Anda di halaman 1dari 24

MODUL

Revenue Stream dan Cost Structure


(Kelayakan Biaya dan Finansial)

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
1. TEORI
1.1 Pendapatan/Penjualan
Pendapatan masuk dalam revenue streams building block yang menggambarkan uang
tunai yang diperoleh perusahaan dari setiap segmen pelanggan. Selanjutnya revenue
(pendapatan) dikurangi biaya akan menghasilkan laba. Bila pelanggan dikatakan sebagai
jantung dari sebuah model bisnis, maka aliran pendapatan (revenue stream) adalah arterinya.
Perusahaan harus mengetahui nilai apa yang diinginkan oleh setiap segmen pelanggan
sehingga mereka mau membayar. Perusahaan bisa mendapatkan satu atau lebih aliran
pendapatan dari setiap pelanggan.
Suatu model bisnis memiliki dua tipe aliran pendapatan yang berbeda. (1) pendapatan
transaksi berasal dari pembayaran pelanggan per sekali bayar. (2) pendapatan berulang
berasal dari pembayaran berjalan baik dalam penyampaian proposisi nilai (produk) ke
pelanggan atau menyediakan pelayanan pelanggan paska penjualan.
Selain itu perlu diketahui untuk nilai seperti apa pelanggan benar-benar mau membayar.
Untuk apa dan bagaimana cara pembayaran yang diinginkan pelanggan dan seberapa besar
setiap aliran pendapatan berkontribusi terhadap total pendapatan keseluruhan. Ada beberapa
cara untuk memunculkan aliran pendapatan:
a. Penjualan aset: aliran pendapatan diperoleh dari menjual hak kepemilikan produk fisik.
Contoh: amazon.com menjual buku, music, elektronik dan lainnya secara online. Toyota
menjual mobil yang mana pembeli kemudian bebas untuk mengendarai, menjual kembali
atau bahkan merusakkannya.
b. Usage fee (biaya pemakaian) : aliran pendapatan diperoleh dari penggunaan jasa khusus.
Makin banyak pelayanan digunakan lebih banyak yang harus dibayar oleh pelanggan.
Contoh: operator telepon akan menagih untuk jumlah menit yang digunakan untuk
menelpon. Suatu hotel menagih untuk lama menginap. Pelayanan antar barang menagih
untuk pengantaran paket dari suatu tempat ke tempat lain.
c. Subscription fees (biaya pendaftaran): diperoleh dari menjual akses kontinyu pada
pelayanan tertentu. Tempat senam/klub golf menjual pendaftaran keanggotaan bulanan
atau tahunan untuk mengakses peralatan latihan.
d. Lending/Renting/Leasing (pinjam, sewa, sewa beli): diperoleh dari menyerahkan
sementara hak eksklusif aset tertentu untuk periode tetap dengan membayar. Contoh
penyewaan mobil/rumah.

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
e. Licensing (lisensi): diperoleh dari memberikan ijin untuk menggunakan hak cipta/paten
dengan membayar lisensi. Pemilik lisensi mendapatkan pendapatan dari hak cipta tanpa
membuat. Yang membuat membayar pada pemilik lisensi.
f. Brokerage fee (biaya perantara/komisi) diperoleh dari jasa perantara wakil dari dua atau
lebih pihak. Contoh provider kartu kredit mendapatkan pendapatan dari persentase nilai
transaksi penjualan antara pedagang (merchant) dan pelanggan. Broker dan agen real
estate mendapat suatu komisi setiap kali berhasil mempertemukan penjual dan pembeli.
g. Advertising (mengiklankan): dihasilkan dari pembayaran untuk mengiklankan produk,
jasa, merek tertentu yang dilakukan oleh industri media dan event organizers, akhir-akhir
ini termasuk perangkat lunak dan jasa.

2.2 Mekanisme Penentuan Harga


Setiap aliran pendapatan bisa memiliki mekanisme penentuan harga yang berbeda, yang
dikelompokkan menjadi dua kelompok fixed (pas) dan dinamis.
Penentuan harga pas: harga ditentukan didasarkan pada variabel statis.
a. Daftar harga : harga pas untuk produk individu, jasa dan proposisi nilai lainnya.
b. Bergantung pada fitur produk: harga bergantung pada jumlah atau kualitas fitur proposisi
nilai lainnya.
c. Bergantung pada pelanggan: harga bergantung pada tipe dan karakteristik segmen
pelanggan
d. Bergantung pada volume: harga sebagai fungsi dari jumlah yang dijual

Penentuan harga dinamis: harga berubah bergantung kondisi pasar


a. Negotiation (bargaining): harga dinegosiasikan antara dua atau lebih mitra bergantung
pada kekuasaan dan atau keterampilan negosiasi
b. Yield management : harga bergantung pada persediaan dan waktu pembelian (biasanya
digunakan untuk sumberdaya yang mudah habis seperti kamar hotel dan kursi pesawat.
c. Real-time-market : harga ditetapkan secara dinamis didasarkan atas penawaran dan
permintaaan
d. Auctions (lelang): harga ditentukan oleh hasil penawaran kompetitif
2.3 Struktur Biaya (Cost Structure)

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
Struktur biaya menjelaskan semua biaya yang terjadi untuk mengoperasikan model
bisnis. Blok bangunan ini menjelaskan biaya yang paling penting yang terjadi pada waktu
mengoperasikan model bisnis tertentu. Menciptakan dan mengantarkan nilai, menjaga
hubungan dengan pelanggan, dan memperoleh pendapatan pada semua biaya yang
dikeluarkan. Semua biaya dikalkulasi setelah menentukan Key Resources (sumber daya
kunci), Key Activities (aktivitas kunci) , and Key Partnerships (mitra kunci). Beberapa model
bisnis lebih didorong oleh biaya murah yang disebut oleh perusahaan penerbangan tidak ada
makanan atau low cost structure.
Pada setiap model bisnis biaya harus diminimasi lebih-lebih pada struktur biaya
rendah. Sehingga dapat dibedakan dua kelas struktur biaya: cost driven (digerakkan biaya),
dan value driven (digerakkan nilai) dan banyak bisnis yang berada diantara kedua ekstrim.
a. Cost-driven : fokus pada minimasi biaya sebisa mungkin. Pendekatan ini bertujuan
menciptakan dan memelihara struktur biaya seramping mungkin menggunakan proposisi
nilai harga murah, otomasi maksimum dan outsourcing (alih daya) ektensif. Perusahaan
penerbangan tanpa makanan, seperti Air Asia, Lion Air.
b. Value-driven: Beberpa perusahaan kurang memperhatikan implikasi biaya tetapi fokus
pada penciptaan nilai. Proposisi nilai premium dan derajat yang tinggi pelayanan ke
perorangan seperti hotel mewah.

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
2.4 Biaya Tetap dan Tidak Tetap
Biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat, sehingga
dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada saat akuisisi diwakili oleh
penyusutan saat ini atau dimasa yang akan datang dalam bentuk kas atau aktiva lain. Menurut
perubahannya terhadap volume produk atau jasa biaya di bagi dua yaitu biaya tetap dan biaya
variabel

2.4.1 Biaya Tetap


Biaya tetap adalah biaya yang tetap sama terhadap volume produk atau pelayanan
berapapun. Biaya tetap tidak terpengaruh oleh perubahan-perubahan dalam aktivitas operasi
sampai pada kondisi tertentu, kondisi dimana sesuai dengan kapasitas yang tersedia. Contoh:
biaya sewa tempat adalah biaya tetap. Ketika pesanan dan produk banyak atau sedikit, uang
yang harus dikeluarkan untuk sewa tempat adalah tetap. Besarnya tidak terpengaruh oleh
banyak sedikitnya pelanggan yang membeli produk. Contoh lain: gaji, fasilitas fisik
manufaktur (depresiasi atau penyusutan)

2.4.2 Biaya Variabel


Biaya variabel atau juga disebut variable cost adalah biaya yang berubah-rubah sesuai
dengan volume bisnis. Makin besar volume penjualan anda, makin besar pula biaya yang
harus anda keluarkan. Contoh yang mudah, biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja dalam
pembuatan sebuah produk adalah biaya variabel. Contoh: Jika biaya upah pegawai bukan
bulanan tetapi tergantung pada banyaknya produk, maka upah pegawai termasuk biaya
variabel. Biaya bahan baku juga termasuk dalam biaya variabel karena besar biaya per
bulannya akan sangat tergantung dengan jumlah produksi yang kita hasilkan.

2.4.3.Economies of scale (skala ekonomis)


Keunggulan biaya yang diperoleh suatu bisnis ketika output meningkat.karena perusahaan
membesar contohnya perusahaan mendapat manfaat dari harga bahan yang lebih murah
karena membeli lebih banyak dan biaya rata-rata per unit turun ketika output meningkat.

2.4.4 Economies of scope (lingkup ekonomis) :

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
Keunggulan biaya yang diperoleh suatu bisnis sehubungan dengan lingkup yang lebih luas
dari perusahaan yang membesar contohnya aktivitas pemasaran atau saluran distribusi bisa
mendukung produk multi.

2.5. Biaya Produksi


Untuk membuat laporan harga pokok produksi biaya dibagi menjadi: biaya bahan baku
langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

2.5.1 Biaya Bahan Baku Langsung


Biaya bahan baku langsung adalah semua biaya bahan yang membentuk bagian integral
dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk. Contoh
bahan baku langsung adalah kayu untuk pembuatan meubel dan kulit untuk pembuatan tas.
Pertimbangan utama dalam mengelompokkan bahan ke dalam biaya bahan baku langsung
adalah kemudahan penelusuran proses pengubahan bahan tersebut sampai menjadi barang
jadi. Sebagai contoh, paku untuk membuat peralatan meubel merupakan bagian dari barang
jadi, namun agar perhitungan biaya meubel tersebut bisa dilakukan secara cepat, bahan ini
dapat diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku tidak langsung.

2.5.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung


Biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dikerahkan untuk mengubah bahan
baku langsung menjadi barang jadi. Biaya untuk ini meliputi gaji para tenaga kerja langsung
yang dapat dibebankan kepada produk tertentu.

2.5.3 Biaya Overhead Pabrik


Biaya overhead pabrik disebut juga biaya tidak langsung, yaitu kumpulan dari semua
biaya untuk membuat suatu produk selain biaya bahan baku langsung dan tidak langsung.
Biaya overhead pabrik pada umumnya didefinisikan sebagai biaya bahan tidak langsung,
biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya pemeliharaan, penyusutan, listrik, air dan telepon,
Alat Tulis dan Kantor (ATK) dan bahan pabrik lainnya yang tidak secara mudah
diidentifikasikan atau dibebankan langsung ke pekerjaan/produk atau tujuan akhir biaya..

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
2.5.3.1 Biaya Bahan Tidak Langsung
Bahan baku yang dibutuhkan dalam penyelesaian suatu produk, namun penggunaannya
terhadap suatu produk sangat kecil atau sangat kompleks sehingga tidak sesuai jika biaya ini
diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku langsung.

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
2.5.3.2 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Tenaga kerja tidak langsung adalah mereka yang tidak mempengaruhi komposisi
barang jadi. Biaya ini adalah biaya tenaga kerja dari kegiatan yang berhubungan dengan
produk, namun tidak dapat ditelusuri secara ekonomis.

2.5.3.3 Biaya Pemeliharaan


Said (1980) menyatakan bahwa mesin-mesin produksi merupakan faktor produksi
yang berfungsi mengkonversi bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Mesin merupakan pesawat pengubah energi yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip
logis, rasional, dan matematis. Kebutuhan produktivitas yang lebih tinggi serta meningkatnya
keluaran mesin pada tahun-tahun terakhir ini telah mempercepat perkembangan otomasi. Hal
ini pada gilirannya memperbesar kebutuhan akan fungsi pemeliharaan (maintenance) mesin-
mesin tersebut, selain karena mesin-mesin tersebut cenderung terus mengalami kelusuhan
sehingga diperlukan reparasi atau perbaikan.
Ditinjau dari usaha pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan terhadap fasilitas
produksi, dapat dikatakan bahwa tujuan dari pemeliharaan dan perbaikan adalah untuk
mempertahankan suatu tingkat tertentu tanpa merusak produk akhir. Jadi, dengan adanya
pemeliharaan, maka fasilitas/peralatan pabrik diharapkan dapat beroperasi sesuai dengan
rencana dan tidak mengalami kerusakan selama digunakan untuk proses produksi sebelum
jangka waktu tertentu yang direncanakan tercapai.

Jelaskan mengenai Biaya Overhead lainnya dalam bisnis anda pada laporan praktikum.

Selain dari ketiga biaya yang tergolong pada inventoriable cost (biaya persediaaan) atau
product cost (biaya produk) perusahaan mengeluarkan biaya periodik sebagai berikut:

2.5.4 Biaya Administrasi


Biaya yang dikeluarkan dalam mengatur dan mengendalikan organisasi. Biaya
administrasi ini meliputi biaya pendirian perusahaan, Biaya ATK (Alat Tulis Kantor), Biaya
sewa kantor, gaji, dan biaya air, telepon, serta listrik.

2.5.5 Biaya Pemasaran dan Penjualan

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
Biaya pemasaran adalah biaya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pemasaran, dan
kegiatan pemasaran pada perusahaan yaitu untuk meningkatkan penjualan agar memperoleh
keuntungan sesuai dengan tujuan perusahaan. Oleh sebab itu, biaya pemasaran pada
perusahaan sangat berperan dalam menentukan tinggi rendahnya penjualan yang akan
menentukan tinggi rendahnya keuntungan yang didapat perusahaan.
Mulyadi (2005:488) menggolongkan biaya pemasaran menjadi dua golongan, yaitu:
a. Order Getting Cost (Biaya untuk mendapatkan pesanan), yaitu semua biaya yang
dikeluarkan dalam usaha untuk memperoleh pesanan. Contohnya; biaya gaji dan
wiraniaga, komisi penjualan, advertensi dan promosi.
b. Order Filling Cost (Biaya untuk memenuhi pesanan), yaitu semua biaya yang
dikeluarkan dalam rangka mengusahakan agar produk sampai ke tangan
pembeli/konsumen. Contohnya; biaya pergudangan, biaya pengangkutan dan biaya
penagihan
Menurut fungsi pemasaran, biaya pemasaran digolongkan sebagai berikut:
1. Fungsi penjualan. Fungsi ini terdiri dari kegiatan untuk memenuhi pesanan yang diterima
dari pelanggan.
2. Fungsi iklan. Fungsi ini terdiri dari kegiatan perancangan dan pelaksanaan kegiatan
order getting melalui kegiatan iklan dan promosi.
3. Fungsi pergudangan. Fungsi ini terdiri dari kegiatan penyimpanan produk jadi yang siap
untuk dijual.
4. Biaya pembungkusan dan pengiriman. Fungsi ini terdiri dari kegiatan pembungkusan
produk dan pengiriman produk kepada pembeli.
5. Fungsi kredit dan penagihan. Fungsi ini terdiri dari kegiatan pemantauan kemampuan
keuangan pelanggan dan penagihan piutang dari pelanggan.
6. Fungsi akuntansi pemasaran. Fungsi ini terdiri dari kegiatan pembuatan faktur dan
penyelenggaraan catatan akuntansi penjualan.

Biaya penjualan adalah semua biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan kegiatan
menjual dan memasarkan barang seperti kegiatan promosi, penjualan dan pengangkutan
barang-barang yang dijual. Definisi lain Biaya penjualan (selling costs) meliputi semua biaya
yang berkaitan dengan pencarian dan pemenuhan pesanan pelanggan. Dengan demikian,
biaya penjualan meliputi biaya periklanan, biaya riset pasar, gaji wiraniaga, penyusutan mobil

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
dan perlengkapan kantor yang dipakai oleh bagian penjualan, dan biaya penyimpanan dan
pengiriman barang-barang jadi.
Biaya penjualan merupakan komponen penting dalam kegiatan penjualan dan
merupakan salah satu komponen penentu harga jual, peningkatan dan penurunan biaya
penjualan akan berpengaruh terhadap volume penjualan, volume penjualan akan berpengaruh
terhadap laba usaha yang diperoleh perusahaan. Keberhasilan dalam pengelolaan biaya
penjualan mempunyai peranan yang penting bagi perusahaan dalam meningkatkan
pendapatan yang pada akhirnya akan menentukan tinggi rendahnya laba usaha.
Biaya lain yang termasuk periodic cost adalah biaya penelitian dan pengembangan, biaya
disain, biaya royalty/lisensi dan lain-lain

Biaya dilihat dari masa pengeluarannya dibagi dua yaitu Pengeluaran Pendapatan dan
pengeluaran modal.

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
2.6 Pengeluaran Pendapatan dan Investasi (Pengeluaran Modal)
2.6.1 Pengeluaran Pendapatan (Biaya Operasional)
Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu
barang dan barang tersebut dijual untuk menghasilkan pendapatan. Biaya manufaktur adalah
biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik Biaya usaha
terdiri dari biaya penjualan, biaya administrasi dan umum dan biaya lainnya.

2.6.2 Investasi (Pengeluaran Modal)


Adalah biaya yang dikeluarkan yang dimanfaatkan untuk jangka panjang. Menurut
Sunariyah (2003:4): “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di
masa-masa yang akan datang.” Biaya ini akan dimasukkan dalam perhitungan biaya produksi
sebagai biaya penyusutan/depresiasi sesuai dengan umur teknis dan ekonomis. Setelah nilai
buku sama dengan nol sudah terkumpul akumulasi penyusutan yang digunakan untuk
investasi kembali untuk kegunaan di masa yang akan datang

2.7 Laporan Harga Pokok Penjualan dan Laba Rugi


Menurut Zaki Baridwan (2004:120), menyatakan bahwa harga pokok penjualan
adalah nilai yang ditetapkan oleh perusahaan terhadap barang dan jasa dalam hubungannya
penetapan harga yang didasarkan pada besarnya biaya produksi dengan memperhitungkan
persediaan.
Biaya Bahan langsung yang digunakan adalah persediaan awal bahan baku langsung
ditambah pembelian bahan baku dikurangi persediaan akhir bahan baku langsung. Biaya
manufaktur diperoleh dari biaya bahan langsung ditambah biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik. Biaya manufaktur ditambah biaya persediaan awal barang dalam
proses merupakan biaya pemrosesan dan dikurangi biaya persediaan akhir barang dalam
proses menjadi Harga Pokok Pokok Produksi. Harga Pokok Produksi ditambah biaya
persediaan awal barang jadi menjadi Harga Pokok Barang Siap Dijual dikurangi biaya
persediaan akhir barang jadi menjadi Harga Pokok Penjualan.

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
Untuk menghitung laba atau rugi. Penjualan dikurangi dengan Harga Pokok Penjualan
menjadi laba kotor. Laba kotor ini dikurangi biaya komersil yang terdiri atas biaya
administrasi (gaji non produksi, ATK, pemeliharaan kantor, penyusutan/sewa gedung kantor,
listrik, air kantor dan lainnya) dan biaya pemasaran dan penjualan (biaya iklan/promosi,
komisi tenaga penjualan, biaya antar barang, biaya entertainment pembeli/calon pembeli)
akan menjadi laba usaha atau laba bersih sebelum pajak, setelah dikurangi pajak akan
menjadi laba bersih sesudah pajak.
2.8 Analisis Titik Impas
Impas menunjukkan keadaan di mana jumlah penjualan = jumlah biaya untuk
memperoleh hasil tersebut. Laba akan diperoleh jika produksi dan penjualannya melampaui
titik impas. Analisis titik impas ini digunakan untuk membandingkan metode produksi
dengan menentukan volume kedua proses memberikan biaya yang sama
Biaya Variabel adalah bagian dari biaya total yang bervariasi sesuai dengan volume
yang dihasilkan, sedangkan biaya tetap adalah bagian dari biaya total yang tetap jumlahnya
meskipun volume berubah. Gambar 3 berikut ini menggambarkan pemetaan BEP.

Daerah Laba PENJUALAN


Rp
TOTAL BIAYA (TB)
BEP ((TOTAL

BIAYA VARIABEL(BV)

P BIAYA TETAP (BT)

0 Volume (unit)
Daerah
Rugi

P = BIAYA TETAP PADA KAPASITAS PRODUKSI

Gambar 6. 1 Pemetaan BEP

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
Penentuan Titik Impas (titik pulang pokok), yakni titik dimana tidak terdapat keuntungan atau
kerugian, atau titik dimana total penerimaan sama dengan total pengeluaran dapat dilakukan
dengan menggunakan rumusan berikut ini:

P  BV  BT
X BEP . HJ  X BEP .bv  BT
X BEP (HJ  bv)  BT
BT
X BEP 
HJ  bv

NOTASI KETERANGAN
P : Penjualan
HJ : Harga Jual atau penjualan per unit
BV : Total Biaya Variabel
Bv : Biaya Variabel Satuan
BT : Biaya Tetap
TB : Total Biaya
XBEP : Jumlah unit pada titik impas

Beberapa asumsi dalam penerapan BEP adalah sebagai berikut:


a. Biaya tetap tidak berubah – ubah
b. Biaya Variabel bervariasi dalam perbandingan yang konstan
c. Harga penjualan per satuan konstan
d. Hanya untuk satu macam barang, jika lebih maka bauran penjualannya harus konstan
e. Hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel tidak bervariasi
f. Ada kesesuaian antara produksi dan penjualan

Banyak asumsi yang menyatakan bahwa titik impas terjadi bila penjualan sama dengan biaya
tetap seperti biaya penyewaan, pembayaran telepon, asuransi dan lainnya. Namun karena
semua penjualan memiliki biaya-biaya yang berasosiasi dengannya, sehingga harus
memasukkan biaya variabel dari penjualan ke dalam analisis titik impas.

Contribution Margin per Unit (CMU) adalah harga jual (HJ) produk per unit dikurangi biaya
variabel (bv) per unit. CMU menggambarkan kontribusi pendapatan dari setiap unit yang
terjual terhadap biaya tetap.
CMU  HJ  bv

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
Contribution Margin Ratio adalah margin kontribusi dibagi dengan penjualan.
P  BV
CMR 
P

Margin of Safety menunjukkan jumlah penjualan atau jumlah unit yang aman untuk mencapai
laba, dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut:
MS (Rp)  PAKTUAL  PBEP

MS UNIT  X AKTUAL  X BEP

Analisis titik impas merupakan tool yang penting untuk perencanaan internal.

2.9 Analisis Finansial


Tipe financial form yang digunakan pada business plan ;
1. Income Statement (Rugi-Laba), menunjukkan apakah perbisnisan dapat menciptakan
laba
2. Cash-Flow Projection (Proyeksi cash-Flow), menunjukkan apakah perbisnisan
mempunyai uang untuk memenuhi kewajiban (pembayaran).
3. Balance Sheet (Neraca), menunjukkan kekayaan perbisnisan
4. Sumber dan Penggunaan Dana, menunjukkan sumber dana dan bagaimana penggunaan
dana
Istilah:
Kas: uang dalam bentuk deposito, cek, nilai mata uang lainnya
Cost of Goods (harga pokok), pengeluaran yang langsung berhubungan dengan proses
pembuatan produk, seperti : biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, Biaya
Overhead Pabrik.
Cost of Sales (biaya penjualan), pengeluaran yang langsung berhubungan dengan aktivitas
penjualan produk, seperti : komisi penjual, komisi distributor.
Depreciation (penyusutan/depresiasi), pengurangan nilai asset, bukan pengeluaran kas, untuk
mengurangi pajak.
Fixed Costs (biaya tetap), pengeluaran atau biaya tetap yang tidak dipengaruhi volume
penjualan, seperti : sewa, utility, gaji manajemen.

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
Gross profit (laba kotor), pendapatan dari pengurangan penjualan dengan harga pokok (Cost
of Goods) penjualan sebelum pengeluaran administrasi.
Net profit (laba bersih), jumlah pendapatan setelah dikurangi semua pengeluaran termasuk
biaya administrasi dan penjualan, pemasaran.
Net Worth (nilai bersih) nilai perusahaan setelah dikurangi kewajiban.
Profit (laba), jumlah penerimaan perusahaan setelah dikurangi pengeluaran
Penjualan kotor: total penjualan yang berasal dari produk
Biaya alat tulis kantor
Biaya pemasaran: pengeluaran untuk iklan, brosur pembuatan website
Biaya telekomunikasi: biaya untuk telepon dan jasa telekomunikasi, internet.
Penjualan tunai: penjualan yang berasal dari pembayaran segera
Pengeluaran operasi: pembayaran aktual setelah dikurangi depresiasi (cash basis) untuk
pembelian bahan baku, pembayaran tenaga kerja.
Net Cash Flow, sisa uang yang diperoleh dari pendapatan dikurangi seluruh pengeluaran
Nilai persediaan yang dimiliki, termasuk persediaan bahan baku dan persediaan produk jadi
Payroll, pembayaran gaji pegawai sesuai waktu membuat neraca

Sumber dan Penggunaan Dana


Sumber dan penggunaan dana, menunjukkan dari mana dana diperoleh dan untuk apa dana
tersebut digunakan
2.10 Analisis Kelayakan Bisnis
2.10.1 Analisis Present Worth
Analisis Present Worth adalah suatu analisis kelayakan ekonomi yang didasarkan pada nilai
sekarang dari annual benefits / costs atau dari benefits / costs yang akan datang. Kriteria
dalam penggunaan analisis Present Worth dapat dilihat pada tabel 6.1 berikut ini.

Tabel 6. 1 Kriteria dalam Penggunaan Analisis Present Worth


Situasi Kriteria
Input tetap Besarnya sumber daya / input Maksimalkan PW of benefits /
tetap output
Output tetap Besarnya penerimaan tetap Minimalkan PW of cost atau
input
Input dan output tidak tetap Besarnya input dan output Maksimalkan Net Present

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
tidak tetap Worth (Present Worth of
benefits – Present Worth of
Costs)

Investasi layak secara ekonomis apabila nilai NPV > 0 artinya PW of benefits lebih besar dari
PW of costs sehingga investasi dianggap menguntungkan.

1. Jika penerimaan / biaya diketahui tahunan atau dapat diperkirakan maka digunakan
rumus :
PW of benefits = A1(P/A,i,n)
PW of costs = A2(P/A,i,n)
NPV = PW of benefits – PW of costs
Dimana :
A 1: Annual benefits
A2 : Annual costs
i : tingkat bunga
n : periode analisis
Nilai (P/A,i,n) dapat dilihat dalam tabel Compound Interest Factors

2. Jika penerimaan/biaya untuk waktu yang akan datang diketahui atau dapat
diperkirakan maka digunakan rumus :
PW of benefits = F3(P/F,i,n)
PW of costs = F4(P/F,i,n)
NPV = PW of benefits – PW of costs
Dimana :
A 3: penerimaan untuk waktu yang akan datang
A4 : biaya yang akan datang
i : tingkat bunga
n : periode analisis
Nilai (P/F,i,n) dapat dilihat dalam tabel Compound Interest Factors
Selain kategori diatas seringkali kombinasi dari keduanya.

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
2.10.2 Rate Of Return (ROR)
Definisi Tingkat Pengembalian atau Rate of Return (ROR) adalah suatu tingkat bunga dimana
nilai penerimaan ekuivalen dengan nilai biaya .
Menghitung ROR dari suatu investasi pada dasarnya mencari tingkat bunga (i) dalam
jangka waktu periode investasi yang memenuhi rumus berikut:
PW of benefits - PW of costs = 0 ………………. (6-1)
(PW of benefits)/(PW of costs)=1 ……………… (6-2)
Net Present Worth (NPV) =0 ………………. (6-3)
EUAB – EUAC =0 ……………….. (6-4)
PW of costs = PW of benefits …………….… (6-5)

ROR digunakan untuk menilai kelayakan investasi untuk dilakukan atau pinjaman
modal layak diterima sebagai modal bisnis. Kriteria untuk menilai kelayakan ini adalah
dengan membandingkan ROR dengan tingkat bunga yang menarik /Minimum Atractive Rate
of Return (MARR). Tingkat bunga deposito atau tingkat bunga kredit dapat digunakan
sebagai MARR. Investasi layak secara ekonomis apabila ROR>MARR. Nilai MARR yang
digunakan berdasarkan tingkat bunga yang berkenaan dengan sumber investasi.
Apabila investasi yang digunakan berasal dari modal sendiri maka MARR adalah tingkat
bunga deposito atau tabungan pada periode investasi. Sedangkan jika investasi berasal dari
modal pinjaman maka MARR adalah tingkat bunga pinjaman pada periode investasi.

2.10.3 Periode Pengembalian Investasi (Payback Period)


Periode pengembalian adalah waktu yang dibutuhkan dimana penerimaan sama dengan
pengeluaran.

Menilai kelayakan investasi berdasarkan Payback Period adalah dengan membandingkan


waktu pengembalian investasi dengan umur investasi yang direncanakan. Investasi layak
secara ekonomis apabila Payback Period lebih kecil dari umur investasi yang direncanakan.

Contoh IRR (Internal Rate of Return)


 Aplikasi IRR, arus kas setiap tahun jumlahnya sama.
Soal 1 :

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
Suatu pabrik mempertimbangkan usulan investasi sebesar Rp. 130.000.000 tanpa nilai sisa
dapat menghasilkan arus kas per tahun Rp. 21.000.000 selama 6 tahun.
Diasumsikan discount rate sebesar 13 %, hitunglah IRR!

Dicoba dengan faktor diskonto 10 %


NPV = (Arus kas x Faktor Diskonto) - Investasi Awal
NPV = (21.000.000 x 5.8979) - 130.000.000
NPV = Rp 659.000,00

Dicoba dengan faktor diskonto 12%


NPV = (Arus kas x Faktor Diskonto) - Investasi Awal
NPV = (Rp 21.000.000 x 5,7849 ) - Rp 130.000.000
NPV = Rp 6.649.000,00

Selisih Selisih PV Selisih PV dengan


Bunga OI
10% Rp 130.659.000 Rp 130.659.000
12% Rp 123.351.000 Rp 130.000.000
2% Rp 7.308.000 Rp 659.000

IRR = 10% + (Rp 659.000/Rp 7.308.000) x 2%


IRR = 10,18%

Kesimpulan :
Proyek investasi sebaiknya ditolak
Karena IRR < 13 %

 Aplikasi IRR, arus kas setiap tahun jumlahnya tidak sama.


Perusahan Zamanria sedang mempertimbangkan suatu usulan proyek investasi
senilai Rp. 150.000.000, umur proyek diperkirakan 5 tahun tanpa nilai sisa.

Jawab :
Dicoba dengan faktor diskonto 16%
Tahun 1 arus kas = Rp. 60.000.000 x 0,8621
Rp.51.726.000
Tahun 2 arus kas = Rp. 50.000.000 x 0,7432 Rp.
37.160.000

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
Tahun 3 arus kas = Rp. 40.000.000 x 0,6417
Rp.25.668.000
Tahun 4 arus kas = Rp. 35.000.000 x 0,5523
Rp.19.330.500
Tahun 5 arus kas = Rp. 28.000.000 x 0,6419
Rp.17.973.200
Total PV Rp.100.131.700
Investasi Awal Rp.150.000.000
Net Present Value -Rp.49.868.300

Dicoba dengan faktor diskonto 10%


Tahun 1 arus kas = Rp. 60.000.000 x 0,9090 Rp.54.540.000

Tahun 2 arus kas = Rp. 50.000.000 x 0,8264 Rp.41.320.000

Tahun 3 arus kas = Rp. 40.000.000 x 0,7513 Rp.30.052.000

Tahun 4 arus kas = Rp. 35.000.000 x 0,6830 Rp.23.905.000

Tahun 5 arus kas = Rp. 28.000.000 x 0,6209 Rp.17.385.200

Total PV Rp.167.202.200
Investasi Awal Rp.150.000.000
Net Present Value Rp.17.202.200

Perhitungan interpolasi :
Selisih Selisih PV dengan Investasi
Bunga Selisih PV Awal
10% Rp 167.202.200 Rp 167.202.200
16% Rp 100.131.700 Rp 150.000.000
6% Rp 67.070.500 Rp 17.202.200

IRR= 10% + (Rp.17.202.200/Rp. 67.070.500) x 6 %


IRR= 11,5388 %
Kesimpulan:
Usulan proyek investasi tersebut sebaiknya diterima, karena IRR > 10%

Contoh ROI (Return On Investment)

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
Cara menghitung ROI

ROI bisa juga diartikan sebagai rasio laba bersih terhadap biaya. Rumus menghitung ROI
adalah sebagai berikut :

ROI = ( Total Penjualan – Investasi ) / Investasi x 100%

Misalnya, jika investasi sebesar Rp 10.000.000 menghasilkan penjualan sebesar Rp


15.000.000, berarti diperoleh laba sebesar Rp 5.000.000

Maka secara sederhana perhitungan ROI dalam presentase adalah = ((Rp 15.000.000 – Rp
10.000.000) / Rp 10.000.000) x 100% adalah sebesar 50%. Maka dapat disimpulkan tingkat
ROI nya adalah sebesar 50%

Seringkali kita hanya berfokus pada margin keuntungan atas produk atau jasa, akan tetapi kita
seharusnya juga menghitung ROI secara akurat untuk mendapatkan kepastian dan keyakinan
bahwa usaha yang dijalankan mampu terus berkembang. Dalam menjalankan bisnis, seorang
entrepeneur harus memperhatikan jumlah dana yang harus diinvestasikan dalam mencapai
target penjualan, jumlah margin keuntungan yang diperoleh dan bagian dari margin
keuntungan tersebut yang akan digunakan untuk mengembangkan bisnis. Apabila investasi
yang dilakukan hanya menghasilkan margin keuntungan yang sedikit, maka usaha tersebut
akan mengalami kesulitan untuk berkembang di masa yang akan datang dan bahkan dalam
jangka panjang akan mengalami kegagalan. Sebagai contoh adalah investasi A sebesar Rp
1000 menghasilkan untung Rp 100 (ROI = 10%) dibandingkan dengan investasi B Rp 100
menghasilkan untung Rp 50 (ROI = 50%). Investasi B memberikan jumlah/nominal lebih
kecil namun rasio ROI nya jauh lebih besar daripada investasi A. Bisa kita katakan dalam hal
ini investasi B lebih baik dibandingkan dengan investasi A.

Contoh soal Payback Period


1. Contoh soal perhitungan Payback Period :
Ketika ada usulan proyek investasi dengan dana Rp. 500 juta (initial investment) dan
ditargetkan penerimaan dana investasi (cash flow) berbeda setiap tahun. Katakanlah tahun ke-
1 cash flownya Rp. 250 juta, tahun ke-2 Rp. 200 juta, tahun ke-3 Rp. 150 juta, tahun ke-4 Rp.

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
100 juta. Syarat periode pengembalian investasi 4 tahun, berapakah payback periodnya?

Payback Periodnya
= 1 + (500jt-250jt)/(450jt-250jt)
= 2,33 juta
atau bisa juga dihitung dengan cara:

Dari tabel tersebut, investasi Rp. 600 juta terletak di cumulative cash flow ke-3.
Payback periodnya
= 2 + Rp. 500 juta – Rp. 450 juta / Rp.600 juta – Rp. 450 juta x 1 tahun
= 2,33 tahun atau 2 tahun 4 bulan
Payback periodnya kurang dari syarat periode pengembalian perusahaan sehingga usulan
proyek investasinya diterima. Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Payback Period =

Dimana:
Outlay = Jumlah uang yang dikeluarkan atau investasi
Proceed = Jumlah uang yang diterima

Contoh 2 :
PD. Jaya melakukan investasi sebesar $.45.000, jumlah proceed per tahun adalah $. 22.500
maka Payback Period nya adalah:
45.000 x 1 tahun

Payback Period = = 2 tahun

Sehingga nilai Payback Period adalah dua tahun. Artinya dana yang tertanam dalam aktiva
sebesar $. 45.000 akan dapat diperoleh kembali dalam jangka waktu dua tahun. Apabila
investor dihadapkan pada dua pilihan investasi, maka pilih payback period
yang paling kecil.

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
Contoh 3:
PT. Jaya Mandiri melakukan investasi sebesar $ 100.000 pada aktiva tetap, dengan proceed
sebagai berikut:
Tahun Proceed
1 $.50.000.-
2 $.40.000.-
3 $.30.000.-
4 $.20.000.-
Berapakah nilai Payback Period-nya?
Payback Periodnya adalah sebagai berikut:
Tahun Proceed Investasi Sisa
0 (100.000)
1 50.000 (100.000)

2 40.000 (50.000)
3 30.000 (10.000)

4 20.000

Langkah 1:
Letakkan nilai investasi pada baris tahun pertama
Langkah 2:
Kurangkan nilai investasi tersebut dengan nilai cashflow pada tahun tersebut. Misalnya nilai
investasi tahun 1 adalah $.100.000 dikurangi dengan nilai cashflow tahun tersebut, yaitu
$.50.000. Hasilnya adalah $.50.000 diletakkan di tahun ke-2.
Langkah 3:
Lakukan hal yang sama pada tahun berikutnya hingga nilai “investasi” tersebut tidak bisa
dikurangi dengan cashflow tahun tersebut.
Langkah 4:
Jumlah tahun Payback Period-nya adalah senilai yang dapat dikurangi, sedangkan sisanya
digunakan untuk menghitung nilai bulannya. Misalnya nilai sisa adalah $10.000 dibagi

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
dengan nilai cashflow pada tahun tersebut, yaitu $30.000, kemudian hasilnya dikalikan
dengan 12 bulan. Hasilnya adalah 4 bulan.

Payback Period = 2 tahun + x 12 bulan = 2 tahun 4 bulan

Langkah 5:
Buat kesimpulan nilai payback period yang diperoleh.

Kelemahan Metode Payback Period


Metode penilaian investasi memiliki kelemahan yaitu:
1. Metode ini mengabaikan penerimaan investasi (proceed) sesudah Payback Period, hanya
mengukur kecepatan kembalinya dana.
2. Mengabaikan Time Value Of Money.
Contoh 4:

Apabila cash flow dari proyek investasi sama setiap tahun :

Payback period = initial investment x 1 tahun

Contoh:
Ketika ada usulan proyek investasi dengan dana Rp. 300 juta (initial investment) dan
ditargetkan penerimaan dana investasi setiap tahunnya Rp. 60 juta (cash flow) serta ada
syarat periode pengembalian investasi 4 tahun, berapa payback periodenya?

Payback periodenya adalah 300 juta dibagi 60 juta dikali satu tahun sama dengan 5 tahun.
Ternyata payback period melebihi periode yang disyaratkan maka usulan proyek investasi ini
ditolak. Apabila cash flow dari proyek investasi berbeda setiap tahun :

Payback period = n + a – b / c – b x 1 tahun

Keterangan :
n = tahun terakhir dimana cash flow masih belum bisa menutupi initial investment
a = jumlah initial investment

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5
b = jumlah cumulative cash flow pada tahun ke-n
c = jumlah cumulative cash flow pada tahun ke- n +1\

1. PUSTAKA
a. Abrams, Ronda, 2003, The Successful Business Plan: Secrets & Strategies, 4th
Edition, The Planning Shop, California.
b. Blocher, E.J., Chen, K.H., Cokins, G., dan Lin, T.W., 2005, Cost Management : A
Strategic Emphasis, International Edition, McGraw-Hill, Boston
c. Eldenburg, L.G, dan Wolcott, S.K, 2005, Cost Management: Measuring, Monitoring,
and Motivating Performance, John Wiley & sons, USA.

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Trisakti
MP-IIP233-10/R.5

Anda mungkin juga menyukai