BAB I
PERHITUNGAN KEBUTUHAN
AIR NORMAL
Bulan
Tahun
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
2001 306 253 269 357 161 223 302 155 155 345 469 184
2002 446.9 76.5 285.9 339.4 141.5 136 153.7 164 107.6 210.7 362.3 297.4
2003 394 297 202 614.4 147 134 281 207 132 302 334 257
2004 374 18 212 365 325 130 241 66 527 231 564 40
2005 290 166 221 256 409.8 167.8 151.7 161.7 229.6 538.3 309.5 141
2006 184 345 137 260 228 220 41 57 171 130 297 477
2007 281 92 203 314 462 438 312 142 215 591 250 366
2008 124.5 106.4 209.8 321.4 233.8 101.8 317.1 279 200.5 565.2 246.2 426.1
2009 262 66.9 291 372.2 182.5 135.4 121.9 299.5 189.5 381.9 668 309.2
2010 233.5 274.5 286.1 210.4 320.8 381.2 320 173 423.7 242.1 449.9 202.6
2011 355.3 229.1 151.7 241 204 173.5 144.1 193.1 147.9 533.2 292.8 463.5
2012 147.8 256.9 209.3 358.5 221.5 93.6 322.8 73 54 441 401 502
n=12 3399 2181.3 2677.8 4009.3 3036.9 2334.3 2708.3 1970.3 2552.8 4511.4 4643.7 3665.8
Bulan
No
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
1 446.9 345.0 291.0 614.0 462.0 438.0 322.8 299.5 527.0 591.0 668.0 502.0
2 394.0 297.0 286.1 372.2 409.8 381.2 320.0 279.0 423.7 565.2 564.0 477.0
3 374.0 274.5 285.9 365.0 325.0 223.0 317.1 207.0 229.6 538.3 469.0 463.5
4 355.3 256.9 269.0 358.5 320.8 220.0 312.0 193.1 215.0 533.2 449.9 426.1
5 306.0 253.0 221.0 357.0 233.8 173.5 302.0 173.0 200.5 441.0 401.0 402.0
6 290.0 229.1 212.0 339.4 228.0 167.8 281.0 164.0 189.5 381.9 362.3 366.0
7 281.0 166.0 209.8 321.4 221.5 136.0 241.0 161.7 171.0 345.0 334.0 309.2
8 262.0 106.4 209.3 314.0 204.0 135.4 153.7 155.0 155.0 302.0 309.5 297.4
9 233.5 92.0 203.0 260.0 182.5 134.0 151.7 142.0 147.9 242.1 297.0 257.0
10 184.0 76.5 202.0 256.0 161.0 130.0 144.1 73.0 132.0 231.0 292.8 202.6
11 147.8 66.9 151.7 241.0 147.0 101.8 121.9 66.0 107.6 210.7 250.0 184.0
12 124.5 18.0 137.0 210.4 141.5 93.6 41.0 57.0 54.0 130.0 246.2 141.0
Penggunaan cara interprestasi grafis memberikan hasil yang lebih baik dibandingan
dengan cara matematis, karena :
Cara ini sederhana dan tepat untuk data-data yang biasanya terbatas.
Hubungan antara kurva dengan titik-titik yang di plot bisa langsung di lihat.
Frekuensi data historis dapat diperlihatkan dan dimasukkan.
X
Xi
n
dimana ,
X : Curah hujan rata-rata selama n tahun pengamatan.
Xi : Jumlah curah hujan selama pengamatan
n : Banyaknya tahun pengamatan.
Xi X
2
Sx =
n 1
Ranking
Tahun (n) xi (xi-x) (xi-x)2
(m)
2002 1 446.9 163.65 26781.32
2003 2 394 110.75 12265.56
2004 3 374 90.75 8235.56
2011 4 355.3 72.05 5191.20
2001 5 306 22.75 517.56
2005 6 290 6.75 45.56
2007 7 281 -2.25 5.06
2009 8 262 -21.25 451.56
2010 9 233.5 -49.75 2475.06
2006 10 184 -99.25 9850.56
2012 11 147.8 -135.45 18346.70
2008 12 124.5 -158.75 25201.56
n = 12 Jumlah 3399 109367.29
Rata-rata 283.25
Nilai rata-rata :
X
Xi =
3399
= 283,25
n 12
Standar Deviasi :
Xi 2
X 109367,29
Sx = = 99,7120
n 1 12 1
Yn 0,5035
u= X = 283,25 0,0099 = 232,1924
a
Ranking
Tahun (n) xi (xi-x) (xi-x)2
(m)
2006 1 345 163.23 26642.40
2003 2 297 115.23 13276.80
2010 3 274.5 92.73 8597.93
2012 4 256.9 75.13 5643.77
2001 5 253 71.23 5073.00
2011 6 229.1 47.33 2239.66
2005 7 166 -15.78 248.85
2008 8 106.4 -75.38 5681.39
2007 9 92 -89.78 8059.55
2002 10 76.5 -105.28 11082.83
2009 11 66.9 -114.88 13196.27
2004 12 18 -163.78 26822.25
n = 12 Jumlah 2181.3 126564.68
Rata-rata 181.78
Nilai rata-rata :
X
Xi =
2181,3
= 181,78
n 12
Standar Deviasi :
Xi 2
X 126564,68
Sx = = 107,2655
n 1 12 1
Yn 0,5035
u= X = 181,78 0,0092 = 126,8496
a
Ranking
Tahun (n) xi (xi-x) (xi-x)2
(m)
2009 1 291 67.85 4603.62
2010 2 286.1 62.95 3962.70
2002 3 285.9 62.75 3937.56
2001 4 269 45.85 2102.22
2005 5 221 -2.15 4.62
2004 6 212 -11.15 124.32
2008 7 209.8 -13.35 178.22
2012 8 209.3 -13.85 191.82
2007 9 203 -20.15 406.02
2003 10 202 -21.15 447.32
2011 11 151.7 -71.45 5105.10
2006 12 137 -86.15 7421.82
n = 12 Jumlah 2677.8 28485.37
Rata-rata 223.15
Nilai rata-rata :
X
Xi =
2677,8
= 223,15
n 12
Standar Deviasi :
Xi 2
X 28485,37
Sx = = 50,8879
n 1 12 1
Yn 0,5035
u= X = 223,15 0,0193 = 197.0928
a
Ranking
Tahun (n) xi (xi-x) (xi-x)2
(m)
2003 1 614.4 280.29 78563.42
2009 2 372.2 38.09 1450.98
2004 3 365 30.89 954.30
2012 4 358.5 24.39 594.95
2001 5 357 22.89 524.03
2002 6 339.4 5.29 28.00
2008 7 321.4 -12.71 161.50
2007 8 314 -20.11 404.35
2006 9 260 -74.11 5492.05
2005 10 256 -78.11 6100.91
2011 11 241 -93.11 8669.16
2010 12 210.4 -123.71 15303.75
n = 12 Jumlah 4009.3 118247.39
Rata-rata 334.11
Nilai rata-rata :
X
Xi =
4009,3
= 334.11
n 12
Standar Deviasi :
Xi 2
X 118247 ,39
Sx = = 103,6811
n 1 12 1
Yn 0,5035
u= X = 334,11 0,0095 = 281,0183
a
(m)
2007 1 462 208.93 43649.66
2005 2 409.8 156.73 24562.73
2004 3 325 71.93 5173.21
2010 4 320.8 67.73 4586.68
2008 5 233.8 -19.27 371.53
2006 6 228 -25.08 628.76
2012 7 221.5 -31.58 996.98
2011 8 204 -49.08 2408.36
2009 9 182.5 -70.58 4980.83
2001 10 161 -92.08 8477.81
2003 11 147 -106.08 11251.91
2002 12 141.5 -111.58 12448.98
n = 12 Jumlah 3036.9 119537.40
Rata-rata 253.08
Nilai rata-rata :
X
Xi =
3036,9
= 253,08
n 12
Standar Deviasi :
Xi 2
X 119537 ,40
Sx = = 104,2451
n 1 12 1
Yn 0,5035
u= X = 253,08 0,0094 = 199,6962
a
Ranking
Tahun (n) xi (xi-x) (xi-x)2
(m)
Nilai rata-rata :
X
Xi =
233,4
= 194,53
n 12
Standar Deviasi :
Xi 2
X 130275,18
Sx = = 108,8265
n 1 12 1
Yn 0,5035
u= X = 194,53 0,0090 = 138,8003
a
Ranking
Tahun (n) xi (xi-x) (xi-x)2
(m)
2012 1 322.8 97.11 9430.03
Nilai rata-rata :
X
Xi =
2708,3
= 225,69
n 12
Standar Deviasi :
Xi 2
X 105443,51
Sx = = 97,9070
n 1 12 1
Yn 0,5035
u= X = 225,69 0,0100 = 175,5583
a
Ranking
Tahun (n) xi (xi-x) (xi-x)2
(m)
2009 1 299.5 135.31 18308.35
2008 2 279 114.81 13180.95
Nilai rata-rata :
X
Xi =
1970,3
= 164,19
n 12
Standar Deviasi :
Xi 2
X 64265,91
Sx = = 76,4353
n 1 12 1
Yn 0,5035
u= X = 164,19 0,0129 = 125,0529
a
Ranking
Tahun (n) xi (xi-x) (xi-x)2
(m)
2004 1 527 314.27 98763.54
2010 2 423.7 210.97 44506.93
2005 3 229.6 16.87 284.48
Nilai rata-rata :
X
Xi =
2552,8
= 212,73
n 12
Standar Deviasi :
Xi 2
X 196294,87
Sx = = 133,5851
n 1 12 1
Yn 0,5035
u= X = 212,73 0,0074 = 144,3309
a
Ranking
Tahun (n) xi (xi-x) (xi-x)2
(m)
2007 1 591 215.05 46246.50
2008 2 565.2 189.25 35815.56
2005 3 538.3 162.35 26357.52
2011 4 533.2 157.25 24727.56
Nilai rata-rata :
X
Xi =
4511,4
= 375,95
n 12
Standar Deviasi :
Xi 2
X 270565,85
Sx = = 156,8340
n 1 12 1
Yn 0,5035
u= X = 375,95 0,0063 = 295,6430
a
Ranking
Tahun (n) xi (xi-x) (xi-x)2
(m)
2009 1 668 281.03 78975.05
2004 2 564 177.03 31337.85
2001 3 469 82.03 6728.10
2010 4 449.9 62.93 3959.56
2012 5 401 14.03 196.70
Nilai rata-rata :
X
Xi =
4643,7
= 386,98
n 12
Standar Deviasi :
Xi 2
X 186159,02
Sx = = 130,0905
n 1 12 1
Yn 0,5035
u= X = 386,98 0,0076 = 320,3620
a
Ranking
Tahun (n) xi (xi-x) (xi-x)2
(m)
2012 1 502 166.35 27672.32
2006 2 477 141.35 19979.82
2011 3 463.5 127.85 16345.62
2008 4 426.1 90.45 8181.20
2004 5 402 66.35 4402.32
2007 6 366 30.35 921.12
Nilai rata-rata :
X
Xi =
4027,8
= 335,65
n 12
Standar Deviasi :
Xi 2
X 164439,55
Sx = = 122,2663
n 1 12 1
Yn 0,5035
u= X = 335,65 0,0080 = 273,0434
a
Empiris Gumbell
Bulan
mm/hr mm/hr
Januari 4,0161 6,8829
Februari 3,8000 3,8071
Maret 4,4194 6,0479
April 8,0333 8,7148
Mei 4.7419 5,8070
Juni 3,3933 3,9419
Juli 4,9581 5,0670
Untuk menghitung kebutuhan air irigasi akan digunakan Re dari hasil perhitungan
dengan metode “Empiris” karena nilai yang dihasilkan lebih kecil (efektif)
dibandingkan dengan nilai Re dari perhitungan dengan metode “Gumbel”.
Namun ada kehilangan radiasi lain. Radiasi matahari pada lapisan atas
atmosfir, sebagian diserap oleh atmosfir dan sampai ke bumi sebagai radiasi
gelombang panjang.Radiasi ini sampai ke bumi untuk memanaskan permukaan
bumi. Namun akibat radiasi gelombang pendek tadi, permukaan bumi juga
menimbulkan radiasi gelombang panjang yang akan memanaskan udara diatasnya.
Dengan demikian energi bersih (Rn) yang diserap oleh permukaan adalah
hasil pengurangan antara radiasi gelombang pendek (RNs) dengan radiasi
gelombang panjang (RNl). Walaupun besarnya radiasi ini dapat dinyatakan dalam
berbagai satuan. Tapi dalam perhitungan penguapan, besarnya radiasi selalu
diambil setara/ ekivalen dengan penguapan yang ditimbulkan. Energi bersih ini
sebagian digunakan oleh permukaan untuk pemanasan udara diatasnya (Q), dan
sebagian lagi digunakan untuk penguapan air (E).
Besarnya energi yang digunakan pemanasan udara diatas permukaan (Q)
tergantung pada angin diatas permukaan dan perbedaan suhu antara suhu
permukaan dengan suhu udara diatasnya. Sedangkan besarnya energi untuk
penguapan (E) tergantung juga pada angin dan kelembaban yang dinyatakan
sebagai sisa tekanan uap jenuh (e s - ed), atau selisih tekanan uap jenuh pada
suhu permukaan dengan tekanan uap yang terjadi pada suhu udara yang ada.
Dilain pihak, kemampuan udara untuk mengeringkan permukaan (E a) tergantung
pada selisih antara tekanan uap jenuh pada suhu udara dengan tekanan uap pada
suhu yang ada (es - ed). Perbedaannya, kalau energi untuk penguapan (E)
tergantung pada tekanan uap jenuh pada suhu permukaan sedang pada
kemampuan udara untuk mengeringkan tergantung pada tekanan uap jenuh pada
suhu udara.
Hal ini mengingat bahwa kalau tekanan uap yang ada belum mencapai
tekanan uap jenuh maka akan terjadi perubahan molekul air menjadi uap air sampai
tekanan uap udara yang ada diatas permukaan air sama dengan yang jenuh.
Untuk mengkonversikan energi untuk penguapan (E) menjadi kemampuan udara
untuk mengeringkan (Ea), Penman menggunakan besaran () yang menunjukkan
kemiringan tekanan uap/ suhu.
Dari hubungan itu semua, maka dari data iklim yang tersedia, akan didapatkan
persamaan untuk menghitung penguapan yang akan terjadi pada panci penguapan
kelas A. Karena yang kita cari adalah besarnya evapotranspirasi acuan (ET 0), maka
masih ada 2 faktor yang harus digunakan yaitu : faktor penimbang W dan (1 - W)
serta faktor penyesuaian c. Dengan demikian maka metoda ini baru dapat
digunakan kalau data iklim yang meliputi : suhu, kelembaban, angin, penyinaran
matahari atau radiasi matahari tersedia cukup. Dan dibanding dengan metoda
yang telah dibahas sebelumnya, metoda akan memberikan hasil yang cukup
memuaskan.
1. Kumpulkan data iklim yang diketahui suhu rata – rata (T rata – rata),
kelembaban maksimum (RH mak) , kelembaban minimum (RH min) , kecepatan
angin 2 m dari tanah (U2) , kecepatan angin di siang hari (Uday) , rasio
kecepatan angin siang dan malam (Ud/Un).
2. Dari daftar I.2 carilah nilai ea sesuai dengan suhu rata-rata udara (T rata -
rata). Kalau yang diketahui suhu maksimum dan minimum, hitung rata-rata
suhu.
20. Hitunglah nilai Eto = c. [W.Rn + ( 1 - W).f(U) (ea – ed)] dengan nilai c dari
langkah (18), W dari langkah (18), Rn dari langkah (17), nilai (1 – W) dari
langkah (6), f(U) dari langkah (5) serta (ea – ed) dari langkah (4). Hasil akhir
dari perhitungan Eto ini dalam satuan mm/hari.
21. Hitunglah nilai Eto dalam satuan mm/bulan dengan cara mengalikan langkah
(20) dengan jumlah hari pada tiap bulannya.
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
n 4,37 4,47 4,60 4,85 4,76 5,55 5,62 5,09 4,36 4,68 4,37 4,30
t 26,27 26,60 26,61 26,75 27,03 26,83 26,84 26,56 26,56 26,51 26,22 26,13
Rh max 94,1 93,3 94,3 92,8 92,8 92,2 90,3 92,0 92,3 93,0 96,0 95,0
Rh min 73,9 71,0 72,0 71,0 63,0 75,0 65,0 67,0 71,0 69,0 73,0 63,0
U2 443 568 786 445 654 786 511 435 443 568 786 392
Uday 8 7 6 6 6 6 6 5 8 7 6 5
Ud/Un 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Rh rata-rata 84,0 82,2 83,2 81,9 77,9 83,6 77,7 79,5 81,7 81,0 84,5 79,0
Tabel 1.29 PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI ACUAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENMAN MODIFIKASI
Ketinggian = 20 m dan Garis Lintang = 5°LU
Daftar I.2. Besarnya ea dalam mbar berdasar suhu dalam derajat Celcius.
Suhu udara 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Tekanan
6.1 6.6 7.1 7.6 8.1 8.7 9.3 10.0 10.7 11. 12. 13. 14. 15.0
uap jenuh
5 3 1 0
Suhu udara 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Tekanan
16.1 17.0 18. 19.4 20. 22. 23. 24.9 26.4 28. 29. 31. 33. 35.7
uap jenuh
2 6 0 4 1 8 7 6
Suhu udara 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Tekanan
37.8 40.1 42. 44.9 47. 50. 53. 56.2 59.4 62. 66. 69.
uap jenuh
4 6 3 2 8 3 9
Angin (km/hari) 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Daftar I.7. Besarnya faktor kelembaban f(ed) pada berbagai tekanan uap
(ed) dalam menghitung radiasi gelombang panjang netto (Rnl)
ed (mbar) 6 8 10 12 14 16 18 20 22
f(ed)=0.34-0.044 0.23 0.22 0.20 0.19 0.18 0.16 0.15 0.14 0.13
ed
ed (mbar) 24 26 28 30 32 34 36 38 40
f(ed)=0.34-0.044 0.12 0.12 0.11 0.10 0.09 0.08 0.08 0.07 0.06
ed
Daftar I.8. Pengaruh suhu f(T) terhadap Radiasi Gelombang Panjang (Rnl)
To C 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
f(T) = Tk4 11.0 11.4 11.7 12.0 12.4 12.7 13.1 13.5 13.8 14.2
To C 20 22 24 26 28 30 32 34 36
f(T) = Tk4 14.6 15.0 15.4 15.9 16.3 16.7 17.2 17.7 18.1
Daftar I.9. Besarnya faktor penyinaran matahari f(n/N) untuk menghitung besarnya radiasi
gelombang panjang (Rnl).
n/N 0. 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
f(n/N) =0.1+ 0.9n/N 0.10 0.15 0.19 0.24 0.28 0.33 0.37 0.42 0.46 0.51 0.55
n/N 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9 0.95 1.0
F(n/N)=0.1+0.9n/N 0.60 0.64 0.69 0.73 0.78 0.82 0.87 0.91 0.96 1.00
Lintang Utara
G.L. Jan. Pebr. Maret April Mei Juni Juli Agus. Sept. Okt. Nop. Des.
0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0
5 11.8 11.9 12.0 12.2 12.3 12.4 12.3 12.3 12.1 12.0 11.9 11.8
10 11.6 11.8 12.0 12.3 12.6 12.7 12.6 12.4 12.1 11.8 11.6 11.5
15 11.3 11.6 12.0 12.5 12.8 13.0 12.9 12.6 12.2 11.8 11.4 11.2
20 11.0 11.5 12.0 12.6 13.1 13.3 13.2 12.8 12.3 11.7 11.2 10.9
25 10.7 11.3 12.0 12.7 13.3 13.7 13.5 13.0 12.3 11.6 10.9 10.6
30 10.4 11.1 12.0 12.9 13.6 14.0 13.9 13.2 12.4 11.5 10.6 10.2
35 10.1 11.0 11.9 13.1 14.0 14.5 14.3 13.5 12.4 11.3 10.3 9.8
40 9.6 10.7 11.9 13.3 14.4 15.0 14.7 13.7 12.5 11.2 10.0 9.3
42 9.4 10.6 11.9 13.4 14.6 15.2 14.9 13.9 12.6 11.1 9.8 9.1
44 9.3 10.5 11.9 13.4 14.7 15.4 15.2 14.0 12.6 11.0 9.7 8.9
46 9.1 10.4 11.9 13.5 14.9 15.7 15.4 14.2 12.6 10.9 9.5 8.7
48 8.8 10.2 11.8 13.6 15.2 16.0 15.6 14.3 12.6 10.9 9.3 8.3
50 8.5 10.1 11.8 13.8 15.4 16.3 15.9 14.5 12.7 10.8 9.1 8.1
Lintang Selatan
GL Jan. Pebr. Maret April Mei Juni Juli Agus. Sept. Okt. Nop. Des.
0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0
5 12.3 12.3 12.1 12.0 11.9 11.8 11.8 11.9 12.0 12.2 12.3 12.4
10 12.6 12.4 12.1 11.8 11.6 11.5 11.6 11.8 12.0 12.3 12.6 12.7
15 12.9 12.6 12.2 11.8 11.4 11.2 11.3 11.6 12.0 12.5 12.8 13.0
20 13.2 12.8 12.3 11.7 11.2 10.9 11.0 11.5 12.0 12.6 13.1 13.3
25 13.5 13.0 12.3 11.6 10.9 10.6 10.7 11.3 12.0 12.7 13.3 13.7
30 13.9 13.2 12.4 11.5 10.6 10.2 10.4 11.1 12.0 12.9 13.6 14.0
35 14.3 13.5 12.4 11.3 10.3 9.8 10.1 11.0 11.9 13.1 14.0 14.5
40 14.7 13.7 12.5 11.2 10.0 9.3 9.6 10.7 11.9 13.3 14.4 15.0
42 14.9 13.9 12.6 11.1 9.8 9.1 9.4 10.6 11.9 13.4 14.6 15.2
44 15.2 14.0 12.6 11.0 9.7 8.9 9.3 10.5 11.9 13.4 14.7 15.4
46 15.4 14.2 12.6 10.9 9.5 8.7 9.1 10.4 11.9 13.5 14.9 15.7
48 15.6 14.3 12.6 10.9 9.3 8.3 8.8 10.2 11.8 13.6 15.2 16.0
50 15.9 14.5 12.7 10.8 9.1 8.1 8.5 10.1 11.8 13.8 15.4 16.3
Daftar I.10. Besarnya Faktor Penimbang ( W ) berdasar suhu rata-rata dan ketinggian.
Suhu rata-rata 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
0 0.43 0.46 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69
500 0.44 0.48 0.51 0.54 0.57 0.60 0.62 0.65 0.67 0.70
1000 0.46 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71
2000 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73
3000 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75
4000 0.54 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77
Suhu rata-rata 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
0 0.71 0.73 0.75 0.77 0.78 0.80 0.82 0.83 0.84 0.85
500 0.72 0.74 0.76 0.78 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86
1000 0.73 0.75 0.77 0.79 0.8 0.82 0.83 0.85 0.86 0.87
2000 0.75 0.77 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86 0.87 0.88
3000 0.77 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86 0.87 0.88 0.89
4000 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86 0.87 0.89 0.90 0.90
Daftar I.12. Persamaan ETo pada berbagai nilai Jam Penyinaran matahari, kelembaban relatif
minimum dan kecepatan angin.
Kelembaban
Jam matahari
Relatif Kecepatan Angin Persamaan
bersinar
Minimum
Rendah ( Uday 0 - 2 m/detik ) ETo = 1.62 f - 2.14
Rendah
Sedang ( Uday 2 - 5 m/detik ) ETo = 1.76 f - 1.82
(RHmin < 20 %)
Tinggi ( Uday 5 - 8 m/detik ) ETo = 1.84 f - 1.58
Rendah ( Uday 0 - 2 m/detik ) ETo = 1.49 f - 2.23
Tinggi Sedang
Sedang ( Uday 2 - 5 m/detik ) ETo = 1.62 f - 2.14
(n/N sekitar 0.9) (Rhmin 20-50 %)
Tinggi ( Uday 5 - 8 m/detik ) ETo = 1.76 f - 2.02
Rendah ( Uday 0 - 2 m/detik ) ETo = 1.18 f - 2.06
Tinggi
Sedang ( Uday 2 - 5 m/detik ) ETo = 1.26 f - 2.02
(RHmin > 50 %)
Tinggi ( Uday 5 - 8 m/detik ) ETo = 1.36 f - 2.02
Rendah ( Uday 0 - 2 m/detik ) ETo = 1.42 f - 1.94
Rendah
Sedang ( Uday 2 - 5 m/detik ) ETo = 1.38 f - 1.36
(RHmin < 20 %)
Tinggi ( Uday 5 - 8 m/detik ) ETo = 1.44 f - 0.98
Rendah ( Uday 0 - 2 m/detik ) ETo = 1.32 f - 2.14
Sedang Sedang
Sedang ( Uday 2 - 5 m/detik ) ETo = 1.48 f - 2.06
(n/N sekitar 0.7 ) (Rhmin 20-50 %)
Tinggi ( Uday 5 - 8 m/detik ) ETo = 1.57 f - 1.89
Rendah ( Uday 0 - 2 m/detik ) ETo = 1.06 f - 1.87
Tinggi
Sedang ( Uday 2 - 5 m/detik ) ETo = 1.14 f - 1.78
(RHmin > 50 %)
Tinggi ( Uday 5 - 8 m/detik ) ETo = 1.2 f - 1.65
Rendah ( Uday 0 - 2 m/detik ) ETo = 1.23 f - 1.71
Rendah
Sedang ( Uday 2 - 5 m/detik ) ETo = 1.42 f - 1.74
(RHmin < 20 %)
Tinggi ( Uday 5 - 8 m/detik ) ETo = 1.76 f - 1.76
Rendah ( Uday 0 - 2 m/detik ) ETo = 1.12 f - 1.74
Rendah Sedang
Sedang ( Uday 2 - 5 m/detik ) ETo = 1.24 f - 1.68
(n/N sekitar 0.45) (Rhmin 20-50 %)
Tinggi ( Uday 5 - 8 m/detik ) ETo = 1.36 f - 1.72
Rendah ( Uday 0 - 2 m/detik ) ETo = 0.89 f - 1.68
Tinggi
Sedang ( Uday 2 - 5 m/detik ETo = 0.94 f - 1.48
(RHmin > 50 %)
Tinggi ( Uday 5 - 8 m/detik ) ETo = 1.02 f - 1.02
Dalam perhitungan kebutuhan air irigasi untuk tananam padi terbagi atas beberapa
tahap yaitu sebagai berikut :
1.4.1 Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
- Pengolahan lahan dilakukan pada awal musim tanam. Lamanya
pengolahan lahan sangat tergantung dengan alat yang digunakan.
- Untuk perencanaan irigasi, “ Direktorat Irigasi ” menyarankan besarnya
kebutuhan air irigasi untuk penyiapan lahan sebesar 250 mm. Ini
termasuk banyaknya air untuk pengenangan setelah perpindahan benih /
transplantasi selesai dilakukan yang besarnya 50 mm serta kebutuhan air
untuk persemaian. Untuk lahan yang sudah lama bero, yaitu antara panen
sebelumnya sampai permulaan tanam sampai 2,5 bulan atau lebih
disarankan menggunakan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan
sebesar 300 mm.
- Direktorat Irigasi dalam standart perencanaan irigasi, menyajikan metode
yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra (1968) untuk
menghitung kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Metode tersebut
didasarkan pada laju air kostan dalam liter/detik selama periode
penyiapan lahan dan menghasilkan rumus sebagai berikut :
IR = M . ek / (ek – 1)
M = Eo + P
Eo = 1,1 . ETo
k = (M . T) / S
dimana ;
IR = Kebituhan air irigasi ditingkat persawahan (mm/hari)
M = Kebutuhan air untuk mengganti /mengkompensasi
kehilangan akibat evaporasi dan perkolasi pada yang
dijenuhkan (mm/hari)
Eo = Evaporasi air terbuka (mm/hari)
ETo = Evapotranspirasi acuan
P = Perkolasi (mm/hari)
- Besarnya kebutuhan air irigasi (NFR) pada masa penyiapan lahan ini
adalah :
NFR = IR – Re
Pada tahap sesudah penyiapan lahan , besarnya kebutuhan air bersih dihitung
dengan rumus :
Untuk mempermudah perhitungan kita buat suatu daftar /tabel yang terdiri dari
kolom –kolom yang diperlukan untuk perhitungan, dengan keterangan untuk setiap
kolomnya yaitu sebagai berikut :
1. Pada kolom pertama dari tabel tersebut adalah bulan pemberian air , karena
perhitungan dilakukan dilakukan secara tengah bulan, setiap bulan menempati
2 baris.
2. Pada kolom kedua menunjukkan ETo, yang didapat dari perhitungan
Evapotranspirasi acuan menurut Metode Penman. Karena dalam perhitungan
tersebut dilakukan berdasarkan data bulanan, maka besarnya ETo untuk kedua
tengah bulanan dari setiap bulan diambil sama.
3. Kolom ketiga adalah perkolasi (P) yang diambil sama yaitu 2 mm/hari.
4. Kolom keempat adalah curah hujan efektif (Re) dari padi (mm/hari).
5. Kolom kelima adalah curah hujan efektif (Re *) dari jagung (mm/hari),
perletakkannya disesuaikan dengan bulan yang direncanakan untuk penanaman
dari jagung itu sendiri.
6. Kolom keenam adalah banyaknya air untuk pergantian (WLR) yang besarnya
diambil 50 mm setiap kali pergantian air yang dilakukan setiap bulan, sehingga
kebutuhan ini perhari diambil 2,2 mm/hari pada bulan pertama dan 1,1
mm/hari pada bulan kedua.
7. Kolom ketujuh sampai dengan kolom kedelapan adalah koefisien tanaman padi
dan jagung (palawija), dimana seluruh lahan dibagi menjadi 3 kelompok
dengan perbedaan permulaan tanam setengah bulan. Koefisien tanaman
masing-masing kelompok adalah C1 , C2 , dan C3.
8. Kolom kesepuluh adalah nilai rata-rata koefisien dari masing-masing
kelompok/golongan.
9. Kolom kesebelas adalah besarnya ETc, yang untuk masa penyiapan lahan (PL)
besarnya dihitung berdasarkan rumus Van de Moor dan Zijltra :
IR = M . ek / (ek – 1)
dimana ;
M = Eo + P T = 45 hari
Eo = 1,1 . ETo S = 300 mm
k = (M . T) / S e = 2,7181
Sedangkan diluar masa penyiapan lahan dihitung dengan rumus :
ETc = ETo x c
10. Kolom keduabelas adalah besarnya kebutuhan air bersih disawah, yang pada
masa penyiapan lahan dihitung berdasarkan rumus :
NFR = ETc – Re
Dan diluar masa penyiapan lahan dihitung menurut rumus :
NFR = ETc + P – Re + WLR
11. Kolom ketigabelas adalah besarnya kebutuhan air dari pengambilan atau
bendung (DR) dalam satuan lt/(det.ha) dihitung dengan rumus :
DR = NFR / ( eff . 8,64 )
dimana ;
NFR = Besarnya kebutuhan air irigasi (mm/hari)
eff = Efisiensi , besarnya diambil 0,65
Berdasarkan hasil perhitungan Kebutuhan Air Irigasi dengan pola tanam padi – padi,
maka didapatkan nilai NFR dan DR berdasarkan permulaan tanamannya, sebagai
berikut :
NFR DR
No PERMULAAN TANAMAN
mm/hari Liter/(detik.hektar)
1 Januari 6.753 1.202
2 Februari 7.882 1.403
3 Maret 7.706 1.372
4 April 8.396 1.495
5 Mei 8.369 1.495
6 Juni 7.206 1.283
7 Juli 6.405 1.141
8 Agustus 8.396 1.495
9 September 7.882 1.403
10 Oktober 7.882 1.403
11 November 6.442 1.147
12 Desember 6.442 1.147
BAB II
PERHITUNGAN KAPASITAS DAN DIMENSI
SALURAN IRIGASI
c . NFR . A
Q
e
Saluran Tersier
c . NFR . Ats c . NFR . Atp
Q atau Q
et et
Saluran sekunder
c . NFR . As c . NFR . Ats
Q atau Q
es es . et
Saluran primer
c . NFR . As c . NFR . Atp c . NFR . Ats c . NFR . Atp
Q atau Q
es . ep et . ep et . es . ep et . ep
Dimana;
Q = Debit yang harus dialirkan oleh saluran (m3/det)
c = koeffisien pengurangan akibat sistem golongan.
NFR = kebutuhan air di sawah ( netto ), liter/detik/ha.
A = luas daerah yang diairi, ha.
e = effisiensi irigasi.
et = effisiensi jaringan tersier ( 77,5 % - 85 % )
es = effisiensi jaringan sekunder ( 87,5 % - 92,5 % )
ep = effisiensi jaringan primer ( 87,5 % - 92,5 % )
Ats = luas petak tersier yang menyadap kesaluran sekunder
Atp = luas petak tersier yang menyadap kesaluran primer
As = Ats
Ap = As + Atp
m= kemiringan talud = Z
V = kecepatan
b = lebar dasar saluran
W= tinggi jagaan / ruang bebas (free board)
3. Menentukan luas penampang (m2)
Q = V. A
A = Q/V ,
dimana ;
A = h²√3
v = kecepatan aliran
4. Menentukan keliling penampang basah (m)
P= 2h√3
5. Mencari jari-jari hidrolis (m)
A
R=
P
6. Mencari Kecepatan aliran (v) dengan rumus stickler
v = k. R2/3.I1/2
7. Kontrol gaya seret
τd = α . w . y .I
τd > 0,144 kg/cm2
dimana ; τd = Gaya seret yang terjadi(Kg/cm2)
α = Koefisien gaya seret
α = 0,86
w = Berat satuan air (lb/ft3)
y = Kedalaman air (ft)
I = Kemiringan saluran
KETERANGAN :
Untuk gayas seret tidak boleh melebihi izin untuk tanah lanau alluvial koloid (tanah
liat) = 0,048 lb/ft3. Jika melebihi, maka saluran perlu pelapisan atau gaya serat
izin = 0,234 kg/m3.
PERUBAHAN SATUAN :
a. Berat satuan air (w) = 1000 kg/m3 = 62,4 lb/ft3
b. Satuan panjang 1 m = 3,281 ft
SALURAN PRIMER
= 0,871 lt / det / ha
Efisiensi jaringan tersier ( et ) = 0,80
Efisiensi jaringan primer ( ep ) = 0,95
Koefisien pengurangan ( c ) = 1
Debit yang dialirkan ( Q )
c . NFR . As c . NFR . Atp
Q = es . ep
+ et . ep
= 970,971 lt / det
= 0,971 m3 / det
Dari daftar II.1, untuk Q = 0,971 m3 / det didapat :
m = 1
k = 35
w = 0,50
I = 0,0007
w = 0,50 m
I = 0,0007
A = 1,744 m²
Q desain = 999 lt/det
SALURAN SEKUNDER
2. Saluran Sekunder 1 TANGKET ( SS.TK)
Perhitungan saluran Pasangan Beton
Kemiringan memanjang ditentukan
Luas petak yang dialiri ( A )
A = TK 1 kn
= 125 ha
Kebutuhan air normal ( NFR ) = 7,523 mm / hari
7,523 x 10000
= 24 x 60 x 60
= 0,871 lt / det / ha
Efisiensi jaringan tersier ( et ) = 0,80
Efisiensi jaringan sekunder ( es )= 0,90
Koefisien pengurangan ( c ) = 1
Debit yang dialirkan ( Q )
c . NFR . Ats
Q = et . es
1 . 0,871 . 125
= 0,8 . 0,90
= 151,215 lt / det
= 0,151 m3 / det
SALURAN TERSIER
3. Saluran Tersier 1 TANGKET ( ST 1.TK)
Perhitungan saluran Pasangan Beton
Kemiringan memanjang ditentukan
Luas petak yang dialiri ( A )
A = TK 2 kn
= 140,625 ha
Kebutuhan air normal ( NFR ) = 7,523 mm / hari
7,523 x 10000
= 24 x 60 x 60
= 0,871 lt / det / ha
Efisiensi jaringan tersier ( et ) = 0,80
Koefisien pengurangan ( c ) = 1
Debit yang dialirkan ( Q )
c . NFR . Ats
Q = et .
= 153,105 lt / det
= 0,153 m3 / det
k = 70
w = 0,20
I = 0,0003
Pintu Romijn ini mempunyai dua buah daun pintu : pintu bawah dan pintu
atas.
Ada tiga kedudukan sesuai tujuan penggunaan pintunya yaitu sebagai berikut :
Mengatur dan mengukur pemasukkan air irigasi
Menutup aliran pemasukkan air irigasi
Membilas endapan didepan pintu.
Karena debit yang dialirkan oleh saluran tersier Tangket I adalah sebesar 0,176 m3 /
det , maka dipakai pintu Romijn Type I dengan data sebagai berikut :
No. Uraian I
1 Lebar 0,50
2 Kedalaman maksimum aliran 0,33
3 Debit maksimum 160
4 Kehilangan tinggi energi. 0,08
V = 0,18 x H maksimum
Dimana :
V = 0,18 x 0,33 = 0,06 meter
Elevasi dasar dari muka air rencana ;
P = 0,81 + v = 0,81 + 0,06 = 0,87 meter
Karena h1 + p = 0,33 + 0,87 = 1,2 meter
Seperti yang telah diuraikan dalam babterdahulu. perbedaan antara bangunan bagi,
bangunan sadap dan bangunan bagi – sadap adalah pada fungsinya serta pencabangan dari
saluran hulu ke saluran-saluran hilirnya. Dalam perencanaan bangunan berikut ini yang
dibahas adalah bangunan bagi – sadap dimana perencanaan bangunan bagi – sadap ini
sudah mencakup pula perencanaan bangunan bagi atau bangunan sadap.
Dalam perencanaan bangunan bagi – sadap ada 4 bagian dari bangunan yang perlu kita
tinjau perencanaannya, yaitu :
bagian hulu,
bagian pengaturan muka air,
bagian hilir,
bagian peralihan.
Pada bagian hulu, yang terdiri dari saluran masuk dan kolam pengatur, merupakan
ujung dari saluran hulu. Untuk itu kedalaman bagian hulu ini umumnya diambil sama dengan
kedalaman saluran bagian hulu. Kalau bagian hulu ini penampangnya dirubah menjadi
persegi, maka pada bagian hulu ini terdapat sayap saluran yang menghantar perubahan
penampang dari trapesium menjadi persegi. Kolam pengatur merupakan kolam yang
berhadapan dengan pintu – pintu pengatur, sehingga luasnya tergantung dari jumlah
saluran hilirnya.
Bagian pengaturan muka air, merupakan bagian yang fungsinya mengalirkan debit
yang direncanakan dengan tetap memperhartikan ketinggian muka air dihulu maupun dihilir.
Muka air dihulu pintu harus sama dengan muka air di kolam pengatur, sedangkan muka air
dihilir pintu harus dapat menjamin berfungsinya pintu pengatur dengan baik.
Bagian hilir, umumnya terdiri dari kolam olakan ( kecuali kalau dari hasil perhitungan
kolam olakan ini tidak diperlukan ) serta saluran bagian hilir. Ketinggian muka air dihilir
kolam olakan harus sama dengan ketinggian muka air di saluran hilir, sednagkan muka air
hulu harus disesuaikan dengan muka air dihilir pintu pengatur.
Bagian peralihan diperlukan kalau antara pintu pengatur dengan bagian hilir
dipisahkan oleh gorong- gorong atau saluran pasangan terbuka, sesuai tuntutan
lokasi/lapangan. Kalau ada jalan inspeksi atau jalan kampung yang melintasi bangunan,
maka umumnya jalan ini diletakkan antara pintu pengatur dengan bagian hilir dengan
memasang gorong- gorong jalan.
Pintu ukur harus ditempatkan pada setiap pintu sadap, yaitu pintu dimana saluran
tersier berpangkal. Penempatan pintu ukur untuk saluran tersier dapat menggunakan pintu
ukur yang sekaligus mengatur aliran seperti pintu Romijn. Kalau digunakan pintu ukur yang
tidak sekaligus mengatur, maka dihulu pintu ukuir harus dipasang bangunan pengatur muka
air sperti pintu sorong atau balok sekat.
Untuk saluran sekunder atau induk dihilir bangunan bagi, maka kalau saluran induk
atau sekunder dihilir itu hanya satu ( yaitu pada bangunan sadap ), maka pada saluran induk
atau sekunder tersebut tidak perlu ditempatkan pintu ukur. Tapi kalau saluran induk atau
sekunder dihilir bangunan lebih dari satu buah ( pada bangunan bagi atau bangunan bagi –
sadap ), maka salah satu saluran tidak ditempatkan bangunan ukur dan yang lainnya tetap
ditempatkan pintu ukur.
Diketahui :
elevasi muka air : + 43,022 meter
bangunan pengatur : Romijn
pintu ukur : Romijn
kemiringan : 0,0003
“ Perhitungan Dimensi Saluran “
Sesuai dengan daftar IV. 4 untuk saluran yang masuk atau keluar dari
bangunan bagi sadap adalah sebagai berikut :
debit : 0,176 m3 / det
kemiringan talut : 1 m
b/h : 1,0
koef. Kekasaran stickler : 70
Untuk Tersier Tangket I ini dicoba dengan lebar saluran b = 0,50 m dengan
b/h = 1,0 m. Dengan coba-coba didapat h = 0,45 m
Dengan miring talut m = 1 m , maka :
Luas basah ( A ) = 0,351 m³
Keliling basah ( p ) = 2.h 3
= 2 . 0,45 3 = 1,599 m
A 0,351
Jari – jari hoidrolis ( R ) = p = 1,599
= 0,219 m
2 1
Kecepatan aliran ( v )= k . R 3
.I 2
2 1
= 70 . 0,219 3
. 0,0003 2
= 0,44 m / det
Debit ( Q ) = v.A = 0,44 . 0,351 = 1,154 m3 / det