Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN MENINGIOMA

DIRUANG ANGSOKA RSUD. ABDUL WAHAB SEJAHRANIE

SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR

DISUSUN OLEH

JULIANA SAPUTRI

16.11.4066.EA0018

KELOMPOK 1
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM KALIMANTAN TIMUR

AKADEMI KEPERAWATAN YARSI

SAMARINDA

2019
A. Konsep Teori
1. Pengertian
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak (Smeltzer & Bare, 2001). World Health
Organization (2007) dalam Hasanah (2016) menyembutkan beberapa klasifikasi
tumor otak, salah satunya adalah tumor meninges. Meningioma adalah tumor
pada meninx, yang merupakan selaput pelindung yang melindungi otak dan
medulla spinalis. Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak
maupun, medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisphere otak di semua
lobusnya.
Tumor meninges (Meningioma) merupakan tumor yang berasal dari
meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura.
Sebagian besar tumor bersifat jinak dan tidak menginfiltrasi jaringan sekitarnya,
tetapi agak menekan struktur yang berada dibawahnya. Pertumbuhan tumor ini
lambat sehingga gejala kurang diperhatikan dan dapat menyebabkan diagnosis
yang salah (Price & Wilson, dalam Hasanah: 2005).

2. Patofisiologi
Menurut Muttaqin dalam Hasanah (2008), Tumor otak menyebabkan
gangguan neurologis yang progresif yang disebabkan oleh dua faktor yaitu
gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial (TIK). Gangguan
fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau
invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan
suplai darah akibat tekanan yang ditimbulakn tumor yang tumbuh menyebabkan
nekrosis jaringan otak yang mengakibatkan terjadi kehilangan fungsi secara akut
dan dapat diperparah dengan gangguan serebrovaskuler primer. Serangan kejang
sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi, invasi dan
perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor
seperti bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor dan perubahan
sirkulasi CSS. Tumor ganas menyebabkan edema dalam jaringan otak yang
diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis yang menyebabkan
penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh
kerusakan sawar di otak menimbulkan peningkatan volume intrakranial dan
meningkatkan TIK (Batticca, dalam Hasanah: 2008).
Peningkatakan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat.
Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan
untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan
intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini meliputi volume darah
intrakranial, volume CSS, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel
parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan menimbulkan herniasi
unkus serebellum. Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus melalui insisura
tentorial karena adanya lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura
tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ke 3.
Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum bergeser ke bawah melalui foramen
magnum oleh suatu massa posterior.Kompresi medulla oblongata dan henti nafas
terjadi dengan cepat.Perubahan fisiologis yang terjadi akibat peningkatan
intrakranial yang cepat adalah bradikardi progresif, hipertensi sistemik dan
gangguan pernafasan (Batticca, dalam Hasanah :2008)
3. Tanda dan Gejala
Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor
pada otak dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh
terganggunya fungsi normal dari bagian khusus dari otak atau tekanan pada
nervus atau pembuluh darah). Gejala umumnya menurut Mardjono dalam
Hasanah (2003) yaitu sebagai berikut:
a) Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat beraktifitas atau
pada pagi hari
b) Perubahan mental
c) Kejang
d) Mual muntah
e) Perubahan visual, misalnya pandangan kabur.
Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumornya, seperti:
a) Meningioma falx dan parasagittal: nyeri tungkai
b) Meningioma convexitas: kejang, sakit kepala, deficit neurologis fokal,
perubahan status mental
c) Meningioma sphenoid: kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan
pandang, kebutaan, dan penglihatan ganda.
d) Meningioma olfactorius: kurangnya kepekaan penciuman, masalah
visual.
e) Meningioma fossa posterior: nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan
spasme otot-otot wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan menelan,
gangguan gaya berjalan,
f) Meningioma suprasellar: pembengkakan diskus optikus, masalah visus
g) Spinal meningioma: nyeri punggung, nyeri dada dan lengan
h) Meningioma Intraorbital: penurunan visus, penonjolan bola mata
i) Meningioma Intraventrikular: perubahan mental, sakit kepala, pusing.

4. Komplikasi
Secara umum komplikasi dari tumor meningen atau meningioma adalah
sebagai berikut (Ariani,dalam Hasanah: 2012):
a) Edema serebral
Edema serebri atau edema otak adalah keadaan patologis terjadinya
akumulasi cairan di dalam jaringan otak sehingga meningkatkan volume otak
yang meningkatkan volume intraseluler (lebih banyak di daerah substansia
grisea) maupun ekstraseluler (daerah substansia alba), yang menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intrakranial.
b) Tekanan intrakranial meningkat (TIK).
Peningkatan tekanan intrakranial sendiri dapat terjadi pada pasien dengan
gangguan tumor otak atau meningioma. Peningkatan tekanan intrakranial ini
diakibatkan oleh karena bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya
edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
c) Herniasi otak
d) Hidrosefalus
Hidrosefalus dapat teradi karena diakibatkan oleh adanya obstruksi sirkulasi
cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid.
e) Kejang
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan
dengan kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak.
Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak
sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologis fokal.
f) Metastase ke tempat lain

5. Pemeriksaan Khusus dan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada tumor otak yaitu
(Gisenberg, 2005):
a) CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur data awal
ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda
penyakit otak yang difus atau fokal dan salah satu tanda spesifik dari sindrom
atau gejala-gejala tumor.
Gambar 1. Meningioma

b) Pemeriksaan cairan serebrospinal


Tujuan untuk melihat adanya sel-sel tumor. Pemeriksaan ini tidak rutin
dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya
diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi
sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses
infeksi (abses cerebri).
c) Biopsi
Tujuan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis
d) Angiografi Serebral
Tujuan memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor
serebral.
e) Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk megevaluasi lobus temporal pada waktu kejang

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada tumor meningeal (Meningioma)
adalah sebagai berikut:
a) Terapi Medikamentosa
Antikonvulsan untuk kejang dan kortikosteroid seperti dexametason untuk
mengurangi peningkatan tekanan intra kranial. Steroid juga dapat
memperbaiki defisit neurologis fokal sementara dengan mengobati edema
otak (Gisenberg, 2005)
b) Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi utama pada penatalaksanaan semua jenis
meningioma. Tujuan dari reseksi meningioma adalah menentukan diagnosis
definitif, mengurangi efek massa, dan meringankan gejala-gejala. Reseksi
harus dilakukan sebersih mungkin agar memberikan hasil yang lebih baik.
Sebaiknya reseksi yang dilakukan meliputi jaringan tumor, batas duramater
sekitar tumor, dan tulang kranium apabila terlibat. Reseksi tumor pada skull
base sering kali subtotal karena lokasi dan perlekatan dengan pembuluh
darah (Modha & Gutin, 2005).
c) Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan
proses keganasan. Radioterapi memiliki banyak peranan pada berbagai jenis
tumor otak. Radioterapi diberikan pada pasien dengan keadaan inoperabel,
sebagai adjuvant pasca operasi, atau pada kasus rekuren yang sebelumnya
telah dilakukan tindakan operasi.Pada dasarnya teknik radioterapi yang
dipakai adalah 3D conformal radiotherapy, namun teknik lain dapat juga
digunakan untuk pasien tertentu seperti stereotactic
radiosurgery/radiotherapy (Kemenkes RI, 2015).
d) Chemotherapy
Kemoterapi pada kasus tumor otak saat ini sudah banyak digunakan karena
diketahui dapat memperpanjang survival rate dari pasien terutama pada
kasus oligodendroglioma. Kemoterapi pada tumor otak tidak bersifat kuratif,
tujuan utama dari kemoterapi adalah untuk menghambat pertumbuhan tumor
dan meningkatkan kualitas hidup (quality of life) pasien selama mungkin
(Kemenkes RI, 2015).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Anamnesis pada klien dengan tumor otak dapat dilakukan sebagai berikut
1) Data demografi
nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat,
penanggung jawab, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register,
diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan biasanya berhubungan dengan peningkatan TIK
dan adanya gangguan fokal sepeti nyeri kepala hebat, muntah-muntah,
kejang dan penurunan tingkat kesadaran.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Kaji bagaimana terjadi nyeri kepala, mual, muntah, kejang dan
penurunan tingkat keasadaran dengan pendekatan PQRST.Adanya
penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan
perubahan didalam intrakranial.Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi.Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak
responsif dan koma.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji adanya riwayat nyeri kepala sebelumnya.Pengkajian riwayat ini
dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit saat ini dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan
tindakan selanjutnya.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui riwayat kesehatan keluarga sebelumnya apakah ada
yang memiliki riwayat tumor otak atau tidak

6) Pemeriksaan Pola Fungsi Kesehatan


a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Dikaji apakah klien mengerti tentang penyakitnya dan bagaimana
pengambilan keputusan saat sakit
b) Pola nutrisi metabolik
Nafsu makan hilang, adanya mual muntah selama fase akut,
kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan, kesulitan
menelan gangguan pada refleks palatum dan faringeal
c) Pola eliminasi
Perubahan pola berkemih dan buang air besar
d) Pola aktifitas dan latihan
Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat
kesadaran, resiko trauma karena epilepsi, hemiparesis, ataksia,
gangguan penglihatan dan merasa mudah lelah
e) Pola tidur dan istirahat
Susah untuk beristirahat atau mudah tertidur
f) Pola persepsi kognitif dan sensori
Pusing, sakit kepala, kelemahan, tinitus, afasia motorik, gangguan
rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan, penurunan memori,
pemecahan masalah, kehilangan kemampuan masuknya rangsang
visual, menurunan kesadaran sampai dengan koma, tidak mampu
merekam gambar, tidak mampu membedakan kanan/kiri
g) Pola persepsi dan konsep diri
Perasaan tidak berdaya dan putus asa, emosi labil dan kesulitan
untuk mengekspresikan
h) Pola peran dan hubungan dengan sesama
Masalah bicara dan ketidakmampuan dalam berkomunikasi
(kehilangan komunikasi verbal/ bicara pelo)
i) Reproduksi dan seksualitas
Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas atau
pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
j) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Adanya perasaan cemas, takut, tidak sabar ataupun marah, perasaan
tidak berdaya, putus asa, respon emosional klien terhadap status saat
ini, mudah tersinggung, mekanisme koping yang biasa digunakan
dan orang yang membantu dalam pemecahan masalah
k) Sistem kepercayaan
Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu atau tidak.
2. Pemeriksaan Fisik
A) Keadaan Umum
Keadaan umum pasien diamati mulai saat pertama kali bertemu dengan
pasien dilanjutkan mengukur TTV, kesadaran pasien diamati sadar
sepenuhnya (komposmentis, apatis, somnolen, delirium semi koma,
koma, keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tampak
tidak sakit.
B) Pemeriksaan fisik Head to Toe

a. Kepala

Bentuk kepala : (simetris/tidak),ada ketombe/tidak,ada kotoran pada


kulit kepala/tidak,pertumbuhan rambut merata/tidak,ada lesi/tidak,ada
nyeri tekan/tidak

b. Kulit

Warna kulit, turgor kulit cepat kembali/tidak,ada lesi/tidak,ada


oedema/tidak,ada peradangan/tidak.

c. Mata

Bola mata(simetris/tidak),Pergerakan bola mata normal/tidak,refleks


pupil terhadap cahaya

normal/tidak,Kornea(bening/tidak),Konjungtiva(anemis/tidak),sclera
ada ikterik/tidak,ketajaman pengelihatan normal/tidak.

d. Hidung

Bentuk(simetris/tidak),fungsipenciuman(baik/tidak),peradangan(ada
/tidak),ada polip/tida

e. Telinga

Telinga(simetris/tidak),letaknya(simetris/tidak),peradangan(ada/tida
k),fungsi pendengaran(baik/tidak),ada serumen/tidak,ada cairan/tidak

f. Mulut
Bibir (Warnanya/ pucat/ sianosis/ merah), kering/ tidak, pecah/tidak,
Gigi (besih/ tidak) , Gusi (aa berdarah/ tidak), Tonsil (Radang/ tidak),
Lidah (tremor/ tidak, Kotor/ tidak), Fungsi pengecapan (baik/tidak),
Mukosa mulut (warnanya), ada stomatitis/ tidak

g. Leher

Benjolan/ masa (ada/tidak), ada kekakuan/ tidak, ada nyeri tekan/


tidak, pergerkan leher (ROM) bisa bergerak fleksi/ tidak, rotasi/tidak,
lateral fleksi/ tidak, hiperesktension/ tidak, tenggorokan: ovula
(simetris/tidak), keduduan trachea (normal/tidak), ganggua bicara
(ada/tidak)

h. Dada

Bentuk(simetris/tidak),bentuk dan pergerakan dinding dada


(simetris/tidak),ada bunyi/irama pernapasan seperti:teratur/tidak,ada
cheynes stokes/tidak,ada irama kussmaul/tidak,stridor/tidak,wheezing
ada/tidak,ronchi/tidak,pleural friction-Rub/tidak,ada nyeri tekan pada
daerah dada/tidak,ada/tidak bunyi jantung seperti:

Bunyi jantung I yaitu bunyi menutupnya katup mitral dan


trikuspidalis,BJ II yaitu bunyi menutupnya katup aorta dan
pulmonalis,Bising jantung/Murmur

i. Abdomen

Bentuk(simetris/tidak),datar/tidak,ada nyeri tekan pada


epigastrik/tidak,ada peningkatan peristaltic usus/tidak,ada nyeri tekan
pada daerah suprapubik/tidak,ada odem/tidak

j. Gentalia

Ada radang pada genitalia eksterna/tidak,ada lesi/tidak,siklus


menstruasi teratur/tida,ada pengeluaran cairan/tidak.

k. Ekstremitas atas dan bawah


Ada pembatasan gerak/tidak,ada odem/tidak,varises
ada/tidak,tromboplebitisada/tidak,nyeri/kemerahan(ada/tidak),tanda-
tanda infeksi(ada/tidak),ada kelemahan tungkai/tidak.

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan tumor
meningeal atau meningioma adalah sebagai berikut:
a) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kompresi pada pusat
pernapasan di medulla oblongata, kelemahan otot-otot pernapasan, kegagalan
fungsi pernapasan.
b) Nyeri akut berhubungan dengan kompresi/ penekanan jaringan otak dan
peningkatan tekanan intrakranial
c) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan muntah dan peningkatan tekanan intrakranial
d) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan oklusi vena sentral dan
peningkatan tekanan intrakranial
e) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi terkait
penyakit
f) Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan gangguan
suplai darah ke otak
g) Risiko cedera berhubungan dengan gangguan penglihatan dan papiledema
4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Intervensi Keperawatan (NIC) Rasional
. Keperawatan Hasil (NOC)
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen jalan napas dan
pola napas tindakan keperawatan monitor pernapasan
berhubungan dengan selama ..x 24 jam pasien 1. Monitor respirasi dan status 1. Mengetahui status respirasi
kompresi pada pusat menunjukkan keefektifan O2 sebagai dasar untuk
pernapasan di pola nafas, dibuktikan melakukan tindakan
medulla oblongata, dengan kriteria hasil: keperawatan
kelemahan otot-otot 1. Suara nafas yang 2. Pantau frekuensi, irama, 2. Distres pernapasan dan
pernapasan, bersih, tidak ada kedalaman pernafasan. perubahan pada tanda vital
kegagalan fungsi sianosis dan dyspneu dapat terjadi sebagai akibat
pernapasan. 2. Irama nafas, stres fisiologi dan dapat
frekuensi pernafasan menunjukkan terjadinya syok
dalam rentang sehubungan dengan hipoksia.
normal (16- 3. Berikan posisi yang nyaman 3. Meningkatkan inspirasi
20x/menit) yaitu semifowler maksimal, meningkatkan
3. TTV dalam batas ekspansi paru
normal (TD: 120/80, 4. Anjurkan pasien untuk 4. Memaksimalkan oksigen pada
RR 16-20x/mnt, Nadi melakukan nafas dalam. darah arteri dan membantu
80-100x/mnt, Suhu dalam pencegahan hipoksia
36,5-37,5oC) 5. Kolaborasi dengan dokter 5. Memenuhi oksigen dalam
untuk pemberian terapi tubuh.
oksigen.
2. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui karakteristik
kompresi/ penekanan selama ...x24 jam pasien secara komprehensif nyeri untuk pemilihan
jaringan otak dan dapat mengontrol nyeri termasuk lokasi, intervensi
peningkatan tekanan dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi,
intrakranial 1. Menggunakan frekuensi, kualitas dan faktor
metode non-analgetik presipitasi
untuk mengurangi 2. Observasi reaksi non-verbal 2. Mengetahui reaksi pasien
nyeri dari ketidaknyamanan terhadap nyeri yang
2. Menggunakan dirasakan
analgetik sesuai 3. Gunakan teknik komunikasi 3. Guna memilih intervensi
kebutuhan terapeutik untuk mengetahui yang tepat yang dapat
3. Melaporkan nyeri pengalaman nyeri pasien digunakan
sudah terkontrol
4. Lakukan manajemen nyeri 4. Meningkatkan rasa nyaman
sesuai skala nyeri misalnya dengan mengurangi sensasi
pengaturan posisi fisiologis tekan pada area yang sakit
5. Kontrol lingkungan yang 5. Mengurangi faktor yang
dapat mempengaruhi nyeri dapat memperparah nyeri
seperti suhu ruangan, pasien
pencahayaan, dan kebisingan

6. Ajarkan teknik non- 6. Mengurangi nyeri tanpa obat-


farmakologi untuk mengatasi obatan
nyeri seperti relaksasi nafas
dalam, distraksi, dan
kompres)

7. Kolaborasi pemberian 7. Pemberian analgesik dapat


analgetik mengurangi nyeri dan dapat
diselingi dengan melakukan
teknik manajemen nyeri non
farmakologi

3. Risiko ketidakefektifan Setelah dilakukan Monitoring TIK


perfusi jaringan otak tindakan keperawatan 1. Pantau tanda dan gejala 1. Trias klasik meningkatan
berhubungan dengan selama ...x24 jam pasien peningkatan TIK yaitu TIK yaitu muntah, nyeri
gangguan suplai darah terbebas dari risiko mengkaji GCS klien, tanda- kepala, dan papil edema
ke otak ketidakefektifan perfusi tanda vital, respon pupil,
jaringan otak dengan dancatat adanya muntah, 2. Fleksi / rotasi leher
kriteria hasil: sakit kepala, perubahan berlebihan, stimulasi panas
1. Tidak ada tanda tersebunyi (mis; letargi, dingin, menahan nafas,
peningkatan TIK gelisah, perubahan mental mengejan, perubahan posisi
2. Klien mampu bicara 2. Hindarkan situasi atau yang cepat, mengejan, batuk
dengan jelas, manuever yang dapat dapat meningkatkan tekanan
menunjukkan meningkatkan TIK (fleksi / intrakranial
konsentrasi, perhatian rotasi leher berlebihan,
dan orientasi baik stimulasi panas dingin, 3. Panas merupakan reflek dari
3. Peningkatan tingkat menahan nafas, mengejan, hipotalamus.Peningkatan
kesadaran (GCS 15, perubahan posisi yang kebutuhan metabolisme dan
tidak ada gerakan cepat) O₂ akan menunjang
involunter) 3. Monitor lingkungan yang peningkatan TIK
4. TTV dalam batas dapat menstimulus
4. Memberikan suasana yang
normal (TD: 120/80, peningkatan TIK tenang dapat mengurangi
RR 16-20x/mnt, Nadi respon psikologis dan
80-100x/mnt, Suhu memberikan istirahat untuk
36,5-37,5oC). 4. Berikan lingkungan yang mempertahankan TIK yang
tenang rendah
5. Kolaborasi pemberian obat 5. Steroid untuk mengurangi
sesuai indikasi seperti inflamasi dan mengurangi
steroid dexametason edema
5.Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses asuhan keperawatan. Format
evaluasi yang sering dipakai adalah format SOAP, dalam format ini kita dapat
mengetahui perkembangan keadaan pasien. Apakah masalah keperawatannya
sudah terselesaikan atau belum. Evaluasi keperawatan yang mungkin dicapai
dalam pemberian asuhan keperawatan dalah sebagai berikut:
a) Pola nafas kembali efektif
b)Nyeri akut berkurang
c) Nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh
d)Gangguan persepsi sensori teratasi
e) Pengetahuan tentang penyakit bertambah
f) Tidak terjadi ketidakefektifan perfusi jaringan otak
g) Tidak terjadi cedera
DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, Armita Iriyana. 2016. laporan pendahuuan asuhan keperawatan pada


pasien dengan meningoma diruang gardena RSD dr.
Sobandi Jember. Universitas Jember : Jember.

Moorhead, Johnson, Maas, dan Swaanson. 2013. Nursing Outcomes Classification


(NOC). Fifth Edition. USA: Mosby
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: EGC
 Pathway.

Faktor keturunan/genetik Radiasi Trauma/virus

Kromosom membelah abnormal

Gangguan neurogenik Tumor

Gangguan mobilitasTulang
fisik tengkorak tidak dapat meluas

Mendesak ruang intrakranial Muntah


Gangguan kesadaran
Peregangan dura&pembuluh darah Peningkatan TIK Oklusi vena sentral

Nyeri Penekanan jaringan otak Gangguan Vokal Papil edema


Massa menekan pembuluh
darah otak
Spinal cord Foramen magnum
Pembuluh darah terjepit
Paraparesis
Gangguan suplai darah arteri Nyeri
Bedrest/imobilisasi

Ketidakefektifan perfusi
Kerusakan jaringan kulit
cerebral

Anda mungkin juga menyukai