinya,
selanjutnya kemurahan hati (Benefiecence) merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan
tidak merugikan/bahaya orang lain. Prinsip Veracity merupakan suatu kewajiban untuk
mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain. Prinsip confidentiality
(kerahasiaan), berarti perawat menghargai semua informasi tentang klien merupakan hak
istimewa pasien dan tidak untuk disebarkan secara tidak tepat.Fidelity / kesetiaan, berarti
perawat berkewajiban untuk setia dengan kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat,
meliputi menepati janji, menyimpan rahasia serta "Carring". Prinsip Justice (keadilan),
merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil untuk semua individu.

Semua nilai-nilai moral tersebut selalu dan harus dijalankan pada setiap pelaksanaan
praktek keperawatan dan selama berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain. Kondisi
inilah yang sering kali menimbulkan konflik dilema etik. Maka penyelesaian dari dilema etik
tersebut harus dengan cara yang bijak dan saling memuaskan baik pemberi asuhan keperawatan
(perawat), Pasien dan profesi lain (teman sejawat).

B. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas konsep dasar keperawatan
dan untuk lebih jauh memahami tentang prinsip-prinsip etika dalam keperawatan.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan
David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau standar yang diharapkan dan kriteria
tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan. Dalam Oxford
Advanced Learner’s Dictionary of Curret English, AS Hornby mengartikan etika sebagai sistem
dari prinsip-prinsip moral atau aturan-aturan prilaku.Menurut definisi AARN, etika berfokus
pada yang seharusnya baik salah atau benar, atau hal baik atau buruk. Sedangkan menurut
Rowson,etik adalah segala sesuatu yang berhubungan/alasan tentang isu moral.

Moral adalah suatu kegiatan/prilaku yang mengarahkan manusia untuk memilih tindakan
baik dan buruk, dapat dikatakan etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang
dapat dipertanggung jawabkan .Etika merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan dengan
keputusan moral menyangkut manusia. Menurut Webster’s “The discipline dealing with what is
good and bad and with moral duty and obligation, ethics offers conceptual tools to evaluate and
guide moral decision making”

Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa etika merupakan pengetahuan moral
dan susila, falsafah hidup, kekuatan moral, sistem nilai, kesepakatan, serta himpunan hal-hal
yang diwajibkan, larangan untuk suatu kelompok/masyarakat dan bukan merupakan hukum atau
undang-undang. Dan hal ini menegaskan bahwa moral merupakan bagian dari etik, dan etika
merupakan ilmu tentang moral sedangkan moral satu kesatuan nilai yang dipakai manusia
sebagai dasar prilakunnya.Maka etika keperawatan (nursing ethics) merupakan bentuk ekspresi
bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode
etik keperawatan.

B. Kode Etik Keperawatan

Kode etik profesi merupakan pernyataan yang komprehensif dari bentuk tugas dan
pelayanan dari profesi yang memberi tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan praktek
dibidang profesinya, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga, masyarakat dan teman
sejawat, profesi dan diri sendiri.Sedangkan Kode etik keperawatan merupakan daftar prilaku atau
bentuk pedoman/panduan etik prilaku profesi keperawatan secara professional (Aiken,
2003).dengan tujuan utama adanya kode etik keperawatan adalah memberikan perlindungan bagi
pelaku dan penerima praktek keperawatan.

Kode etik profesi disusun dan disahkan oleh organisasi profesinya sendiri yang akan
membina anggota profesinya baik secara nasional maupun internasional. (Rejeki, 2005).Konsep
etik yang merupakan panduan profesi merupakan tanggung jawab dari anggota untuk
melaksanakannya.Profesi keperawatan sebagai salah satu profesi yang professional dan
mempunyai nilai-nilai/prinsip moral dalam melakukan prakteknya maka kode etik sangatlah
diperlukan. Perawat sebagai anggota profesi keperawatan hendaknya dapat menjalankan kode
etik keperawatan yang telah dibuat dengan sebaik-baiknya dengan tetap memegang teguh dan
selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral profesionalnya.(Misparsih, 2005).

Etika keperawatan memberikan keputusan tentang tindakan yang diharapkan benar-benar


tepat atau bermoral. Etika keperawatan sebagai pedoman menumbuhkan tanggung jawab atau
kewajiban bagi anggotanya tentang hak-hak yang diharapkan oleh orang lain. Anggota profesi
mempunyai pengetahuan atau ketrampilan khusus yang dipergunakan untuk membuat keputusan
yang mempengaruhi orang lain.(Samporno, 2005).

Etika profesi keperawatan merupakan practice discipline dan sebagai implimentasinya


diwujudkan dalam asuhan praktek keperawatan. Perawat harus membiasakan diri untuk
sepenuhnya menerapkan kode etik yang ada sebagai gambaran tanggung jawabnya dalam praktik
keperawatan

Tujuan dan Fungsi Kode etik keperawatan

Secara umum menurut Kozier, dikatakan bahwa tujuan kode etik profesi keperawatan
adalah meningkatkan praktek keperawatan dengan moral dan kualitas dan menggambarkan
tanggung jawab, akontabilitas serta mempersiapkan petunjuk bagi anggotannya.Etika profesi
keperawatan merupakan alat untuk mengukur prilaku moral dalam keperawatan.Dalam
menyusun alat pengukur ini keputusan diambil berdasarkan kode etik sebagai standar yang
mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat (Suhaemi, 2002). Adanya penggunaan kode
etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan dapat meletakkan kerangka berfikir perawat
untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab kepada masyarakat anggota tim kesehatan
lain dan kepada profesi.

Tujuan pokok rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik keperawatan, merupakan
standar etika perawat, yaitu:

a) Menjelaskan dan menerapkan tanggung jawab kepada pasien, lembaga dan masyarakat
b) Membantu tenaga/perawat dalam menentukan apa yang harus diperbuat dalam
menghadapi dilema etik dalam praktek keperawatan.
c) Memberikan kesempatan profesi keperawatan menjaga reputasi atau nama dan fungsi
profesi keperawatan.
d) Mencerminkan/membayangkan pengharapan moral dari komunitas.
e) Merupakan dasar untuk menjaga prilaku dan integrasi.

Sesuai tujuan tersebut diatas, perawat diberi kesempatan untuk dapat mengembangkan etika
profesi secara terus menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru dan mampu
menurunkan etika profesi keperawatan kepada perawat-perawat muda.Disamping maksud
tersebut, penting dalam meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat dapat
memahami dan menyenangi profesinya.

Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan etika profesi


keperawatan adalah, mampu:

a. Mengenal dan mengidentifikasi unsure moral dalam praktik keperawatan


b. Membentuk strategi/cara dan menganalisa masalah moral yang terjadi dalam praktik
keperawatan
c. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan
pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Beberapa tujuan dan fungsi kode etik keperawatan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
fungsi kode etik keperawatan, adalah:

1) Memberikan panduan pembuatan keputusan tentang masalah etik keperawatan.


2) Dapat menghubungkan dengan nilai yang dapat diterapkan dan dipertimbangkan
3) Merupakan cara mengevaluasi diri profesi perawat
4) Menjadi landasan untuk menginisiasi umpan balik sejawat
5) Menginformasikan kepada calon perawat tentang nilai dan standar profesi keperawatan
6) Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai moral.

Sedangkan kode etik keperawatan di Indonesia yng dikeluarkan oleh organisasi profesi
(PPNI) telah diatur lima pokok etik, yaitu: hubungan perawat dan pasien, perawat dan praktek,
perawat dan masyarakat, perawat dan teman sejawat, perawat dan profesi. Kelima pokok etik
keperawatan yang ada merupakan bentuk kode etik yang telah mejadi panduan dari semua
perawat Indonesia untuk menjalankan profesinya

2. Konsep Moral dalam praktek keperawatan

Praktek keperawatan menurut Henderson dalam bukunya tentang teori keperawatan, yaitu
segala sesuatu yang dilakukan perawat dalam mengatasi masalah keperawatan dengan
menggunakan metode ilmiah, bila membicarakan praktek keperawatan tidak lepas dari fenomena
keperawatan dan hubungan pasien dan perawat.

Fenomena keperawatan merupakan penyimpangan/tidak terpenuhinya kebutuhan dasar


manusia (bio, psiko, social dan spiritual), mulai dari tingkat individu untuk sampai pada tingkat
masyarakat yang juga tercermin pada tingkat system organ fungsional sampai subseluler
(Henderson, 1978, lih, Ann Mariner, 2003). Asuhan keperawatan merupakan bentuk dari praktek
keperawatan, dimana asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan praktek
keperawatan yang diberikan pada pasein dengan menggunakan proses keperawatan berpedoman
pada standar keperawatan, dilandasi etika dan etiket keperawatan. Asuhan keperawatan ditujukan
untuk memandirikan pasien, (Orem, 1956,lih, Ann Mariner, 2003).

Keperawatan merupakan Bentuk asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan masyarakat
berdasarkan ilmu dan seni dan menpunyai hubungan perawat dan pasien sebagai hubungan
professional. Hubungan professional yang dimaksud adalah hubungan terapeutik antara perawat
pasien yang dilandasi oleh rasa percaya, empati, cinta, otonomi, dan didahulu adanya kontrak
yang jelas dengan tujuan membantu pasien dalam proses penyembuhan dari sakit

a. Prinsip-prinsip moral dalam praktek keperawatan

1. Menghargai otonomi (autonomy)

Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan hidup
individu.Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap pilihannya
sendiri.Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan untuk
menentukan keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri. Bagian dari apa yang
didiperlukan dalam ide terhadap respect terhadap seseorang, menurut prinsip ini adalah
menerima pilihan individu tanpa memperhatikan apakah pilihan seperti itu adalah
kepentingannya. (Curtin, 2002). Permasalahan dari penerapan prinsip ini adalah adanya variasi
kemampuan otonomi pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, usia,
penyakit, lingkungan Rumah SAkit, ekonomi, tersedianya informsi dan lain-lain Contoh:
Kebebasan pasien untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhak mengobatinya sesuai
dengan yang diinginkan

2. Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali

3. Kebenaran (Veracity)

Melakukan kegiatan/tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang tidak
bertentangan (tepat, lengkap). Prinsip kejujuran menurut Veatch dan Fry ,didefinisikan sebagai
menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Suatu kewajiban untuk mengatakan yang
sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain. Kebenaran merupakan hal yang
fundamental dalam membangun hubungan saling percaya dengan pasien.Perawat sering tidak
memberitahukan kejadian sebenarnya pada pasien yang memang sakit parah. Namun dari hasil
penelitian pada pasien dalam keadaan terminal menjelaskan bahwa pasien ingin diberitahu
tentang kondisinya secara jujur
Contoh : Tindakan pemasangan infus harus dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku dimana
klien dirawat.

4. Keadilan (Justice)

Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991). Merupakan suatu
prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu mendapat tindakan yang
sama mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Prinsip
dari keadilan menurut beauchamp dan childress adalah mereka uang sederajat harus
diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat,
sesuai dengan kebutuhan mereka.

Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka menurut prinsip ini
harus mendapatkan sumber-sumber yang besar pula, sebagai contoh: Tindakan keperawatan
yang dilakukan seorang perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai
SAK

5. Tidak Membahayakan (Nonmaleficence)

Tindakan/ prilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau membahayakan orang


lain.(Aiken, 2003). Contoh : Bila ada klien dirawat dengan penurunan kesadaran, maka harus
dipasang side driil.

6. Kemurahan Hati (Benefiecence)

Menyeimbangkan hal-hal yang menguntungkan dan merugikan/membahayakan dari


tindakan yang dilakukan. Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain. Merupakan prinsip
untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain/pasien.Prinsip ini sering kali sulit
diterapkan dalam praktek keperawatan. Berbagai tindakan yang dilakukan sering memberikan
dampak yang merugikan pasien, serta tidak adanya kepastian yang jelas apakah perawat
bertanggung jawab atas semua cara yang menguntungkan pasien.

Contoh: Setiap perawat harus dapat merawat dan memperlakukan klien dengan baik dan benar.
7. Kesetiaan (fidelity)

Memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan tanggung jawab,
memenuhi janji-janji.Veatch dan Fry mendifinisikan sebagai tanggung jawab untuk tetap setia
pada suatu kesepakatan.Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi
tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan memberikan
perhatian/kepedulian.Peduli kepada pasien merupakan salah satu dari prinsip ketataatan.Peduli
pada pasien merupakan komponen paling penting dari praktek keperawatan, terutama pada
pasien dalam kondisi terminal (Fry, 1991). Rasa kepedulian perawat diwujudkan dalam memberi
asuhan keperawatan dengan pendekatan individual, bersikap baik, memberikan kenyamanan dan
menunjukan kemampuan professional

Contoh: Bila perawat sudah berjanji untuk memberikan suatu tindakan, maka tidak boleh
mengingkari janji tersebut.

8. Kerahasiaan (Confidentiality)

Melindungi informasi yang bersifat pribadi, prinsip bahwwa perawat menghargai semua
informsi tentang pasien dan perawat menyadari bahwa pasien mempunyai hak istimewa dan
semua yang berhubungan dengan informasi pasien tidak untuk disebarluaskan secara tidak tepat
(Aiken, 2003).Contoh : Perawat tidak boleh menceritakan rahasia klien pada orang lain, kecuali
seijin klien atau seijin keluarga demi kepentingan hokum
BAB III

CONTOH KASUS PEMECAHAN MASALAH DILEMA ETIK KEPERAWATAN

KASUS DAN PEMBAHASAN

KASUS :
Seorang laki-laki usia 65 tahun menderita kanker kolon terminal dengan metastase yang
telah resisten terhadap tindakan kemoterapi dan radiasi dibawa ke IGD karena jatuh dari kamar
mandi dan menyebabkan robekan di kepala. laki-laki tersebut mengalami nyeri abdomen dan
tulang dan kepala yang hebat dimana sudah tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian dosis
morphin intravena. Hal itu ditunjukkan dengan adanya rintihan ketika istirahat dan nyeri
bertambah hebat saat laki-laki itu mengubah posisinya. Walapun klien tampak bisa tidur namun
ia sering meminta diberikan obat analgesik. Kondisi klien semakin melemah dan mengalami
sesak yang tersengal-sengal sehingga mutlak membutuhkan bantuan oksigen dan berdasar
diagnosa dokter, klien maksimal hanya dapat bertahan beberapa hari saja.

Melihat penderitaan pasien yang terlihat kesakitan dan mendengar informasi dari dokter,
keluarga memutuskan untuk mempercepat proses kematian pasien melalui euthanasia pasif
dengan pelepasan alat-alat kedokteran yaitu oksigen dan obat obatan lain dan dengan
keinginan agar dosis analgesik ditambah. Dr spesilalist onkologi yang ditelpon pada saat itu
memberikan advist dosis morfin yang rendah dan tidak bersedia menaikan dosis yang adakarena
sudah maksimal dan dapat bertentangan dengan UU yang ada. Namun perawat dan dokter tidak
menyetujui keinginan keluarga pasien untuk mempercepat kematian klien karna perawat masih
ingin berusaha melakukan yang terbaik untuk kesembuhan pasien.

Kasus di atas merupakan salah satu contoh masalah dilema etik (ethical dilemma).Dilema
etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau suatu
situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding.Dalam dilema etik
tidak ada yang benar atau salah.Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang harus tergantung
pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Kerangkan pemecahan dilema etik banyak
diutarakan dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / pemecahan masalah
secara ilmiah (Thompson & Thompson, 1985).
Kozier et. al (2004) menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik sebagai berikut :

1. Mengembangkan data dasar


2. Mengidentifikasi konflik
3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
5. Mendefinisikan kewajiban perawat
6. Membuat keputusan
PEMECAHAN KASUS DILEMA ETIK
1. Mengembangkan data dasar :

Mengembangkan data dasar disini adalah dengan mencari lebih lanjut informasi yang ada
mengenai dilema etik yang sedang dihadapi. Mengembangkan data dasar melalui :

a) Menggali informasi lebih dalam terhadap pihak pihak yang terlibat meliputi : Klien,
keluarga dokter, dan perawat.

b) Identifikasi mengenai tindakan yang diusulkan : tidak menuruti keinginan keluarga untuk
melepas alat bantu nafas atau juga untuk memberikan penambahan dosis morphin.

c) Maksud dari tindakan tersebut : agar tidak membahayakan diri klien dan tidak melanggar
peraturan yang berlaku.

d) Konsekuensi tindakan yang diusulkan, bila tidak menuruti keluarga untuk melepas alat
bantu nafas dan tidak diberikan penambahan dosis morphin, klien dan keluarganya menyalahkan
perawat karena dianggap membiarkan pasien menderita dan apabila keluarga klien kecewa
terhadap pelayanan di IGD mereka bisa menuntut ke rumah sakit.

2. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut :

Penderitaan klien dengan kanker colon yang sudah mengalami metastase mengeluh nyeri yang
tidak berkurang dengan dosis morphin yang telah ditetapkan. Keluarga meminta penambahan
dosis pemberian morphin untuk mengurangi keluhan nyerinya dan memutuskan untuk
tidak memberikan alat bantu apapun termasuk oksigen, Keluarga mendukung keinginan klien
agar terbebas dari keluhan nyeri. Konflik yang terjadi adalah :

a. Tidak memberikan Oksigen dan penambahan dosis pemberian morphin dapat


mempercepat kematian klien yang berarti melanggar prinsip etik Beneficience-
Nonmaleficience
b. Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak klien yang dapat
melanggar nilai autonomy.
c. Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan konsekuensi
tindakan tersebut
Tidak menuruti keinginan pasien tentang penambahan dosis obat pengurang nyeri dan
melepaskan oksigen

Konsekuensi :

1) Tidak mempercepat kematian klien


2) Membiarkan Klien meninggal sesuai proses semestinya
3) Tidak melanggar peraturan mengenai pemberian morfin
4) Keluhan nyeri pada klien akan tetap berlangsung
5) Pelanggaran terhadap hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri
6) Keluargadan pasiencemas dengan situasi tersebut

Tidak menuruti keinginan klien, dan perawat membantu untuk manajemen nyeri.

Konsekuensi :

1) Tidak mempercepat kematian pasien


2) Klien dibawa pada kondisi untuk beradaptasi pada nyerinya (meningkatkan ambang
nyeri)
3) Keinginan klien untuk menentukan nasibnya sendiri tidak terpenuhi

Menuruti keinginan klien untuk menambah dosis morphin namun tidak sering dan apabila
diperlukan. .

Konsekuensi :

1) Risiko mempercepat kematian klien sedikit dapat dikurangi


2) Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari nyeri sehingga ia dapat cukup
beristirahat.
3) Hak klien sebagian dapat terpenuhi.
4) Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.
5) Beresiko melanggar peraturan yang berlaku.
Tidak menuruti keinginan keluarga dan membantu keluarga dalam proses berdukanya

Konsekuensi :

1) Tidak mempercepat kematian klien


2) Keluarga dapat melewati proses berduka dengan seharusnya
3) Keluarga tidak menginginkan dilakuakn euthanasia terhadap pasien

Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat :

Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan, karena dokterlah yang
secara legal dapat memberikan ijin penambahan dosis morphin.Namun hal ini perlu didiskusikan
dengan klien dan keluarganya mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan dari penambahan
dosis tersebut.Perawatmembantu klien dan keluarga klien dalam membuat keputusan bagi
dirinya.Perawat selalu mendampingi pasien dan terlibat langsung dalam asuhan keperawatan
yang dapat mengobservasi mengenai respon nyeri, kontrol emosi dan mekanisme koping klien,
mengajarkan manajemen nyeri, sistem dukungan dari keluarga serta sistem berduka keluarga dan
lain-lain.

Mendefinisikan kewajiban perawat

1) Memfasilitasi klien dalam manajemen nyeri yang sesuai


2) Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri / meningkatkan ambang nyeri
3) Mengoptimalkan sistem dukungan keluarga untuk pasien
4) Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan keyakinannya
5) Membantu Keluarga untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif terhadap
masalah yang sedang dihadapi
6) Memfasilitasi sistem berduka keluarga dengan memberikan support.

Membuat keputusan

Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi masing-
masing terhadap klien.Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling
menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya alternatif tindakan lain perlu dilakukan
terlebih dahulu misalnya manajemen nyeri (relaksasi, pengalihan perhatian, atau
meditasi) beserta perbaikan terhadap sistem berduka keluarga dan kemudian dievaluasi
efektifitasnya. Apabila terbukti efektif diteruskan namun apabila alternatif tindakan tidak efektif
maka keputusan yang sudah ditetapkan antara petugas kesehatan dan klien/ keluarganya akan
dilaksanakan

Prinsip etik yang melanggar pada kasus adalah :

1) Menghargai otonomi (autonomy)

Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan hidup
individu.Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap pilihannya
sendiri.Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan untuk
menentukan keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri. Bagian dari apa yang
didiperlukan dalam ide terhadap respect terhadap seseorang, menurut prinsip ini adalah
menerima pilihan individu tanpa memperhatikan apakah pilihan seperti itu adalah
kepentingannya. (Curtin, 2002).

Di dalam kasus perawat melanngar prinsip otonomi dari klien karena tidak mengikuti
keinginan klien seperti meminta penambahan dosis pemberian morphin untuk mengurangi
keluhan nyerinya dan memutuskan untuk tidak memberikan alat bantu apapun termasuk oksigen,
Keluarga mendukung keinginan klien agar terbebas dari keluhan nyeri. Tetapi perawat dan
dokter tidak bisa memberikannya karena dosis yang diberikan sudah maksimal dan dapat
bertentangan dengan UU yang ada sehingga klien tetap mengalami nyeri pada abdomennya dan
tidak berkurang seharusnya perawat memberikan tindakan keperawatan yang lain yang dapat
mengurangi rasa nyeri pada pasien
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan sebagai suatu profesi bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas
pelayanan/asuhan keperawatan yang diberikan.Oleh sebab itu pemberian pelayanan/asuhan
keperawatan harus berdasarkan pada landasan hukum dan etika keperawatan. Standar asuhan
perawatan di Indonesia sangat diperlukan untuk melaksanakan praktek keperawatan, sedangkan
etika keperawatan telah diatur oleh organisasi profesi, hanya saja kode etik yang dibuat masih
sulit dilaksanakan dilapangan karena bentuk kode etik yang ada masih belum dijabarkan secara
terinci dan lengkap dalam bentuk petunjuk tehnisnya.

Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang dapat dipertanggung
jawabkan, etik bicara tentang hal yang benar dan hal yang salah dan didalam etik terdapat nilai-
nilai moral yang merupakan dasar dari prilaku manusia (niat).Prinsip-prinsip moral telah banyak
diuraikan dalam teori termasuk didalamnya bagaimana nilai-nilai moral di dalam profesi
keperawatan.Penerapan nilai moral professional sangat penting dan sesuatu yang tidak boleh
ditawar lagi dan harus dilaksanakan dalam praktek keperawatan.

Setiap manusia mempunyai hak dasar dan hak untuk berkembang, demikian juga bagi
pasien sebagai penerima asuhan keperawatan mempunyai hak yang sama walaupun sedang
dalam kondisi sakit. Demikian juga perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan mempunyai
hak dan kewajiban masing-masing.Kedua-duannya mempunyai hak dan kewajiban sesuai
posisinya.Disinilah sering terjadi dilema etik, dilema etik merupakan bentuk konflik yang terjadi
disebabkan oleh beberapa factor, baik faktor internal dan faktor eksternal, disamping itu karena
adanya interaksi atau hubungan yang saling membutuhkan.Oleh sebab itu dilema etik harus
diselesaikan baik pada tingkat individu dan institusi serta organisasi profesi dengan penuh
tanggung jawab dan tuntas.
B. Saran

1. Pentingnya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan dapat dipertanggung
jawabkan.
2. Perlunya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur dan sebagai bentuk
pelindungan hukum baik pemberi dan penerima praktek keperawatan
3. Kode etik di Indonesia yang sudah ada perlu didukung dengan adanya perangkat-
perangkat aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan secara baik dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and practices. Philadelphia. Addison
Wesley.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia.(1999, 2000). Kode Etik Keperawatan, lambing dan Panji
PPNI dan Ikrar Perawat Indonesia, Jakarta: PPNI

Redjeki, S. (2005).Etika keperawatan ditinjau dari segi hukum.Materi seminar tidak diterbitkan.

Soenarto Soerodibroto, (2001). KUHP & KUHAP dilengkapi yurisprodensi Mahkamah Agung
dan Hoge Road: Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai