Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

seiring berkembangnya ilmu pengetahuan banyak di temukan penemuan


baru salah satunya tentang biologi molekuler. Dengan kemajuan teknologi
molekuler, perpindahan gen dapat terjadi antar organisme yang sama. Misalnya
manusia dipindahkan ke bakteri atau gen manusia di pindahkan ke lemak babi dan
sebagainya. Perpindahan tersebut mengakibatkan terbentuknya molekul DNA
yang berasal dari sumber yang berbeda dapat digabungkan menjadi satu yang
disebut DNA rekombinan. DNA adalah suatu molekul yang mengkode intruksi
biologis, proses rekayasa genetika pada dasarnya adalah proses menggabung gen-
gen individual dari DNA sesuatu spesies dan menyisipkannya ke dalam kemudian
memotong dan mengeluarkan gen dari tempatnya pada kromosim, dan
memindahkannya ke sel individu lain atau jenis makhluk hidup lain. Teknologi
DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan revolusi baru dalam
berbagai kehidupan manusia, yang dikenal sebagai revolusi gen.

Produk teknologi tersebut berupa organisme transgenik atau organisme


hasil modifikasi genetika (OHMG), yang dalam bahasa inggris di sebut dengan
genetically modified organisem (GMO). Namun, sering kali pula aplikasi
teknologi DNA rekombinan bukan berupa pemanfaatan langsung organisme
transgeniknya, melainkan produk yang di hasilkan oleh organisme transgenic.
Dewasa ini cukup banyak organisme transgenic ataupun produknya yang di kenal
kalangan masyarakat luas. Beberapa di antaranya bahkan telah di gunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Dengan menggunakan teknologi
rekombinan ini orang dapat memproduksi panili, bumbu penyedap/pengharum,
bahan kosmetik dan obat, tanpa harus menanam tumbuhan yang menghasilkan
bahan bahan tersebut pada suatu lahan pertanian.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian DNA Rekombinan?


2. Bagaimanan Aplikasi Teknologi DNA Rekombinan?
3. Bagaimana Permasalahan Aplikasi Teknologi DNA Rekombinan?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian DNA Rekombinan.


2. Untuk Mengetahui Aplikasi Teknologi DNA Rekombinan.
3. Untuk Mengetahui Permasalahan Aplikasi Teknologi DNA Rekombinan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian DNA Rekombinan

Teknologi DNA rekombinan telah mungkinkan bagi kita untuk:


mengisolasi DNA dari berbagai organisme, menggabungkan DNA yang berasal
dari organisme yang berbeda sehingga terbentuk DNA rekombinan, memasukkan
DNA rekombinan ke dalam sel organisme prokariot maupun eukariot hingga
DNA rekombinan dapat berepilkasi dan bahkan dapat diekspresikan. Jadi,
Teknologi DNA Rekombinan merupakan kumpulan teknik atau metoda yang
digunakan untuk mengkombinasikan gen-gen di dalam tabung reaksi. Teknik-
teknik tersebut meliputi:
 Teknik untuk mengisolasi DNA.
 Teknik untuk memotong DNA.
 Teknik untuk menggabung atau menyambung DNA.
 Teknik untuk memasukkan DNA ke dalam sel hidup.

B. Aplikasi Teknologi DNA Rekombinan

1. Insulin

Teknologi DNA Rekombinan telah memberikan banyak manfaat bagi


perkembangan ilmu pengetahuan maupun bagi kehidupam manusia sehari-hari.
Beberapa jenis obat-obatan, vaksin, bahan pangan, bahan pakaian dan lainnya
telah diproduksi dengan memanfaatkan teknologi DNA Rekombinan.Dalam
kehidupan kita sehari-hari, secara langsung maupun tidak langsung, sebagian dari
kita pernah berhubungan dengan hasil penggunaan teknologi DNA Rekombinan.
Contoh: insulin telah digunakan untuk mengobati penyakit diabetes.

3
a) Sejarah Insulin

Insulin pertama kali di ekstraksi dari jaringan pankreas anjing pada tahun
1921 oleh para ahli fisiologi asal kanada Sir Federick Glant Banting dan Charles
Hebert Best serta ahli fisiologi asal Inggris John James Richard Macleod. Seorang
ahli boikimia James Betram Collip kemudian memproduksi dengan tingkat
kemurnian yang cukup baik untuk digunakan sebagai obat pada manusia. Pada
tahun 1965 insulin manusia telah berhasil disintesis secara kimia. Insulin
merupakan protein manusia pertama yang disintesis secara kimia. Secara
tradisional, insulin untuk pengobatan pada manusia diisolasi dari pankreas sapi
atau babi. Walaupun insulin hewan secara umum cukup memuaskan tetapi untuk
penggunaan pada manusia dapat menimbulkan dua masalah. Pertama, adanya
perbedaan kecil dalam asam amino penyusunnya yang dapat menimbulkan efek
samping berupa alergi pada beberapa penderita. Kedua, prosedur pemurnian sulit
dan cemaran berbahaya asal hewan tidak selalu dapat dihilangkan secara
sempurna. Pada tahun 1981 telah terjadi perbaikan secara berarti cara produksi
insulin melalui rekayasa genetika. Insulin yang diperoleh dengan cara ini
mempunyai struktur mirip dengan insulin manusia. Melalui teknologi DNA
rekombinan, insulin diproduksi menggunakan sel mikroba yang tidak patogen.
Karena kedua hal tersebut di atas, insulin hasil rekayasa genetika ini mempunyai
efek samping yang relatif sangat rendah dibandingkan dengan insulin yang
diperoleh dari ekstrak pankreas hewan, tidak menimbulkan efek alergi serta tidak
mengandung kontaminan berbahaya.

Gambar 1.1 Bakteri Gram negative Escherrichia coli

4
Tabel perbedaan insulin anatara manusia, babi dan sapi

Spesies A8 A10 B28 B29 B30

Manusia Thr Ile Pro Lys Thr

Babi Thr Ile Pro Lys Ala

Sapi Ala Val Pro Lys Ala

Insulin manusia dan insulin babi hanya beda 1 asam amino yaitu pada
B30,sedangkan insulin manusia dan insulin sapi beda 3 asam amino yaitu pada
A8, A10, B30, sehingga pemakain insulin babi kurang imunogenik dibandingkan
insulin sapi. Tapi masalahnya, 1 babi yang diekstraksi insulinnya hanya cukup
untuk 1 orang selam 3 hari padahal saat ini ada 60 juta orang didunia yang
menderita diabetes tergantung insulin dan meningkat 5-6 % pertahunnya. Maka
dari itu sekarang banyak dikembangkan teknologi recombinan untuk mendapatkan
insulin.

Faktor-faktor ini menyebabkan peneliti mempertimbangkan untuk


membuat Humulin dengan memasukkan gen insulin ke dalam vektor yang cocok,
yaitu sel bakteri E. coli, untuk memproduksi insulin yang secara kimia identik dan
dapat secara alami diproduksi. Hal ini telah dicapai dengan menggunakan
teknologi DNA rekombinan.

Gen insulin manusia dari pulau Langerhans diambil,kemudian


disambungkan ke dalam pasmid bakteri,membentuk kimera (DNA recombinasi).
Kimera itu dimasukkan ke dalam sel target E.coli. bakteri E.coli ini dikultur,untuk

5
dikembangkan. Karakteristik bakteri yang menjadi organisme pilihan untuk
memproduksi insulin memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut:


Memiliki rentang umur pendek.

Jumlah generasi yang banyak.

Susunan genetik bakteri yang lebih mudah dimodifikasi.

Lingkungan luar bekteri dapat dengan mudah dimodifikasi untuk
mempengaruhi ekspresi gen.

Menghasilkan produk,hampir mendekati yang kita inginkan (menyerupai
insulin yang dihasilkan sel β-pankreas).

Lebih ekonomis.
Sedangkan pada proses penyisipan gen diperlukan tiga faktor utama yaitu :

Vektor,yaitu pembawa gen asing yang akan disisikan,biasanya berupa
plasmid,yaitu lingkaran kecil DNA yang terdapat pada bakteri. Plasmid
diambil dari bakteri dan disisipi dengan gen asing.

Bakteri, berperan dalam memperbanyak plasmid. Plasmid di dalam tubuh
bakteri akan mengalami replikasi atau memperbanyak diri, makin banyak
plasmid yang direplikasi makin banyak pula gen asing yang dicopy
sehingga terjadi cloning gen.

Enzim, berperan untuk memotong dan menyambung plasmid. Enzim in
disebut enzim endonulease retriksi, enzim endonuklease retriksi yaitu
enzim endonuklease yang dapat memotong DNA pada posisi dengan
urutan basa nitrogen tertentu.
b) Struktur Insulin

Secara kimia, insulin adalah protein kecil sederhana yang terdiri dari 51
asam amino, 30 di antaranya merupakan satu rantai polipeptida, dan 21 lainnya
yang membentuk rantai kedua. Kedua rantai dihubungkan oleh ikatan disulfida.

Kode genetik untuk insulin ditemukan dalam DNA di bagian atas lengan
pendek dari kromosom kesebelas yang berisi 153 basa nitrogen (63 dalam rantai
A dan 90 dalam rantai B). DNA yang membentuk kromosom, terdiri dari dua
heliks terjalin yang dibentuk dari rantai nukleotida, masing-masing terdiri dari
gula deoksiribosa, fosfat dan nitrogen. Ada empat basa nitrogen yang berbeda

6
yaitu adenin, timin, sitosin dan guanin. Sintesis protein tertentu seperti insulin
ditentukan oleh urutan dasar tersebut yang diulang.

Gambar 1.2 struktur insulin

Insulin adalah suatu hormon polipeptida yang diproduksi dalam sel sel β
kelenjar Langerhaens pankreas.Insulin berperan penting dalam regulasi kadar gula
darah (kadar gula drah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter).

Hormon insulin yang diproduksi oleh tubuh kita dikenal sebagai sebutan
insulin endogen. Namun, ketika kelenjar pankreas mengalami gangguan sekresi
guna memproduksi hormon insulin, disaat inilah tubuh membutuhkan hormon
insulindari luar tubuh,dapat berupa obat buatan manusia yang dikenal sebagai
sebutan insulin eksogen.Kekurangan insulin dapat menyebabkan penyakit seperti
diabetes militus tergantung insulin(diabetes tipe 1). Insulin terdiri dari 51 asam
amino. Molekul insulin disusun oleh 2 rantai polipepttida A dan B yang
dihubungkan dengan ikatan disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan
rantai B terdiri dari 30 asam amino.

c) Proses Pembuatan Insulin

Proses pembuatan insulin dengan teknik DNA recombinan adalah sebagai


berikut :

7
a) Mengidentifikasi dan mengisolasi gen penghasil insulin dari sel pancreas
manusia
 Mula-mula mRNA yang telah disalin dari gen penghasil insulin diekstrak
dari sel pancreas.Kemudian enzim transcriptase ditambahkan pada mRNA
bersamaan dengan nukleotida penyusun DNA.
 Enzim ini menggunakan mRNA sebagai cetekan untuk membentuk DNA
berantai tunggal.
 DNA ini kemudian dilepaskan dari mRNA.
 Enzim DNA polymirase digunakan untuk melengkapi DNA rantai tunggal
menjadi ranati ganda,disebut DNA komplementer (c- DNA), yang
merupakan gen penghasil insulin.
b) Melepaskan salinan gen penghasil insulin tersebut dengan cara memotong
kromosom secara khusus menggunakan enzim retrikasi.
c) Mengekstrak plasmid dari sel bakteri, kemudian membuka plasmid dari sel
bakteri dengan menngunakan enzim retrikasi lain. Sementara itu, di dalam
serangkain tabung reaksi atau cawan petri, gen penghasil insulin manusia
(dalam bentuk c-DNA disiapkan untuk dipasangkan pada plasmid yang
terbuka tersebut.
d) Memasang gen penghasil insulin kedalam cincin plasmid. Mula-mula
ikatan yang terjadi masih lemah, kemudian enzim DNA ligase
memperkuat ikatan ini sehingga dihasilkan molekul DNA
recombinan/plasmid recombinan yang bagus.
e) Memasukkan plasmid recombinan kedalam bakteri E.coli.Di dalam sel
bakteri ini plasmid mengadakan replikasi
f) Mengultur bakteri E.coli yang akan berkembang biak dengan cepat
menghasilkkan klon-klon bakteri yang mengandung plasmid recombinan
penghasil insulin.Melalui rekayasa genetika dapat dihasilkan E.coli yang
merupakan penghasil insulin dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang
singkat.

8
Gambar 1.3 proses pembuatan insulin
Escherrichia coli (E. coli), penghuni saluran pencernaan manusia, adalah
‘pabrik’ yang digunakan dalam rekayasa genetika insulin. Ketika bakteri
bereproduksi, gen insulin direplikasi bersama dengan plasmid. E. coli seketika
memproduksi enzim yang dengan cepat mendegradasi protein asing seperti
insulin. Hal tersebut dapat dicegah dengan cara menggunakan E. coli strain mutan
yang sedikit mengandung enzim ini. Pada E. coli, B-galaktosidase adalah enzim
yang mengontrol transkripsi gen. Untuk membuat bakteri memproduksi insulin,
gen insulin perlu terikat pada enzim ini.

Gambar 1.4 proses pembuatan insulin

9
Enzim restriksi secara alami diproduksi oleh bakteri. Enzim restriksi
bertindak seperti pisau bedah biologi, hanya mengenali rangkaian nukleotida
tertentu, misal salah satunya rangkaian kode untuk insulin. Hal tersebut
memungkinkan peneliti untuk memutuskan pasangan basa nitrogen tertentu dan
menghapus bagian DNA yang berisi kode genetik dari kromosom sebuah
organisme sehingga dapat memproduksi insulin. Sedangkan DNA ligase adalah
suatu enzim yang berfungsi sebagai perekat genetik dan pengelas ujung
nukleotida.

Gambar 1.5 proses pembuatan humulin

Langkah pertama pembuatan humulin adalah mensintesis rantai DNA


yang membawa sekuens nukleotida spesifik yang sesuai karakteristik rantai
polipeptida A dan B dari insulin. Urutan DNA yang diperlukan dapat ditentukan
karena komposisi asam amino dari kedua rantai telah dipetakan. Enam puluh tiga
nukleotida yang diperlukan untuk mensintesis rantai A dan sembilan puluh untuk
rantai B, ditambah kodon pada akhir setiap rantai yang menandakan pengakhiran
sintesis protein.

Antikodon menggabungkan asam amino, metionin, kemudian ditempatkan


di setiap awal rantai yang memungkinkan pemindahan protein insulin dari asam
amino sel bakteri itu. ‘Gen’ sintetik rantai A dan B kemudian secara terpisah

10
dimasukkan ke dalam gen untuk enzim bakteri, B-galaktosidase, yang dibawa
dalam plasmid vektor tersebut. Pada tahap ini, sangat penting untuk memastikan
bahwa kodon gen sintetik kompatibel dengan B-galaktosidase. Plasmid
rekombinan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sel E. coli.Praktis
penggunaan teknologi DNA rekombinan dalam sintesis insulin manusia
membutuhkan jutaan salinan plasmid bakteri yang telah digabungkan dengan gen
insulin dalam rangka untuk menghasilkan insulin. Gen insulin diekspresikan
bersama dengan sel mereplikasi galaktosidase-B di dalam sel yang sedang
menjalani mitosis.

Gambar 1.6 disulfida menghasilkan humulim

Protein yang terbentuk, sebagian terdiri dari B-galaktosidase, bergabung


ke salah satu rantai insulin A atau B. Rantai insulin A dan rantai B kemudian
diekstraksi dari fragmen B-galaktosidase dan dimurnikan.

Kedua rantai dicampur dan dihubungkan kembali dalam reaksi yang


membentuk jembatan silang disulfida, menghasilkan Humulin murni (insulin
manusia sintetis).

d) Implikasi Biologis Dari Rekayasa Genetika Humulin Rekombinan

Humulin merupakan protein hewani yang dibuat dari bakteri sedemikian


rupa sehingga strukturnya benar-benar identik dengan molekul alami. Hal ini akan

11
mengurangi kemungkinan komplikasi yang disebabkan produksi antibodi oleh
tubuh manusia. Dalam studi kimia dan farmakologi, insulin rekombinan DNA
manusia yang diproduksi secara komersil telah terbukti bisa dibedakan dari
insulin pankreas manusia.

Awalnya, kesulitan utama yang dihadapi adalah kontaminasi produk akhir


oleh sel inang, sehingga meningkatkan resiko kontaminasi dalam kaldu
fermentasi. Bahaya ini diatasi dengan ditemukannya proses pemurnian. Ketika
dilakukan tes pada produk akhir insulin, termasuk teknik terbaik radio-immuno
assay, tidak ada ‘kotoran’ yang terdeteksi.

2. Sel Sintetik

a) Sejarah Sel Sintetik

J. Craig Venter Institute mengumumkan bahwa mereka telah menciptakan


sel sintetik pertama di dunia, dimana kromosom sepenuhnya sintetik yang
dihasilkan oleh mesin.Terobosan di bidang biologi bisa digunakan untuk berbagai
aplikasi, karena pada dasarnya berbagai penemuan akan membuka pintu untuk
rekayasa biologi oleh para ilmuwan di laboratorium. Para peneliti telah
merencanakan untuk membuat ganggang direkayasa khusus yang dirancang untuk
perangkap karbon dioksida dan mengubahnya menjadi biofuel. Aplikasi lainnya
bisa termasuk untuk obat-obatan, pembersihan lingkungan, dan produksi energi.

Meskipun sel bakteri adalah produk akhir dalam percobaan ini, ragi eukariotik
memegang peranan penting dalam prosesnya. Venter dan perusahaan mensintesis
genom bakteri M. mycoides dengan mengambil strain pendek DNA (mesin
kontemporer hanya dapat merakit urutan singkat pada satu waktu) dan
memasukkan mereka ke dalam ragi, yang memiliki enzim dengan kemampuan
untuk memperbaiki DNA dan menggabungkan strain pendek bersama-sama.

Ragi pertama menghubungkan potongan-potongan pendek (masing-


masing lebih dari 1.000 pasang basa) bersama-sama ke dalam alur 10.000 pasang
basa yang lebih panjang. Untai yang lebih panjang telah dihapus, terus hingga
dikombinasikan dalam sepuluh kelompok dan dimasukkan kembali ke dalam ragi

12
untuk menghubungkan alur 100.000 pasang basa. Setelah tiga putaran ini, tim
telah menghasilkan genom lengkap, terdiri dari lebih dari satu juta pasangan basa.
Untuk membedakan mereka dengan genom yang ditemukan di alam, urutan
“watermark” khusus ditambahkan pada DNA sehingga tidak akan salah
membedakan dengan spesies alami.

Gambar 1.7 bakteri Mycoplasma mycoides

Genom sintetik kemudian ditransplantasikan ke bakteri jenis


lain, Mycoplasma capricolum, tempat dimana genom sintetik mulai memproduksi
protein baru. Genom asli capricolum dihancurkan oleh enzim M. mycoides atau
hilang selama replikasi sel. Dengan cara yang sama, seiring dengan sel membelah
diri, sel-sel yang dihasilkan dibuat sepenuhnya dari genom sintetik dan diletakkan
dalam cawan petri: sel pertama di dunia dibangun dari DNA sintetik seluruhnya
telah disintesis.

b) Proses pembuatan sel M.mycoides sintetik

Setiap komponen di dalam sel berasal dari genom sintetik, kata Venter. Sel
ini, garis keturunannya adalah komputer. Tetapi sel ini hanyalah sebuah bukti
konsep untuk sampai ke pemahaman minimal genom sintetik. ”

13
Gambar 1.6 Bagan proses pembuatan M. mycoides sintetik

Namun, tidak semua orang senang dengan keberhasilan tersebut. Setelah


pengumuman itu, beberapa peneliti mempertanyakan keabsahan istilah “sintetik”
karena meskipun genom itu dibuat oleh komputer, proses kehidupan yang ada
dimodifikasi bukan menciptakannya dari nol. Ada juga banyak konsekuensi etika
dan hukum untuk sebuah kemajuan teknologi yang tak diragukan lagi akan
muncul dalam bulan-bulan mendatang.
Apa yang tidak untuk dipermasalahkan adalah bahwa Venter dan perusahaan
telah melakukan suatu terobosan teknologi yang cemerlang dalam merangkai
bersama jutaan pasangan basa nukleotida untuk membuat genom lengkap di
laboratorium. Bukan hanya itu, mereka melakukannya cukup akurat sehingga
DNA sintetik tersebut dapat diterima sel. “Mungkin 99% dari percobaan kami
gagal,” kata Venter, merujuk dari dekade panjang perjalanannya sampai ke titik
ini. “Ini adalah debugging, proses pemecahan masalah sejak awal, karena tidak
ada resep. ”Sekarang sudah ada sebuah resepnya, Venter dan perusahaannya
mulai memasak. Setelah memiliki 1 juta pasang basa menjadi genom yang
koheren, Venter mengatakan langkah selanjutnya adalah alga, karena genom alga
memiliki hanya kurang dari 2 juta pasang basa. Sebagai perbandingan, genom
manusia mengandung lebih dari 3 milyar pasang basa, jadi jangan mencari
mamalia sintetik dalam waktu dekat ini.

14
C. Permasalahan Aplikasi Teknologi DNA Rekombinan

Meskipun terlihat begitu besar memberikan manfaat dalam berbagai


bidang kehidupan manusia, produk teknologi DNA rekombinan (organisme
transgenik beserta produk yang dihasilkannya) telah memicu sejumlah perdebatan
yang menarik sekaligus kontroversial apabila ditinjau dari berbagai sudut
pandang. Kontroversi pemanfaatan produk rekayasa genetika antara lain dapat
dilihat dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan.

1. Aspek sosial

a) Aspek agama

Penggunaan gen yang berasal dari babi untuk memproduksi bahan


makanan dengan sendirinya akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan
pemeluk agama Islam. Demikian pula, penggunaan gen dari hewan dalam rangka
meningkatkan produksi bahan makanan akan menimbulkan kekhawatiran bagi
kaum vegetarian, yang mempunyai keyakinan tidak boleh mengonsumsi produk
hewani. Sementara itu, kloning manusia, baik parsial (hanya organ-organ tertentu)
maupun seutuhnya, apabila telah berhasil menjadi kenyataan akan mengundang
kontroversi, baik dari segi agama maupun nilai-nilai moral kemanusiaan
universal. Demikian juga, xenotransplantasi (transplantasi organ hewan ke tubuh
manusia) serta kloning stem cell dari embrio manusia untuk kepentingan medis
juga dapat dinilai sebagai bentuk pelanggaran terhadap norma agama.

b) Aspek etika dan estetika

Penggunaan bakteri E coli sebagai sel inang bagi gen tertentu yang akan
diekspresikan produknya dalam skala industri, misalnya industri pangan, akan
terasa menjijikkan bagi sebagian masyarakat yang hendak mengonsumsi pangan
tersebut. Hal ini karena E coli merupakan bakteri yang secara alami menghuni
kolon manusia sehingga pada umumnya diisolasi dari tinja manusia.

15
2. Aspek ekonomi

Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan


ancaman persaingan serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara
konvensional. Penggunaan tebu transgenik mampu menghasilkan gula dengan
derajad kemanisan jauh lebih tinggi daripada gula dari tebu atau bit biasa. Hal ini
jelas menimbulkan kekhawatiran bagi masa depan pabrik-pabrik gula yang
menggunakan bahan alami. Begitu juga, produksi minyak goreng canola dari
tanaman rapeseeds transgenik dapat berpuluh kali lipat bila dibandingkan dengan
produksi dari kelapa atau kelapa sawit sehingga mengancam eksistensi industri
minyak goreng konvensional. Di bidang peternakan, enzim yang dihasilkan oleh
organisme transgenik dapat memberikan kandungan protein hewani yang lebih
tinggi pada pakan ternak sehingga mengancam keberadaan pabrik-pabrik tepung
ikan, tepung daging, dan tepung tulang.

3. Aspek kesehatan

 Potensi toksisitas bahan pangan. Dengan terjadinya transfer genetik di


dalam tubuh organisme transgenik akan muncul bahan kimia baru yang
berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan pangan. Sebagai
contoh, transfer gen tertentu dari ikan ke dalam tomat, yang tidak pernah
berlangsung secara alami, berpotensi menimbulkan risiko toksisitas yang
membahayakan kesehatan. Rekayasa genetika bahan pangan
dikhawatirkan dapat mengintroduksi alergen atau toksin baru yang semula
tidak pernah dijumpai pada bahan pangan konvensional. Di antara kedelai
transgenik, misalnya, pernah dilaporkan adanya kasus reaksi alergi yang
serius. Begitu pula, pernah ditemukan kontaminan toksik dari bakteri
transgenik yang digunakan untuk menghasilkan pelengkap makanan (food
supplement) triptofan. Kemungkinan timbulnya risiko yang sebelumnya
tidak pernah terbayangkan terkait dengan akumulasi hasil metabolisme
tanaman, hewan, atau mikroorganisme yang dapat memberikan kontribusi
toksin, alergen, dan bahaya genetik lainnya di dalam pangan manusia.
Beberapa organisme transgenik telah ditarik dari peredaran karena

16
terjadinya peningkatan kadar bahan toksik. Kentang Lenape (Amerika
Serikat dan Kanada) dan kentang Magnum Bonum (Swedia) diketahui
mempunyai kadar glikoalkaloid yang tinggi di dalam umbinya. Demikian
pula, tanaman seleri transgenik (Amerika Serikat) yang resisten terhadap
serangga ternyata memiliki kadar psoralen, suatu karsinogen, yang tinggi.
 Potensi menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan.
WHO pada tahun 1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis
bahan kimia baru, baik yang terdapat di dalam organisme transgenik
maupun produknya, berpotensi menimbulkan penyakit baru atau pun
menjadi faktor pemicu bagi penyakit lain. Sebagai contoh, gen aad yang
terdapat di dalam kapas transgenik dapat berpindah ke bakteri penyebab
kencing nanah (GO), Neisseria gonorrhoeae. Akibatnya, bakteri ini
menjadi kebal terhadap antibiotik streptomisin dan spektinomisin.
Padahal, selama ini hanya dua macam antibiotik itulah yang dapat
mematikan bakteri tersebut. Oleh karena itu, penyakit GO dikhawatirkan
tidak dapat diobati lagi dengan adanya kapas transgenik. Dianjurkan pada
wanita penderita GO untuk tidak memakai pembalut dari bahan kapas
transgenik.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teknologi DNA rekombinan telah mungkinkan bagi kita untuk:


mengisolasi DNA dari berbagai organisme, menggabungkan DNA yang berasal
dari organisme yang berbeda sehingga terbentuk DNA rekombinan, memasukkan
DNA rekombinan ke dalam sel organisme prokariot maupun eukariot hingga
DNA rekombinan dapat berepilkasi dan bahkan dapat diekspresikan. Jadi,
Teknologi DNA Rekombinan merupakan kumpulan teknik atau metoda yang
digunakan untuk mengkombinasikan gen-gen di dalam tabung reaksi. Aplikasi
teknik DNA rekombinan diantaranya adalah produksi insulin dan sel sintetik.
Mengidentifikasi dan mengisolasi gen penghasil insulin dari sel pancreas
manusiadapat dilakukan dengan tahap, Mula-mula mRNA yang telah disalin dari
gen penghasil insulin diekstrak dari sel pancreas.Kemudian enzim transcriptase
ditambahkan pada mRNA bersamaan dengan nukleotida penyusun DNA, Enzim
ini menggunakan mRNA sebagai cetekan untuk membentuk DNA berantai
tunggal, DNA ini kemudian dilepaskan dari mRNA, Enzim DNA polymirase
digunakan untuk melengkapi DNA rantai tunggal menjadi ranati ganda,disebut
DNA komplementer (c- DNA), yang merupakan gen penghasil insulin.Teknologi
DNA rekombinan dapat disajikan secara praktis di berbagai bidang antaranya
pada bidang kesehatan, bidang pertanian, bidang ekonomi dan bidang
pengembangan ilmu pengetahuan.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah yang telah di susun ini tidak terlepas
dari kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat diharapkan dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

18
DAFTAR PUSTAKA

Allbert B, et at. 1991. Moleculer Biology Of The Cell. Jakarta: Gerland Publisher.

Maulana Marda. 2010. Aplikasi Teknologi Dna Rekombinan. Diakses 29 Juni


2019 https://id.scribd.com
Ajeng Husein. 2013. Aplikasi Teknologi Dna Rekombinan. Diakses 29 Juni 2019
https://www.academia.edu

19

Anda mungkin juga menyukai